Luna terus mengumpat dalam hatinya.
Hal yang dia takutkan akhrinya terjadi juga.
Berbagai pikiran negative mengenai kelanjutan hubungan percintaannya dengan Indra terus saja bermunculan di dalam otaknya.“Arka, sebaiknya kamu makan sekarang es krimnya. Sebelum mencair, Mama mau ngobrol sebentar sama om Indra,” ujar Luna cepat, membujuk Arka“Baik Ma!” balas Arka.Anaknya itu lalu melenggang pergi meninggalkan sang Mama dengan membawa dua cup es krim di tangannya.Luna pun bisa bernafas lega karena Arka tidak mengatakan yang sebenarnya.Hanya saja, begitu Luna menatap Indra. Pria itu telah memicingkan matanya tajam. “Lun! Apa ada yang kamu sembunyikan dariku?” tanyanya cepat.Luna memijit kepala pening.
“Sebaiknya, kita bicara di luar saja. Di sini banyak orang,” pintanya.Luna lantas menggandeng tangan Indra tanpa menunggu persetujuan darinya.Indra pun hanya diam sampai mereka berada di luar kedai es krim.“Kamu aneh, kenapa aku merasa kalau ada yang kamu sembunyikan?”“Ndra, dia itu bukan siapa-siapa. Kebetulan Arka memang dekat sama dia, dan Arka merengek untuk mengajaknya ikut bersama kami,” tutur Luna.“Lun! Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kalau dia yang nyetir mobil kamu!” ucap Indra.Deg!
Luna terkejut. Untungnya, dia bisa mengendalikan diri.Perempuan itu lantas meraih tangan Indra dan menggenggamnya.Matanya menatap sayu pada lelaki yang berstatus sebagai kekasihnya itu.“Ndra, itu Arka yang minta," jelasnya, "aku sama dia gak ada hubungan apa-apa. Dia karyawanku! Jadi, please! Jangan cemburu gak jelas kayak begini.""Aku gak mungkin ninggalin kamu dan milih dia buat jadi penggantimu. Jelas-jelas, kamu lebih baik dari dia dalam segala hal,” terang Luna.“Kau mengujiku, huh?”Namun, tanpa mereka sadari, sepasang mata tengah memperhatikan tingkah laku Luna dan Indra.
Bahkan telinganya dengan jelas mendengar semua pembicaraan mereka, sosok tersebut lantas bergegas meninggalkan keduanya dengan kedua tangan yang terkepal erat.
Dengan cepat, Luna menghentikan langkah Bian dengan memanggilnya.
“Abian!”
“Ya, bu Luna?” tanya karyawannya itu cepat.“Besok pagi Kamu temui saya di ruangan saya, ada yang mau saya bicarakan!” ujar LunaBian menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas ucapan Luna. Luna lalu masuk kembali ke dalam mobilnya, dan kembali melajukan mobilnya untuk mengantar Arka pulang ke rumah.Sepanjang perjalanan, Arka terus saja bercerita tentang Abian yang justru membuat Luna makin naik darah.“Arka! Bisa tidak kamu tidak menyebut nama om Bian terus? Mama pusing dengarnya!” omel Luna“Kenapa Ma, om Bian kan baik dan perhatian sama Arka, om Bian juga sayang sama Arka, gak kayak om Indra yang cuma perhatian sama Mama saja,” balas Arka dengan bibir cemberut“Arka!” teriak Luna tanpa sadar. Ia bahkan mengerem mendadak membuat kepala Arka yang tidak mengenakan sabuk pengaman terantuk dasbor.Arka menangis seketika, saat kepalanya mengeluarkan darah.Luna pun panik karena kebodohannya dia telah membuat putra semata wayangnya terluka.Segera, ia langsung membawa Arka ke rumah sakit agar segera mendapat perawatan.“Arka, Mama minta maaf. Mama gak sengaja,” ucap Luna dengan wajah senduBeruntung kening Arka hanya terluka sedikit, setelah mendapat jahitan Arka diperbolehkan untuk pulang.