Seorang wanita muda berparas cantik dan bertubuh sexy tengah sibuk berkutat dengan tumpukan kertas di hadapannya. Usianya masih belum menginjak kepala tiga. Namun, siapa sangka jika dia sudah berstatus janda beranak satu. Meski demikian, Aluna dikenal sebagai seorang wanita karier yang cukup mapan. Banyak pria yang tertarik dengannya.
“Permisi Bu Luna?”
Luna mendongak, ditatapnya perempuan yang berjalan ke arahnya.
“Maaf Bu, Mama bu Luna datang berkunjung,” ucap sang asisten.
“Mama?” beo Luna yang diikuti anggukan sang asisten.
Luna pun bergegas bangkit dan merapikan berkas-berkasnya. “Suruh masuk!”
“Baik Bu!”
Segera Luna berpindah posisi duduk di sofa panjang yang terletak di sudut ruangan, sembari menunggu kedatangan Mamanya.
Ceklek!
“Tumben Mama datang ke kantor?” tanya Luna begitu sang Ibu masuk. Namun, tanpa menjawab pertanyaan dari putrinya, Ratna justru langsung menduduki sofa panjang yang juga ditempati oleh Luna.
“Aku gak mau dengar kalau mama membahas soal nikah,” ucap Luna cepat.
“Lun! Ini sudah saatnya bagi kamu untuk mencari Ayah bagi Arka, dia sudah besar dan membutuhkan figur seorang Ayah.”
“Ma, Luna sudah mencarikan ayah untuk Arka. Tapi apa yang terjadi? Mama justru menentang pilihanku,” sergah Luna dengan wajah masam.
Ratna mendengus. Entah sudah ke berapa kalinya, dia berdebat dengan putrinya. Ratna memang selalu menuntut Luna untuk segera menikah, tetapi ia tidak setuju dengan lelaki pilihan anaknya itu.“Kamu tahu sendiri kan kalau Indra dan kita berbeda, bagaimana bisa mama menyetujui hubungan kalian? Lagian, di luar sana masih banyak lelaki yang jauh lebih baik daripada Indra.”
Deg!
Mendengar ucapan Ratna, hati Luna berdenyut sakit mendengar ucapan Ibu kandungnya yang cukup menyayat hati. Darahnya ikut mendidih saat nama sang kekasih disebut dan direndahkan oleh ibu kandungnya.
“Mama! Berhenti menjelek-jelekkan Indra, sampai kapan pun Luna gak akan pernah sudi untuk menikah jika bukan dengan Indra!” ucap Luna berapi-api.“Lun! Dengarkan Mama dulu,” ucap sang Ibu tegas, “Arka terus-menerus merengek meminta Ayah.” Luna menatap Ibunya dan menghela napas panjang begitu anaknya dibawa dalam pembicaraan ini. “Tolong beri Luna waktu untuk memikirkan semua ini, ma. Hati Luna gak akan bisa berpaling dari Indra. Lalu, bagaimana Luna bisa menikah dengan orang lain?”Ditatapnya nanar sang Ibu, bahkan air matanya hampir menetes. Namun, berhasil ditahannya.Melihat respons sang putri, Ratna gegas bangkit dari duduknya. Hanya saja, langkahnya terhenti sebelum membuka pintu. “Luna, sebenarnya, Arka sudah memilih sendiri siapa Ayah yang dia inginkan.”Mata Luna sontak membulat. “Apa?! Siapa dia?” tanya Luna.“Arka sendiri yang akan mengatakannya padamu nanti.”Setelah mengatakan ucapan penuh teka-teki itu, Ratna lalu melanjutkan langkahnya, hingga tubuhnya benar-benar menghilang dari pandangan Luna.Wanita beranak satu itu sontak merasakan kepalanya berdenyut sakit. Segera ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa dengan tangan yang memijit kening.Tok
TokTokBaru saja Luna memejamkan mata sejenak, suara ketukan pitnu membuatnya tersadar. Segera, ia membuka kedua matanya.
“Masuk!” seru Luna lantang.Sesosok tubuh mungil masuk ke ruangannya membuat Luna cukup terkejut. “Arka?” ucap Luna. Sungguh, ia tak tahu apakah putranya baru saja datang sendiri ke ruangannya, atau memang dia sudah berada di kantornya bersama neneknya sejak tadi?“Mama,” teriak Arka sembari berlari.
“Sayang, tumben kok datangnya sendiri?”
Luna duduk berjongkok menyamakan tingginya dengan Arka.
