Suara dentuman music terdengar memekakkan telinga. Namun, hal itu tidak berlaku bagi wanita yang sedang duduk menikmati segelas Wine di tangannya, dia adalah Aluna. Gaun sexy berjenis off-shoulder melekat membentuk tubuh indahnya, rambutnya yang dicepol ke atas membuat leher jenjang Luna terekspose dengan indah. Clubbing adalah salah satu caranya untuk membuatnya menghilangkan rasa stres yang mengacaukan pikirannya, kali ini Luna datang seorang diri.
“Tuangkan satu gelas lagi!” pinta Luna pada bartender di hadapannya“Nona, Anda sudah mabuk. Apalagi Anda datang sendirian, itu akan sangat membahayakan,” ucap si bartender“Aish! Aku bisa menyetir, aku masih belum mabuk. Jadi cepat berikan kepadaku!” desak Luna“Tidak bisa Nona, sebaiknya Anda pulang sekarang sebelum kesadaran Anda makin berkurang!” tolak si bartenderLuna mengerucutkan bibirnya, dia mendengkus kesal lalu beranjak dari kursinya dan berjalan dengan langkah sempoyongan. Meski dengan kepala yang terasa pusing, Luna akhirnya sampai pada parkiran Club yang cukup ramai dengan mobil yang berbaris rapi.“Aish, mobilku di mana?” gerutu LunaSemua mobil terlihat sama dimata Luna, ditambah dengan pandangan matanya yang sudah mengabur.“Luna!”Luna yang merasa dipanggil segera menoleh kebelakang, pandangannya yang menjadi buram bahkan terlihat seolah berputar-putar dimatanya membuatnya sulit untuk mengenali seseorang yang berdiri di hadapannya saat ini. Berulang kali dia mengerjapkan matanya dengan satu tangannya memegangi kepala yang terasa pusing.“Siapa?” tanya Luna“Oh tidak! Sepertinya Kamu sudah mabuk berat sampai tidak mengenaliku,”cibir pria di depan LunaJika dari suaranya Luna sangat yakin bahwa seseorang yang sedang berbicara dengannya adalah seorang pria, bahkan suaranya tampak tidak asing baginya. Sayangnya dia tidak bisa memastikan siapa pria itu.“Biar saya antar kamu pulang,” ucapnya“Tidak! Saya bisa menyetir sendiri!” tolak Luna lalu membalikkan tubuhnyaBelum sempat tubuhnya berbalik dengan sempurna, tangannya sudah terlebih dahulu ditarik dari belakang hingga membuat tubuhnya oleng seketika. Namun dengan sigap pria itu menangkap tubuhnya, jarak wajah mereka yang cukup dekat membuat Luna bisa dengan jelas melihat wajah sang pria.“Abian?” beo LunaSeseorang yang dipanggil Abian tersebut menarik satu sudut bibirnya, namun sayang Luna kehilangan kesadarannya dan pingsan dalam pelukan Abian.”Aku kira kamu peminum hebat, ternyata cukup payah!” cibir AbianAbian lantas menggendong tubuh Luna ala bridal style, berbekat kunci mobil di tangan Luna Bian mencari keberadaan mobil milik Luna dan mengantarnya pulang. Beruntung Arka pernah mengatakan padanya tentang lokasi rumah milik Mamanya, jadi Bian tidak perlu mengantar Luna pulang ke rumah orang tuanya yang dia yakini akan menimbulkan masalah saat mengetahui keadaan Luna yang tengah mabuk.TinTinAbian mebunyikan klakson mobil agar satpam membukakan pintu pagar rumah Luna, dan tak lama seorang pria dengan pakaian khas seorang satpam keluar dari pos satpam yang berada di samping pagar. Abian yang hendak memasuki rumah Luna merasa kesulitan karena handle pintu berjenis smart door, Bian langsung menempelkan jari telunjuk Luna, setelah pintu terbuka Abian mencari letak kamar Luna.“Non Luna!” seru seorang wanita paruh bayaLangkah Bian terhenti seketika, dia menunggu seorang wanita paruh baya yang berjalan medekat kearahnya. Abian yakin bahwa wanita tersebut adalah ART di rumah Luna jika dilihat dari caranya memanggil Luna.