Share

Bab 26. Wawancara

Author: Nocil Bawel
last update Last Updated: 2024-10-19 15:39:53

“Mas aku mau bergegas, takut terlambat,” ujarku berpamitan dengannya.

“Semangat, ya,” ucapnya mengepalkan dua tanggan sambil terus memberiku semangat.

“Mas mau pulang makan? Aku sudah siapkan makanan untuk Mas, sengaja aku simpan di kamar kita, di meja yang biasa untuk sarapan,” ucapku lagi.

Dia hanya mengangguk tangannya seolah menyuruhku untuk bergegas. Saat itu juga aku meninggalkan mas Andi, sambil terus melambaikan tangan. Aku masih tampak malu-malu, mengingat kelakuan konyol yang aku lakukan.

Sambil jalan sedikit langkah lompat girang, bagai anak kecil yang menari-nari di jalanan. “Semoga wawancaranya lancar, aku sangat deg-degkan,” gumamku sepanjang jalan.

Tepat di depan mal Srikandi, aku bingung harus ke mana. Tidak mungkin aku mencari ruagan staf mengelilingi mal sebesar ini. Menarik napas panjang aku memberanikan diri bertanya kepada sekuriti.

“Maaf Pak, saya mendapat panggilan wawancara ini.” Aku menunjukkan pesan singkat di smartphone milikku.

“Oh, ini Wibu milik The nex
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 27. Wawancara Vs Cemburu

    Aku masih penasaran dengan pemimpin mal Srikandi ini, selama wawancara dia hanya bertbisik di telinga pak Irawan yang selanjutnya menyampaikan padaku. Apakah suaranya sebegitu rahasia? Bahkan hanya pak Irawan yang boleh mendengarkannya.“Nona, apakah selama percobaan bersedia menjadi SPG di salah satu tenan di mal ini?” tanyanya, dengan wajah sedikit takut-takut, Aku ingin tertawa tapi aku tahan.Bayangkan seorang pemimpin, sengaja mewawancarai secara langsung untuk mempekerjakan di tenan mal. Bukan sebagai staf, unik banget? Sebegitu beruntungnya kah aku, sampai harus beliau yang wawancara. Padahal pekerjaan seremeh ini cukup HRD bagian tenan yang merekrutku.“Saya bersedia, bahkan di letakkan di mana saja saya bersedia,” jawabku dengan senyum tipis.Dia berbisik lagi, yang selanjutnya di sampaikan oleh pak Irawan. “Kalau menjadi Istri Tuan muda?”Aku langsung menelan saliva dalam, rasanya ingin mengumpat tapi tidak sopan. ‘Sumpah, ngak waras ini orang. Sudah jelas-jelas di CV aku st

    Last Updated : 2024-10-19
  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 28. Cerita Konyol Inggit dan Andi

    Aku tidak sabar ingin bercerita dengan mas Andi, segera ku berlari ke halaman parkir di mal Srikandi. Berjalan kecil mencari sosok mas Andi, hanya saja sudah hampir dua kali berkeliling tidak aku dapatkan mas Andi, apa kah dia masih di rumah?Teringat kembali postur tinggi mas Andi dan tuan Muda digin itu, mungkin kalau mas Andi memiliki keberuntungan sama seperti dia akan lebih mantap di mata keluargaku, Aku hanya ingin keberuntungan yang di miliki King Bramasta. Sedangkan sifat dan keramahan aku ingin mas Andi, tetap mas Andi sekarang.Bayangan dan impian konyol itu mengelayut di pikiranku saat ini sampai aku tertawa geli sendirian, beberapa mata memperhatikanku kali ini, bahkan ada yang tertawa secara diam- diam saat melintas. Konyol mereka pikir aku gila, akhirnya aku putuskan untuk pulang ke rumah.Masih dengan perasaan bahagia aku membuka pagar yang sanggat tinggi, bahkan tingginya melebihi mas Andi. Teringan saat aku masih usia 7 tahun. Saat itu Ibu sangat marah padaku, untung

