Home / Urban / Suami Miskinku Ternyata Konglomerat / Bab 20. Tamu yang tak di Undang

Share

Bab 20. Tamu yang tak di Undang

Author: Nocil Bawel
last update Last Updated: 2024-10-16 16:09:33

“Mas, aku kerumah utama ya, sarapan sudah aku letakkan di atas meja!” teriakku yang sengaja tidak ingin bertemu dengan mas Andi lagi. Masih malu sangat untuk bertatapan dengan wajahnya, yang tergambar semua kejadian belah duren menari-nari dipikiranku.

Dengan santai aku menuju rumah utama, seperti biasa mereka belum melakukan aktifitas. Jam kantor mereka jam 8, baru karyawan masuk kerja dan Gunawan biasanya jam begini masih baru membuka mata bersama istrinya.

Sedangkan penghuni lainnya sudah pasti sibuk di dalam kamarnya layaknya nyonya besar, Vanya paling di manja oleh Ibu di karenakan Aryo merupakan salah satu kepala cabang di perbankan kota Seroja. Relasinya adalah orang-orang penting. Hanya saja dia masih berusaha bisa bertemu dengan pemilik mal Srikandi, yang kono katanya sangat misterius.

Menurut rumor yang beredar pemilik mal Srikandi adalah salah satu keturunan dari pemimpin kasta tertinggi Dogestan, ada juga yang mengatakan tunangan dari Rere Prasetyo salah satu pewaris Pras
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tanzanite Haflmoon
penasaran makin penasaran aku ... penasaran
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 21. Perseteruan Antara Andi dan Arga

    “Tuan Delano, bagaimana bisa menantu Anda yang miskin itu hadir di acara ini. Sepertinya dia hadir sebagai supir dari keluarga Wicaksono, memalukan,” ejek Arga dengan wajah meremehkan.Aku sangat geram tanganku mengepal saat itu juga, inggin rasanya aku membungkam mulutnya dengan bogem mentah. Tapi Ayah yang melihat ke arahku segera memegang tangan ini, membuatku sedikit melunak.“Dia bukan pria miskin lagi, Anda tau itu. Saat ini dia adalah menantu keluarga Wicaksono, tentu saja Tuan Arga harus menghormatinya. Tidak peduli dia dari kasta atau trah rendahan sebelumnya, setelah Andi menikah dengan putri dari kasta Wicaksono maka derajatnya lebih tinggi dari Tuan Arga Dwiguna. Saya minta Tuan Arga sadar akan posisi, jangan membuat saya bertindak tidak menghargai Anda," jelas Ayahku.Tau ngak perasaan apa yang aku rasakan saat ini, Aku sangat bahagia. Bagaimana tidak, Ayahku membela suamiku di depan mantan calon jodohku yang duda sombong.Arga keluar dengan membanting pintu mobil, terli

    Last Updated : 2024-10-17
  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 22. Perseteruan Memanas

    Aku sangat takut saat mas Andi merebut Wine itu dari tanganku. Apalagi ditambah Arga mengajukan protes atas tindakan mas Andi.“Apa hakmu untuk mengambil Wine kehormatan untuk saya, dari Inggit?” ujar Arga Dwiguna, yang setelahya dia melanjutkan lagi perkataannya.“Tuan Bramasta, kali ini saya sangat tersinggung. Pria di hadapan saya ini sudah menyingung saya untuk kesekian kalinya,” jelasnya.Suasana semakin menegang dan sanggat terasa panas, apalagi aku saat itu merasakan keringat mengucur seperti jagung dari dahiku.“Maaf jika saya lancang, saya adalah Andi Hermawan suami dari Inggit Garnasih Wicaksono. Sebagai Suami dan menantu dari keluarga Wicaksono, saya ingin menggantikan Istri saya untuk menerima kehormatan ini. Karena, kesalahan yang terjadi bukan hanya berasal dari keluarga Wicaksono. Tapi saya juga ikut andil di sana, kiranya Tuan Bramasta mau mengabulkan permohonan ini,” jelas mas Andi.Aku tidak menyangka kalau dia akan berbicara seperti itu dihadapan semua Bangsawan tert

    Last Updated : 2024-10-18
  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 23. Aku Pikir Dia akan....  