“Di mana kamar Luna?” tanya Bian“Di lantai atas Tuan, pintu pertama sebelah kanan,”“Baik, terima kasih!” tukas Bian Abian lalu berjalan menaiki tangga sampai dia tiba di depan kamar yang telah di sebutkan oleh ART tadi, Abian lantas membuka pintu kamar Luna lalu merebahkan tubuh Luna di atas ranjang berukuran king. Bian melepas sepatu yang masih melekat di kaki Luna lalu beralih menyelimuti tubuh Bosnya.“Kamu begitu cantik, tak salah jika Aku menyukaimu pada pandangan pertama,” ujar Bian sembari menatap lekat wajah LunaTangan Bian terulur untuk membelai pipi mulus Luna, namun tanpa diduga tiba-tiba Luna menggenggam tangan Bian dan membuat Abian berjingkat kaget.“Ndra, Aku sayang kamu.” ujar Luna dengan mata yang masih terpejamDeg!Jantung Bian terasa berhenti berdetak, dia tidak menyangka jika Luna begitu mencintai kekasihnya. Bahkan disaat kesadarannya mulai menghilang dia masih saja mengingat kekasihnya.“Maaf, Aku tidak bisa berlama-lama melihatmu seperti ini,” ucap BianBian lalu melepas genggaman tangan Luna, namun sebelum pergi Bian mencium kening Luna singkat. Bibir Bian tersenyum tipis, meski hatinya terasa sakit mengetahui fakta bahwa hati wanita pujaannya hanya untuk kekasihnya.***TokTokTokEntah sudah keberapa kali pintu kamar Luna diketuk dari luar, namun sang empunya tak kunjung membukakan pintu. Sampai ART yang kerap disapa Bi Imah tersebut terpaksa masuk ke dalam kamar Luna untuk memastikan keadaan majikannya.“Non Luna bangun!” teriak Bi ImahBi Imah mengguncang tubuh Luna beberapa kali sampai wanita cantik itu melenguh saat merasa tidurnya terganggu.“Non, ada tamu di bawah, ada Tuan dan Nyonya juga,”Luna mengerjapkan matanya, kepalanya masih terasa sedikit pusing meski tidak seberat semalam. Luna bangkit dari tidurnya, mengubah posisinya menjadi duduk dan bersandar pada sandaran tempat tidur.“Hem, hari ini kan hari minggu. Bukannya Arka lagi libur sekolah?”“Em, anu Non. Bukan den Arka yang datang, tetapi Tuan dan Nyonya bawa cowok sangat ganteng, dia yang mengantar Non Luna pulang semalam,” tutur Bi Imah“Ha! Siapa?”Luna mencoba mengingat kejadian semalam saat dirinya tengah mabuk dan kesadarannya menghilang, Luna baru menyadari bahwa dia tidak mungkin menyetir sendirian saat dia dalam keadaan mabuk berat.“Lalu siapa yang mengantarnya pulang semalam, apa dia menelepon Indra dan memintanya mengantar pulang?” ucapnya dalam hatiJika memang benar bahwa Indra yang megantarnya pulang, lalu untuk apa Indra bertamu kerumahnya bersama kedua orang tuanya. Mengingat kedua orang tuanya tidak menyukai Indra.“Non! Kok malah bengong, sebaiknya Non Luna mandi dulu, Bi Imah mau ke bawah. Tuan dan Nyonya sudah meunnggu dari tadi!” tegur Bi ImahLuna pun langsung tersadar dari lamunannya, dia lalu bergegas untuk membersihkan tubuhnya dan menemui orang tuanya di lantai bawah.“Mama, Ayah? Tumben pagi-pagi ke sini?” sapa Luna“Mama mau kenalin seseorang, meski Mama tahu kalian sudah saling mengenal,” ujar Ratna“Dia yang mau Mama jodohkan sama kamu, dia yang akan jadi Ayah bagi Arka nantinya.” Bisik RatnaApa?Ini tidak mungkin, mengapa kedua orang tuanya sangat ambisius sekali untuk menjodohkan anaknya. Tatapan Luna tertuju pada seorang pria yang duduk membelakanginya, jika pria tersebut adalah orang yang mengangantarnya pulang semalam, itu artinya dia bukanlah Indra.