“Arka mau pulang ke rumah Nenek,” ucap Arka dengan wajah cemberutLuna yang menyadari bahwa Arka tengah marah padanya hanya bisa mengelus dada, toh Arka terluka juga karena ulahnya.“Yaudah, Mama antar Kamu pulang sekarang!” tukas LunaDengan diselimuti rasa bersalah, Luna mengantarkan Arka pulang ke rumah orang tuanya.Luna harus siap kalau orang tuanya akan mengomel karena kondisi Arka yang tengah terluka. Tetapi, Luna tak mempermasalahkan itu, karena faktanya memang Arka terluka akibat ulahnya."Astaga!" lirihnya pelan.*****Brak!Arka keluar dari mobil terlebih dahulu dan membanting pintunya dengan kasar, kedua orang tua Lun yang kebetulan berada di teras segera menghampiri cucunya saat melihat kepala Arka yang tengah dibalut perban.“Arka kamu kenapa? Apa yang terjadi, mengapa bisa sampai begini?” tanya Ratna cemas“Luna! Apa yang sudah terjadi sama Arka?”Ratna berpindah menatap Luna yang baru saja keluar dari mobilnya, Ratna menghampiri Luna dan mengguncang tubuh Luna karena tak kunjung mendapatkan jawaban.“Tadi Luna mengerem mendadak dan Arka tidak pakai sabuk pengaman! Jadi, kepala Arka terbentur dasbor.”“Apa?” seru Kakek Arka.“Kamu itu ceroboh sekali, kenapa Kamu bisa teledor begitu Lun. Sepertinya Mama harus mempertimbangkan ucapan Ayahmu!” omel Ratna“Maksud Mama?”“Sepertinya Arka memang sudah seharusnya memiliki Ayah baru,” ujar Ratna“Apa?” Luna melongo“Ya, Mama dan Ayahmu akan menikahkanmu dalam waktu dekat ini. Mama sudah mengenal baik siapa orang itu, dan yang pasti dia akan menyayangi Arka seperti anaknya sendiri,” jelas Ratna“Mama! Luna bukan anak gadis yang harus dijodoh-jodohkan seperti ini. Bukannya Mama juga sudah tahu kalau Luna punya kekasih?” tolak Luna“Terserah Kamu setuju atau tidak! Yang terpenting Arka sudah menyetujuinya, karena yang harus Kamu pikirkan saat ini adalah kebahagiaan Arka. Bukan mementingkan egomu sendiri!”Suara dentuman music terdengar memekakkan telinga. Namun, hal itu tidak berlaku bagi wanita yang sedang duduk menikmati segelas Wine di tangannya, dia adalah Aluna. Gaun sexy berjenis off-shoulder melekat membentuk tubuh indahnya, rambutnya yang dicepol ke atas membuat leher jenjang Luna terekspose dengan indah. Clubbing adalah salah satu caranya untuk membuatnya menghilangkan rasa stres yang mengacaukan pikirannya, kali ini Luna datang seorang diri. “Tuangkan satu gelas lagi!” pinta Luna pada bartender di hadapannya “Nona, Anda sudah mabuk. Apalagi Anda datang sendirian, itu akan sangat membahayakan,” ucap si bartender “Aish! Aku bisa menyetir, aku masih belum mabuk. Jadi cepat berikan kepadaku!” desak Luna“Tidak bisa Nona, sebaiknya Anda pulang sekarang sebelum kesadaran Anda makin berkurang!” tolak si bartenderLuna mengerucutkan bibirnya, dia mendengkus kesal lalu beranjak dari kursinya dan berjalan dengan langkah sempoyongan. Meski dengan kepala yang terasa pusing, Luna akhir
