Share

Rumah Mertua

Author: Blue Ice
last update Last Updated: 2024-10-31 20:17:46

Aku diseret dari kampung untuk dipaksa menikah, sosok ayah yang selalu aku rindukan berubah menjadi iblis yang mengancam akan menyekap Ibuku. Lalu, lelaki yang kini berstatus suamiku menyalahkan diriku atas segalanya. Sial sekali nasib ini! Emosi hampir saja meledak jika tidak ingat nyawa ibuku yang jadi taruhan.

Aku terkekeh menertawakan kemalangan diriku sendiri. Lebih sakit lagi, lelaki yang tidak tahu apa-apa itu melampiaskan kemarahan padaku. Ku tarik dagunya menghadapku.

“Abizar Bimantara, itu kan namamu? Dengar ini baik-baik ya Abizar! Kamu pikir aku mau dengan pernikahan konyol ini? Aku juga sama sekali tertarik untuk merusak pertunangan mu dengan Keyla. Dia lah yang memaksa ku untuk menggantikan dirinya. Jika mau menyalahkan, jangan salahkan aku. Karena kita sama-sama korban di sini!” tegasku padanya.

Lantas aku mendorong Abizar. Ku tinggalkan begitu saja ‘Suamiku’ yang masih terbengong di sana. Sialan! Siapa juga yang mau dengan pernikahan ini, Bajingan?!

Aku melangkahkan kaki keluar gedung. Lebih baik aku mencari udara segar lantaran terlalu sesak di dalam sana. Ku pandangi langit yang biru cerah di atas sana. Masih langit yang sama namun sangat berbeda dengan saat masih di desa.

Entah kenapa mataku tiba-tiba memburam. Rasa panas merebak seiring dengan jatuhnya bulir bening yang tak bisa ku cegah. Pikiran ku melayang begitu saja dengan kondisi Ibu. Ku harap dengan ini Ibu bisa hidup dengan tentram tanpa gangguan Ayah.

"Kenapa sih, Key? Jangan cengeng, lah!" monolog ku dengan mengusap air mata yang hampir membuat eyeliner ku luntur.

Ku hirup napas dalam-dalam untuk menguatkan hatiku sendiri. Aku sangat yakin drama Pernikahan tak akan lama. Cukup bertahan saja sampai aku lulus SMA. Lagian, si Abizar juga terlihat tidak minat terhadap pernikahan ini.

Untuk mengalihkan pikiran ku, kaki ku melangkah mengelilingi taman depan gedung itu. Ku pikir gedung itu tempat yang ramai. Nyatanya di luar gedung tidak ada orang sama sekali. Posisinya yang di puncak membuatku bisa melihat hamparan kota yang ada di bawah sana.

Sangat indah! Aku merasa lega melihat betapa indahnya pemandangan yang disuguhkan. Gedung itu dikelilingi hutan dan kebut teh yang luas. Rasanya aku bisa betah lama-lama berkeliling di sana.

Baru menikmati kedamaian yang tidak sampai 10 menit, aku dikejutkan dengan kedatangan Abizar yang keluar dari gedung dengan raut wajah kesal.

“Masuk!” perintahnya langsung menarik tanganku dengan kasar.

Aku meringis merasakan cengkraman Abizar yang terlalu kuat. Ku rasa pergelangan tanganku akan memerah karenanya. Dia menyeretku kembali ke aula pernikahan. Ternyata kami sudah ditunggu untuk berfoto bersama.

Senyum paksa harus ku perlihatkan karena Ayah beberapa kali memelototi ku saat merasa ekspresi ku kurang bahagia. Dasar Pria itu! Siapa juga bisa bahagia dengan kondisi begini?

.

.

Saat ini, aku sedang berada dalam mobil bersama dengan Abizar dan kedua orangtuanya. Kami sedang dalam perjalanan menuju rumah mereka.

Tidak ada percakapan yang berarti di antara kami. Ku rasa kedua orangtua Abizar juga bingung memulai topik pembicaraan karena mereka belum pernah bertemu denganku sebelumnya.

Tak selang berapa lama, kami memasuki gerbang rumah yang menjulang tinggi. Mataku melebar melihat pemandangan yang sangat indah bagai di surga. Halaman depan yang sangat luas yang dipenuhi banyak bunga bermekaran membuatku tak bisa menahan decak kagum.