Tangan Luna mengelus kepala Arka lalu turun memegang kedua bahunya.“Em ..., Arka mau ngomong sesuatu sama mama,” ujar Arka.Luna menarik tubuh Arka dan menggendongnya lalu mendudukkannya di sofa yang sebelumnya dia duduki.“Jadi, arka mau ngomong apa hem?” tanya Luna“Tapi, mama janji ya jangan marah sama Arka kalau Arka ngomong jujur,” pinta ArkaLuna menggeleng sebagai jawaban, bibirnya tersenyum tipis dengan mata yang menatap teduh.“Arka ingin punya Ayah Ma,” cicit Arka.Luna segera menghela napas panjang. Ternyata, apa yang dikatakan Ibunya memang benar. Sekarang, Arka mengatakan sendiri apa yang menjadi keinginannya.
Meski Luna tengah merasa pusing dengan pertanyaan Arka, tetapi dia tidak boleh menunjukkannya pada Arka.
“Oh, jadi Arka mau punya Ayah, ya? Kalau Mama carikan Ayah baru, apa Arka akan setuju?” tanya Luna pada akhirnya.
Arka tampak berpikir sejenak sebelum membalas ucapan Mamanya.“Tetapi, Arka gak mau kalau Mama menikah sama Om Indra," ujar Arka, "Om indra gak sayang sama Arka.”Wajah anak Luna itu seketika murung membuat Luna terkejut setengah mati.Bagaimana Arka bisa mengatakan hal seperti itu?
Padahal, Indra selalu bersikap baik pada Arka. Atau ... jangan-jangan Mamanya yang sudah menghasut Arka agar tidak menyetujui hubunganku dengan Indra?Luna diam-diam menarik napas panjang sebelum akhirnya bertanya, “Jadi, Arka maunya bagimana? Bukannya tadi Arka sendiri yang bilang kalau mau punya Ayah?”“Arka sudah punya calon Ayah sendiri,” jawab Arka.Hah? Luna terbengong.Mendengar jawaban dari Arka, dia tak habis pikir dengan isi pikiran putranya yang masih kecil. Sepertinya, ucapan sang ibu benar.Apakah Arka diam-diam menawarkan dirinya pada Papa teman-temannya di sekolah?
'Semoga saja itu tidak benar,' batin Luna panik.
“Siapa orang itu, Nak?”“Mama mau bertemu sama dia? Sebentar biar Arka panggilkan,” tawar ArkaArka beranjak dari duduknya dengan penuh semangat membuat Luna panik.
“Tunggu! Jadi Kamu ke kantor Mama sama siapa?” cegah Luna.“Sama Nenek, tadi sepulang sekolah Arka ngajak nenek untuk ke kantor Mama,” jawab Arka.Bukannya rasa penasaran Luna terobati, namun kepalanya justru terasa semakin pusing memikirkan ucapan Arka.“Tadi Arka mau panggil seseorang kan? Apa orang yang mau Arka kenalkan sama Mama ada di sini juga?”“Iya Ma, lagi nunggu di depan pintu. Arka panggilkan sebentar, biar Mama gak penasaran,” ucap Arka disertai cengiran.Sepertinya Luna harus mengikuti ucapan Arka daripada dia penasaran setengah mati.Ceklek!“Om, ayok masuk! Mama sudah nunggu di dalam.”Samar-samar, Luna masih mendengar ucapan Arka sedang berdiri di balik pintu yang sedikit terbuka.Luna yang sudah merasa penasaran setengah mati merasa tidak sabar jika harus menunggu Arka mengobrol dengan orang yang ditunggunya.Tanpa membuang waktu lagi, Luna beranjak dari duduknya lalu melangkah menghampiri Arka. Luna menarik daun pintu hingga membuatnya terbuka dengan sempurna.Wajah Luna menegang seketika saat melihat siapa sosok yang sedang berbicara dengan Arka.Digelengkan kepalanya berulang kali, mencoba menyangkal kenyataan di hadapannya.
Bila saja tidak ada Arka, Luna pasti sudah akan meledak.