Jantung Luna berdegup lebih kencang dari biasanya, pikirannya berkeliaran memikirkan sosok lelaki yang berada di hadapannya. Luna tidak menyangka jika Bian lah orang mengantarnya pulang ke rumahnya dan itu artinya Bian mengetahui sisi buruknya. “Abian.” ucap Luna Ratna dan Adinata, suaminya menatap Luna dan Bian bergantian. Luna duduk di sebuah sofa tunggal tepatnya di samping Bian, tatapan keduanya bertemu dan saling menumbuk. Bian lalu menundukkan kepalanya singkat untuk memberikan salam hormat pada Luna selaku Bosnya. “Jadi, hal apa yang membuat Mama dan Ayah kerumah pagi-pagi? Dan, kenapa datang sama Bian juga?” tanya Luna “Mama dan Ayahmu akan menikahkanmu dalam waktu dekat ini, dan Arka juga sudah setuju,” ucap Ratna “Apa kamu bersedia untuk menikah dengan saya?” tanya Luna menatap Bian “Apa! Menikah?” ulang Bian “Bukannya Kamu sudah mengetahui bahwa kedua orang tua saya menjodohkan kita berdua?” Bian masih belum juga membuka suara sehingga membuat Luna tampak kesal, sed
Bian terdiam membisu memperhatikan Luna yang tengah tertawa dengan kerasnya, Bian sendiri merasa bingung dengan perubahan sikap Luna. Padahal sebelumnya wajah Luna terlihat begitu serius. “Jangan bermimpi untuk bisa mendapatkan cinta saya!” ucap Luna dingin “Saya tahu untuk mendapatkan cinta kamu hanya ada dalam mimpi saya, meski begitu saya tidak merasa menyesal telah mengenal kamu,” balas Bian “Saya hanya ingin memperingatkan kamu agar tidak membuka keburukan saya di depan keluarga saya!” Bian bertanya, “Soal semalam?” “Tenang saja saya akan menyimpannya sendiri, jika sudah tidak ada yang di katakan bolehkah saya untuk pergi?” “Silakan!” Balas Luna acuh “Bian. Tunggu!” Kedua orang tua Luna berlari keluar dari rumah, Bian yang sudah siap untuk membuka pagar rumah Luna menghentikan gerakan tangannya saat dari kejauhan dilihatnya kedua orang tua Bosnya yang sedang berlari kearahnya. “Kita pulang bersama!” titah Adinata “Lun, kamu juga harus ikut! Kita ke rumah Bian sekarang!”
Satu minggu kemudianHari ini suasana di kediaman Aluna putri Adinata tampak begitu ramai, terlihat deretan kendaraan roda dua dan roda empat memenuhi halaman rumah Luna yang begitu luas. Tak hanya itu, suasana di dalam pun tak kalah ramai. Puluhan tamu undangan telah duduk memenuhi ruangan menyaksikan acara akad nikah antara Abian Wiratmadja dengan Aluna Putri Adinata.Luna tengah duduk di depan meja rias, wajahnya yang dibalut make up terlihat semakin cantik. Tubuhnya berbalut kebaya putih dengan desain sederhana. Meski begitu, Luna tetap terlihat anggun. Ratna datang menghampiri Luna. “Luna, kamu terlihat cantik sekali. Ayo kita turun sekarang!” ajak Ratna “Ma, bisakah Luna hanya di sini saja. Luna merasa tidak siap untuk menjalani semua ini?” ucap Luna memohonTangan Ratna yang menggenggam tangan putrinya mengendur, tatapan mata Ratna mendadak sayu saat melihat raut wajah Luna yang tidak menunjukkan rasa bahagia sedikit pun. Kedua tangan Ratna terulur memegang bahu Luna, ditatapn
