Tasya langsung terdiam saat mendengar kata-kata itu. Ia pun hanya mengangguk lalu segera menyalami sang kakak, dan setelah itu, Revan pun pergi. Seperginya Revan, Tasya pun membereskan mangkok bekas makan mereka dan memilih untuk membersihkan rumahnya seperti menyapu dan juga mengepel lantai serta mencuci piring. 'Nah, kan bersih dan rapih. Tinggal mandi yang wangi terus angkat jemuran deh,' ucap Tasya sambil tersenyum. Tasya pun berlalu menuju kamar mandinya dan segera mandi. Setelah mandi, ia pun segera mengganti bajunya dan berdandan tipis - tipis. 'Dah cantik sekarang, tinggal nunggu Mas pulang aja. Eh tapi, Mas Varo pulang kapan ya? Udah mau jam 6 tapi belum ada tanda-tanda pulang,' lirih Tasya pelan. Tasya pun memilih untuk duduk di ruang tamunya dan menyalakan TV. Ia mulai memainkan remote-nya mencari program acara TV yang seru. Namun sayang, tak ada yang program TV yang menarik dan akhirnya ia memilih menonton serial animasi Si Kembar dari Kampung Durian Runtuh saja. Tak
Varo yang kesal pun akhirnya memilih beranjak ke dapur dan mengambil segelas air, lalu ... Byur! Tasya yang saat itu tengah tertidur pun langsung bangun dan gelagepan karena di siram oleh Varo. "Astagfirullah, ya Allah, Mas, emang gak bisa bangunin pelan, kenapa harus diguyur gini? Abang sama Papa aja seumur-umur gak pernah nyiram mukaku," ucap Tasya sedikit sendu sambil mengusap air di wajahnya. "Udah pelan tapi gak bangun-bangun jadi siram aja," ucap Varo ketus sambil menaruh gelas itu di meja depannya. Tasya pun perlahan bangkit dari tidurnya sambil memegangi kepalanya yang sedikit pusing. "Mas udah pulang dari tadi? Pasti capek ya? Mas mau makan dulu gak?" tanya Tasya berusaha lembut. "Nggak!" jawab Varo dengan ketus. Tasya pun hanya menghembuskan napasnya kasar lalu mengusap wajahnya yang masih sedikit basah itu. "Ya udah kalau nggak mah. Jam berapa sih ini? ... Baru jam satu malem rupanya, tidur lagi lah, ngantuk," lirih Tasya seraya bangkit dari tidurnya sambil memegan
"Mas, kamu ngapain sih diem disitu, astagfirullah, ngagetin aja! Tuh liat, jadi pecah kan piring aku," gerutu Tasya kesal sambil memunguti tempenya yang terjatuh."Lah, kamu liat suami sendiri aja kaget, Dek, gimana ceritanya?" tanya Varo sedikit ketus."Gimana gak kaget, kamu diem disitu sambil kacak pinggang, mana rambut sama muka masih awut-awutan gak jelas, udah kek penampakan aja!" gerutu Tasya kembali.Tasya pun segera mengambil sapu dan pengkinya. Lalu, membereskan sisa-sisa pecahan piring tadi. Ia kesal, karena menunya jadi berkurang satu dan terpaksa harus menggoreng kembali.Sementara Varo, ia pun melihat menu yang ada. Menu yang dihidangkan Tasya benar-benar menggugah seleranya. Perasaan lapar pun mulai hinggap di diri Varo. Ia pun lalu membuka magicomnya namun tak lama raut wajahnya mendadak lesu."Ini nasinya ada ikannya, Dek?" tanya Varo pelan."Iya lah, namanya nasi liwet pasti ada ikan terinya," ucap Tasya dengan ketus.Varo pun menghembuskan napasnya kasar lalu segera
Kepingan memori masa lalu Tasya pun seketika berputar. Ia ingat mata itu, mata elang milik seseorang yang ia nanti selama ini. Tapi, kenapa mata itu ada di Mas Varo?"Dek, awas kena mataku," ucap Varo mengingatkan dan mampu menarik kesadaran Tasya kembali."Ah, maaf, Mas," ucap Tasya lirih dan hanya mendapat anggukan dari Varo.Tasya pun kembali meneruskan kegiatannya, membantu menggosok area punggung sang suami yang sedikit sulit di capai sendiri oleh Varo.Setelah 30 menit berendam, Varo pun meminta untuk segera menyudahi acara berendamnya, karena ia mulai sedikit kedinginan."Beneran udah, Mas?" tanya Tasya memastikan."Iya, Dek," jawab Varo singkat.Tasya pun segera mengambil handuk yang baru saja tadi pagi ia cuci dan langsung memberikannya kepada Varo."Pelan - pelan ngelapnya, Mas," ucap Tasya dan hanya mendapat anggukan dari Varo.Setelah itu, keduanya pun segera menuju kamar mereka."Mas, mau pake baju apa pake daleman doang? Biar nanti aku salepin pas kamu tidur," ucap Tasya
