Di sisi lain, Sarah menutup mulutnya dalam bekapan kuat.
Meski tengah rapat penting di perusahaan pangan Star-X, wanita itu berlari kencang kala mendapat kabar sang putra.
Bahkan, wanita bertangan besi di dunia bisnis itu, masih menyembunyikan suara tangisannya di tengah kesunyian ruangan tempat putranya kini terbaring diranjang rumah sakit dengan alat-alat medis yang terpasang.
Dokter mengatakan jika guncangan keras yang dialami Noah, putranya, telah membuatnya gegar otak, dan salah satu kakinya patah.
“Noah, bagaimana bisa kau mengalami peristiwa ini Nak?” bisik Sarah meratapi keadaan putranya.Hati ibu mana yang tidak hancur jika putranya yang beberapa jam lalu sehat, kini terbaring tidak sadarkan diri?
Sarah meninggalkan ruangan Noah begitu melihat ayah mertuanya tengah berbicara dengan dua orang polisi yang memberikan keterangan setelah memeriksa kejadian kecelakaan dan melihat hasil medis Noah.
Polisi mengatakan jika dalam kasus ini, Noah sepenuhnya salah karena berkendara dalam keadaan mabuk dengan kadar alcohol yang tinggi, membawa mobil melewati batas kecepatan.
Sementara, seseorang yang telah Noah tabrak berada dalam keadaan yang jauh lebih parah.
Setelah memberikan sedikit keterangan akhirnya polisi itu pergi dan mereka akan kembali datang untuk melanjutkan kasus setelah Noah sadar dan sembuh.
Sarah mengusap wajahnya dengan kasar, wanita itu bergerak gelisah karena Noah tidak kunjung sadarkan diri.
“Kita harus melihat kondisi korban,” ucap Matteo dengan napas yang berat.
“Mengapa harus kita? Gunakan saja juru bicara dan beri uang konpensasi,” jawab Sarah menyederhakan masalah yang rumit.
Wajah Matteo mengeras tidak menyembunyikan ketidak sukaannya atas jawaban Sarah. “Jaga kata-katamu Sarah. Anakmu telah membuat masalah yang serius dan mengancam nyawa seseorang atas kebodohannya, kau pikir ini bisa selesai dengan uang?”
Bibir Sarah terkatup rapat, dia tidak dapat menyangkal ucapan mertuanya yang sepenuhnya benar. Meski Sarah akan tetap memihak putranya yang salah, tapi untuk kali ini lebih baik Sarah mengalah dan mengikuti keputusan Matteo.
Dengan terpaksa akhirnya Sarah mengikuti Matteo pergi menemui korban yang telah ditabrak Noah.
Ketika sampai di depan ruangan korban yang telah Noah tabrak, Matteo melihat seorang perempuan yang kini tengah berdiri.
Ya, Evelyn tengah berusaha meredakan tangisannya saat ini.
Daniel sempat henti jantung.
Untungnya, defibrillator cepat digunakan.
Sekarang, ia kembali berusaha tegar.
Setidaknya, agar Daniel tak bersedih atau menyalahkan dirinya sendiri bila melihat Evelyn terus menangis.
Beberapa kali Evelyn mengusap dadanya dengan penuh tekanan agar sakit dan kesedihannya sedikit mereda, dia tidak berhenti merapalkan do’a agar Daniel bisa melewati peristiwa ini dengan tabah.
Dari balik jendela besar, Matteo dapat melihat seorang laki-laki terbaring separuh wajah yang terperban dan seluruh dada yang terbalut kain.
Matteo meringis sedih menyadari jika ternyata, keadaan lelaki yang telah cucunya tarbak jauh lebih parah dari apa yang telah dia dengar.
Matteo tidak dapat membayangkan, hukuman apa yang akan Noah terima jika korban kecelakaan menuntut atas kelalaian yang telah Noah lakukan?
