Bian terdiam membisu memperhatikan Luna yang tengah tertawa dengan kerasnya, Bian sendiri merasa bingung dengan perubahan sikap Luna. Padahal sebelumnya wajah Luna terlihat begitu serius.
“Jangan bermimpi untuk bisa mendapatkan cinta saya!” ucap Luna dingin“Saya tahu untuk mendapatkan cinta kamu hanya ada dalam mimpi saya, meski begitu saya tidak merasa menyesal telah mengenal kamu,” balas Bian“Saya hanya ingin memperingatkan kamu agar tidak membuka keburukan saya di depan keluarga saya!”Bian bertanya, “Soal semalam?”“Tenang saja saya akan menyimpannya sendiri, jika sudah tidak ada yang di katakan bolehkah saya untuk pergi?”“Silakan!” Balas Luna acuh“Bian. Tunggu!”Kedua orang tua Luna berlari keluar dari rumah, Bian yang sudah siap untuk membuka pagar rumah Luna menghentikan gerakan tangannya saat dari kejauhan dilihatnya kedua orang tua Bosnya yang sedang berlari kearahnya.“Kita pulang bersama!” titah Adinata“Lun, kamu juga harus ikut! Kita ke rumah Bian sekarang!” sambung AdinataHa?“Ayah!” seru LunaAdinata menatap lekat wajah Luna. “Ayah dan Mama akan membicarakan pernikahan kalian dengan orang tua Bian, karena sebentar lagi kalian akan menjadi suami istri."Luna memohon pada Ratna. “Mama please! Luna Cuma mau menikah sama Indra, dan Luna gak akan menyetujui perjodohan gila ini!”“Luna, Mama dan Ayahmu tidak menerima penolakan. Kalau kamu masih ingin bertemu dengan Arka maka, kamu harus bisa menerimanya agar Arka bahagia. Tetapi jika kamu bersikukuh untuk menolaknya, maka Mama terpaksa untuk melarangmu bertemu Arka,” ujar RatnaLuna tidak menyangka jika kedua orang tuanya begitu kejam padanya, bagaimana bisa mereka memaksa anaknya menikah dengan orang yang tidak dicintainya. Luna tidak habis pikir, apalagi mengatas namakan Arka sebagai alasan utama.Luna menggerutu dalam hatinya,“Ini lebih gila dari yang kukira.”Dengan terpaksa Luna menuruti kemauan orang tuanya, Luna tak berpikir panjang karena dia mengira bahwa pernikahan ini bisa dibatalkan dan sepertinya dia bisa membujuk Bian agar membatalkan perjodohan yang menurutnya gila.“Ngapain kamu duduk di sebelah saya?” tanya Luna ketusBian yang baru saja membuka pintu mobil bagian belakang memasang wajah bodohnya, melalui tatapan matanya dia seolah mengatakan pada Luna bahwa jok baris depan sudah diduduki oleh kedua orang tuanya.Bian mendengkus. “Lalu, saya harus duduk di mana lagi Bu?”Luna berdecih, “Yaudah masuk!”Luna menggeser tubuhnya merapat pada jendela sehingga memberikan jarak yang cukup jauh di antara Bian dan dirinya. Melalui ekor matanya Luna melirik Bian diam-diam dan berucap dalam hatinya, “Ganteng sih, tetapi umurnya saja sangat jauh di bawahku. Masa iya Aku nikah sama berondong?”“Saya senang jika kamu memperhatikan saya.” Ucap BianLuna tercengang mendengar ucapan Bian yang bisa mengetahui bahwa dirinya tengah memperhatikan pria di sampingnya diam-diam. Luna merasa malu karena tertangkap basah sedang memperhatikan lelaki yang ditolaknya mentah-mentah.“Gak usah GR deh, memang dasar bocil gampang baper ya?”“Maaf bu, tetapi saya sudah termasuk dalam kategori pria dewasa. Saya harap bu Luna tidak lupa kalau saya sudah berusia dua puluh tahun,” balas BianEhem!Suara deheman dari Ratna membuat Luna dan Bian mengalihkan tatapannya kearah jok bagian depan. Terlihat dari kaca spion bahwa bu Ratna tengah tersenyum.