“Ini lebih buruk!” batin LunaJantung Luna berdegup lebih kencang dari biasanya, pikirannya berkeliaran memikirkan sosok lelaki yang berada di hadapannya. Luna tidak menyangka jika Bian lah orang mengantarnya pulang ke rumahnya dan itu artinya Bian mengetahui sisi buruknya. “Abian.” ucap Luna Ratna dan Adinata, suaminya menatap Luna dan Bian bergantian. Luna duduk di sebuah sofa tunggal tepatnya di samping Bian, tatapan keduanya bertemu dan saling menumbuk. Bian lalu menundukkan kepalanya singkat untuk memberikan salam hormat pada Luna selaku Bosnya. “Jadi, hal apa yang membuat Mama dan Ayah kerumah pagi-pagi? Dan, kenapa datang sama Bian juga?” tanya Luna “Mama dan Ayahmu akan menikahkanmu dalam waktu dekat ini, dan Arka juga sudah setuju,” ucap Ratna “Apa kamu bersedia untuk menikah dengan saya?” tanya Luna menatap Bian “Apa! Menikah?” ulang Bian “Bukannya Kamu sudah mengetahui bahwa kedua orang tua saya menjodohkan kita berdua?” Bian masih belum juga membuka suara sehingga membuat Luna tampak kesal, sed
Bian terdiam membisu memperhatikan Luna yang tengah tertawa dengan kerasnya, Bian sendiri merasa bingung dengan perubahan sikap Luna. Padahal sebelumnya wajah Luna terlihat begitu serius. “Jangan bermimpi untuk bisa mendapatkan cinta saya!” ucap Luna dingin “Saya tahu untuk mendapatkan cinta kamu hanya ada dalam mimpi saya, meski begitu saya tidak merasa menyesal telah mengenal kamu,” balas Bian “Saya hanya ingin memperingatkan kamu agar tidak membuka keburukan saya di depan keluarga saya!” Bian bertanya, “Soal semalam?” “Tenang saja saya akan menyimpannya sendiri, jika sudah tidak ada yang di katakan bolehkah saya untuk pergi?” “Silakan!” Balas Luna acuh “Bian. Tunggu!” Kedua orang tua Luna berlari keluar dari rumah, Bian yang sudah siap untuk membuka pagar rumah Luna menghentikan gerakan tangannya saat dari kejauhan dilihatnya kedua orang tua Bosnya yang sedang berlari kearahnya. “Kita pulang bersama!” titah Adinata “Lun, kamu juga harus ikut! Kita ke rumah Bian sekarang!”
Satu minggu kemudianHari ini suasana di kediaman Aluna putri Adinata tampak begitu ramai, terlihat deretan kendaraan roda dua dan roda empat memenuhi halaman rumah Luna yang begitu luas. Tak hanya itu, suasana di dalam pun tak kalah ramai. Puluhan tamu undangan telah duduk memenuhi ruangan menyaksikan acara akad nikah antara Abian Wiratmadja dengan Aluna Putri Adinata.Luna tengah duduk di depan meja rias, wajahnya yang dibalut make up terlihat semakin cantik. Tubuhnya berbalut kebaya putih dengan desain sederhana. Meski begitu, Luna tetap terlihat anggun. Ratna datang menghampiri Luna. “Luna, kamu terlihat cantik sekali. Ayo kita turun sekarang!” ajak Ratna “Ma, bisakah Luna hanya di sini saja. Luna merasa tidak siap untuk menjalani semua ini?” ucap Luna memohonTangan Ratna yang menggenggam tangan putrinya mengendur, tatapan mata Ratna mendadak sayu saat melihat raut wajah Luna yang tidak menunjukkan rasa bahagia sedikit pun. Kedua tangan Ratna terulur memegang bahu Luna, ditatapn
Di sebuah club mewah bergengsi, tempat dimana manusia berduit menghabiskan uang mereka. Tak terkecuali bagi Luna, wanita cantik yang kini tengah duduk bersama seorang pria.Pria tampan di depannya bertanya pada Luna, "Apa tidak sebaiknya kamu menginap di aprtemenku saja Baby?""Ndra, aku tidak mau ada masalah lagi. Meski, sebenarnya aku ingin," balas Luna"Kenapa? Apa karena pria itu?""Ndra, please! Jangan bahas dia lagi,""Baiklah!"Luna membuka tas slempangnya, tangannya merogoh ke dalam dan mengaduk-aduk isinya saat benda yang dicarinya tidak juga ketemu. "Sepertinya ponselku tertinggal di mobil?""Aku keluar dulu sebentar!" pamit Luna pada kekasihnyaIndra hanya mengangangguk singkat menanggapi ucapan Luna.Sementara Bian ternyata sudah berada di parkiran mobil, dia duduk di samping mobil Luna. Dia tampak kesal karena tak bisa masuk ke dalam, para penjaga Club langsung mengusir Bian karena pakaian yang dikenakannya. Dalam diamnya, Bian menggerutu, " Pantas saja Luna berdandan den