Belum lagi saat terlihat bangunan bak istana dengan gaya Eropa. Astaga, apa mereka menyebut tempat seperti ini sebagai ‘Rumah’? Ini bahkan 3 kali lebih besar dari rumah ayah.

Saat mobil berhenti, Abizar langsung keluar tanpa menunggu kami. Kedua orangtua Abizar tersenyum canggung padaku.

“Maaf ya, Keyra. Abizar memang seperti itu. Maklumi saja,” ujar Ibu Abizar saat kami keluar dari mobil.

“Iya, Tante!” balasku dengan mengangguk. Kalau tidak salah nama Ibu Abizar, Tante Sandra.

“Eh, kok Tante sih, Keyra? Panggil Mama, dong! Kan, sekarang kamu sudah jadi menantu kami,” ralatnya.

“A-ah, iya. Emnt..., Ma!” ujar ku terbata.

Wanita tersenyum puas mendengar panggilan itu. Dia mengusap kepalaku dengan lembut. Astaga, aku malu sekali. Aku yakin pasti wajah ku sudah memerah saat ini.

Aku dibawa lantai 2 rumah itu. Kami berhenti di depan sebuah pintu. Tante Sandra membuka pintu itu. Aku langsung terpana dengan berbagai interior di dalam yang sangat feminim dengan warna dominan pastel merah muda.

Aku tebak kamar ini disediakan untuk Keyla. Lantaran dengan kepribadian Keyla yang memang suka warna merah muda sejak dulu. Sementara aku, sebenarnya aku tidak cocok dengan warna mencolok ini. Namun apalah daya, aku hanya pengganti. Tak ada hak untukku memilih warna yang aku sukai untuk kamar ini.

“Ayo Keyra. Kamu pasti sudah lelah. Istirahatlah sebelum kita makan malam nanti,” ujar Tante Sandra.

“Baik Tan- eh..., Ma! Terima kasih!” ujarku sesopan mungkin agar tak menunjukkan keenggananku menempati kamar itu.

Tante Sandra tersenyum lembut. Dia mengusak pucuk kepala ku. Lantas Tante Sandra segera turun bersama sopir yang tadi membantuku membawa koper. Ketika aku ingin menutup pintu, ruangan yang saling berhadapan dengan kamar ku terbuka. Menampakan Abizar yang menatapku dengan tak suka.

‘Aku salah apalagi?’ batinku.

Tidak ada habis-habisnya pemuda itu merengut padaku. Abizar melangkah cepat dan menarik ku keluar kamar.

“Jangan sentuh barang-barang di kamar itu! Kamu tidak punya hak!” tekannya padaku.

Aku tercengang melihat kemarahannya karena perkara kamar. Ku tepis tangannya dengan kasar. Ku lirik kamar yang tadi lalu balik menatap Abizar.

“Memangnya kenapa?” tantangku.

Wajah Abizar terlihat makin meradang. Dia mencengkram bahuku.

“Kamar itu milik Keyla. Kamu tidak ada hak untuk memakai kamar itu. Kami sudah menyiapkannya sedemikian rupa khusus untuk Keyla bukan untukmu. Jadi-”

“Jadi apa? Aku tak bisa tidur di situ karena aku bukan Keyla. Begitukah?” Ku potong ucapan Abizar karena dadaku mulai bergemuruh dengan segala larangannya.

“Iya! Pergi cari kamar lain sana!” hardik Abizar lantas segera kembali ke kamarnya dengan membanting pintu.

Aku meringis kasihan pada pintu yang tidak salah apa-apa tapi dijadikan tempat pelampiasan amarahnya. Aku melirik ke pintu kamar ‘Keyla’ yang setengah terbuka.

“Ah, bodoh amat! Aku capek! Aku mau mandi dan istirahat!” ujarku memutuskan untuk tetap menempati kamar itu.

Meskipun aku tahu Abizar akan semakin marah padaku. Yah, aku tidak peduli! Selama bukan Orangtua Abizar yang menyuruh, aku tidak akan pindah.