    Sesekali memegang wajahku, sesekali mengomel bagai anak kecil. Bahkan ada satu kalimat yang tidak selesai membuatku penasaran.“Hai kamu,” ucapnya sembari menunjuk wajahku di dalam lift. Aku hanya menatapnya tanpa senyuman lagi, sangat lelah. Bahkan dalam hati ini sudah menaruh dendam padanya, saat dia sadar nanti.“Kamu punya telinga ngak, Aku ini adalah Pangeran,” ujarnya lalu dia melanjutkan lagi, “Pangeran Kodok, hahaha...” tawanya lepas, tanpa beban. Aku yang semula kesal ikut tertawa, melihat tingkah konyolnya.Ada peyesalan, melihat kondisi mas Andi saat ini sampai pintu lift terbuka aku masih tetap memasang wajah tanpa senyum. Berusaha membawa mas Andi keluar lift sangat sulit, apalagi saat tangannya dengan segaja menahan pintu lift untuk tertutup lgi.“Mas, kamu harus istirahat,” ucapku yang masih membopoh tubuhnya.“Sttt... kamu jangan berisik, tugasmu hanya menjadi istri yang baik. Kita mainan dulu ini lucu sekali,” jari tanggannya di letakkan tepat di bibirku. Dengan mata

    Last Updated : 2024-10-19
  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 24. Melamar Pekerjaan di Srikandi.

    Sepekan dari kejadian yang membuatku terjebak dengan mas Andi, kehidupanku dengannya sekarang mulai baik-baik saja Aku mulai terbiasa dengan tingkah konyolnya. Bahkan saat dia ingin mengambil haknya sebagai suami, tidak seperti diawal-awal yang membuat wajahku memerah bagai kepiting rebus. Terutama kejadian terakhir di Hotel saat dia dalam pengaruh Alkohol.“Mas aku mau melamar pekerjaan di Srikandi, kira-kira masih ada lowongan enggak, ya?” tanyaku pada mas Andi.“Nanti Mas saja yang bawa CV mu, Kebetulan ada staf yang jabatannya lumayan tinggi Mas kenal.” Mendengar ucapan mas Andi membuatku bingung, kenapa bukan dia yang melamar sebagai karyawan di perusahaan itu.“Mas, kalau kenal sama staf dengan jabatan bagus, kenapa bukan mas Saja yang melamar di sana?” tannyaku.“Tidak ada lowongan kerja yang sesuai dengan, Mas,” jawabnya simpel.Aku tertegun, apa maksudnya tidak sesuai dengan Dia, Apa karena dia tidak sekolah? Apa karena lulusan yang sesuai dengannya tidak ada?Pertanyaan sepe

    Last Updated : 2024-10-19
  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 25. Terserah Maumu

    Aku menghindari perseteruan itu, biasa kak Naysila akan mencari gara-gara lagi jika merasa di abaikan. Walau kecewa banget dengan cara Ibu berbicara, lebih baik aku tetap mengalah untuk sementara waktu.“Nggit, tolong ambilkan sosis itu dong,’' pinta kak Naysila lagi.“Aku masih sibuk,” jawabku tanpa mempedulikannya.“Kamu cari gara-gara ya, dari tadi!” Suaranya meninggi, tapi hanya aku balas dengan senyuman sinis. Melepas apron yang aku kenakan saat ini, lalu meninggalkan dia begitu saja.Mengambil sapu untuk melanjutkan membersihkan ruangan demi ruangan, seperti yang aku duga dia akan tetap mencari masalah denganku. Sengaja kak Naysila membuang kulit apel di lantai, aku menyapu dan dia mengulang lagi.Siapa saja kalau di buat seperti itu pasti akan naik pitam, apa lagi aku bukan seperti anak tiri yang bisa di bully habis-habisan. Spontanitas kuambil kulit apel yang berceceran dilantai, lalu aku jadikan satu sama piring buah miliknya.“Mohon maaf, kalau mau makan buah tolong perhatik