“Mama senang kalau kalian bisa akrab seperti ini, sepertinya ide dari Ayah memang tidak salah untuk menikahkan kalian. Mama yakin kalau kalian sudah menikah nanti kalian pasti akan menjadi keluarga harmonis,” kata bu Ratna“Mama!” seru LunaBian ikut menimpali, “Saya tidak berani berharap lebih Bu Ratna, saya cukup sadar diri di mana posisi saya. Jika dibandingkan dengan kekasih Bu Luna pasti saya tidak ada apa-apanya.”“Bulshit!” cibir Luna“Bian, jangan merendah seperti itu, biar bagaimana pun Mama lebih mendukung Kamu yang bersanding dengan Luna dibanding dengan Indra yang sudah jelas-jelas menolak untuk menjadi muallaf,” sahut Ratna“Mama, bisa gak sih kalau gak menjelek-jelekkan Indra dihadapanku. Luna tahu kalau Mama tidak menyetujui hubungan kami. Tetapi, setidaknya hargai dia, dia orang yang telah membantu Luna bangkit dari keterpurukan, di saat Luna hampir gila Indra datang mengobati luka Luna. Apa pantas orang yang telah membuat putri Mama kembali sembuh, Mama perlakukan seperti ini?” tutur Luna dengan mata yang sudah berkaca-kacaUsai mengatakannya air mata Luna menetes memmbasahi pipinya, Luna lalu menghapus jejak air matanya. Dia tidak ingin menunjukkan kesedihannya di depan orang lain. Sedang Bian menatap sendu wanita yang duduk di sampingnya, ingin rasanya dia memeluknya dan memberinya kekuatan. Namun Bian takut jika Luna justru merasa risi dengan sikapnya, jadi Bian memutuskan untuk menatap Luna dalam diam.“Sudah-sudah, Mama jangan mancing keributan. Kita kan mau bersilaturrahmi ke rumah Bian, apa kalian gak malu ribut di depan Bian seperti ini?” tegur AdinataSeketika Luna dan Mamanya langsung terdiam begitu Adinata menegur mereka, mata Luna masih berkaca-kaca. Bian merasa tidak tega melihat wanita pujaannya tengah bersedih, ingin rasanya dia membawa Luna ke dalam pelukannya. Namun yang bisa dilakukan hanya lah menatap Luna dalam diam.“Apa!”Teriakan Luna membuat semua orang yang sedang duduk di ruang tamu kediaman keluarga Bian menatapnya heran, pasalnya saat ini kedua orang tua Luna tengah membahas tanggal pernikahan mereka. Kedua orang tuanya tiba-tiba menentukan tanggal pernikahan mereka yang kurang seminggu lagi.“Maaf, apa Nak Luna merasa keberatan? Atau ada hal lain yang ingin nak Luna katakana?" tanya Ibu dari Bian“Ah, tidak Bu Dewi. Luna mungkin merasa kaget karena tanggal pernikahan mereka kita majukan, saya yakin kalau Luna juga merasa senang.”jawab RatnaLuna terdiam dengan wajah tertunduk, dia seolah tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya. Kedua orang tuanya memang benar-benar keterlaluan. Dan lebih parahnya lagi, dia terpaksa harus mengikuti kemauan orang tuanya demi kebahagiaan putra semata wayangnya.Satu minggu kemudianHari ini suasana di kediaman Aluna putri Adinata tampak begitu ramai, terlihat deretan kendaraan roda dua dan roda empat memenuhi halaman rumah Luna yang begitu luas. Tak hanya itu, suasana di dalam pun tak kalah ramai. Puluhan tamu undangan telah duduk memenuhi ruangan menyaksikan acara akad nikah antara Abian Wiratmadja dengan Aluna Putri Adinata.Luna tengah duduk di depan meja rias, wajahnya yang dibalut make up terlihat semakin cantik. Tubuhnya berbalut kebaya putih dengan desain sederhana. Meski begitu, Luna tetap terlihat anggun. Ratna datang menghampiri Luna. “Luna, kamu terlihat cantik sekali. Ayo kita turun sekarang!” ajak Ratna “Ma, bisakah Luna hanya di sini saja. Luna merasa tidak siap untuk menjalani semua ini?” ucap Luna memohonTangan Ratna yang menggenggam tangan putrinya mengendur, tatapan mata Ratna mendadak sayu saat melihat raut wajah Luna yang tidak menunjukkan rasa bahagia sedikit pun. Kedua tangan Ratna terulur memegang bahu Luna, ditatapn