Lebih baik sekarang aku segera membasuh diri karena baju pengantin ini membuat kulitku gatal. Aku harus melemaskan urat-urat nadiku yang sempat tegang karena berdebat dengan Abizar.

Usai mandi dan berganti baju, aku segera turun ke lantai satu. Niat awalnya aku hanya ingin mencari makanan pengganjal saja. Namun saat aku melewati ruang tengah sembari celingukan mencari letak dapur, aku mendengar suara orang beradu mulut.

Perlahan aku mendekati sumber suara. Ternyata ada Abizar dan Tante Sandra di ruangan itu, ruangang yang tak lain adalah dapur. Tante Sandra sedang sibuk membuat memasak dibantu pelayan rumah. Sementara Abizar, mengikuti langkah ibunya ke sana ke mari dengan mulut yang terus melayangkan protes.

“Ma, please! Pindahkan dia ke kamar lain,” pinta Abizar.

Aku berdecih pelan melihat pemuda itu merengek kekanakan. Dia benar-benar bersikukuh tak ingin aku di kamar itu.

“Abizar! Keyra itu sudah menjadi istrimu. Kamu harus menghargai dia. Kamar itu sudah menjadi haknya,” sentak Tante Sandra.

“Tapi bukan dia yang aku mau, Ma! Bukankah Mama sendiri pernah bilang kalau pernikahan ini untuk menyelamatkan Keyla. Apa Mama sudah lupa sampai menerima perjodohan yang tiba-tiba diganti ini?”

Mataku melebar saat mendengar ucapan Abizar. Untuk menyelamatka Keyla katanya? Memangnya apa yang salah dengan Keyla?

Related chapters

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Sekolah Baru

    Aku terus memikirkan alasan paling masuk akal mengenai Pernikahan yang menimpaku karena menggantikan Keyla. Jika hanya sebatas janji yang dibuat Kakek dan sahabatnya, tidak mungkin keluarga pihak laki-laki akan menerima begitu saja. Ternyata, setelah aku tak sengaja mendengar ucapan Abizar hari ini aku tahu alasan utama mereka menerima perjodohan itu untuk menyelamatkan Keyla. Yang membuatku bingung, mereka menyelamatkan Keyla dari apa? Aku tidak merasa ada sedikit pun kekurangan dari kembaranku itu. Entahlah, mungkin bisa jadi terjadi sesuatu setelah kami berpisah selama 10 tahun. Hal ini membuat rasa penasaranku memuncak sehingga aku masih bersembunyi untuk lanjut menguping pembicaraan Abizar dan Tante Sandra. “Abizar, Mama sudah bilang jangan bahas ini lagi!” sentak Tante Sandra. “Bagaimana mungkin, Ma?! Haruskah kita tetap diam dan melihat dia semakin hancur di sana?” balas Abizar. Aku semakin bersemangat mendengar percakapan itu. Saat aku berniat untuk menguping lebih dekat,

    Last Updated : 2024-10-31
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Apa Hubungan Mereka?

    Bel istirahat berbunyi melalui spiker yang dipasang pada langit-langit kelas. Guru langsung pamit dari kelas meski pembelajaran belum tuntas. Yoshh! Aku bisa keliling sekolah! Sejak tadi pagi aku selalu penasaran dengan berbagai sudut dari sekolah ini. Akan tetapi, sepertinya rencanaku tak akan bisa mulus. Teman-teman sekelas ku tiba-tiba bergerombol mengelilingiku. ‘Apa? Kenapa mereka menatapku begitu?’ Mereka menatapku dari dekat seolah aku ini barang pameran. Astaga! Sebenarnya apa yang salah dengan mereka? “Keyra, bisakah kamu tersenyum seperti tadi?” Seorang gadis yang berdiri tepat di depan meja ku membuka suara. Dahi ku berkerut bingung. Tatapan mereka seolah penuh harap. Hanya untuk sebuah senyuman. Dengan kikuk aku menuruti kemauan mereka. “Be-beginikah?” tanya ku dengan gugup setelah menaikan kedua ujung bibirku membentuk lengkungan bulan sabit. Mereka langsung bersorak saat aku memberikan sebuah senyuman. Adapula pemuda yang tersipu dan langsung melarikan diri deng

