Share

5

Via kehabisan akal membujuk Raihan untuk keluar dari kos-kosannya. Setelah aksi menampar tadi, laki-laki yang ditampar memasang raut datar tanpa merasa bersalah sedikitpun. Yang membuat Via jengkel, bagaimana bisa si mas tukang ojek itu mengeluh lapar setelah kena tampar.

Pada akhirnya Via tak punya pilihan lain selain mengambilkan sepiring nasi beserta lauk apa adanya untuk pria itu. Via memandang kesal wajah tak bersalah laki-laki yang tengah lahap menghabiskan hidangan yang disajikan tak ikhlas di depannya.

Via masih berdiri sambil bersidekap dan memasang raut permusuhan, menunggu pria itu untuk keluar dari rumah kos miliknya, namun lima menit setelah menghabiskan sepiring nasi, tak ada niat laki-laki itu beranjak menuju pintu keluar.

"Mas, ini tidak lucu."

"Aku tidak tertawa."Raihan pura-pura bodoh. Melihat itu, Via semakin meradang.

"Mas, keluar!" Via menunjuk pintu keluar disertai suara meninggi. Raihan bangkit berjalan mendekat, Via langsung mundur mempersiapkan diri untuk melawan.

"Jangan keras keras, Nona! Kalau warga tau, kita bisa dinikahkan malam ini juga. Dan itu akan menguntungkanku." Ada kesan mengejek dari kalimat yang di lontarkan Raihan. Via menutup mulutnya. Kemudian memijit keningnya lelah, bahkan dia sangat mengantuk saat ini.

"Saya mohon, Mas! Jangan seperti ini, apa yang mas lakukan sangat berbahaya bagi saya." Via memelas.

"Seperti apa? Aku cuma bertamu, tak ada apa pun yang terjadi."

"Ya Allah," keluh Via." Sekarang terserah mas, pilih saja! Dari pada saya mendapatkan fitnah, lebih baik saya menginap di rumah sebelah. Tempat pemilik kos."

Raihan tersenyum sekilas dengan kepanikan wanita itu. Panik saja dia cantik, apa lagi kalau tersenyum. Melihat wajah cemas itu menjadi hiburan tersendiri bagi Raihan.

"Berapa umurmu?"

"Saya sedang tak berniat untuk berkenalan, Mas," ketusnya.

"Biar ku tebak, melihat tubuhmu yang kecil, kau masih berusia dua puluh tahun."

"Saya tidak sekecil itu." Via tak terima dikatakan masih dua puluh tahun. Bahkan dia genap dua puluh delapan bulan depan.

"Hmmm ... berarti dua puluh satu."

"Dua tahun lagi saya tiga puluh, asal mas tau saja."

Raihan bersorak dalam hati, gadis ini tak sadar perhatiannya sedang di alihkan.

"Kamu lebih cocok berusia dua puluh satu."

"Terserah mas saja. Sekarang keluar mas!" Via membuka pintu lebar-lebar. Dia sudah putus asa menghadapi laki- laki di depannya.

"Kamu sudah punya pacar?"

"Maaf?"

"Jika kau menjawab aku akan pergi."

Via membuang nafas menetralkan emosi yang kembali naik.

"Pacaran hukumnya haram. Jadi tak ada istilah pacaran dalam hidup saya."

"Artinya kau belum ada yang punya?" Raihan semakin bersemangat. Dia menatap lekat wajah cantik itu yang di balas dengan pandangan sinis.

"Saya kepunyaan jodoh saya."

"Jodohmu itu aku," jawab Raihan penuh tekad.

"Keluaaar!" Via mengamuk sambil berkacak pinggang.

"Berjanjilah besok kamu akan menunggu di pangkalan, mulai besok aku yang akan mengantarmu pulang pergi mengajar."

"Apa?" Mata Via membulat. "Mas sudah gila? Kurang waras? Atau mas ini seorang kriminal? Memaksa orang sesuka hati mas adalah Perbutan tak menyenangkan."

"Aku gila karenamu." Raihan mendekat. Sedangkan Via meraih sapu di dekatnya. Mengacungkan tangkai sapu ke wajah Raihan. Raihan malah tertawa dan merasa terhibur, dia gemas sendiri dengan tingkah Via. Andaikan saja wanita itu tidak sesuci itu, dia akan menggendongnya dan mencubit pipinya sampai puas. Tapi dia hanya perlu bersabar, karena dia sudah bertekad, akan menjadikan Via istrinya secara suka rela atau secara paksa.

"Keluar! Apa mas tak mengerti bahasa manusia?" Via semakin marah.

"Aku hanya mengerti bahasa cinta." Raihan semakin mengerjai gadis itu.  Via kehabisan akal, ini bahkan jam dua dini hari. Dia belum tidur sepicing pun. Bahkan saat ini penglihatannya mulai tidak fokus, perut yang belum terisi, tidur yang belum terlaksana ditambah lagi kehabisan energi menghadapi laki- laki aneh di depannya.

Pegangan pada sapu melemah dan detik berikutnya Via kembali merosot dan jatuh pingsan kembali. Untung saja Raihan menangkap dengan tangkas.

"Via, hari ini aku mendapat rejeki dua kali." Raihan menggeleng dan menggendong wanita itu menuju ke kamarnya. Andai saja wanita itu sadar, mungkin dia akan kembali mendapat ucapan terimakasih berupa tamparan. Raihan heran, tangan kecil itu memiliki kekuatan yang luar biasa. Pipinya sekarang masih kebas.

Raihan tersenyum miris, seperti kata wanita itu. Dia sudah tidak waras, apa yang dilakukannya saat ini bukanlah dirinya, yang benar saja! Mencari wanita itu tengah malam dan bertingkah seperti kekasih sekaligus dokter pribadi wanita itu.

Tapi, ini benar dan salah secara bersamaan. Baru kali ini Raihan merasa kembali bahagia setelah hatinya yang beku selama bertahun tahun. Dia menjadi gila dan mabuk kepayang, kenapa begitu cepat pesona  Via meleburkan hatinya.

Raihan mengamati wajah cantik itu, menumpukan dagunya ke jemarinya dan meletakkan kepala di atas tempat tidur sambil berjongkok.

Dia tak memungkiri, wanita ini sangat cantik. Cahaya wajah yang bersinar, serta mata bening seperti bayi yang tidak berdosa. Bagaimanapun, wanita ini harus menjadi miliknya. Sekali lagi, suka rela atau terpaksa.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status