    Last Updated : 2024-10-19
  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 26. Wawancara

    “Mas aku mau bergegas, takut terlambat,” ujarku berpamitan dengannya.“Semangat, ya,” ucapnya mengepalkan dua tanggan sambil terus memberiku semangat.“Mas mau pulang makan? Aku sudah siapkan makanan untuk Mas, sengaja aku simpan di kamar kita, di meja yang biasa untuk sarapan,” ucapku lagi.Dia hanya mengangguk tangannya seolah menyuruhku untuk bergegas. Saat itu juga aku meninggalkan mas Andi, sambil terus melambaikan tangan. Aku masih tampak malu-malu, mengingat kelakuan konyol yang aku lakukan.Sambil jalan sedikit langkah lompat girang, bagai anak kecil yang menari-nari di jalanan. “Semoga wawancaranya lancar, aku sangat deg-degkan,” gumamku sepanjang jalan.Tepat di depan mal Srikandi, aku bingung harus ke mana. Tidak mungkin aku mencari ruagan staf mengelilingi mal sebesar ini. Menarik napas panjang aku memberanikan diri bertanya kepada sekuriti.“Maaf Pak, saya mendapat panggilan wawancara ini.” Aku menunjukkan pesan singkat di smartphone milikku.“Oh, ini Wibu milik The nex

    Last Updated : 2024-10-19
  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 27. Wawancara Vs Cemburu

    Aku masih penasaran dengan pemimpin mal Srikandi ini, selama wawancara dia hanya bertbisik di telinga pak Irawan yang selanjutnya menyampaikan padaku. Apakah suaranya sebegitu rahasia? Bahkan hanya pak Irawan yang boleh mendengarkannya.“Nona, apakah selama percobaan bersedia menjadi SPG di salah satu tenan di mal ini?” tanyanya, dengan wajah sedikit takut-takut, Aku ingin tertawa tapi aku tahan.Bayangkan seorang pemimpin, sengaja mewawancarai secara langsung untuk mempekerjakan di tenan mal. Bukan sebagai staf, unik banget? Sebegitu beruntungnya kah aku, sampai harus beliau yang wawancara. Padahal pekerjaan seremeh ini cukup HRD bagian tenan yang merekrutku.“Saya bersedia, bahkan di letakkan di mana saja saya bersedia,” jawabku dengan senyum tipis.Dia berbisik lagi, yang selanjutnya di sampaikan oleh pak Irawan. “Kalau menjadi Istri Tuan muda?”Aku langsung menelan saliva dalam, rasanya ingin mengumpat tapi tidak sopan. ‘Sumpah, ngak waras ini orang. Sudah jelas-jelas di CV aku st

    Last Updated : 2024-10-19
  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 28. Cerita Konyol Inggit dan Andi

    Aku tidak sabar ingin bercerita dengan mas Andi, segera ku berlari ke halaman parkir di mal Srikandi. Berjalan kecil mencari sosok mas Andi, hanya saja sudah hampir dua kali berkeliling tidak aku dapatkan mas Andi, apa kah dia masih di rumah?Teringat kembali postur tinggi mas Andi dan tuan Muda digin itu, mungkin kalau mas Andi memiliki keberuntungan sama seperti dia akan lebih mantap di mata keluargaku, Aku hanya ingin keberuntungan yang di miliki King Bramasta. Sedangkan sifat dan keramahan aku ingin mas Andi, tetap mas Andi sekarang.Bayangan dan impian konyol itu mengelayut di pikiranku saat ini sampai aku tertawa geli sendirian, beberapa mata memperhatikanku kali ini, bahkan ada yang tertawa secara diam- diam saat melintas. Konyol mereka pikir aku gila, akhirnya aku putuskan untuk pulang ke rumah.Masih dengan perasaan bahagia aku membuka pagar yang sanggat tinggi, bahkan tingginya melebihi mas Andi. Teringan saat aku masih usia 7 tahun. Saat itu Ibu sangat marah padaku, untung