    Last Updated : 2024-10-31
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Perundungan

    Aku berusaha mengejar Keyla yang memasuki mobilnya. "Keyla, tunggu!" Ku panggil dia dengan suara lantang. Lantaran padatnya parkiran, mungkin Keyla tak mendengar suaraku. Sehingga aku tak bisa menghentikan mobilnya yang meninggalkan parkiran sekolah. "Aih, astaga! Keyla, tunggu aku!" Aku masih berteriak sekencang mungkin berharap Keyla akan berhenti. Tetapi karena kebodohan ku itu, aku menjadi pusat perhatian. Lantaran terlanjur malu, aku buru-buru pergi. Mungkin aku harus menelpon Papa untuk menjemput ku karena aku juga tidak ingat di mana alamat Rumah Abizar. Ketika melewati koridor yang mulai sepi, Abizar yang entah muncul dari mana menarik lenganku. Dia menggeretku masuk ke dalam sebuah ruangan yang letaknya di pojok sekolah. "Apaan, sih?!" sentak ku pada Abizar. "Jangan dekati Keyla! Jangan sampai dia tahu mengenai hubungan kita!" hardik Abizar. Dahiku langsung berkerut. "Maksud mu apa? Bukankah kalian sudah saling kenal? Apa salahnya aku ingin tahu?" balas ku tajam.

    Last Updated : 2024-10-31
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Tangisan Penat

    Setelah kejadian tak mengenakan beberapa hari yang lalu, hubungan ku dan Abizar semakin senyap. Meski pemuda itu sudah mau bergabung bersama di meja makan, namun sikapnya masih acuh tak acuh padaku. Yah..., terserahlah! Aku juga sudah muak kepadanya. Dapat ku rasakan beberapa kali pemuda itu menatapku saat kami bertemu di meja makan. Namun aku berusaha mengabaikannya lantaran jika balik ku tatap, Abizar akan mengalihkan pandangannya. Menyebalkan bukan?! Untuk selanjutnya, aku ingin menjalani kehidupan sekolah ku dengan nyaman. Setelah lulus SMA, aku akan membicarakan masalah perceraian kami ke kedua orangtua Abizar. Ku hembuskan napas berat mengingat semua beban yang harus aku tanggung sekarang. Aku hanya menatap kosong pada kumpulan bunga pada taman di depan rumah Abizar. Meski di tengah gelapnya malam, bunga-bunga mawar yang berjejer itu terlihat indah dengan sedikit memantulkan cahaya lampu penerangan di taman. Tanpa sadar aku tersenyum melihat keindahan yang begitu memuka

    Last Updated : 2024-11-12
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Pemuda Asing

    Baru ingin melangkah, Abizar tiba-tiba memanggilku. Seketika jantungku rasanya ingin copot. Gugup bercampur malu lantaran aku curiga Abizar sempat melihat kejadian barusan. Terpaksa aku berbalik menghadap Abizar. Pemuda itu sudah tidak bersandar. Dia juga melepas salah satu earphonenya sembari mendekatiku. Aku tersenyum canggung untuk menutupi rasa gugupku. Tatapan Abizar kepadaku seperti tengah memikirkan sesuatu karena dahinya terlihat sedikit berkerut. “Ada yang bisa ku bantu?” Aku bertanya dengan senyum masih terpatri di wajahku. Ku harap wajah sembabku tak begitu nampak. Aku juga menghindari tatapan Abizar karena rasanya seperti ter-intimidasi. Apalagi dengan kediaman Abizar yang mengundang keresahan. ‘Apa? Kenapa? Bicaralah sesuatu!’ batinku mulai tak sabar. Kaki ku rasanya mulai kesemutan menunggunya bicara. Namun Abizar masih diam dengan mata yang tak beralih dariku. Aku semakin tak nyaman. Ekspresi datar Abizar saat ini membuatku sulit menerka isi pikirannya. “Maaf,

    Last Updated : 2024-11-14
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Penasaran Membawa Petaka

