Share

BAB 3: Malam Kelam

Di sisi lain, Sarah menutup mulutnya dalam bekapan kuat.

Meski tengah rapat penting di perusahaan pangan Star-X, wanita itu berlari kencang kala mendapat kabar sang putra.

Bahkan, wanita bertangan besi di dunia bisnis itu, masih menyembunyikan suara tangisannya di tengah kesunyian ruangan tempat putranya kini terbaring diranjang rumah sakit dengan alat-alat medis yang terpasang.

Dokter mengatakan jika guncangan keras yang dialami Noah, putranya, telah membuatnya gegar otak, dan salah satu kakinya patah.

“Noah, bagaimana bisa kau mengalami peristiwa ini Nak?” bisik Sarah meratapi keadaan putranya.

Hati ibu mana yang tidak hancur jika putranya yang beberapa jam lalu sehat, kini terbaring tidak sadarkan diri?

Sarah meninggalkan ruangan Noah begitu melihat ayah mertuanya tengah berbicara dengan dua orang polisi yang memberikan keterangan setelah memeriksa kejadian kecelakaan dan melihat hasil medis Noah.

Polisi mengatakan jika dalam kasus ini, Noah sepenuhnya salah karena berkendara dalam keadaan mabuk dengan kadar alcohol yang tinggi, membawa mobil melewati batas kecepatan.

Sementara, seseorang yang telah Noah tabrak berada dalam keadaan yang jauh lebih parah.

Setelah memberikan sedikit keterangan akhirnya polisi itu pergi dan mereka akan kembali datang untuk melanjutkan kasus setelah Noah sadar dan sembuh.

Sarah mengusap wajahnya dengan kasar, wanita itu bergerak gelisah karena Noah tidak kunjung sadarkan diri.

“Kita harus melihat kondisi korban,” ucap Matteo dengan napas yang berat.

“Mengapa harus kita? Gunakan saja juru bicara dan beri uang konpensasi,” jawab Sarah menyederhakan masalah yang rumit.

Wajah Matteo mengeras tidak menyembunyikan ketidak sukaannya atas jawaban Sarah. “Jaga kata-katamu Sarah. Anakmu telah membuat masalah yang serius dan mengancam nyawa seseorang atas kebodohannya, kau pikir ini bisa selesai dengan uang?”

Bibir Sarah terkatup rapat, dia tidak dapat menyangkal ucapan mertuanya yang sepenuhnya benar. Meski Sarah akan tetap memihak putranya yang salah, tapi untuk kali ini lebih baik Sarah mengalah dan mengikuti keputusan Matteo.

Dengan terpaksa akhirnya Sarah mengikuti Matteo pergi menemui korban yang telah ditabrak Noah.

Ketika sampai di depan ruangan korban yang telah Noah tabrak, Matteo  melihat seorang perempuan yang kini tengah berdiri.

Ya, Evelyn tengah berusaha meredakan tangisannya saat ini.

Daniel sempat henti jantung.

Untungnya, defibrillator cepat digunakan.

Sekarang, ia kembali berusaha tegar.

Setidaknya, agar Daniel tak bersedih atau menyalahkan dirinya sendiri bila melihat Evelyn terus menangis.

Beberapa kali Evelyn mengusap dadanya dengan penuh tekanan agar sakit dan kesedihannya sedikit mereda, dia tidak berhenti merapalkan do’a agar Daniel bisa melewati peristiwa ini dengan tabah.

Dari balik jendela besar, Matteo dapat melihat seorang laki-laki terbaring separuh wajah yang terperban dan seluruh dada yang terbalut kain.

Matteo meringis sedih menyadari jika ternyata, keadaan lelaki yang telah cucunya tarbak jauh lebih parah dari apa yang telah dia dengar.

Matteo tidak dapat membayangkan, hukuman apa yang akan Noah terima jika korban kecelakaan menuntut atas kelalaian yang telah Noah lakukan?

Kejadian ini tidak hanya akan menjadi pukulan berat untuk keluarga Matteo, namun juga akan berpengaruh pada kondisi perusahaan yang namanya tercoreng oleh tindakan bodoh Noah.

“Nona,” panggil Matteo penuh kehat-hatian.

Evelyn berbalik dengan mata sebab, wanita itu mengangkat wajahnya melihat Matteo dan Sarah bergantian. “Anda berdua siapa?” tanya Evelyn serak.

“Saya kakek dari pemuda yang tidak sengaja menabrak keluarga Anda,” ucap Matteo.

Evelyn menarik napasnya dengan berat, wanita itu berdiri dalam ketegangan tidak dapat menahan amarahnya begitu tahu jika dua orang yang kini berdiri dihadapannya adalah keluarga pelaku penabrakan.

“Tidak sengaja?” Evelyn tersenyum sinis. “Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, orang itu menerobos rambu lalu lintas dan berkendara dalam keadaan mabuk. Dengan mudahnya Anda bilang itu tidak sengaja?” tanya Evelyn dengan suara bergetar menahan kemarahan yang meluap didalam dada.

Matteo tertunduk malu, dia tidak memiliki kata apapun untuk dijadikan pembenaran karena Noah memang telah salah.

“Saya minta maaf Nona,” jawab Matteo penuh sesal.