    Last Updated : 2024-10-20
  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 29. Hari Pertama Kerja

    “Sudah siap, sayang!?” tanya mas Andi yang menungguku di depan kamar.Aku hari ini sudah bangun sangat pagi, menyelesaikan rumah utama. Bahkan menyiapkan sarapan sampai makan siang, sehingga pagi ini aku sudah bersiap-siap berangkat kerja di mal Srikandi.“Sudah siap, ayo kita berangkat Mas,” ajakku yang menutup pintu kamar.Hampir lupa, hari ini kami sudah tidur di rumah utama . Kamar belakang di persiapkan untuk acara keluarga besar kasta Wicaksono, kemungkinan minggu depan sih acaranya. Langkah mas Andi berdampingan denganku menuruni anak tangga, sedangkan di meja makan sudah ada ayah bersama Ibu, pasukan yang lain masih belum keluar dari kamar mereka masing-masing.“Enggak sarapan dulu, Nggit?” tanya Ayah yang menyapa saat kami menuruni anak tangga.“Sudah bawa bekal, nanti kami sarapan di sana saja,” balasku singkat sembari berpamitan.“Hati-hati di jalan, tetap semangat bekerjanya. Jangan lupa minggu depan ada acara di rumah, jadi usahakan minta libur sama Bos mu,” balas Ayah

    Last Updated : 2024-10-21
  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 30. Training

    “Kamu yakin dengan yang kamu bilang tadi?” tanyaku memastikan, kalau benar itu yang dia katakan. Pasti Bos itu punya tujuan lain, secara logika saja kenapa harus dia yang terjun langsung.‘Kemarin saja saat wawancara dia tidak bisa bicara sendiri, bagaimana cara dia mengajari kami,’ batinku seolah tertawa memikirkannya.Windi belum menjawab pertanyaanku, sepertinya dia juga berpikir. Sampai dia mulai membuka suara lagi. “Kalau di pikir secara logika memang enggak masuk akal, hanya aku berharap itu benar terjadi,” balas Windi, yang membuat aku yakin juga dengan pemikiranku.Aku dan Windi menunggu orang yang akan training kami di tenan ini. Sebenarnya aku sedikit tahu cara menjalanka tenan minuman, Aku hanya takut kalau salah dalam takaran dan jenis minuman yang mau di pasarkan.“Maaf menunggu lama.” Suara yang tidak asing di telingaku.“Mas Andi!” ucapku terkejut. Windi heran aku mengenal mas Andi, sepertinya dia juga kecewa karena yang datang mas Andi“Kalian saling kenal?” tanya nya

    Last Updated : 2024-10-22
  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 31. Misteri di balik Bos

    Setelah sesi pelatihan itu, suasana di antara kami berangsur tenang. Namun, pikiranku masih terjebak pada pertanyaan tentang Mas Andi dan hubungannya dengan Pak Irawan.“Mas, sebenarnya kamu sama Pak Irawan itu bagaimana?” tanyaku antusias. Tidak lama kemudian, Windi ikut bergabung duduk di dekatku.“Eh, iya. Katanya Mas Andi hanya buruh serabutan di sini?” tanya Windi, yang membuatku bertanya apa maksud pertanyaannya itu.Mas Andi hanya tersenyum. “Namanya karyawan serabutan, itu pasti nggak terikat. Bisa di parkiran, bisa di gudang. Maklum, nggak ada pekerjaan kantor yang cocok buat saya. Inggit sudah tahu dari awal, kenapa bertanya lagi?” jelasnya, membuatku tertawa masam. Ada perasaan bersalah menanyakan hal sensitif ini.“Tapi, Mas, belum jawab tentang Pak Irawan,” kilahku menunggu jawabannya.“Oh, itu. Karena sering membantu pekerjaan di Mal Srikandi, jadi Pak Irawan dekat. Dia baik juga, sering ngasih uang tip.” Aku merasa lega dengan jawabannya kali ini.Ternyata, Mas Andi buk