Di sebuah club mewah bergengsi, tempat dimana manusia berduit menghabiskan uang mereka. Tak terkecuali bagi Luna, wanita cantik yang kini tengah duduk bersama seorang pria.Pria tampan di depannya bertanya pada Luna, "Apa tidak sebaiknya kamu menginap di aprtemenku saja Baby?""Ndra, aku tidak mau ada masalah lagi. Meski, sebenarnya aku ingin," balas Luna"Kenapa? Apa karena pria itu?""Ndra, please! Jangan bahas dia lagi,""Baiklah!"Luna membuka tas slempangnya, tangannya merogoh ke dalam dan mengaduk-aduk isinya saat benda yang dicarinya tidak juga ketemu. "Sepertinya ponselku tertinggal di mobil?""Aku keluar dulu sebentar!" pamit Luna pada kekasihnyaIndra hanya mengangangguk singkat menanggapi ucapan Luna.Sementara Bian ternyata sudah berada di parkiran mobil, dia duduk di samping mobil Luna. Dia tampak kesal karena tak bisa masuk ke dalam, para penjaga Club langsung mengusir Bian karena pakaian yang dikenakannya. Dalam diamnya, Bian menggerutu, " Pantas saja Luna berdandan den
Kreek!Potongan kertas berhamburan di lantai, Bian telah merobek surat perjanjian yanh diberikan oleh Luna. Bian tak merasa bersalah sedikit pun, bahkan bibirnya tersenyum lebar.Plak!Tangan Luna mendarat mulus di pipi Bian, dengan wajah metah Luna memaki Bian, "Untuk terakhir kalinya, kuperingatkan kalau kamu bukanlah orang yang berarti di hidupku. Dan sampai kapan pun aku akan selalu mmbncimu!""Dan sampai kapan pun aku juga tidak akan pernah menceraikanmu, apapun alasannya!" balas Bian"Rasa cintaku terlalu dalam untukmu, bahkan sebelum kamu mengenalku."Luna melangkah mendekat pada Bian, mengikis jarak diantara keduanya. Bibir Luna berbisik di telinga Bian, "Kamu kira aku mempercayainya? Jangan mengarang cerita untuk mendapatkan hatiku, karena sampai kapan pun aku hanya mencintai Indra!"Luna membalikkan tubuhnya meninggalkan Bian. Namun, yang terjadi selanjutnya membuat tubuh Luna menegang. Bian memeluk Luna dari belakang dengan cukup erat, kepalanya ia sandarkan diatas pundak Lu
Sudah tiga hari, sejak hari dimana Bian dan Luna bertengkar hebat. Luna bersikap acuh pada Bian, dia bahkan tidak bertegur sapa sama sekali. Kecuali jika di hadapan Arka dan kedua orang tuanya, Luna akan bersikap seolah rumah tangganya sedang baik-baik saja.TokTokTok"Lun, aku mau bicara sebentar. Bisa tolong bukakan pintunya?"Ck!"Mau apa lagi sih tu bocah, bikin mood pagiku hilang aja!" gerutu LunaCeklek!Kepala Luna menyembul keluar, dia mengintip dari balik pintu, Luna memang sengaja tidak membuka pintu sepenuhnya. Dengan wajah malas Luna bertanya, "Apa?""Aku mau bicara sama kamu, ini penting banget!" ujar Bian"Yaudah masuk!" tukas LunaBian mengekor di belakang Luna, Luna sudah siap untuk berangkat bekerja dengan stelan kemeja berbahan chifon dan rok span di atas lutut. Posisi duduk Luna yang menyilangkan satu kakinya, membuat rok pendek yang ia kenakan terangkat ke atas, Bian yang duduk di sebelah Luna merasa kikuk, bahkan ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bian se