“Permintaan maaf Anda tidak akan mengurangi sakit yang kini harus diderita suami saya Tuan.”

“Putraku juga sedang kritis. Siapapun tidak ada yang menginginkan kejadian buruk ini terjadi,” sahut Sarah dengan penuh tekanan.

Wanita itu tampak tidak suka jika putranya terus dipojokkan.

Tangan Evelyn terkepal kuat. “Jika putra Anda tidak berkendara dalam keadaan mabuk, ini semua tidak akan terjadi! Saya tidak peduli jika dia kecelakaan sendirian karena perbuatan buruknya yang tidak tahu aturan, tapi kelakuan putra Anda sudah mencelakai suami saya! Apa Anda tidak sadar itu?” geram Evelyn menatap tajam Sarah.

Matteo menarik mundur Sarah untuk tidak membuat pembelaan apapun, seharusnya Sarah ikut meminta maaf dibandingkan dengan berdebat.

“Nona, izinkan saya masuk untuk menemui suami Anda,” pinta Matteo dengan suara yang lembut.

Evelyn mengangguk tanpa suara.

Dengan kasar dia menghapus air matanya yang sempat terjatuh. Evelyn berusaha untuk tetap tenang, ini bukan waktu yang tepat untuknya menghabiskan energy untuk kemarahan.

Matteo melangkah masuk ke dalam ruangan Daniel dengan perasaan was-was.

Sementara Sarah yang sedikit kesal dengan ucapan Evelyn memilih berdiri diluar dan memperhatikan dari kejauhan.

Matteo kini berdiri di sisi ranjang Daniel berada.

Pria paruh baya itu tertunduk malu dan semakin merasa bersalah.

Jujur, Matteo tidak tahu hal terbaik apa yang kini harus dia lakukan untuk menebus kesalahan yang telah dibuat Noah sekarang.

Hati Matteo telah terpukul, dia sangat kecewa dan marah terhadap cucunya yang telah membuat kesalahan hingga membuat seseorang terluka begitu parah seperti ini.

Matteo sangat menyayangi cucunya dan mengkhawatirkan keadaannya, namun untuk kali ini sepertinya Matteo tidak akan membela Noah sedikitpun. Noah harus bertanggung jawab dan menerima konsekuensi dari perbuatannya yang fatal.

Matteo menarik napasnya dalam-dalam, pria tua itu langsung membungkuk dihadapan Daniel. “Saya kakek dari orang yang telah menabrak Anda. Sekarang keadaan cucu saya sedang kritis, karena itu izinkan saya untuk meminta maaf kepada Anda, Tuan Daniel. Saya sangat menyesal dan menyayangkan apa yang tela terjadi, maafkan saya,” ucap Matteo dengan serius dan tulus.

Bulu mata Daniel berkedip pelan, pria itu memandangi Evelyn yang kini berdiri dalam ketegangan.

Pandangan Daniel berpindah pada Matteo yang kini masih membungkuk meminta maaf untuk menggantikan cucunya. Melihat peragai Matteo yang sopan, entah mengapa Daniel tidak dapat marah apalagi menyalahkan apa yang terjadi meski dia tahu bahwa penabrak itu telah melakukan kesalahan.

“Cucu Anda, sudah menikah?” bisik Daniel dengan penuh perjuangan.

Wajah Matteo terangkat menatap Daniel dengan ekspresi bingung, Matteo tidak mengerti mengapa Daniel tiba-tiba bertanya sesuatu yang terdengar konyol.

“Noah baru berusia dua puluh tujuh tahun, dia belum menikah,” jawab Matteo.

Daniel menarik napas dalam, bola matanya bergerak pelan mencari-cari keberadaan Evelyn. “Cucu Anda harus bertanggung jawab, karena dia saya kehilangan kesempatan untuk menjadi ayah dari bayi yang dikandung isteri saya.”

Evelyn tercekat kaget.

Dia tidak mengerti mengapa Daniel sampai berbicara sejauh itu?

Pupil mata Evelyn gemetar, berpandangan dengan Daniel yang menatapnya dengan putus asa, menyiratkan bahwa Daniel telah menyerah dan tidak bisa bertahan lebih lama lagi untuk menanggung sakit yang kini harus dilalui.

Evelyn menggeleng dengan berat, memohon kepada Daniel untuk tidak membicarakan sesuatu yang semakin menghancurkan hatinya. Evelyn tidak akan pernah siap untuk mendengarnya.

Matteo tertunduk, dengan tegas dia menjawab, “Akan saya pastikan, jika cucu saya akan bertanggung jawab penuh atas kesalahan yang telah diperbuatnya.”

“Berjanjilah kepada saya. Nikahkah cucu Anda dengan isteri saya. Anak saya harus memiliki seorang ayah, dan Evelyn tidak boleh sendirian, dia harus tetap bahagia meski saya sudah tidak ada disisinya lagi,” bisik Daniel dengan suara yang semakin sulit didengar.

Deg!

Evelyn tertegun mendengar permintaan Daniel yang tidak terduga. Dengan langkah tergesa, ia mendekati ranjang. “Apa maksudmu Daniel? Kenapa kau berbicara seperti itu?"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Silent Heart
Bacanya sambil tahan nafas.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status