Di sebuah club mewah bergengsi, tempat dimana manusia berduit menghabiskan uang mereka. Tak terkecuali bagi Luna, wanita cantik yang kini tengah duduk bersama seorang pria.Pria tampan di depannya bertanya pada Luna, "Apa tidak sebaiknya kamu menginap di aprtemenku saja Baby?""Ndra, aku tidak mau ada masalah lagi. Meski, sebenarnya aku ingin," balas Luna"Kenapa? Apa karena pria itu?""Ndra, please! Jangan bahas dia lagi,""Baiklah!"Luna membuka tas slempangnya, tangannya merogoh ke dalam dan mengaduk-aduk isinya saat benda yang dicarinya tidak juga ketemu. "Sepertinya ponselku tertinggal di mobil?""Aku keluar dulu sebentar!" pamit Luna pada kekasihnyaIndra hanya mengangangguk singkat menanggapi ucapan Luna.Sementara Bian ternyata sudah berada di parkiran mobil, dia duduk di samping mobil Luna. Dia tampak kesal karena tak bisa masuk ke dalam, para penjaga Club langsung mengusir Bian karena pakaian yang dikenakannya. Dalam diamnya, Bian menggerutu, " Pantas saja Luna berdandan den
Kreek!Potongan kertas berhamburan di lantai, Bian telah merobek surat perjanjian yanh diberikan oleh Luna. Bian tak merasa bersalah sedikit pun, bahkan bibirnya tersenyum lebar.Plak!Tangan Luna mendarat mulus di pipi Bian, dengan wajah metah Luna memaki Bian, "Untuk terakhir kalinya, kuperingatkan kalau kamu bukanlah orang yang berarti di hidupku. Dan sampai kapan pun aku akan selalu mmbncimu!""Dan sampai kapan pun aku juga tidak akan pernah menceraikanmu, apapun alasannya!" balas Bian"Rasa cintaku terlalu dalam untukmu, bahkan sebelum kamu mengenalku."Luna melangkah mendekat pada Bian, mengikis jarak diantara keduanya. Bibir Luna berbisik di telinga Bian, "Kamu kira aku mempercayainya? Jangan mengarang cerita untuk mendapatkan hatiku, karena sampai kapan pun aku hanya mencintai Indra!"Luna membalikkan tubuhnya meninggalkan Bian. Namun, yang terjadi selanjutnya membuat tubuh Luna menegang. Bian memeluk Luna dari belakang dengan cukup erat, kepalanya ia sandarkan diatas pundak Lu
Sudah tiga hari, sejak hari dimana Bian dan Luna bertengkar hebat. Luna bersikap acuh pada Bian, dia bahkan tidak bertegur sapa sama sekali. Kecuali jika di hadapan Arka dan kedua orang tuanya, Luna akan bersikap seolah rumah tangganya sedang baik-baik saja.TokTokTok"Lun, aku mau bicara sebentar. Bisa tolong bukakan pintunya?"Ck!"Mau apa lagi sih tu bocah, bikin mood pagiku hilang aja!" gerutu LunaCeklek!Kepala Luna menyembul keluar, dia mengintip dari balik pintu, Luna memang sengaja tidak membuka pintu sepenuhnya. Dengan wajah malas Luna bertanya, "Apa?""Aku mau bicara sama kamu, ini penting banget!" ujar Bian"Yaudah masuk!" tukas LunaBian mengekor di belakang Luna, Luna sudah siap untuk berangkat bekerja dengan stelan kemeja berbahan chifon dan rok span di atas lutut. Posisi duduk Luna yang menyilangkan satu kakinya, membuat rok pendek yang ia kenakan terangkat ke atas, Bian yang duduk di sebelah Luna merasa kikuk, bahkan ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bian se
Setelah berkeliling mencari ruang rawat ibu mertuanya, akhirnya Luna menemukan keberadaan soosk Bian yang tengah berdiri mondar-mandir di depan ruang operasi. Dengan menggandeng Arka, Luna berlari menghampiri Bian. "Bian!" panggil Luna Bian langsung menoleh, terlihat wajah Bian yang tampak kusut tak bersemangat. " Arka! Kamu kok tahu kalau Ayah ada di sini?" tanya Bian yang langsung memeluk Arka "Iya, Kita tadi muter-muter cari Ayah. Mama aja sampai capek gendong aku," ujar Arka melirik mamanya "Bi, kenapa kamu gak bilang sama aku?" tanya Luna Bian tak menjawab ucapan Luna, dia hanya melirik sekilas lalu kembali pada Arka. Luna merasa kecewa karena Bian menhacuhkannya.Bian sibuk dengan Arka, Luna yang merasa kehadirannya tidak berarti bagi Bian hendak melangkah pergi meninggalkan mereka. Namun, tangan Luna ditarik oleh Bian. "Kamu mau kemana?" tanya BianLuna membalikkan tubuhnya dan berkata, "Bukankah keberadaanku tidak berarti bagimu? Jadi lebih baik aku pergi saja!" Bian melep