Tasya nampak terdiam sebentar. Namun, Raut wajahnya seketika lesu dan binar di wajahnya meredup, menandakan bahwa ia tak baik-baik saja."Dek," lirih Varo pelan sambil membelai lembut tangan sang istri."Mas, aku dosa yah, kalau misalnya nentang keinginan kamu itu?" tanya Tasya sendu.Varo pun nampak menghembuskan napasnya kasar, mencoba sedikit menetralkan degup jantungnya. Salahnya kembali kali, ia tau bahwa saat ini keduanya baru berbaikan tapi lagi - lagi ia membuat perkara.Varo membelai lembut wajah sang istri lalu mengecup pelan lengannya."Kenapa, Dek? Ada masalah kah? Apa kamu gak yakin kalau aku bisa ngasih kehidupan yang layak untuk kamu?" tanya Varo memastikan dan mendapat gelengan dari Tasya."Nggak, Mas, bukan itu," lirih Tasya."Terus apa, Dek?" tanya Varo ingin tau "Sebenarnya, kedai itu salah satu penunjang kehidupan Abang dan keluarga juga, Mas. Selama ini, kehidupannya Abang ngandelin dari kedai aku. Abang gak mungkin bisa kerja kek orang-orang yang berangkat sore
"Mas kamu kenapa? Kok wajahmu pucet begitu. Kamu sakit?" tanya Tasya tak paham.Namun, bukannya menjawab, Varo hanya menggelengkan kepalanya pelan sambil menghembuskan nafasnya kasar."Nggak papa kok, Dek. Mas gak sakit kok," ucap Varo mengalihkan pembicaraan."Ma -- maaf, Mas, aku nggak bermaksud begitu,"ucap Tasya penuh penyesalan."Nggak papa, Dek, santai aja," ucap Varo kemudian.Namun, setelah itu hening pun melanda mereka berdua. Beberapa kali Varo nampak menghembuskan nafasnya kasar seolah berusaha untuk menetralkan deru nafasnya."Apa, Damar yang kamu maksud adalah Damar Afriansyah?" tanya Varo setelah hatinya terasa lega."Eh, Mas tahu dari mana nama itu?" tanya Tasya penasaran.Lagi-lagi, Varo tak menjawab, namun ia malah mengambil hp-nya dan membuka galeri foto.Selang 5 menit kemudian, ia pun menemukan foto yang dimaksud, lalu segera menyerahkan hpnya kepada sang istri."Apa perempuan ini kamu, Dek?" tanya Varo kembali.Tasya pun melihat gambar yang diberikan oleh Varo sa
Sebenarnya, Varo sendiri merasa senang saat Tasya mengucapkan kata itu.Entah mengapa, melihat Tasya menggunakan kostum kelinci membuat birahinya semakin tinggi, apalagi Tasya terlihat lebih menggemaskan.Sementara itu, Tasya pun segera ke kamar, mengganti bajunya dengan lingerie berkostum kelinci berwarna merah muda.Sebenarnya, kostum ini telah lama ia beli, namun belum berani memakainya karena ia merasa bahwa kostum ini terlalu seksi. Tapi sepertinya, malam ini adalah waktu yang tepat untuk memakai kostum itu.Selang 30 menit kemudian, Tasya pun sudah kembali lagi ke hadapan Varo dengan berdandan ala kelinci.Beberapa kali Varo nampak meneguk salivanya melihat sang istri yang begitu menggoda.Glek."Ca -- cantik banget, Dek," lirih Varo pelan.Tasya pun hanya tersenyum, lalu segera naik ke pangkuan Varo dan langsung mengunci bibir Varo.Awalnya, ciuman itu terasa lembut dan hangat, namun kelamaan menjadi sedikit panas dan ganas. Apalagi, saat Varo mulai meraba area dada dan bawah T
'Dasar, orang mah bangunin, ini malah bikin tulisan begini, ck,' gerutu Tasya.Tasya pun segera ke kamar mandi dan mulai membersihkan sisa - sisa kenikmatannya semalam.Setelah mandi, badannya pun terasa lebih segar dan rileks. Ia pun bergegas mengganti bajunya dan bersiap untuk ke kedai.Hanya dalam waktu 10 menit, Tasya pun sudah berada di depan foodcourtnya. Dari gerbang luar ia sudah melihat sang suami yang tengah duduk di salah satu bangku.Sebelum ke tempat sang suami, Ia pun berhenti sebentar di kedai milik Reni."Mas Varo, dari tadi, Ren?" tanya Tasya setengah berbisik."Hu'um lumayanlah, dari jam 8-an. Lu dari mana aja? Belum bangun apa ampe laki gak dibikinin sarapan?" tanya Reni sedikit menggoda."Haha, biasa, penganten baru mah kan maunya main aja. Ini kecapekan soalnya semalem lemes banget, jadi siang deh. He, ya udah gua mau ke sana dulu, keknya dia masih belum sadar ada bininya," kekeh Tasya dan mendapat anggukan dari Reni.Tasya pun dengan perlahan mendekati Varo yang