    Last Updated : 2024-10-20

Latest chapter

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 45. Menenangkan Mas Andi

    Di tempat kerja, ketegangan semakin terasa. Orang-orang mulai lebih terbuka dengan sikap mereka, dan setiap kata yang terlontar membuat hatiku semakin tergerus.“Nggit dengar-dengar kamu masih dari kasta Wicaksono,” celetuk seseorang yang bersama Lela, aku langsung terkejut mendengarpertanyaannya itu.Belum juga aku menjawab Lela langsung memotongnya, “Percuma kalau terlahir dari keluarga kasta tapi suaminya buruh serabutan.” Sambil tertawa Lela bersama temannya.“Benar perkataanmu Lela, aku jadi merasa kecewa dengan sistem kasta di kota ini. Karena, orang-orang seperti dia ini yanhg menjatuhkannya.” Mata wanita itu penuh ejekan aku sangat ingin membalasnya tapi Lela seperti menyadari apa yang ingin aku lakukan.“Sudahlah, pergi dari sini, buang-buang waktu saja,” ucap Lela yang melempar tawa padaku.Sebelum mereka pergi Lela berbisik tajam, &ldq

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 44. Omong Kosong yang Memuakkan.

    Pagi itu, seperti biasa, aku dan mas Andi berangkat bekerja bersama. Tapi suasana di antara kami berbeda, ada ketegangan yang tersisa di udara, meskipun kami berusaha terlihat biasa saja. Kami berjalan di sepanjang trotoar, kaki kami terbenam dalam pemikiran masing-masing. Aku bisa merasakan beban di pundaknya, entah mengapa, aku merasa beban itu sekarang juga menjadi milikku.Di tempat kerja, aku berusaha fokus. Namun, segala sesuatu yang terjadi di luar pekerjaanku terus mengganggu pikiranku. Lela, teman-temanku dan semua suara yang meremehkan mas Andi seperti bayangan yang menempel di kepala. Setiap tatapan, setiap bisikan yang mereka lemparkan, aku tahu bahwa ini tidak akan pernah berakhir. Mereka tak akan berhenti berusaha mengubah pikiranku tentang mas Andi.“Nggit, aku mau antar ini dulu ke gudang,” ucap Windi, yang mengagetkanku dari lamunan.“Oh, iya.”Aku membalas singkat. Windi terlihat

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   42. Hasutan Teman

    "Inggit, aku tidak mengerti kenapa kamu bertahan dengan orang seperti Andi," suara Lela memecah keheningan di ruang tamu. Suaranya terdengar lembut, tapi menyimpan nada tajam yang tak bisa disembunyikan.Aku meletakkan cangkir teh yang belum sempat kuminum, merasa dadaku mendidih. "Lela, Andi adalah suamiku. Kenapa kamu bicara seolah-olah aku tidak punya pilihan dalam hidupku?"Lela mendekatkan dirinya padaku, menatap lurus ke mataku dengan ekspresi prihatin yang dibuat-buat. "Aku hanya ingin yang terbaik untukmu, Nggit. Kamu tahu aku selalu mendukungmu. Kamu perempuan cerdas, punya pekerjaan bagus, cantik. Kamu bisa hidup dengan seseorang yang sepadan. Kenapa harus mempertahankan dia?"Aku menarik napas panjang, berusaha menjaga agar emosiku tidak meledak di hadapannya. Tangan Andi yang kurasakan di bahuku tadi pagi, masih terasa seperti bayang-bayang perlindungan yang dia berikan. "Lela, mas Andi mungkin bukan orang ka