“Kamu?”“Mama, kok ikut ke pintu? Padahal, mama bisa di sofa aja kaya tadi, loh.” Ucapan Arka membuat Luna kembali tersadar. Tatapannya tertuju pada sang buah hati, lalu beralih kembali menatap pria yang dikenalnya. “Arka, apa dia orang yang mau kamu kenalkan sama Mama?” tanya LunaArka mengangguk dengan penuh semangat, bahkan bibirnya tersenyum lebar hingga deretan giginya tampak terlihat. “Apa? Ini tidak mungkin!” batin Luna panik, "bagaimana mungkin seorang pria yang usianya terpaut jauh di bawahnya, bahkan bekerja di salah satu restoran miliknya yang jadi pilihan anaknya?" “Selamat siang, Bu Luna?” sapa lelaki yang berhadapan dengannya dengan suara begitu merdu. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Luna. "Ehem!" Luna berdehem untuk menormalkan suaranya, sepertinya dia perlu membicarakan hal ini berdua dengan pria bernama Abian ini. “Abian! Bisa bicara sebentar?” Abian pun mengangguk ketika Luna memberi isyarat pada Abian untuk mengikutinya. Meski tidak mengerti, Arka pun mengizinkan
Luna terus mengumpat dalam hatinya. Hal yang dia takutkan akhrinya terjadi juga. Berbagai pikiran negative mengenai kelanjutan hubungan percintaannya dengan Indra terus saja bermunculan di dalam otaknya. “Arka, sebaiknya kamu makan sekarang es krimnya. Sebelum mencair, Mama mau ngobrol sebentar sama om Indra,” ujar Luna cepat, membujuk Arka “Baik Ma!” balas Arka.Anaknya itu lalu melenggang pergi meninggalkan sang Mama dengan membawa dua cup es krim di tangannya. Luna pun bisa bernafas lega karena Arka tidak mengatakan yang sebenarnya. Hanya saja, begitu Luna menatap Indra. Pria itu telah memicingkan matanya tajam. “Lun! Apa ada yang kamu sembunyikan dariku?” tanyanya cepat.Luna memijit kepala pening.“Sebaiknya, kita bicara di luar saja. Di sini banyak orang,” pintanya.Luna lantas menggandeng tangan Indra tanpa menunggu persetujuan darinya. Indra pun hanya diam sampai mereka berada di luar kedai es krim. “Kamu aneh, kenapa aku merasa kalau ada yang kamu sembunyikan?” “Ndra
Suara dentuman music terdengar memekakkan telinga. Namun, hal itu tidak berlaku bagi wanita yang sedang duduk menikmati segelas Wine di tangannya, dia adalah Aluna. Gaun sexy berjenis off-shoulder melekat membentuk tubuh indahnya, rambutnya yang dicepol ke atas membuat leher jenjang Luna terekspose dengan indah. Clubbing adalah salah satu caranya untuk membuatnya menghilangkan rasa stres yang mengacaukan pikirannya, kali ini Luna datang seorang diri. “Tuangkan satu gelas lagi!” pinta Luna pada bartender di hadapannya “Nona, Anda sudah mabuk. Apalagi Anda datang sendirian, itu akan sangat membahayakan,” ucap si bartender “Aish! Aku bisa menyetir, aku masih belum mabuk. Jadi cepat berikan kepadaku!” desak Luna“Tidak bisa Nona, sebaiknya Anda pulang sekarang sebelum kesadaran Anda makin berkurang!” tolak si bartenderLuna mengerucutkan bibirnya, dia mendengkus kesal lalu beranjak dari kursinya dan berjalan dengan langkah sempoyongan. Meski dengan kepala yang terasa pusing, Luna akhir
Jantung Luna berdegup lebih kencang dari biasanya, pikirannya berkeliaran memikirkan sosok lelaki yang berada di hadapannya. Luna tidak menyangka jika Bian lah orang mengantarnya pulang ke rumahnya dan itu artinya Bian mengetahui sisi buruknya. “Abian.” ucap Luna Ratna dan Adinata, suaminya menatap Luna dan Bian bergantian. Luna duduk di sebuah sofa tunggal tepatnya di samping Bian, tatapan keduanya bertemu dan saling menumbuk. Bian lalu menundukkan kepalanya singkat untuk memberikan salam hormat pada Luna selaku Bosnya. “Jadi, hal apa yang membuat Mama dan Ayah kerumah pagi-pagi? Dan, kenapa datang sama Bian juga?” tanya Luna “Mama dan Ayahmu akan menikahkanmu dalam waktu dekat ini, dan Arka juga sudah setuju,” ucap Ratna “Apa kamu bersedia untuk menikah dengan saya?” tanya Luna menatap Bian “Apa! Menikah?” ulang Bian “Bukannya Kamu sudah mengetahui bahwa kedua orang tua saya menjodohkan kita berdua?” Bian masih belum juga membuka suara sehingga membuat Luna tampak kesal, sed
Bian terdiam membisu memperhatikan Luna yang tengah tertawa dengan kerasnya, Bian sendiri merasa bingung dengan perubahan sikap Luna. Padahal sebelumnya wajah Luna terlihat begitu serius. “Jangan bermimpi untuk bisa mendapatkan cinta saya!” ucap Luna dingin “Saya tahu untuk mendapatkan cinta kamu hanya ada dalam mimpi saya, meski begitu saya tidak merasa menyesal telah mengenal kamu,” balas Bian “Saya hanya ingin memperingatkan kamu agar tidak membuka keburukan saya di depan keluarga saya!” Bian bertanya, “Soal semalam?” “Tenang saja saya akan menyimpannya sendiri, jika sudah tidak ada yang di katakan bolehkah saya untuk pergi?” “Silakan!” Balas Luna acuh “Bian. Tunggu!” Kedua orang tua Luna berlari keluar dari rumah, Bian yang sudah siap untuk membuka pagar rumah Luna menghentikan gerakan tangannya saat dari kejauhan dilihatnya kedua orang tua Bosnya yang sedang berlari kearahnya. “Kita pulang bersama!” titah Adinata “Lun, kamu juga harus ikut! Kita ke rumah Bian sekarang!”
