Raihan berulangkali mengubah posisi tidurnya. Kenapa ranjang empuk ini berubah menjadi duri yang membuat tubuhnya tak nyaman. Sekarang sudah jam sepuluh malam, besok dia harus menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk gara-gara penyamaran menjadi tukang ojek yang dilakukannya beberapa hari yang lalu.
Raihan bisa gila, wajah cantik yang itu terbayang-bayang nyata di matanya. Dua hari dia memendam rindu yang tak berkesudahan, rindu yang tak bisa diobati hanya dengan membayangkan wajahnya saja."Ada apa denganku?" Raihan bangkit, mengacak rambutnya putus asa. Dia bagaikan pengguna narkoba yang sakau. Pemuda tampan itu bangkit dari ranjangnya sambil meneguk air putih yang terletak di atas nakas.Sejenak dia merenung. Lalu dengan cepat dia menyambar kunci motornya sambil mengumpat."Sial! Ada apa denganku?"Hati menolak, tapi tubuh bergerak. Dia sudah memutuskan akan mendatangi wanita itu malam ini, dia butuh bertemu walaupun satu detik saja.Raihan memasang jaket tebalnya, tidak lupa kaos kaki dan sarung tangan supaya dia tidak beku. Jarak desa Via dari sini sekitar dua jam jika motor melaju dengan kecepatan tinggi. Raihan tidak pernah merasa se gila ini, apa yang telah diberikan wanita itu padanya sampai-sampai dia memutuskan mencarinya tengah malam begini karena tak bisa tidur.Di tempat berbeda, Via masih berkutat dengan tumpukan kertas di hadapannya. Ratusan lembar hasil Try out ini harus selesai dikoreksi. Matanya yang dipaksa untuk terbuka sudah memerah menahan kantuk. Jam satu malam, seharusnya dia sudah meringkuk dan menggulung dirinya dalam selimut. Mungkin ini salahnya yang suka menunda-nunda pekerjaan, dia berfikir memeriksa ratusan lembaran jawaban Try out ini adalah perkara kecil.Via baru saja membalikkan satu lembar jawaban yang selesai di perikasanya saat mendengar pintu diketuk pelan. Gadis cantik itu waspada, sejauh ini desa ini sangat aman. Tidak pernah terdengar adanya perbuatan kriminal, tapi siapa yang mengetuk pintu malam-malam begini? Jam satu dini hari, bahkan semua orang sudah hanyut dalam mimpinya.Via mencoba mengabaikan, namun pintu kembali diketuk tak sabaran. Via agak kesal bercampur waspada. Dengan cepat dia meraih jilbab panjangnya, sambil mencari palu yang biasa dia simpan di kolong tempat tidur.Via berjalan mengendap endap, menyingkap tirai jendela itu perlahan. Dia melihat, punggung lebar dan tubuh tinggi menjulang. Tubuh itu tampak tak asing. Via melirik motor yang terparkir manis di halaman kos. Dia ingat, itu si mas ojek. Tapi mau apa dia malam malam begini?Via membuka kunci pintu untuk menuntaskan penasarannya. Belum sempat dia membuka mulut, dia sudah di dorong tak sabar masuk kembali ke dalam rumah bersamaan dengan pria itu yang juga ikut menerobos.Klik! Pintu di kunci pria itu tanpa meminta persetujuan. Via kaget dan tidak senang, laki-laki itu bahkan tak meminta izin untuk masuk."Apa yang mas lakukan?" Via menampakkan raut wajah kesalnya. Raihan melepas helmnya, membuang nafas perlahan."Di luar terlalu dingin, Mbak.""Tunggu, tunggu! Apa maksud semua ini? Mas datang malam-malam lalu masuk tanpa permisi dan mengunci pintu kos saya." Mata Via menyipit, dia berusaha menahan diri agar tidak terpancing emosi.Raihan bukannya meminta maaf, tapi kaki panjangnya malah maju membuat