Inggit, tutup mata dong. makin kesini makin manja ya sama mas Andi, bikin yang baca pengen di manja juga. Kira- kira itu bibir bakal lepas gak ya dari keperawanannya? hahaha... ini nih pengantin yang gak baru lagi tapi semuanya masih orisinil belum di jamah suaminya. kira-kira ada yang pernah ngalamin gitu gak? yang nikahnya di jodohkan mungkin? tulis di komentar ya, mana tau kalian ada yang pernah merasakan hal sama , mesra setelah nikah, berkenalan setelah nikah.
Mataku terpejam saat itu juga sampai bibir kami akhirnya saling bertemu, Aku yang tersadar cepat melepasnya. Lalu dengan malu-malu mundur teratur, mengambil boneka Beruang yang masih berada di dalam box mesin capit.Ternyata wajah mas Andi juga memerah sepertiku, sekilas aku melihatnya dan langsung berbalik tersipu malu sambil terkekeh kecil.“Ayo mas, ini sudah lama sekali, bahkan sudah mau sore,” ajakku.“Kita beli makanan masak saja, pasti sampai rumah kamu sudah lelah.” Aku mengangguk mendengar saran mas Andi, hanya saja melihat lembaran uang yang dia keluarkan untuk membeli makanan masak membuat aku tidak rela.Rasa hati ingin melarang, apa daya sudah dipesan. ‘Sayang banget sih duitnya, hari ini kita beruntung belum tentu besok Mas bakalan bisa dapat duit sebanyak itu lagi,’ batinku.Bahkan aku mengigit-gigit ujung bibir merasa banyak sekali yang dibelanjakan mas Andi. Pasti ini akan menjadi masalah lagi nantinya, Ibu akan bertanya banyak hal.Bagaimana kami mendapatkan uang? Ke
“Aw! Sakit Nggit. Kamu itu berani kurang ajar, aku lebih tua darimu.” Belum selesai dia mengusap pipinya yang sebelah kanan, Aku tampar lagi di sebelah kirinya.Plak!“Apa-apaan sih Nggit, semua yang aku bilang fakta. Kenapa kamu bela dia sampai segitunya?” Protes yang di ungkapkan kak Naysila memancing penjelasan dariku.“Dengar baik-baik sekali lagi kamu menghina mas Andi, Aku tidak akan menunduk hormat walau hanya sedikit. Bahkan Aku bisa membuatmu menangis mohon ampun akibat tamparanku!” Sambil kutunjuk wajahnya menegaskan semua yang ku katakan, itu akan bisa terulang jika dia berulah lagi.Sampai suara Ibu terdengar untuk kedua kalinya, namun ini lebih dekat. “ Ada apa sih? Baru juga semalam belum ada sehari pindah, sudah buat keributan lagi!” Sudah jelas kali ini aku yang di salahkan.Melihat mereka yang mulai berakting membuatku muak, di rumah ini sama sekali bukan surga buatku. Ingin rasanya kembali kemasa itu, di mana Ayah masih ada waktu walau hanya sebentar. Aku ingin memut
“Kamu masih percaya dengan suamimu?” tanya Ibu mendekat tepat berdiri di samping kananku kali ini.Aku hanya menarik napas panjang ada keraguan di dalam hatiku saat ini, apalagi yang di ucapkan Ibu benar.‘Seharusnya mereka sudah tau berita ini dari mas Gunawan,’ batinku saat ini.Sampai aku mulai meragukan mas Andi, hanya teringat lagi kejadian di mal Srikandi, ‘Kalau memang mas Andi berbohong, pria yang memberikan uang sisa hadiah? Uang dari mana mas Andi mau berbohong serapi itu?’ Pertanyaan demi pertanyaan mulai membuatku bingung.Sampai Ibu kembali menghasut pikiranku, dia ingin aku memutuskan semua kebenaran yang kami sembunyikan darinya.“Kenapa diam, kamu bersekongkol dengan Suamimu yang miskin ini,” ejek Ibu, saat itu juga yang semula aku mulai ragu makin tidak terima dengan penghinaan yang Ibu lontarkan.“Berbohong? Mungkin Gunawan saja yang sengaja tidak memberitahu kalian, hal itu lumrah dan bisa terjadi. Dia juga manusia biasa, bisa saja dia sengaja atau lupa,” jelasku ti
Aku benar -benar terpojok saat ini, bahkan senyum nakal di wajah mas Andi membuatku seperti salah tingkah.“Kamu cantik, aku suka lihat wajahmu yang tegang seperti ini. Membuatku semakin penasaran,” bisiknya di teligaku.Aku menelan saliva saat merasakan napas mas Andi berbicara melalui celah telinga, membisik seperti sebuah aliran listrik yang di luar nalar. Hingga suara mas Andi terdengar lagi, menyusup samar.“Bisa kita segera selesaikan beres-beres nya, aku sudah lelah.” Mendengar kata lelah membuat aku tersadar mas Andi sudah kembali mengambil beberapa wadah, untuk meyusun makanan dari restauran yang sudah kami beli.Melihat mas Andi tersenyum nakal, yang sesekali menertawakanku membuat wajahku memerah dan malu. Bahkan ada rasa kesal igin rasanya mengumpat pria itu saat ini juga, hanya saja aku takut terdengar Ibu.“Awas kamu mas, kalau sudah di kamar lihat saja. Ngak akan aku kasih ampun,” gumamku yang mencuci ayam dan ikan di wastafel. Perasaan kesal campur malu kulampiaskan p