Satu minggu kemudianHari ini suasana di kediaman Aluna putri Adinata tampak begitu ramai, terlihat deretan kendaraan roda dua dan roda empat memenuhi halaman rumah Luna yang begitu luas. Tak hanya itu, suasana di dalam pun tak kalah ramai. Puluhan tamu undangan telah duduk memenuhi ruangan menyaksikan acara akad nikah antara Abian Wiratmadja dengan Aluna Putri Adinata.Luna tengah duduk di depan meja rias, wajahnya yang dibalut make up terlihat semakin cantik. Tubuhnya berbalut kebaya putih dengan desain sederhana. Meski begitu, Luna tetap terlihat anggun. Ratna datang menghampiri Luna. “Luna, kamu terlihat cantik sekali. Ayo kita turun sekarang!” ajak Ratna “Ma, bisakah Luna hanya di sini saja. Luna merasa tidak siap untuk menjalani semua ini?” ucap Luna memohonTangan Ratna yang menggenggam tangan putrinya mengendur, tatapan mata Ratna mendadak sayu saat melihat raut wajah Luna yang tidak menunjukkan rasa bahagia sedikit pun. Kedua tangan Ratna terulur memegang bahu Luna, ditatapn
Di sebuah club mewah bergengsi, tempat dimana manusia berduit menghabiskan uang mereka. Tak terkecuali bagi Luna, wanita cantik yang kini tengah duduk bersama seorang pria.Pria tampan di depannya bertanya pada Luna, "Apa tidak sebaiknya kamu menginap di aprtemenku saja Baby?""Ndra, aku tidak mau ada masalah lagi. Meski, sebenarnya aku ingin," balas Luna"Kenapa? Apa karena pria itu?""Ndra, please! Jangan bahas dia lagi,""Baiklah!"Luna membuka tas slempangnya, tangannya merogoh ke dalam dan mengaduk-aduk isinya saat benda yang dicarinya tidak juga ketemu. "Sepertinya ponselku tertinggal di mobil?""Aku keluar dulu sebentar!" pamit Luna pada kekasihnyaIndra hanya mengangangguk singkat menanggapi ucapan Luna.Sementara Bian ternyata sudah berada di parkiran mobil, dia duduk di samping mobil Luna. Dia tampak kesal karena tak bisa masuk ke dalam, para penjaga Club langsung mengusir Bian karena pakaian yang dikenakannya. Dalam diamnya, Bian menggerutu, " Pantas saja Luna berdandan den
Kreek!Potongan kertas berhamburan di lantai, Bian telah merobek surat perjanjian yanh diberikan oleh Luna. Bian tak merasa bersalah sedikit pun, bahkan bibirnya tersenyum lebar.Plak!Tangan Luna mendarat mulus di pipi Bian, dengan wajah metah Luna memaki Bian, "Untuk terakhir kalinya, kuperingatkan kalau kamu bukanlah orang yang berarti di hidupku. Dan sampai kapan pun aku akan selalu mmbncimu!""Dan sampai kapan pun aku juga tidak akan pernah menceraikanmu, apapun alasannya!" balas Bian"Rasa cintaku terlalu dalam untukmu, bahkan sebelum kamu mengenalku."Luna melangkah mendekat pada Bian, mengikis jarak diantara keduanya. Bibir Luna berbisik di telinga Bian, "Kamu kira aku mempercayainya? Jangan mengarang cerita untuk mendapatkan hatiku, karena sampai kapan pun aku hanya mencintai Indra!"Luna membalikkan tubuhnya meninggalkan Bian. Namun, yang terjadi selanjutnya membuat tubuh Luna menegang. Bian memeluk Luna dari belakang dengan cukup erat, kepalanya ia sandarkan diatas pundak Lu