Setelah berkeliling mencari ruang rawat ibu mertuanya, akhirnya Luna menemukan keberadaan soosk Bian yang tengah berdiri mondar-mandir di depan ruang operasi. Dengan menggandeng Arka, Luna berlari menghampiri Bian. "Bian!" panggil Luna Bian langsung menoleh, terlihat wajah Bian yang tampak kusut tak bersemangat. " Arka! Kamu kok tahu kalau Ayah ada di sini?" tanya Bian yang langsung memeluk Arka "Iya, Kita tadi muter-muter cari Ayah. Mama aja sampai capek gendong aku," ujar Arka melirik mamanya "Bi, kenapa kamu gak bilang sama aku?" tanya Luna Bian tak menjawab ucapan Luna, dia hanya melirik sekilas lalu kembali pada Arka. Luna merasa kecewa karena Bian menhacuhkannya.Bian sibuk dengan Arka, Luna yang merasa kehadirannya tidak berarti bagi Bian hendak melangkah pergi meninggalkan mereka. Namun, tangan Luna ditarik oleh Bian. "Kamu mau kemana?" tanya BianLuna membalikkan tubuhnya dan berkata, "Bukankah keberadaanku tidak berarti bagimu? Jadi lebih baik aku pergi saja!" Bian melep
Sudah tiga hari, sejak hari dimana Bian dan Luna bertengkar hebat. Luna bersikap acuh pada Bian, dia bahkan tidak bertegur sapa sama sekali. Kecuali jika di hadapan Arka dan kedua orang tuanya, Luna akan bersikap seolah rumah tangganya sedang baik-baik saja.TokTokTok"Lun, aku mau bicara sebentar. Bisa tolong bukakan pintunya?"Ck!"Mau apa lagi sih tu bocah, bikin mood pagiku hilang aja!" gerutu LunaCeklek!Kepala Luna menyembul keluar, dia mengintip dari balik pintu, Luna memang sengaja tidak membuka pintu sepenuhnya. Dengan wajah malas Luna bertanya, "Apa?""Aku mau bicara sama kamu, ini penting banget!" ujar Bian"Yaudah masuk!" tukas LunaBian mengekor di belakang Luna, Luna sudah siap untuk berangkat bekerja dengan stelan kemeja berbahan chifon dan rok span di atas lutut. Posisi duduk Luna yang menyilangkan satu kakinya, membuat rok pendek yang ia kenakan terangkat ke atas, Bian yang duduk di sebelah Luna merasa kikuk, bahkan ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bian se
Kreek!Potongan kertas berhamburan di lantai, Bian telah merobek surat perjanjian yanh diberikan oleh Luna. Bian tak merasa bersalah sedikit pun, bahkan bibirnya tersenyum lebar.Plak!Tangan Luna mendarat mulus di pipi Bian, dengan wajah metah Luna memaki Bian, "Untuk terakhir kalinya, kuperingatkan kalau kamu bukanlah orang yang berarti di hidupku. Dan sampai kapan pun aku akan selalu mmbncimu!""Dan sampai kapan pun aku juga tidak akan pernah menceraikanmu, apapun alasannya!" balas Bian"Rasa cintaku terlalu dalam untukmu, bahkan sebelum kamu mengenalku."Luna melangkah mendekat pada Bian, mengikis jarak diantara keduanya. Bibir Luna berbisik di telinga Bian, "Kamu kira aku mempercayainya? Jangan mengarang cerita untuk mendapatkan hatiku, karena sampai kapan pun aku hanya mencintai Indra!"Luna membalikkan tubuhnya meninggalkan Bian. Namun, yang terjadi selanjutnya membuat tubuh Luna menegang. Bian memeluk Luna dari belakang dengan cukup erat, kepalanya ia sandarkan diatas pundak Lu