    Last Updated : 2024-10-26
  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 32. Pulang ke Realitas

    Setelah sesi pelatihan yang penuh misteri, aku dan Mas Andi pulang bersama. Kami berjalan kaki dari Mal Srikandi, menikmati suasana malam yang sejuk. Suara bising kendaraan di jalanan mulai berkurang, dan hanya ada desahan angin yang menyapa kami.“Sepertinya hari ini cukup melelahkan, ya?” ucap Mas Andi sambil tersenyum.“Iya, tapi aku senang bisa belajar banyak hal. Rasanya ada yang berbeda kali ini,” balasku.Kami melanjutkan perjalanan, dan meski langkah kami lambat, aku merasa senang bisa menghabiskan waktu bersamanya. Namun, ketika kami sampai di rumah, suasana yang hangat dan penuh cinta mendadak tergantikan oleh ketegangan.Setibanya di rumah, kami mendapati Ibu berdiri dengan wajah masam. “Inggit! Ayo ke sini, sama suamimu!” serunya dengan nada mengancam.Mas Andi dan aku saling bertukar pandang. “Ada apa, Bu?” tanyaku dengan cemas.Ibu langsung membuka suara, “Kita butuh uang untuk pesta keluarga Wicaksono. Kalian harus mencarikan uang itu!”Aku terkejut. “Tapi, Bu, kami engg

    Last Updated : 2024-11-03
  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 33. Menemukan Jalan

    Mas Andi yang usai membersihkan diri menyegarkan mataku, dia mengusap-usap rambutnya yang basah. Mataku seolah enggan berpaling darinya.“Kenapa masang wajah begitu, kamu mau bujuk mas ya?” Sebuah pertanyaan yang menyadarkan lamunanku kali ini. Aku mendadak gagu bingung mau bicara apa, sampai dia melempar handuk jatuh di pangkuanku.Sembari menekan hidungku, Mas Andi membuka suara lagi. “Buruan mandi, biar segar jadi pikirannya bisa ikut di-refresh ke mode awal. Kalau sekarang masih bahas masalah tadi, kasihan dong, itu gumpalan yang di dalam kepala perlu juga istirahat.”Panjang lebar kalimat yang dia ucapkan, seperti dongeng bagiku. Mataku hampir terpejam, suaranya yang merdu membuatku selalu terkesima.“Loh malah tidur, buruan mandi.” Mas Andi menarik kedua tanganku lalu mengangkat tubuhku sampai tepat di depan pintu kamar mandi. Aku yang terkejut masih terpaku bingung dengan kelakuan suamiku ini, yang dalam pikiranku sebelumnya dia marah perkara guru privat. Kali ini sudah bisa be

    Last Updated : 2024-11-03
  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 34. Hampir Ketahuan.

    Badanku terasa sakit subuh ini, tepat jam 4 aku bangun, membersihkan rumah serta menyiapkan sarapan pagi. Masih ada beberapa menu dari pesan antar Mas Andi semalam. Melihat Ibu tidak ada di dapur, segera aku memanaskan makanan itu takut keburu basi.Suara air wastafel gemericik ternyata diikuti langkah kaki Mas Andi yang sudah menemaniku di dapur.“Mas, kenapa nggak lanjut tidur? Besok kerjaan siapa tahu banyak. Kata Mas ada bongkaran barang datang hari ini,” ujarku mengambil alih piring yang dipegang Mas Andi.Tangan jahilnya memberikan gumpalan busa di hidungku, aku tertawa dan membalasnya. Sampai dia menunjukkan giginya yang putih dan menjawab pertanyaanku padanya.“Kalau Mas bantuin, Inggit bisa balik ke kamar dengan cepat. Kita bisa mandi bareng,” ajaknya dengan senyum nakal di wajah tampannya.Aku tersipu malu, pria ini bisa membuatku makin bucin padanya. Setiap kali dia berbicara berdua saja, selalu mengodaku dengan kata-kata remeh yang membuat wajahku memerah.“Terserahlah,” j