Kejadian ini tidak hanya akan menjadi pukulan berat untuk keluarga Matteo, namun juga akan berpengaruh pada kondisi perusahaan yang namanya tercoreng oleh tindakan bodoh Noah.
“Nona,” panggil Matteo penuh kehat-hatian.
Evelyn berbalik dengan mata sebab, wanita itu mengangkat wajahnya melihat Matteo dan Sarah bergantian. “Anda berdua siapa?” tanya Evelyn serak.
“Saya kakek dari pemuda yang tidak sengaja menabrak keluarga Anda,” ucap Matteo.
Evelyn menarik napasnya dengan berat, wanita itu berdiri dalam ketegangan tidak dapat menahan amarahnya begitu tahu jika dua orang yang kini berdiri dihadapannya adalah keluarga pelaku penabrakan.
“Tidak sengaja?” Evelyn tersenyum sinis. “Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, orang itu menerobos rambu lalu lintas dan berkendara dalam keadaan mabuk. Dengan mudahnya Anda bilang itu tidak sengaja?” tanya Evelyn dengan suara bergetar menahan kemarahan yang meluap didalam dada.
Matteo tertunduk malu, dia tidak memiliki kata apapun untuk dijadikan pembenaran karena Noah memang telah salah.
“Saya minta maaf Nona,” jawab Matteo penuh sesal.
“Permintaan maaf Anda tidak akan mengurangi sakit yang kini harus diderita suami saya Tuan.”
“Putraku juga sedang kritis. Siapapun tidak ada yang menginginkan kejadian buruk ini terjadi,” sahut Sarah dengan penuh tekanan.
Wanita itu tampak tidak suka jika putranya terus dipojokkan.
Tangan Evelyn terkepal kuat. “Jika putra Anda tidak berkendara dalam keadaan mabuk, ini semua tidak akan terjadi! Saya tidak peduli jika dia kecelakaan sendirian karena perbuatan buruknya yang tidak tahu aturan, tapi kelakuan putra Anda sudah mencelakai suami saya! Apa Anda tidak sadar itu?” geram Evelyn menatap tajam Sarah.
Matteo menarik mundur Sarah untuk tidak membuat pembelaan apapun, seharusnya Sarah ikut meminta maaf dibandingkan dengan berdebat.
“Nona, izinkan saya masuk untuk menemui suami Anda,” pinta Matteo dengan suara yang lembut.
Evelyn mengangguk tanpa suara.
Dengan kasar dia menghapus air matanya yang sempat terjatuh. Evelyn berusaha untuk tetap tenang, ini bukan waktu yang tepat untuknya menghabiskan energy untuk kemarahan.
Matteo melangkah masuk ke dalam ruangan Daniel dengan perasaan was-was.
Sementara Sarah yang sedikit kesal dengan ucapan Evelyn memilih berdiri diluar dan memperhatikan dari kejauhan.
Matteo kini berdiri di sisi ranjang Daniel berada.
Pria paruh baya itu tertunduk malu dan semakin merasa bersalah.
Jujur, Matteo tidak tahu hal terbaik apa yang kini harus dia lakukan untuk menebus kesalahan yang telah dibuat Noah sekarang.
Hati Matteo telah terpukul, dia sangat kecewa dan marah terhadap cucunya yang telah membuat kesalahan hingga membuat seseorang terluka begitu parah seperti ini.
Matteo sangat menyayangi cucunya dan mengkhawatirkan keadaannya, namun untuk kali ini sepertinya Matteo tidak akan membela Noah sedikitpun. Noah harus bertanggung jawab dan menerima konsekuensi dari perbuatannya yang fatal.
Matteo menarik napasnya dalam-dalam, pria tua itu langsung membungkuk dihadapan Daniel. “Saya kakek dari orang yang telah menabrak Anda. Sekarang keadaan cucu saya sedang kritis, karena itu izinkan saya untuk meminta maaf kepada Anda, Tuan Daniel. Saya sangat menyesal dan menyayangkan apa yang tela terjadi, maafkan saya,” ucap Matteo dengan serius dan tulus.