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 43. Melawan Hasutan yang Datang

    Esoknya, aku kembali bekerja dengan pikiran yang penuh amarah terpendam. Pekerjaan yang seharusnya bisa kuselesaikan dengan tenang terasa begitu sulit, setiap suara, setiap pandangan dari rekan-rekan kerja seperti membawa kembali semua hinaan dan ejekan yang selama ini mereka lemparkan pada mas Andi.“Win aku ijin istirahat lebih dulu, ya? Soalnya aku mau nemuin, teman sekolahku dulu,” ujarku saat itu yang di balas anggukan oleh Windi.Di waktu istirahat, aku tidak bisa menahan diriku lagi. Aku mendekati Lela, yang sedang duduk dengan rekan-rekan lain di kantin. Mereka berhenti berbicara saat aku tiba, aku bisa merasakan ketegangan yang mulai terbentuk."Lela, kita perlu bicara."Aku memanggilnya, berdiri tepat di depannya duduk.Dia mendongak, tampak terkejut menatap wajahku, tapi berusaha mempertahankan ekspresi tenangnya. "Ada apa, Nggit?"Aku menatapnya tajam, tak

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 41.  Perhiasan Ketemu

    Detik itu juga, kata-katanya seperti pisau yang menusuk hatiku. Aku berdiri terpaku, tidak percaya bahwa kata-kata penuh kebencian itu keluar dari mulut adikku sendiri. Aku mencoba bicara, namun suaraku seakan tercekat di tenggorokan. Mas Andi menggenggam tanganku, memberi isyarat agar aku tidak tersulut lebih jauh.Namun, emosi itu sudah tak terbendung lagi. Aku menarik napas panjang, lalu menatap Vanya dengan tatapan penuh luka dan kekecewaan. "Kamu tahu, Vanya, kebencianmu ini tidak akan membawamu ke mana-mana. Kamu boleh menghina mas Andi, tapi jangan lupa, Kakek memilihnya untukku dengan sadar, dengan sepenuh hati. Kalau kamu tidak bisa menghargainya, maka mungkin kamu juga tidak perlu menghargai kakek sebagai orang tertua di keluarga ini."Wajah Vanya mengeras, tapi dia memilih diam, tak lagi membalas. Kami berdiri dalam keheningan yang menusuk, sampai akhirnya mas Andi menarikku pergi, mengakhiri pertikaian yang terasa membekas dalam benakku.“Ayo kita jalan-jalan lagi, biar te

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 40. Fakta di balik CCTV

    "Apa-apaan ini, kalian? Baru pulang sudah membuat keributan lagi!" Ibu berkata dengan nada penuh ketidaksukaan. Tatapannya langsung tertuju pada Mas Andi, seolah mencari alasan untuk menyalahkannya lagi."Ibu, ini tidak benar," ujarku, mencoba menahan emosi. "Vanya menuduh Mas Andi tanpa bukti!"Namun, Ibu hanya mendengus dan aku bisa melihat ketidakpedulian dalam matanya. "Perhiasan itu mahal, Inggit. Dan bukankah sudah jelas siapa yang paling mungkin menginginkannya?"Aku merasa darahku mendidih. Mereka memperlakukan Mas Andi seolah dia bukan bagian dari keluarga, seolah dia adalah ancaman. Aku memandang wajah Mas Andi, yang tetap tenang, tapi aku tahu di dalam dirinya, ada amarah yang sedang ditahan.Akhirnya, Mas Andi angkat bicara, suaranya pelan namun tegas. "Saya tidak pernah mencuri, Bu. Apa yang Ibu tuduhkan terlalu jauh."Mata Ibu berkilat dan Mas Andi berbalik pada Vanya. "Coba cari baik-baik, Vanya. Pastikan di mana terakhir kamu meletakkannya. Jangan sembarangan menuduh o

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 39. Tuduhan yang beruntut ...