Di sebuah club mewah bergengsi, tempat dimana manusia berduit menghabiskan uang mereka. Tak terkecuali bagi Luna, wanita cantik yang kini tengah duduk bersama seorang pria.Pria tampan di depannya bertanya pada Luna, "Apa tidak sebaiknya kamu menginap di aprtemenku saja Baby?""Ndra, aku tidak mau ada masalah lagi. Meski, sebenarnya aku ingin," balas Luna"Kenapa? Apa karena pria itu?""Ndra, please! Jangan bahas dia lagi,""Baiklah!"Luna membuka tas slempangnya, tangannya merogoh ke dalam dan mengaduk-aduk isinya saat benda yang dicarinya tidak juga ketemu. "Sepertinya ponselku tertinggal di mobil?""Aku keluar dulu sebentar!" pamit Luna pada kekasihnyaIndra hanya mengangangguk singkat menanggapi ucapan Luna.Sementara Bian ternyata sudah berada di parkiran mobil, dia duduk di samping mobil Luna. Dia tampak kesal karena tak bisa masuk ke dalam, para penjaga Club langsung mengusir Bian karena pakaian yang dikenakannya. Dalam diamnya, Bian menggerutu, " Pantas saja Luna berdandan den
Satu minggu kemudianHari ini suasana di kediaman Aluna putri Adinata tampak begitu ramai, terlihat deretan kendaraan roda dua dan roda empat memenuhi halaman rumah Luna yang begitu luas. Tak hanya itu, suasana di dalam pun tak kalah ramai. Puluhan tamu undangan telah duduk memenuhi ruangan menyaksikan acara akad nikah antara Abian Wiratmadja dengan Aluna Putri Adinata.Luna tengah duduk di depan meja rias, wajahnya yang dibalut make up terlihat semakin cantik. Tubuhnya berbalut kebaya putih dengan desain sederhana. Meski begitu, Luna tetap terlihat anggun. Ratna datang menghampiri Luna. “Luna, kamu terlihat cantik sekali. Ayo kita turun sekarang!” ajak Ratna “Ma, bisakah Luna hanya di sini saja. Luna merasa tidak siap untuk menjalani semua ini?” ucap Luna memohonTangan Ratna yang menggenggam tangan putrinya mengendur, tatapan mata Ratna mendadak sayu saat melihat raut wajah Luna yang tidak menunjukkan rasa bahagia sedikit pun. Kedua tangan Ratna terulur memegang bahu Luna, ditatapn
Bian terdiam membisu memperhatikan Luna yang tengah tertawa dengan kerasnya, Bian sendiri merasa bingung dengan perubahan sikap Luna. Padahal sebelumnya wajah Luna terlihat begitu serius. “Jangan bermimpi untuk bisa mendapatkan cinta saya!” ucap Luna dingin “Saya tahu untuk mendapatkan cinta kamu hanya ada dalam mimpi saya, meski begitu saya tidak merasa menyesal telah mengenal kamu,” balas Bian “Saya hanya ingin memperingatkan kamu agar tidak membuka keburukan saya di depan keluarga saya!” Bian bertanya, “Soal semalam?” “Tenang saja saya akan menyimpannya sendiri, jika sudah tidak ada yang di katakan bolehkah saya untuk pergi?” “Silakan!” Balas Luna acuh “Bian. Tunggu!” Kedua orang tua Luna berlari keluar dari rumah, Bian yang sudah siap untuk membuka pagar rumah Luna menghentikan gerakan tangannya saat dari kejauhan dilihatnya kedua orang tua Bosnya yang sedang berlari kearahnya. “Kita pulang bersama!” titah Adinata “Lun, kamu juga harus ikut! Kita ke rumah Bian sekarang!”