Bulu mata Daniel berkedip pelan, pria itu memandangi Evelyn yang kini berdiri dalam ketegangan.
Pandangan Daniel berpindah pada Matteo yang kini masih membungkuk meminta maaf untuk menggantikan cucunya. Melihat peragai Matteo yang sopan, entah mengapa Daniel tidak dapat marah apalagi menyalahkan apa yang terjadi meski dia tahu bahwa penabrak itu telah melakukan kesalahan.
“Cucu Anda, sudah menikah?” bisik Daniel dengan penuh perjuangan.
Wajah Matteo terangkat menatap Daniel dengan ekspresi bingung, Matteo tidak mengerti mengapa Daniel tiba-tiba bertanya sesuatu yang terdengar konyol.
“Noah baru berusia dua puluh tujuh tahun, dia belum menikah,” jawab Matteo.
Daniel menarik napas dalam, bola matanya bergerak pelan mencari-cari keberadaan Evelyn. “Cucu Anda harus bertanggung jawab, karena dia saya kehilangan kesempatan untuk menjadi ayah dari bayi yang dikandung isteri saya.”
Evelyn tercekat kaget.
Dia tidak mengerti mengapa Daniel sampai berbicara sejauh itu?
Pupil mata Evelyn gemetar, berpandangan dengan Daniel yang menatapnya dengan putus asa, menyiratkan bahwa Daniel telah menyerah dan tidak bisa bertahan lebih lama lagi untuk menanggung sakit yang kini harus dilalui.
Evelyn menggeleng dengan berat, memohon kepada Daniel untuk tidak membicarakan sesuatu yang semakin menghancurkan hatinya. Evelyn tidak akan pernah siap untuk mendengarnya.
Matteo tertunduk, dengan tegas dia menjawab, “Akan saya pastikan, jika cucu saya akan bertanggung jawab penuh atas kesalahan yang telah diperbuatnya.”
“Berjanjilah kepada saya. Nikahkah cucu Anda dengan isteri saya. Anak saya harus memiliki seorang ayah, dan Evelyn tidak boleh sendirian, dia harus tetap bahagia meski saya sudah tidak ada disisinya lagi,” bisik Daniel dengan suara yang semakin sulit didengar.
“Apa maksudmu Daniel? Kenapa kau berbicara seperti itu? Kau tidak akan pergi meninggalkanku, kan?”Di sisi lain, Matteo menutup mulutnya terjebak dalam kekalutan. Pria tua itu kesulitan untuk mengiyakan permintaan Daniel. Tapi di sisi lain, keadaan yang genting ini membuatnya tidak dapat menolak. “Berjanjilah,” bisik Daniel kembali meminta. Matteo membuang napasnya dengan berat, dia kembali melihat Daniel. “Saya berjanji Tuan, saya akan menikahkan cucu saya dengan isteri Anda. Bertanggung jawab untuk menjaga dan membahagiakan mereka,” ucap Matteo menyetujui permintaan Daniel. Evelyn menggeleng keras. “Aku tidak akan menikah dengan siapapun, hanya kau yang akan menjadi suamiku selamanya! Kau bilang kau mencintaiku, tapi mengapa kau menyerahkan aku kepada orang lain? Aku mohon bertahanlah Daniel, kita akan melewati ini semua bersama-sama,” rintih Evelyn menangis penuh permohonan. Pupil mata Daniel bergetar tidak dapat menahan tangisan sedihnya. Daniel tidak mampu mengiyakan pe