Mas Andi yang merentangkan tangan membuatku sempat salah tingkah, sampai dia mulai bicara lagi. “Sini bersandar di lengan, Mas,” pintanya saat itu. Entah mengapa aku mengikuti kemauan mas Adi kali ini.Seperti terhipnotis, kepalaku bersandar di lengannya bahkan rambutku saat ini menempel di tengkuk lehernya. Menikmati nyanyian malam yang di bawakan oleh jangkrik liar dan embusan angin yang membuat daun dan pepohonan mengeluarkan suara.“Sebenarnya kita ini sudah bisa di katakan Suami istri atau belum sih?” Pertanyaan konyol yang ku katakan membuat mas Andi terkekeh.“Kok malah ketawa sih?” tanyaku malu tanpa menatap wajahnya lagi.“Bagaimana ya? Mau di katakan Suami Istri, sampai sekarang saja mas belum belah duren. Tapi, mau di bilang bukan, masalahnya kita sudah menikah hanya pacarannya saja setelah menikah,'’ jawab mas Andi .Aku terkekeh mendengar perkataan jujur itu, sebenarnya ini salahku juga. Tapi, aku belum siap untuk melakukan semua kewajiban sebagai istri. Walau hanya kewaji
“Mas, aku kerumah utama ya, sarapan sudah aku letakkan di atas meja!” teriakku yang sengaja tidak ingin bertemu dengan mas Andi lagi. Masih malu sangat untuk bertatapan dengan wajahnya, yang tergambar semua kejadian belah duren menari-nari dipikiranku.Dengan santai aku menuju rumah utama, seperti biasa mereka belum melakukan aktifitas. Jam kantor mereka jam 8, baru karyawan masuk kerja dan Gunawan biasanya jam begini masih baru membuka mata bersama istrinya.Sedangkan penghuni lainnya sudah pasti sibuk di dalam kamarnya layaknya nyonya besar, Vanya paling di manja oleh Ibu di karenakan Aryo merupakan salah satu kepala cabang di perbankan kota Seroja. Relasinya adalah orang-orang penting. Hanya saja dia masih berusaha bisa bertemu dengan pemilik mal Srikandi, yang kono katanya sangat misterius.Menurut rumor yang beredar pemilik mal Srikandi adalah salah satu keturunan dari pemimpin kasta tertinggi Dogestan, ada juga yang mengatakan tunangan dari Rere Prasetyo salah satu pewaris Pras
“Tuan Delano, bagaimana bisa menantu Anda yang miskin itu hadir di acara ini. Sepertinya dia hadir sebagai supir dari keluarga Wicaksono, memalukan,” ejek Arga dengan wajah meremehkan.Aku sangat geram tanganku mengepal saat itu juga, inggin rasanya aku membungkam mulutnya dengan bogem mentah. Tapi Ayah yang melihat ke arahku segera memegang tangan ini, membuatku sedikit melunak.“Dia bukan pria miskin lagi, Anda tau itu. Saat ini dia adalah menantu keluarga Wicaksono, tentu saja Tuan Arga harus menghormatinya. Tidak peduli dia dari kasta atau trah rendahan sebelumnya, setelah Andi menikah dengan putri dari kasta Wicaksono maka derajatnya lebih tinggi dari Tuan Arga Dwiguna. Saya minta Tuan Arga sadar akan posisi, jangan membuat saya bertindak tidak menghargai Anda," jelas Ayahku.Tau ngak perasaan apa yang aku rasakan saat ini, Aku sangat bahagia. Bagaimana tidak, Ayahku membela suamiku di depan mantan calon jodohku yang duda sombong.Arga keluar dengan membanting pintu mobil, terli
Aku sangat takut saat mas Andi merebut Wine itu dari tanganku. Apalagi ditambah Arga mengajukan protes atas tindakan mas Andi.“Apa hakmu untuk mengambil Wine kehormatan untuk saya, dari Inggit?” ujar Arga Dwiguna, yang setelahya dia melanjutkan lagi perkataannya.“Tuan Bramasta, kali ini saya sangat tersinggung. Pria di hadapan saya ini sudah menyingung saya untuk kesekian kalinya,” jelasnya.Suasana semakin menegang dan sanggat terasa panas, apalagi aku saat itu merasakan keringat mengucur seperti jagung dari dahiku.“Maaf jika saya lancang, saya adalah Andi Hermawan suami dari Inggit Garnasih Wicaksono. Sebagai Suami dan menantu dari keluarga Wicaksono, saya ingin menggantikan Istri saya untuk menerima kehormatan ini. Karena, kesalahan yang terjadi bukan hanya berasal dari keluarga Wicaksono. Tapi saya juga ikut andil di sana, kiranya Tuan Bramasta mau mengabulkan permohonan ini,” jelas mas Andi.Aku tidak menyangka kalau dia akan berbicara seperti itu dihadapan semua Bangsawan tert