Jantung Luna berdegup lebih kencang dari biasanya, pikirannya berkeliaran memikirkan sosok lelaki yang berada di hadapannya. Luna tidak menyangka jika Bian lah orang mengantarnya pulang ke rumahnya dan itu artinya Bian mengetahui sisi buruknya. “Abian.” ucap Luna Ratna dan Adinata, suaminya menatap Luna dan Bian bergantian. Luna duduk di sebuah sofa tunggal tepatnya di samping Bian, tatapan keduanya bertemu dan saling menumbuk. Bian lalu menundukkan kepalanya singkat untuk memberikan salam hormat pada Luna selaku Bosnya. “Jadi, hal apa yang membuat Mama dan Ayah kerumah pagi-pagi? Dan, kenapa datang sama Bian juga?” tanya Luna “Mama dan Ayahmu akan menikahkanmu dalam waktu dekat ini, dan Arka juga sudah setuju,” ucap Ratna “Apa kamu bersedia untuk menikah dengan saya?” tanya Luna menatap Bian “Apa! Menikah?” ulang Bian “Bukannya Kamu sudah mengetahui bahwa kedua orang tua saya menjodohkan kita berdua?” Bian masih belum juga membuka suara sehingga membuat Luna tampak kesal, sed
Suara dentuman music terdengar memekakkan telinga. Namun, hal itu tidak berlaku bagi wanita yang sedang duduk menikmati segelas Wine di tangannya, dia adalah Aluna. Gaun sexy berjenis off-shoulder melekat membentuk tubuh indahnya, rambutnya yang dicepol ke atas membuat leher jenjang Luna terekspose dengan indah. Clubbing adalah salah satu caranya untuk membuatnya menghilangkan rasa stres yang mengacaukan pikirannya, kali ini Luna datang seorang diri. “Tuangkan satu gelas lagi!” pinta Luna pada bartender di hadapannya “Nona, Anda sudah mabuk. Apalagi Anda datang sendirian, itu akan sangat membahayakan,” ucap si bartender “Aish! Aku bisa menyetir, aku masih belum mabuk. Jadi cepat berikan kepadaku!” desak Luna“Tidak bisa Nona, sebaiknya Anda pulang sekarang sebelum kesadaran Anda makin berkurang!” tolak si bartenderLuna mengerucutkan bibirnya, dia mendengkus kesal lalu beranjak dari kursinya dan berjalan dengan langkah sempoyongan. Meski dengan kepala yang terasa pusing, Luna akhir
Luna terus mengumpat dalam hatinya. Hal yang dia takutkan akhrinya terjadi juga. Berbagai pikiran negative mengenai kelanjutan hubungan percintaannya dengan Indra terus saja bermunculan di dalam otaknya. “Arka, sebaiknya kamu makan sekarang es krimnya. Sebelum mencair, Mama mau ngobrol sebentar sama om Indra,” ujar Luna cepat, membujuk Arka “Baik Ma!” balas Arka.Anaknya itu lalu melenggang pergi meninggalkan sang Mama dengan membawa dua cup es krim di tangannya. Luna pun bisa bernafas lega karena Arka tidak mengatakan yang sebenarnya. Hanya saja, begitu Luna menatap Indra. Pria itu telah memicingkan matanya tajam. “Lun! Apa ada yang kamu sembunyikan dariku?” tanyanya cepat.Luna memijit kepala pening.“Sebaiknya, kita bicara di luar saja. Di sini banyak orang,” pintanya.Luna lantas menggandeng tangan Indra tanpa menunggu persetujuan darinya. Indra pun hanya diam sampai mereka berada di luar kedai es krim. “Kamu aneh, kenapa aku merasa kalau ada yang kamu sembunyikan?” “Ndra