    Last Updated : 2024-11-04

Latest chapter

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 66. Identitas Hampir Terungkap

    "Kalau kamu merasa dirugikan, Gunawan," Laras melanjutkan dengan senyum yang penuh arti, "lebih baik kita bicara seperti orang dewasa. Tidak perlu mengerahkan tangan untuk membuktikan siapa yang lebih kuat. Kalau mau berdebat, mari berdiskusi dengan tenang." Nadanya sepertinya sedikit mengejek, namun tetap penuh dengan kelas dan kecerdasan. Laras selalu punya cara untuk melontarkan sindiran tanpa kehilangan kewibawaannya.Gunawan menatap Laras dengan penuh kebencian, namun dia tidak melawan. Ada semacam kebingungan yang terpancar dari wajahnya dan aku tahu, dia sedang berjuang untuk mengendalikan dirinya.Tapi, apa yang bisa dilakukan seseorang yang tidak bisa menerima kenyataan bahwa dia bukanlah satu-satunya yang berkuasa? Aku bisa merasakan ketegangan semakin meningkat, tapi ada hal yang lebih besar yang sedang terjadi di balik semua ini.Mas Andi, dengan ketenangannya, malah menunjukkan pada kita bahwa kadang keheningan lebih berbicara banyak daripada kemarahan.Aku menyandarkan p

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 65.Kesabaran yang Membayar  

    Suasana ruangan itu terasa begitu padat. Ketegangan yang semula meletup, kini mulai mereda, namun ada bekasnya. Aku bisa merasakan udara di sekelilingku yang terasa berat. Andi, meskipun baru saja dijatuhkan dan dihina dengan begitu kejam, tetap berdiri tegak.Ada ketenangan dalam dirinya yang benar-benar memukau. Aku selalu tahu dia tidak mudah terpengaruh oleh orang lain, tapi aku tak pernah menyangka dia bisa tetap sabar dan tenang dalam kondisi yang begitu memanas.Mas Andi menatap Gunawan sejenak, matanya tajam, tetapi tidak menunjukkan rasa marah sedikit pun. Dia mengangkat wajahnya yang sempat tertunduk karena luka kecil akibat terjatuh dan dengan senyum tipis, dia berkata, “Saya mungkin jatuh, tapi itu tidak membuat saya kalah. Kalau ada yang mau berdiskusi lebih jauh, saya di sini.”Aku terdiam sesaat, terkesima oleh cara Mas Andi menghadapinya. Dia begitu santai, bahkan bisa tersenyum dalam situasi yang hampir tidak bisa dipercaya ini. Setiap kata yang keluar dari mulutnya t

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 64. Reaksi Gunawan  

    “Tidak masuk akal,” gumam Naysila yang menatapku tajam.Aku merasakan ketegangan yang semakin membara di ruangan itu. Suara detak jantungku terdengar begitu keras, hampir bersaing dengan suara langkah kaki Gunawan yang kini berdiri dengan ekspresi yang tidak bisa kuartikan. Semua mata tertuju padanya, dan aku bisa merasakan hawa panas yang mulai menyelimuti ruangan. Aku tahu dia pasti marah, marah yang meledak-ledak dan tak terkendali.Gunawan berdiri dengan wajah yang memerah, seolah amarahnya memuncak. "Kek," katanya dengan suara yang hampir bergetar karena kekesalan. "Apa ini tidak terlalu berlebihan? Andi bahkan belum lama menjadi bagian dari keluarga besar ini. Saya yang sudah lama mengabdi dan bekerja keras, kok bisa begitu saja disingkirkan? Ini tidak adil!"Aku menatap Gunawan dengan cemas. Suaranya menggelegar, mengisi ruang makan yang sebelumnya tenang. Aku bisa merasakan gemuruh amarahnya yang hampir tidak bisa dibendung.“Ini bukan keputusanku, akupun tidak tau kalau Andi

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 63. Perwakilan Resmi yang di Percaya.  