Kreek!Potongan kertas berhamburan di lantai, Bian telah merobek surat perjanjian yanh diberikan oleh Luna. Bian tak merasa bersalah sedikit pun, bahkan bibirnya tersenyum lebar.Plak!Tangan Luna mendarat mulus di pipi Bian, dengan wajah metah Luna memaki Bian, "Untuk terakhir kalinya, kuperingatkan kalau kamu bukanlah orang yang berarti di hidupku. Dan sampai kapan pun aku akan selalu mmbncimu!""Dan sampai kapan pun aku juga tidak akan pernah menceraikanmu, apapun alasannya!" balas Bian"Rasa cintaku terlalu dalam untukmu, bahkan sebelum kamu mengenalku."Luna melangkah mendekat pada Bian, mengikis jarak diantara keduanya. Bibir Luna berbisik di telinga Bian, "Kamu kira aku mempercayainya? Jangan mengarang cerita untuk mendapatkan hatiku, karena sampai kapan pun aku hanya mencintai Indra!"Luna membalikkan tubuhnya meninggalkan Bian. Namun, yang terjadi selanjutnya membuat tubuh Luna menegang. Bian memeluk Luna dari belakang dengan cukup erat, kepalanya ia sandarkan diatas pundak Lu
Sudah tiga hari, sejak hari dimana Bian dan Luna bertengkar hebat. Luna bersikap acuh pada Bian, dia bahkan tidak bertegur sapa sama sekali. Kecuali jika di hadapan Arka dan kedua orang tuanya, Luna akan bersikap seolah rumah tangganya sedang baik-baik saja.TokTokTok"Lun, aku mau bicara sebentar. Bisa tolong bukakan pintunya?"Ck!"Mau apa lagi sih tu bocah, bikin mood pagiku hilang aja!" gerutu LunaCeklek!Kepala Luna menyembul keluar, dia mengintip dari balik pintu, Luna memang sengaja tidak membuka pintu sepenuhnya. Dengan wajah malas Luna bertanya, "Apa?""Aku mau bicara sama kamu, ini penting banget!" ujar Bian"Yaudah masuk!" tukas LunaBian mengekor di belakang Luna, Luna sudah siap untuk berangkat bekerja dengan stelan kemeja berbahan chifon dan rok span di atas lutut. Posisi duduk Luna yang menyilangkan satu kakinya, membuat rok pendek yang ia kenakan terangkat ke atas, Bian yang duduk di sebelah Luna merasa kikuk, bahkan ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bian se
Setelah berkeliling mencari ruang rawat ibu mertuanya, akhirnya Luna menemukan keberadaan soosk Bian yang tengah berdiri mondar-mandir di depan ruang operasi. Dengan menggandeng Arka, Luna berlari menghampiri Bian. "Bian!" panggil Luna Bian langsung menoleh, terlihat wajah Bian yang tampak kusut tak bersemangat. " Arka! Kamu kok tahu kalau Ayah ada di sini?" tanya Bian yang langsung memeluk Arka "Iya, Kita tadi muter-muter cari Ayah. Mama aja sampai capek gendong aku," ujar Arka melirik mamanya "Bi, kenapa kamu gak bilang sama aku?" tanya Luna Bian tak menjawab ucapan Luna, dia hanya melirik sekilas lalu kembali pada Arka. Luna merasa kecewa karena Bian menhacuhkannya.Bian sibuk dengan Arka, Luna yang merasa kehadirannya tidak berarti bagi Bian hendak melangkah pergi meninggalkan mereka. Namun, tangan Luna ditarik oleh Bian. "Kamu mau kemana?" tanya BianLuna membalikkan tubuhnya dan berkata, "Bukankah keberadaanku tidak berarti bagimu? Jadi lebih baik aku pergi saja!" Bian melep