Setelah berkeliling mencari ruang rawat ibu mertuanya, akhirnya Luna menemukan keberadaan soosk Bian yang tengah berdiri mondar-mandir di depan ruang operasi. Dengan menggandeng Arka, Luna berlari menghampiri Bian. "Bian!" panggil Luna Bian langsung menoleh, terlihat wajah Bian yang tampak kusut tak bersemangat. " Arka! Kamu kok tahu kalau Ayah ada di sini?" tanya Bian yang langsung memeluk Arka "Iya, Kita tadi muter-muter cari Ayah. Mama aja sampai capek gendong aku," ujar Arka melirik mamanya "Bi, kenapa kamu gak bilang sama aku?" tanya Luna Bian tak menjawab ucapan Luna, dia hanya melirik sekilas lalu kembali pada Arka. Luna merasa kecewa karena Bian menhacuhkannya.Bian sibuk dengan Arka, Luna yang merasa kehadirannya tidak berarti bagi Bian hendak melangkah pergi meninggalkan mereka. Namun, tangan Luna ditarik oleh Bian. "Kamu mau kemana?" tanya BianLuna membalikkan tubuhnya dan berkata, "Bukankah keberadaanku tidak berarti bagimu? Jadi lebih baik aku pergi saja!" Bian melep
Seorang wanita muda berparas cantik dan bertubuh sexy tengah sibuk berkutat dengan tumpukan kertas di hadapannya. Usianya masih belum menginjak kepala tiga. Namun, siapa sangka jika dia sudah berstatus janda beranak satu. Meski demikian, Aluna dikenal sebagai seorang wanita karier yang cukup mapan. Banyak pria yang tertarik dengannya.“Permisi Bu Luna?” Luna mendongak, ditatapnya perempuan yang berjalan ke arahnya. “Maaf Bu, Mama bu Luna datang berkunjung,” ucap sang asisten.“Mama?” beo Luna yang diikuti anggukan sang asisten.Luna pun bergegas bangkit dan merapikan berkas-berkasnya. “Suruh masuk!” “Baik Bu!”Segera Luna berpindah posisi duduk di sofa panjang yang terletak di sudut ruangan, sembari menunggu kedatangan Mamanya. Ceklek!“Tumben Mama datang ke kantor?” tanya Luna begitu sang Ibu masuk. Namun, tanpa menjawab pertanyaan dari putrinya, Ratna justru langsung menduduki sofa panjang yang juga ditempati oleh Luna.“Aku gak mau dengar kalau mama membahas soal nikah,” ucap L
“Mama, kok ikut ke pintu? Padahal, mama bisa di sofa aja kaya tadi, loh.” Ucapan Arka membuat Luna kembali tersadar. Tatapannya tertuju pada sang buah hati, lalu beralih kembali menatap pria yang dikenalnya. “Arka, apa dia orang yang mau kamu kenalkan sama Mama?” tanya LunaArka mengangguk dengan penuh semangat, bahkan bibirnya tersenyum lebar hingga deretan giginya tampak terlihat. “Apa? Ini tidak mungkin!” batin Luna panik, "bagaimana mungkin seorang pria yang usianya terpaut jauh di bawahnya, bahkan bekerja di salah satu restoran miliknya yang jadi pilihan anaknya?" “Selamat siang, Bu Luna?” sapa lelaki yang berhadapan dengannya dengan suara begitu merdu. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Luna. "Ehem!" Luna berdehem untuk menormalkan suaranya, sepertinya dia perlu membicarakan hal ini berdua dengan pria bernama Abian ini. “Abian! Bisa bicara sebentar?” Abian pun mengangguk ketika Luna memberi isyarat pada Abian untuk mengikutinya. Meski tidak mengerti, Arka pun mengizinkan
Luna terus mengumpat dalam hatinya. Hal yang dia takutkan akhrinya terjadi juga. Berbagai pikiran negative mengenai kelanjutan hubungan percintaannya dengan Indra terus saja bermunculan di dalam otaknya. “Arka, sebaiknya kamu makan sekarang es krimnya. Sebelum mencair, Mama mau ngobrol sebentar sama om Indra,” ujar Luna cepat, membujuk Arka “Baik Ma!” balas Arka.Anaknya itu lalu melenggang pergi meninggalkan sang Mama dengan membawa dua cup es krim di tangannya. Luna pun bisa bernafas lega karena Arka tidak mengatakan yang sebenarnya. Hanya saja, begitu Luna menatap Indra. Pria itu telah memicingkan matanya tajam. “Lun! Apa ada yang kamu sembunyikan dariku?” tanyanya cepat.Luna memijit kepala pening.“Sebaiknya, kita bicara di luar saja. Di sini banyak orang,” pintanya.Luna lantas menggandeng tangan Indra tanpa menunggu persetujuan darinya. Indra pun hanya diam sampai mereka berada di luar kedai es krim. “Kamu aneh, kenapa aku merasa kalau ada yang kamu sembunyikan?” “Ndra