Share

Bab 4

Aku fokus mengikuti pelajaran meskipun sesekali mendapat gangguan dari setan di sebelahku. Zavier kerap diam-diam melemparku menggunakan gulungan kertas kecil. Dan, itu tak hanya dilakukan sekali dua kali, tetapi berlanjut di hari-hari berikutnya.

Entah kenapa orang yang sangat menyebalkan seperti Zavier bisa-bisanya menjadi ketua kelas? Konyol sekali!

Ketika jam istirahat tiba, aku memilih istirahat di belakang sekolah. Lumayan, di sana ada pohon jambu air yang buahnya banyak dan sudah matang. Maling sedikit, tidak apa-apa. Lagipula, kalau dibiarkan begitu saja nanti buahnya busuk. Jadi, mending aku makan saja, biar lebih berkah buat yang tanam.

Kini, aku duduk pada salah satu cabang pohon sambil menggoyang-goyangkan kaki, memetik beberapa buahnya untuk kudiamkan di pangkuan.

Sembari menikmati kedamaian ini, mataku tiba-tiba menangkap gerakan di bawah. Ada Zavier dan teman-temannya sedang berjalan melewati area itu.

Tanpa pikir panjang, ide iseng langsung muncul di benakku. Hitung-hitung untuk membalas perbuatannya padaku yang selama ini selalu resek.

Aku memetik satu jambu air yang cukup besar, menimbang-nimbang sejenak lalu melemparkannya dengan akurasi sempurna.

PLOK!

Buah itu tepat mengenai pelipis Zavier. Aku menahan tawa, melihatnya langsung berhenti dan memegang kepala, kaget.

“Shit! Siapa yang berani melempar gue?” geramnya, perlahan mendongak, matanya menyapu ke arah pohon, mencari-cari pelakunya.

Aku dengan santai menjulurkan lidah ke arah dia, menantang tanpa kata.

Tatapannya yang tajam bertemu denganku dan saat itu juga rahangnya mengeras karena marah.

“Woi, cewek sialan, turun lo!” Teman-teman Zavier mengumpat seakan-akan tidak rela bos mereka ada yang mengganggu.

Aku hanya tertawa kecil dari atas pohon, tanpa berniat turun. Zavier sudah bersiap untuk marah, tangannya terkepal dan langsung memungut batu kecil yang sudah pasti akan digunakan untuk melemparku, tetapi tiba-tiba terdengar suara yang memanggilnya dari kejauhan.

“Zavier, sini sebentar!”

Pria muda itu tampak kesal karena dia tidak bisa meluapkan emosinya. Dia menatapku tajam sambil berkata, “Monyet lu!”

Aku hanya mengangkat bahu, masih dengan senyum santai di wajah mengamati pergerakannya yang mulai berjalan menjauh.

“Suruh siapa main-main sama gue?” ujarku dengan senyum penuh kemenangan.

Selang beberapa saat, aku masih duduk santai di atas pohon, menikmati buah jambu airku sambil sesekali tersenyum senang, merasa puas berhasil menyerang Zavier tadi.

Hanya saja, gadis yang seingatku bernama Maya dan Larissa itu tiba-tiba datang. Aku ingat, kemarin mereka sempat menyebutkan namanya karena aku mengaku tidak mengenalnya.

Mereka berpikir aku lupa ingatan, jadi membantuku mengingat-ingat, padahal tidak demikian, tetapi memang aku tidak mengenal mereka sebelumnya.

Keduanya sudah berdiri di bawah pohon sambil melambaikan tangan padaku.

“Alina! Turun, sini!” seru Maya dengan nada terdengar khawatir.

Gadis berpenampilan agamais itu pun ikut menimpali. “Iya, mending lo turun sebelum terjadi masalah yang lebih besar.”

Aku mendengus kasar. Tak suka kesenanganku diganggu. Namun, dengan berat hati, aku tetap memutuskan untuk turun secara perlahan.

Sepertinya mereka tidak akan pergi sampai aku menuruti keinginannya. Lagipula, kenapa mereka doyan sekali mengikutiku ke mana-mana?

Aku, kan, bukan Alina yang mereka kenal.

Saat kakiku mulai menyentuh tanah, Maya langsung mendekat, wajahnya tampak khawatir. “Gila, lo! Berani banget ngerjain Zavier kayak gitu. Lo gak takut apa? Kemarin aja motor lo dikempesin dia. Belum lagi kalau di kelas, gue perhatiin dia selalu gangguin lo, padahal selama ini Zavier gak pernah gangguin lo!”

Aku mendesah malas. “Loh, kenapa gue harus takut? Emang Zavier psikopat yang harus gue takuti?”

Giliran Larissa yang menggelengkan kepala lalu berkata, “Zavier itu bukan sembarang siswa, Alina. Semua siswa di sini gak ada yang berani macam-macam padanya and the gang karena kalo sampe berurusan dengan 3 orang itu, bisa repot ke depannya.”

Aku melipat tangan di dada, menatap mereka berdua dengan tatapan acuh. “Bodo amat!”

Maya dan Larissa saling berpandangan, seperti tidak percaya dengan responsku.

Detik berikutnya, Maya pun akhirnya angkat bicara lagi. “Gue heran, deh, sama lo, Alina! Lo sekolah udah lama di sini. Lo kayak gak kenal si Zavier aja? Dia itu cowok paling populer di sekolah ini karena selain ganteng, prestasinya di bidang olahraga futsal nggak kaleng-kaleng. Dia sering bawa nama sekolah kita menjuarai kompetisi futsal.”

“Dan, poin tambahannya, dia ... digadang-gadang akan jadi penerus ayahnya jadi pimpinan di perusahaan keluarga mereka yang juga sebagai donatur tetap di sekolah kita,” tambah Larissa. “Mungkin sebab itu juga, dia jadi angkuh dan seenaknya. Pokoknya nggak boleh ada yang macam-macam ke dia, nyentuh milik dia, termasuk menempati parkiran dia. Di sekolah ini cewek-cewek pada nge-fans ke dia tau.”

Mulutku membulat membentuk huruf O mendengar penjelasan Larissa tanpa Chou itu.

Oh, ternyata ... calon pewaris, terus perusahaan keluarganya donatur di sekolah ini. Akan tetapi, tidak berarti dia juga harus semaunya, ‘kan?

“Termasuk kalian yang ngefens?” Aku memicing penasaran ke arah Maya dan Larissa.

“Selain kami," jawab mereka cepat.

Aku menahan tawa mendengar penjelasan mereka. Bukannya takut, hati kecilku justru tergelitik untuk makin melawan Zavier.

“Gue gak peduli!” tegasku membuat Maya dan Larissa saling berpandangan. Barangkali merasa aneh karena ada orang yang berani dengan penguasa sekolah seperti Zavier. Raut wajah keduanya jelas bingung dengan sikapku.

Aku berlalu pergi begitu saja, tetapi mereka membuntutiku.

“Alina, tunggu! Lo mau ke mana?” tanya Maya.

“Mau hantam si Zavier,” jawabku asal.

“Astagfirullah!” Larissa mengusap dadanya pelan membuatku tertawa kecil sambil terus berjalan.

“Alina ....”

Aku sontak menghentikan langkah, berbalik ke arah mereka di belakangku. “Stop, jangan panggil gue Alina! Gue sudah bilang kalau gue bukan Alina!”

Lagi-lagi, mereka saling berpandangan, bingung.

“Ta—tapi, muka lo mirip Alina?” Larissa masih tak percaya dengan ucapanku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status