Seorang wanita muda berparas cantik dan bertubuh sexy tengah sibuk berkutat dengan tumpukan kertas di hadapannya. Usianya masih belum menginjak kepala tiga. Namun, siapa sangka jika dia sudah berstatus janda beranak satu. Meski demikian, Aluna dikenal sebagai seorang wanita karier yang cukup mapan. Banyak pria yang tertarik dengannya.“Permisi Bu Luna?” Luna mendongak, ditatapnya perempuan yang berjalan ke arahnya. “Maaf Bu, Mama bu Luna datang berkunjung,” ucap sang asisten.“Mama?” beo Luna yang diikuti anggukan sang asisten.Luna pun bergegas bangkit dan merapikan berkas-berkasnya. “Suruh masuk!” “Baik Bu!”Segera Luna berpindah posisi duduk di sofa panjang yang terletak di sudut ruangan, sembari menunggu kedatangan Mamanya. Ceklek!“Tumben Mama datang ke kantor?” tanya Luna begitu sang Ibu masuk. Namun, tanpa menjawab pertanyaan dari putrinya, Ratna justru langsung menduduki sofa panjang yang juga ditempati oleh Luna.“Aku gak mau dengar kalau mama membahas soal nikah,” ucap L
Setelah berkeliling mencari ruang rawat ibu mertuanya, akhirnya Luna menemukan keberadaan soosk Bian yang tengah berdiri mondar-mandir di depan ruang operasi. Dengan menggandeng Arka, Luna berlari menghampiri Bian. "Bian!" panggil Luna Bian langsung menoleh, terlihat wajah Bian yang tampak kusut tak bersemangat. " Arka! Kamu kok tahu kalau Ayah ada di sini?" tanya Bian yang langsung memeluk Arka "Iya, Kita tadi muter-muter cari Ayah. Mama aja sampai capek gendong aku," ujar Arka melirik mamanya "Bi, kenapa kamu gak bilang sama aku?" tanya Luna Bian tak menjawab ucapan Luna, dia hanya melirik sekilas lalu kembali pada Arka. Luna merasa kecewa karena Bian menhacuhkannya.Bian sibuk dengan Arka, Luna yang merasa kehadirannya tidak berarti bagi Bian hendak melangkah pergi meninggalkan mereka. Namun, tangan Luna ditarik oleh Bian. "Kamu mau kemana?" tanya BianLuna membalikkan tubuhnya dan berkata, "Bukankah keberadaanku tidak berarti bagimu? Jadi lebih baik aku pergi saja!" Bian melep
Sudah tiga hari, sejak hari dimana Bian dan Luna bertengkar hebat. Luna bersikap acuh pada Bian, dia bahkan tidak bertegur sapa sama sekali. Kecuali jika di hadapan Arka dan kedua orang tuanya, Luna akan bersikap seolah rumah tangganya sedang baik-baik saja.TokTokTok"Lun, aku mau bicara sebentar. Bisa tolong bukakan pintunya?"Ck!"Mau apa lagi sih tu bocah, bikin mood pagiku hilang aja!" gerutu LunaCeklek!Kepala Luna menyembul keluar, dia mengintip dari balik pintu, Luna memang sengaja tidak membuka pintu sepenuhnya. Dengan wajah malas Luna bertanya, "Apa?""Aku mau bicara sama kamu, ini penting banget!" ujar Bian"Yaudah masuk!" tukas LunaBian mengekor di belakang Luna, Luna sudah siap untuk berangkat bekerja dengan stelan kemeja berbahan chifon dan rok span di atas lutut. Posisi duduk Luna yang menyilangkan satu kakinya, membuat rok pendek yang ia kenakan terangkat ke atas, Bian yang duduk di sebelah Luna merasa kikuk, bahkan ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bian se
Kreek!Potongan kertas berhamburan di lantai, Bian telah merobek surat perjanjian yanh diberikan oleh Luna. Bian tak merasa bersalah sedikit pun, bahkan bibirnya tersenyum lebar.Plak!Tangan Luna mendarat mulus di pipi Bian, dengan wajah metah Luna memaki Bian, "Untuk terakhir kalinya, kuperingatkan kalau kamu bukanlah orang yang berarti di hidupku. Dan sampai kapan pun aku akan selalu mmbncimu!""Dan sampai kapan pun aku juga tidak akan pernah menceraikanmu, apapun alasannya!" balas Bian"Rasa cintaku terlalu dalam untukmu, bahkan sebelum kamu mengenalku."Luna melangkah mendekat pada Bian, mengikis jarak diantara keduanya. Bibir Luna berbisik di telinga Bian, "Kamu kira aku mempercayainya? Jangan mengarang cerita untuk mendapatkan hatiku, karena sampai kapan pun aku hanya mencintai Indra!"Luna membalikkan tubuhnya meninggalkan Bian. Namun, yang terjadi selanjutnya membuat tubuh Luna menegang. Bian memeluk Luna dari belakang dengan cukup erat, kepalanya ia sandarkan diatas pundak Lu