“Turunkan setiap berita yang membahas kecelakaan semalam. Jangan menyisakannya sedikitpun, hapus semua wajah Noah dari seluruh media, jangan memberikan public celah untuk melihat mengetahui wajah Noah dan mengetahui lebih lanjut masalah ini,” perintah Matteo pada assistantnya. “Baik Pak,” jawab Athur. “Satu lagi, jangan biarkan siapapun menemui Noah, terutama wanita itu.” Athur mengangguk paham, orang yang dimaksud oleh Matteo adalah Milia, kekasih Noah yang telah kembali dari luar negeri beberapa hari yang lalu. Matteo sangat membenci Milia, terutama keluarnganya yang saat ini sedang mengalami kesulitan financial dan memiliki skandal penggelapan pajak. “Bagaimana dengan proses pemakaman korban?” “Sekarang tengah berlangsung.” Matteo menyandarkan bahunya pada sandaran kursi, melepas lelah yang mendera, lelaki paruh baya itu memejamkan matanya mencoba untuk tidur sejenak. Sejak semalam Matteo tidak dapat tidur, berulang kali Matteo memikirkan, keputusan terbaik apa yan
Di sisi lain, jemari Noah bergerak pelan diatas permukaan ranjang, pria itu mulai mulai memberikan respon saat seorang doker memanggil namanya dan mengajak berbicara ditengah terapi yang membantu merangsang indranya. Tiga hari sudah Noah mengalami koma, kini akhirnya mulai menunjukan tanda-tanda membaik dan stabil. Matteo dan Sarah yang sejak lama menunggu diluar ruangan terlihat cemas, berharap jika Noah akan segera sadar dari komanya. Dengan penuh perjuangan dan ditunjang alat-alat medis, akhirnya Noah mulai membuka matanya. “Noah Sylvester, Anda bisa mendengar dan melihat saya?” tanya dokter. Telinga Noah berdengung sakit, bulu matanya berkedip pelan, beberapa kali penglihatannya berkabut dan membutuhkan waktu untuk memproses cahaya yang ada disekitarnya. “Noah Sylvester, Anda bisa melihat saya?” tanya dokter lagi. Noah terdiam mengabaikan dokter yang terus mengajaknya berbicara. Noah kebingungan, tidak tahu harus berbicara apa, dia tidak memahami situasi apa yang kini teng
Hembusan angin terdengar dibalik jendela, salju turun dibawah langit yang cerah.Evelyn membelit lehernya dengan syal, hari ini dia ingin berkunjung ke makam Daniel untuk meredakan kerindukan yang sudah bertumpuk didalam dada.Evelyn berharap, dengan berkunjung ke makam Daniel, dia mendapatkan sedikit kekuatan untuk bisa bangkit dan memulai hari-hari barunya dengan penuh keikhlasan. Evelyn tidak bisa selamanya duduk dalam keterpurukan dengan kondisi kehamilan yang akan membesar, merepotkan rekan kerjanya yang selalu datang setiap hari untuk memastikan kesehatan, juga merepotkan kepala panti asuhan yang selalu membawa makanan.Baru saja Evelyn membuka pintu hendak keluar, dia langsung menghadap seorang pria berpakaian formal tengah berdiri didepan pintu apartementnya. “Selamat pagi Nyonya. Saya Athur, assistant pribadi tuan Matteo, beliau ingin berbicara dengan Anda sekarang.”Evelyn mendegus kesal, nada bicara Athur terdengar seperti memerintah dibandingkan dengan meminta. “Tidak ad
Sorot mata Matteo berubah tajam mendengar penolakan Evelyn. “Apa kau lupa jika pernikahan ini adalah wasiat dari suamimu? Ini bukan semata-mata keinginanku saja.” “Saya tidak sudi menikah dengan laki-laki yang telah membunuh suami saya!” Matteo meneguk tehnya sebelum kembali melanjutkan pembicaraan. “Sekarang Noah amnesia dan dia tidak mengingat apapun yang terjadi, termasuk kesalahan yang telah diperbuatnya. Ini adalah moment yang tepat untuk melangsungkan pernikahan kalian.” “Saya tidak akan menikah dengan Noah, Tuan Matteo Sylvester!” jawab Evelyn berteriak frustasi. “Persetan dengan wasiat. Saya ingin Noah bertanggung jawab dengan mendekam dipenjara, bukan menjadi menjadi suami pengganti saya! Apalagi menjadi ayah untuk anak dalam kandungan saya, saya tidak sudi!” “Nona Evelyn,” panggil Matteo dengan suara yang kian tenang, berbanding balik dengan sorot matanya yang tajam menusuk, “aku bukan seseorang yang ingkar dengan janjiku.” Gigi Evelyn mengetat, tatapan Matteo ber