    Kata-kata itu menggantung di udara seperti petir yang menggelegar. Aku bisa merasakan dadaku berdetak lebih cepat, hatiku penuh dengan pertanyaan. “Komisaris Bramasta Group?” pikirku, masih mencoba mencerna apa yang baru saja Kakek katakan.Bramasta Group adalah nama besar yang tak bisa dipandang sebelah mata. Itu adalah sebuah kerajaan bisnis yang menguasai banyak sektor, dari properti hingga teknologi, dan memiliki jaringan yang sangat kuat. Jadi, bagaimana bisa Andi, yang selama ini dianggap hanya sebagai “kurir,” menjadi perwakilan resmi yang dipercayakan untuk membawa pesan dari mereka?Aku menatap mas Andi dengan rasa bangga yang semakin dalam, meskipun aku tahu bahwa ini adalah awal dari sebuah babak baru yang penuh tantangan dan ketidakpastian. Namun, aku juga bisa merasakan adanya sebuah kegelisahan dalam hatiku. Bagaimana jika Kakek mengharapkan terlalu banyak dari mas Andi? Apa yang sebenarnya akan terjadi selanjutnya?Ibu Ana yang duduk di sebelahku, terlihat semakin pucat

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 62. Pengumuman Mengejutkan

    “Apa itu saya, Kek? Tentu saya siap untuk mewakili The Next King Bramasta,” kata Gunawan dengan nada yang lebih tinggi, seolah-olah sudah menganggap dirinya sebagai pilihan utama. Matanya sedikit menyipit, berharap agar Kakek menanggapi dengan cara yang sama seperti yang dia harapkan.Namun, Kakek hanya mengangguk pelan, memberikan jeda yang semakin menambah ketegangan di ruangan itu. Semua orang, termasuk aku, menunggu dengan cemas. Apa yang akan Kakek katakan selanjutnya?Aku setelah mendengar ucapan Gunawan juga sempat berpikir hal yang sama, kalian tau dia posisinya juga lumayan tinggi di mal Srikandi untuk keluarga Wicaksono di banding yang lainnya.Kakek kemudian mengalihkan pandangannya ke arah mas Andi dan sebuah senyum tipis muncul di bibirnya. “Tentu, saya rasa Andi yang akan menjadi perwakilan beliau. Dia yang akan menyampaiakan pesan dari The Next King Bramasta,” ujar Kakek dengan tegas.Suasana di ruangan itu seketika menjadi hening. Gunawan, yang tadinya merasa yakin bah

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat    Bab 61. Kedatangan Kakek Wicaksono  

    Suasana yang tadinya sedikit tegang dan penuh sindiran berubah seketika. Saat pintu ruang makan terbuka dengan suara berderit, semua mata langsung tertuju pada sosok yang masuk. Kakek Wicaksono, yang selalu memiliki daya tarik tak terelakkan, berdiri dengan tegap di ambang pintu. Semua tamu yang semula tenggelam dalam percakapan mereka langsung berdiri, memberikan penghormatan dengan sikap yang penuh respek, seolah-olah dunia di sekitar kami tiba-tiba berhenti sejenak.Kakek Wicaksono adalah pusat gravitasi di keluarga ini dan kehadirannya selalu membuat ruang penuh dengan wibawa, tanpa perlu berkata banyak. Senyum ramah namun penuh kekuatan itu, yang selalu aku lihat sejak kecil, masih sama, namun kali ini ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang menyiratkan bahwa dia membawa kabar penting.“Apa kabar, semuanya?” Kakek menyapa dengan suara tegas namun penuh kehangatan. Matanya yang tajam memindai satu per satu wajah yang hadir, memberi kesan bahwa dia mampu menilai apa pun hanya dengan