Di sebuah club mewah bergengsi, tempat dimana manusia berduit menghabiskan uang mereka. Tak terkecuali bagi Luna, wanita cantik yang kini tengah duduk bersama seorang pria.Pria tampan di depannya bertanya pada Luna, "Apa tidak sebaiknya kamu menginap di aprtemenku saja Baby?""Ndra, aku tidak mau ada masalah lagi. Meski, sebenarnya aku ingin," balas Luna"Kenapa? Apa karena pria itu?""Ndra, please! Jangan bahas dia lagi,""Baiklah!"Luna membuka tas slempangnya, tangannya merogoh ke dalam dan mengaduk-aduk isinya saat benda yang dicarinya tidak juga ketemu. "Sepertinya ponselku tertinggal di mobil?""Aku keluar dulu sebentar!" pamit Luna pada kekasihnyaIndra hanya mengangangguk singkat menanggapi ucapan Luna.Sementara Bian ternyata sudah berada di parkiran mobil, dia duduk di samping mobil Luna. Dia tampak kesal karena tak bisa masuk ke dalam, para penjaga Club langsung mengusir Bian karena pakaian yang dikenakannya. Dalam diamnya, Bian menggerutu, " Pantas saja Luna berdandan den
Satu minggu kemudianHari ini suasana di kediaman Aluna putri Adinata tampak begitu ramai, terlihat deretan kendaraan roda dua dan roda empat memenuhi halaman rumah Luna yang begitu luas. Tak hanya itu, suasana di dalam pun tak kalah ramai. Puluhan tamu undangan telah duduk memenuhi ruangan menyaksikan acara akad nikah antara Abian Wiratmadja dengan Aluna Putri Adinata.Luna tengah duduk di depan meja rias, wajahnya yang dibalut make up terlihat semakin cantik. Tubuhnya berbalut kebaya putih dengan desain sederhana. Meski begitu, Luna tetap terlihat anggun. Ratna datang menghampiri Luna. “Luna, kamu terlihat cantik sekali. Ayo kita turun sekarang!” ajak Ratna “Ma, bisakah Luna hanya di sini saja. Luna merasa tidak siap untuk menjalani semua ini?” ucap Luna memohonTangan Ratna yang menggenggam tangan putrinya mengendur, tatapan mata Ratna mendadak sayu saat melihat raut wajah Luna yang tidak menunjukkan rasa bahagia sedikit pun. Kedua tangan Ratna terulur memegang bahu Luna, ditatapn
Bian terdiam membisu memperhatikan Luna yang tengah tertawa dengan kerasnya, Bian sendiri merasa bingung dengan perubahan sikap Luna. Padahal sebelumnya wajah Luna terlihat begitu serius. “Jangan bermimpi untuk bisa mendapatkan cinta saya!” ucap Luna dingin “Saya tahu untuk mendapatkan cinta kamu hanya ada dalam mimpi saya, meski begitu saya tidak merasa menyesal telah mengenal kamu,” balas Bian “Saya hanya ingin memperingatkan kamu agar tidak membuka keburukan saya di depan keluarga saya!” Bian bertanya, “Soal semalam?” “Tenang saja saya akan menyimpannya sendiri, jika sudah tidak ada yang di katakan bolehkah saya untuk pergi?” “Silakan!” Balas Luna acuh “Bian. Tunggu!” Kedua orang tua Luna berlari keluar dari rumah, Bian yang sudah siap untuk membuka pagar rumah Luna menghentikan gerakan tangannya saat dari kejauhan dilihatnya kedua orang tua Bosnya yang sedang berlari kearahnya. “Kita pulang bersama!” titah Adinata “Lun, kamu juga harus ikut! Kita ke rumah Bian sekarang!”