Evelyn duduk lemas, beberapa kali dia mengatur napasnya yang semakin sesak kesulitan mengendalikan emosi didalam dada. Dia marah, benci, sekaligus malu dengan dirinya sendiri yang tidak cukup kuat untuk menuntut keadilan atas kematian suami yang dicintainya.Evelyn masih tidak habis pikir, segala hal yang dia alami saat ini masih terasa seperti mimpi panjang untuknya. Baru tiga hari dia ditinggal Daniel sampai belum sempat mengurus setiap persoalan data kependudukannya, dengan cepatnya kini Evelyn telah menjadi isteri orang lain.“Aku tidak hanya tidak mampu menuntut keadilan untukmu Daniel, aku juga telah mengkhianatimu,” lirih Evelyn dengan suara bergetar.Evelyn telah menikah dengan seorang lelaki yang sama sekali belum pernah dilihatnya. Pernikahan mereka dilakukan tanpa ada ucapan janji di altar, tanpa ada pendeta yang bersaksi, namun dengan kekuasan Matteo, pernikahan itu tercatat secara sah dalam catatan negara.Evelyn telah sah menjadi isteri Noah Sylvester.Apakah keputusanny
Keringat dingin membasahi wajah Noah, tangannya gemetar kesulitan mengendalikan kepanikan yang telah berhasil menakutinya. Beberapa kali Noah membuka buku pernikahannya sekadar memastikan keasliannya. Semakin sering Noah melihatnya, kepalanya mulai pusing dan suhu tubuhnya meningkat. Belum cukup menerima kenyaaan bahwa dia hilang ingatan dan ayahnya telah meninggal, kini Noah juga harus menghadapi kenyataan bahwa ternyata dia telah menikah, memiliki seorang iseri yang tengah mengandung. Noah mengusap wajahnya dengan kasar, pria itu berusaha keras mengingat kapan dirinya menikah? “Mengapa aku melupakan hal-hal penting yang terjadi dalam hidupku?” Noah mengerang frustasi. Apa yang harus Noah lakukan kedepannya? Dia masih terjebak dalam memorinya yang berusia tujuh belas tahun, sangat sulit untuknya menerima kenyataan bahwa kini telah menikah dan sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. *** “Mengapa Ayah tidak mendiskusikan hal ini padaku? Aku ibunya Noah! Aku juga berhak untuk
“Bagaimana perasaan Anda sekarang?” tanya dokter yang membantu memeriksa kembali keadaan Noah sebelum kepulangannya hari ini. “Saya merasa lebih baik sekarang, terima kasih atas bantuan Anda selama beberapa hari ini,” jawab Noah. “Itu sudah menjadi kewajiban saya.” Beberapa hari menjalani perawatan dan terapi, keadaan Noah berangsur membaik meski terkadang dia kesulitan tidur menjelang malam karena sakit yang menimbulkan demam. Dalam demam itu, samar-samar sebuah bayangan yang menyilaukan selalu datang begitu nyata, suara tangisan peremuan asing ikut terdengar bergema ditelinga dan menggemuruhkan dada. Setiap kali mimpi itu datang, Noah akan gelisah dan membutuhkan obat penenang. Noah sudah berusaha keras memahami arti dari mimpi sama yang datang disetiap malamnya, beberapa kali dia bertanya kepada ibu dan kakeknya mengenai kecelakaan yang dia alami. Namun, keduanya secara kompak mengatakan jika Noah mengalami kecelaan tunggal dibawah garasi perusahaan karena mobil yang dia kend