    Aku baru merasa lega setelah mendengar penjelasan Mas Andi. Akhirnya masalah uang yang diminta Ibu bisa kami selesaikan tanpa drama tambahan. Namun, naluri dalam diriku seolah terus memanas, memberi firasat bahwa kedamaian ini tidak akan bertahan lama. Apa lagi yang akan Ibu lakukan pada kami? Pikiran itu membuat langkahku terasa berat saat aku dan Mas Andi berjalan menuju mal Srikandi.Di mal, aku memperhatikan gerak-gerik Mas Andi yang sedikit berbeda. Mas Andi terlihat berbisik pada staf Office, lalu menerima sesuatu yang mirip dengan kunci mobil. Kecurigaan langsung menjalar dalam pikiranku. Aku berusaha mendekat tanpa terlihat, ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Namun, saat itu juga, seseorang muncul dari arah belakangku. Mas Gunawan, kakak iparku yang bekerjadi juga di mal ini."Sedang apa kamu di sini, Andi?" suara Mas Gunawan terdengar penuh kecurigaan, seperti seorang penjaga yang baru saja menemukan penyusup.Mas Andi terlihat tenang, tetapi nada suaranya tetap rendah.

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 38. Tuduhan berujung malu.

    "Pagi sayang," sapaku.Mas Andi terlihat enggan bangkit dari tempat tidur, aku segera keluar untuk membuat sarapan. Tiba-tiba suara Ibu terdengar mengomel menghampiriku."Nggit, coba kamu tidak menikah dengan dia, kamu pasti tidak harus bersusah payah," ocehnya lagi membuat kupingku panas."Kenapa sih Bu itu terus dibahas, nggak ada habisnya," balas Inggit.Aku lanjut memasak sambil mencuci piring di wastafel, sampai suara Ibu terdengar lagi. Semakin menyulut emosiku."Padahal Arga itu mapan, kamu bisa hidup tanpa harus bekerja dan bersusah payah," ungkap Ibuku yang membuatku geram."Terus kenapa Ibu masih mau? Waktu kakek menawarkan Andi menikah denganku, Ibu takut melawan kakek?" tanyaku yang membuat Ibu langsung membanting pintu kamar mandi.Aku terkejut, jantungku seperti mau copot, bahkan saat ini di pikiranku semua penghuni di dalam rumah juga bangun akibat suara bantingan pintu itu. Tapi, aku pikir sudah berhenti sampai di situ saja, suara kesunyian kembali menemaniku sampai ter

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 37. Emosi Memuncak

    Setiap malam, aku merenungkan keputusan untuk mengambil langkah ini. Mas Andi selalu ada di sampingku, menguatkan hatiku. Dia tidak pernah mengeluh meski kami bekerja hingga larut malam.Suatu malam, saat kami sedang duduk di depan rumah setelah seharian bekerja, aku menatapnya. "Mas, terima kasih sudah selalu ada untukku. Aku merasa lebih kuat bersamamu."Mas Andi tersenyum. "Kita harus saling mendukung. Apa pun yang terjadi, kita hadapi bersama."Namun, saat kami berusaha memperbaiki keadaan, Ibu tampaknya semakin kesal. "Kalian seharusnya bisa lebih baik! Pesta Wicaksono sudah dekat!" teriaknya.Hatiku mulai terbakar lagi. "Bu, kami berusaha! Kami tidak bisa memenuhi semua permintaan tanpa dukungan.""Tapi kamu memilih hidup dengan menantu miskin ini!" Ibu membalas dengan sinis.Aku merasa marah. "Mas Andi bukan hanya menantu, dia suamiku! Tidak ada yang bisa merendahkan dia!"Mendengar kata-kataku, Ibu seakan terdiam. Namun, dia segera menemukan cara untuk kembali menyerang. "Kamu

DMCA.com Protection Status