Jantung Luna berdegup lebih kencang dari biasanya, pikirannya berkeliaran memikirkan sosok lelaki yang berada di hadapannya. Luna tidak menyangka jika Bian lah orang mengantarnya pulang ke rumahnya dan itu artinya Bian mengetahui sisi buruknya. “Abian.” ucap Luna Ratna dan Adinata, suaminya menatap Luna dan Bian bergantian. Luna duduk di sebuah sofa tunggal tepatnya di samping Bian, tatapan keduanya bertemu dan saling menumbuk. Bian lalu menundukkan kepalanya singkat untuk memberikan salam hormat pada Luna selaku Bosnya. “Jadi, hal apa yang membuat Mama dan Ayah kerumah pagi-pagi? Dan, kenapa datang sama Bian juga?” tanya Luna “Mama dan Ayahmu akan menikahkanmu dalam waktu dekat ini, dan Arka juga sudah setuju,” ucap Ratna “Apa kamu bersedia untuk menikah dengan saya?” tanya Luna menatap Bian “Apa! Menikah?” ulang Bian “Bukannya Kamu sudah mengetahui bahwa kedua orang tua saya menjodohkan kita berdua?” Bian masih belum juga membuka suara sehingga membuat Luna tampak kesal, sed
Suara dentuman music terdengar memekakkan telinga. Namun, hal itu tidak berlaku bagi wanita yang sedang duduk menikmati segelas Wine di tangannya, dia adalah Aluna. Gaun sexy berjenis off-shoulder melekat membentuk tubuh indahnya, rambutnya yang dicepol ke atas membuat leher jenjang Luna terekspose dengan indah. Clubbing adalah salah satu caranya untuk membuatnya menghilangkan rasa stres yang mengacaukan pikirannya, kali ini Luna datang seorang diri. “Tuangkan satu gelas lagi!” pinta Luna pada bartender di hadapannya “Nona, Anda sudah mabuk. Apalagi Anda datang sendirian, itu akan sangat membahayakan,” ucap si bartender “Aish! Aku bisa menyetir, aku masih belum mabuk. Jadi cepat berikan kepadaku!” desak Luna“Tidak bisa Nona, sebaiknya Anda pulang sekarang sebelum kesadaran Anda makin berkurang!” tolak si bartenderLuna mengerucutkan bibirnya, dia mendengkus kesal lalu beranjak dari kursinya dan berjalan dengan langkah sempoyongan. Meski dengan kepala yang terasa pusing, Luna akhir
Luna terus mengumpat dalam hatinya. Hal yang dia takutkan akhrinya terjadi juga. Berbagai pikiran negative mengenai kelanjutan hubungan percintaannya dengan Indra terus saja bermunculan di dalam otaknya. “Arka, sebaiknya kamu makan sekarang es krimnya. Sebelum mencair, Mama mau ngobrol sebentar sama om Indra,” ujar Luna cepat, membujuk Arka “Baik Ma!” balas Arka.Anaknya itu lalu melenggang pergi meninggalkan sang Mama dengan membawa dua cup es krim di tangannya. Luna pun bisa bernafas lega karena Arka tidak mengatakan yang sebenarnya. Hanya saja, begitu Luna menatap Indra. Pria itu telah memicingkan matanya tajam. “Lun! Apa ada yang kamu sembunyikan dariku?” tanyanya cepat.Luna memijit kepala pening.“Sebaiknya, kita bicara di luar saja. Di sini banyak orang,” pintanya.Luna lantas menggandeng tangan Indra tanpa menunggu persetujuan darinya. Indra pun hanya diam sampai mereka berada di luar kedai es krim. “Kamu aneh, kenapa aku merasa kalau ada yang kamu sembunyikan?” “Ndra