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 60. Gunawan Membeku

    “Apa aku terlalu keras tadi?” bisik Laras, sembari menyesap air mineral dari gelasnya.Aku menggeleng kecil. “Tidak, kamu melakukan hal yang benar. Mereka butuh mendengar itu, terutama Gunawan.”Walau sebenarnya aku tahu, pasti mereka akan melakukan segala cara untuk membuat mas Andi dan aku malu nantinya. Hanya sampai saat ini kakek Wicaksono masih belum terlihat.Laras tersenyum tipis, seolah lega. “Kadang, aku hanya ingin memastikan bahwa aku tidak melewati batas.”“Kalau pun iya,” balasku sambil menatapnya, “itu batas yang memang sudah seharusnya dilanggar.”Laras tertawa kecil, melonggarkan suasana yang sempat tegang beberapa saat sebelumnya. Namun, sebelum percakapan kami berlanjut, aku menangkap tatapan samar seseorang yang duduk tidak jauh dari kami.Dia terlihat sibuk berbicara dengan orang di sebelahnya, tapi aku tahu dia mendengar. Cara dia melirik sesekali, dengan sudut senyumnya yang tipis, sudah cukup memberi tanda bahwa dia tahu ada sesuatu yang terjadi di meja ini.“Si

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat    Bab 59. Arena Sindiran  

    Makan malam itu seperti dirancang untuk menjadi panggung drama penuh jebakan. Setiap kata yang keluar dari mulut Gunawan terasa seperti pisau, tepat mengincar titik paling rentanku. Sejujurnya, aku merasa seperti sedang ditonton dalam acara yang sengaja dibuat untuk membuatku tak nyaman.Gunawan, dengan senyum sinisnya yang seperti trademark, memulai. "Andi, sekarang kerja apa? Masih buruh serabutan?"Aku menahan napas. Rasanya semua orang di meja ini sedang menatap kami, menunggu reaksiku. Tapi Andi, seperti biasa, tetap tenang. Bahkan dia tersenyum, senyum tipis yang jelas-jelas adalah bentuk kontrol diri."Sekarang jadi kurir, Mas," jawabnya santai. "Lumayan, kerja sambil olahraga."Aku bisa merasakan suasana di meja berubah. Udara jadi lebih kaku. Aku tahu Gunawan belum selesai.Gunawan tertawa keras, seperti sengaja menarik perhatian semua orang. "Kurir? Wah, cocok banget sama kamu! Pantesan si Inggit kelihatan makin kurus, ya. Pengaruh dari suami kayaknya."Kalimat itu menghanta

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat    Bab 58. Munculnya Laras  

    Di tengah acara yang semakin terasa menegangkan, aku merasa seolah-olah terjebak dalam sebuah drama yang tak berujung. Setiap kata yang terucap di antara kami seakan berisi lapisan-lapisan ketegangan, semua berkutat pada bisnis keluarga dan tradisi yang berat. Pandanganku menyapu ruangan, dan aku merasa semakin terperangkap dalam atmosfer yang penuh dengan ketidaknyamanan.”Aku ngak nyaman, sesak di sini,”gumamku lirih mengeluh.Andi duduk di sampingku, senyumannya lelah, mencoba untuk mengerti situasi, meskipun jelas raut cemas mulai terlihat di wajahnya. Aku bisa merasakannya, betapa beratnya bagi dia untuk berada di sini, di tengah keluarga yang penuh dengan tatapan sinis dan kata-kata tajam yang seolah tak pernah berhenti mengarah padaku.”Sabar, ada kejutan nantinya,” ujarnya tetap berusaha terlihat nyaman.”Kamu sok nyaman mas, padahal kamu juga bosan,” protesku yang di balas senyuman dan tatapan tajamnya.Namun, tiba-tiba, di tengah obrolan yang semakin panas, seseorang muncul d

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status