Via terdesak ke dinding. Gadis itu membentengi dirinya sendiri dengan menyilangkan tangan di depan dada.Raihan memejamkan matanya sejenak, lalu menatap gadis cantik itu dengan pandangan putus asa."Aku merindukanmu, sampai-sampai aku tidak bisa tidur."Mata Via terbelalak tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Apa laki-laki ini sedang tidak waras?"Maaf," Via tersenyum hambar." Apa maksud semua ini?" Via menengadah menatap Raihan sengit."Aku merindukanmu, sampai sampai aku berubah gila." Kalimat itu di ucapkan dengan frustasi. Raihan kembali melangkah mendekat, berniat meraih lengan jenjang yang di balut gamis longgar bewarna hijau muda. Namun, tangannya ditepis Via dengan kasar."Jangan macam-macam, Mas! Keluar dari rumah saya!" Mata Via berapi- api.Raihan tidak menyerah, dia malah lebih maju meninggalkan jarak satu jengkal di antara mereka. Sedangkan Via semakin panik."Boleh aku memelukmu? Setelah itu aku akan pergi."Via menggeleng panik." Pergi! Sebelum saya berteriak.""Peluk aku sekali saja. Setelah itu aku berjanji akan pergi." Raihan tak menyerah, dia mendekat sampai sampai kepala Via sudah menyentuh dadanya. Gadis itu mendorongnya kuat, tapi tenaganya yang kecil tak berhasil membuat Raihan mundur walaupun satu langkah."Pergi!" Via membentak."Aku jatuh cinta padamu," aku Raihan yang sudah putus asa, semua perasaan itu harus diungkapkan supaya tidak menyesakkan dadanya.Via tercekat dan terbelalak tak percaya. Dia menggeleng sambil berkata, " jangan konyol, Mas! Keluar sekarang juga, anda sudah bertingkah seperti maling yang masuk rumah orang tanpa permisi."Via berseru panik, entah keberanian dari mana, Raihan malah mendekat lalu memeluk gadis itu. Via meronta kasar, satu kali dorong, Raihan berhasil tersentak mundur.Plak! Tangan halus itu mendarat kasar di pipi Raihan. Mata lugu milik gadis itu menatapnya benciVia kehabisan akal membujuk Raihan untuk keluar dari kos-kosannya. Setelah aksi menampar tadi, laki-laki yang ditampar memasang raut datar tanpa merasa bersalah sedikitpun. Yang membuat Via jengkel, bagaimana bisa si mas tukang ojek itu mengeluh lapar setelah kena tampar.Pada akhirnya Via tak punya pilihan lain selain mengambilkan sepiring nasi beserta lauk apa adanya untuk pria itu. Via memandang kesal wajah tak bersalah laki-laki yang tengah lahap menghabiskan hidangan yang disajikan tak ikhlas di depannya.Via masih berdiri sambil bersidekap dan memasang raut permusuhan, menunggu pria itu untuk keluar dari rumah kos miliknya, namun lima menit setelah menghabiskan sepiring nasi, tak ada niat laki-laki itu beranjak menuju pintu keluar."Mas, ini tidak lucu.""Aku tidak tertawa."Raihan pura-pura bodoh. Melihat itu, Via semakin meradang."Mas, keluar!" Via menunjuk pintu keluar disertai suara meninggi. Raihan bangkit berjalan mendekat, Via langsung mundur mempersiapkan diri untuk mela
Mata bening itu menatap Raihan dongkol. Kenapa ada pria aneh seperti ini? Masuk seperti maling dan malah tak merasa malu saat tertangkap. Raihan celingak-celinguk bodoh. Setelah memaksa Via memakan sepiring nasi, dia masih duduk santai di ruang tamu gadis itu."Apa anda tak pernah belajar etika?" Pertanyaan sama. Raihan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Wanita ini sungguh cerewet. Salah satu sifat yang tidak disukainya. Tapi kenapa malah tak Masalah jika sifat itu dimiliki Via? Cinta memang buta."Aku ingin bermalam di sini," katanya santai.Via melebarkan matanya, dia berusaha untuk tidak menangis. Namun air mata sialan itu malah meluncur turun tak tau malu. Raihan gelagapan, dia membuka dan menutup mulutnya kembali. Mencoba menggapai gadis itu tapi kembali di urungkannya."Anda jahat," desis Via. Dia terlihat putus asa. Beberapa detik kemudian bunyi bantingan pintu kamar menyadarkan Raihan."He ... Hei, Nona. Aku akan keluar, akan pergi. Tapi kunci pintunya. Nanti ada maling y
Raihan membuang rokoknya gelisah. Bagaimana tidak, beberapa perusahaan membatalkan kerja sama dengannya karena dianggap molor melaksanakan pekerjaan. Raihan pada dasarnya tak peduli. Walaupun dia adalah seorang fotografer, namun dia adalah anak pemilik perusahaan besar di negri ini. Dia memiliki kekayaan lebih dari cukup walaupun menghabiskan hari-harinya untuk bersantai.Grace, wanita itu kembali datang dengan kegigihannya, dia mengatakan secara terang-terangan akan membuat Raihan kembali jatuh cinta padanya. Namun semua itu tak dipedulikan lagi oleh Raihan. Seperti biasa, dia akan meninggalkan wanita itu lebih dulu, meninggalkan Grace dengan air mata kecewa dan terlukanya.Raihan kadang mengutuk dirinya sendiri yang sudah tidak waras. Dia bertingkah seperti mafia yang mengintai mangsa dua puluh empat jam. Di sini dia sekarang, di gerbang pondok pesantren tempat Via mengajar, demi berjumpa gadis itu, dia sudah menggadaikan gengsinya yang selama ini sangat tinggi.Raihan sempat kesal.
Via memandang pantulan dirinya dengan bosan di cermin di depannya. Sungguh, moodnya terjun ke jurang atas teror pria aneh itu. Apa kesalahannya di masa lalu sehingga berurusan dengan si mas ojek yang membuatnya takut dan jengkel secara bersamaan.Via meraih jilbab panjang sederhana dan gamis pudar bewarna ungu, dia tak memoles wajah sedikitpun, tujuannya supaya laki-laki itu tak lagi mengaguminya dan menjauh darinya.*****Via hanya tersenyum kecut melihat pria di depannya. Ternyata laki-laki itu sudah lebih dulu sampai di toko buku langgangan Via. Entah dari mana pria itu tahu tentang toko yang selalu dikunjungi Via tersebut, padahal dia tak pernah diantar oleh si mas tukang ojek itu ke sini.Ada yang berbeda, kali ini dia tak terlihat seperti tukang ojek. Dia memakai kaos hitam yang melekat sempurna di tubuhnya, sekilas lihat kaos itu terlihat biasa, tapi jika diteliti lebih dekat, Via tahu persis bahwa kaos itu adalah kaos mahal yang tak bisa dimiliki semua orang karena harganya ya
Via merasa ada yang janggal saat ini, laki-laki itu sama sekali tidak menempuh jalan menuju pondok pesantren. Dia tau betul, jalan ini menuju jalan tol ke Jakarta. Gadis itu berubah resah, hatinya mendadak berfirasat tak enak. Pasti ada sesuatu yang akan di rencanakan laki-laki itu."Ini salah jalan, Mas." Via terdengar panik, matanya melebar melihat keluar melalui kaca mobil. Bahkan mereka sudah masuk ke jalan tol."Jalan ini benar,""Apa maksud, Mas?" Via merasakan jantungnya berdentum ketakutan. Dia mulai mencari cara untuk kabur. Tapi demi tuhan, semua pintu terkunci dan wajah laki-laki itu tampak menegang misterius."Sudah ku bilang kita akan menikah."" Berhenti, berhenti sekarang juga!" Via menjerit sambil mendorong pintu mobil yang tak bisa dibukanya."Kita akan menikah.""Anda gila, hentikan mobil ini. Saya akan berteriak." Via sangat panik. Kenapa dia mempercayai orang gila di sampingnya. Padahal dia tau laki-laki ini adalah teror yang berbahaya."Takkan ada yang mendengarmu
Via yang awalnya kehilangan akal, akhirnya mendorong Raihan dengan kekuatan yang tersisa. Raihan hanya bergeser sedikit, karena baginya tenaga Via belum apa-apa. Raihan bukanlah laki-laki yang kasar, dia hanya sedikit pemaksa. Sangat posesif dengan sesuatu yang sudah dia klaim sebagai miliknya. Tapi dengan gadis itu, keposesifan menjadi tak wajar, dia sendiri menyadari hal itu tapi dia tak ingin mengalah.Dia pernah jatuh cinta, jatuh cinta pada Grace, wanita cantik yang namanya begitu Masyur di negri ini. Jatuh cinta parah sampai dia merelakan hidup matinya demi bisa bersama wanita itu. Orang tua Raihan tak merestui mereka, karena bagi ibu Raihan, dia tak membutuhkan menantu yang cantik atau terkenal, walaupun tinggal di luar negri, sebagai wanita Jawa tulen dia ingin menantu yang bisa di andalkan.Namun, apa yang terjadi, perjuangannya untuk mendapatkan restu dibalas tak adil oleh Grace, Grace malah kedapatan tidur dengan orang yang sangat dikenal Raihan dan dipercayainya sel
Via masih meringkuk di pojok kamar yang sudah disulap menjadi kamar penganten bagi mereka. Dia menghabiskan waktu dengan menangis, kenapa hidupnya begitu miris? Bukan pernikahan seperti ini yang dia inginkan.Dia tak meminta banyak dalam hidupnya, dia hanya ingin di pertemukan dengan laki-laki yang Sholeh yang mampu membuatnya semakin dekat dengan Rabb nya, tidak perlu kaya dan terkenal. Cukup rumah sederhana dan dipenuhi canda tawa dan ibadah di dalamnya.Raihan bukan tipenya. Laki-laki itu begitu asing seperti bumi dan langit baginya. Dia bukan contoh laki-laki yang diidamkannya selama ini. Raihan adalah contoh laki-laki modern yang memiliki dunia yang berbeda dengannya. Yang Via sesali, kenapa kedua orangtuanya begitu mudah terlibat dan termakan tipu muslihat dari Raihan. Kenapa mereka tak pernah berubah, akan luluh jika sudah dihadapkan dengan materi dan gemerlap dunia. Bahkan sang ayah hanya melafazkan ijab Qabul dalam sekali tarikan nafas. Tak peduli dengan Via yang terisak de
Via terbangun jam lima subuh saat suara azan terdengar sayup-sayup. Dia turun dari ranjangnya, melangkah hati-hati. Sedangkan Raihan masih bergelung dalam selimut belum ada tanda-tanda akan bangun untuk menunaikan shalat subuh.Via pun tak berniat membangunkan laki-laki yang sudah sah jadi suaminya selama semalam ini. Tidak saling ikut campur mungkin lebih baik bagi mereka karena pernikahan ini takkan berlangsung lama. Via hanya beristigfar dalam hati meminta ampun kepada Allah atas semua ini. Sehabis shalat subuh, Via melanjutkan tilawahnya dan memurajaah hafalannya yang sudah masuk ke juz 25. Dia menargetkan bisa menguasai hafalan Al-Qur'annya 30 juz dalam tahun ini. Artinya tunggal empat bulan lagi waktu yang bersisa untuk melanjutkan perjuangannya.Via berjalan hati-hati menuruni tangga. Dia takjub, belum pernah seumur hidupnya melihat rumah semewah ini. Arsiteknya benar-benar patut di acungi jempol. Sayangnya ini bukanlah rumahnya.Via baru saja menginjak kakinya di dapur saat