    Abizar sangat tak masuk akal. Dia menuduh ku sembarang. Kapan aku pernah bertemu dengan pemuda asing itu? Apalagi menghina. Aku sama sekali tak ingat pernah bertemu dengannya. “Aduh..., kamu nggak salah Abizar? Coba ingat-ingat dulu. Sepertinya itu Keyla bukan aku. Soalnya-” “Kamu nuduh Keyla?!” berang Abizar. “Lah, kamu nuduh aku!” Ku balik pernyataannya karena kekesalan ku sudah mencapai puncak. Wajah Abizar meradang. Namun aku juga tak takut balik menantangnya. Siapa di dunia ini yang mau dituduh akan kesalahan yang tak pernah diperbuatnya? Kami beradu tatap beberapa saat. Tunggu! Buat apa aku buang-buang waktu untuk meladeninya? Aihhh..., mending aku berangkat sesuai agendaku hari ini. Daripada aku terlambat untuk persiapan jam olahraga. “Sudahlah. Aku malas berdebat denganmu. Aku harus berangkat sekarang. Bye!” Aku berbalik untuk pergi ke mobil yang sudah siap mengantarku ke sekolah. Grep! Lagi! Abizar menahan lenganku. Kedua pelipisku berkedut kesal. Ku hembuskan napas de

    Last Updated : 2024-11-17
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Pulang Ke Rumah Ayah

    Seperti kata Keyla sebelumnya, aku harus pulang ke rumah Ayah. Saat menunggu Keyla di parkiran, aku malah bertemu dengan Abizar yang kebetulan memarkirkan mobilnya di sebelah mobil Keyla. Mata Abizar memicing tajam karena kehadiranku di sana. Pasti dia bersiap mengomeliku karena dipikirnya ingin mengganggu Keyla. Aku mengisyaratkan kepada Abizar dengan gelengan saat pemuda itu ingin menghampiriku. Namun yang namanya Abizar, dia tak mengindahkan kode dariku. “Mau apa kamu di sebelah mobil Keyla?” tanya Abizar. Aku berdecak pelan sambil mendelik kesal padanya. Ku lihat sekeliling takut ada yang memergoki kami lagi. Terutama dua gadis yang sudah masuk dalam daftar hitam milikku. “Pergi sana! Aku di sini cuma mau menunggu Keyla. Dia bilang, Ayah memintaku untuk pulang!” beberku dengan sedikit berbisik. Akan tetapi wajah Abizar semakin tak enak dipandang. Dengan wajah yang tertekuk seolah tak percaya dengan kata-kataku. “Aku serius, Abizar! Keyla yang memintaku untuk menunggu agar ka

    Last Updated : 2024-11-18
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Sakit Kepala Yang Menyiksa

    Aku ingin segera meninggalkan rumah ini. Udara di sini rasanya semakin sedikit. Membuat dadaku sesak saja. Apalagi setelah mendengar permintaan Ayah tadi. Duh, ku gelengkan kepalaku karena tak pernah terpikir olehku bahwa Ayah akan memanfaatkan statusku untuk membujuk Ayah Mertua. Sudah ku duga, sejak awal pernikahan ini memang hanya berlandaskan bisnis saja. Selain hubungan persahabatan antar Kakek, keluarga Bimantara dan Sanjaya adalah kolega bisnis. Bisa jadi malah rival nama perusahaan mereka sama-sama besar. “Lebih baik aku segera pulang!” putusku karena tidak mau memusingkan masalah kedua keluarga ini. Saat ini aku menyesali keputusanku untuk ikut Ayah ke Kota. Tidak hanya paksaan pernikahan yang tak masuk akal, Ayah juga masih ingin memanfaatkan aku untuk kepentingan bisnisnya. Tak bisa! Aku harusnya kabur dari sini. “Keyra, berhenti di situ!” Ayah berteriak sewaktu aku akan menuruni tangga. Aku berhenti sebentar dengan menoleh ke Ayah. “Apalagi, Yah? Sudah ku bilang, aku

    Last Updated : 2024-11-19

Latest chapter

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Tahan Dulu!

    Keyla sangat menikmati momen di mana Keyra tak bisa membalas ejekan darinya dan teman-temannya. Wajah kesal adiknya itu membuatnya terhibur karena menurut Keyla itu sangat lucu.Namun, kesenangannya itu tak berlangsung lama. Senyumnya perlahan memudar saat berbalik dari meja kasir. Tatapan tajam Abizar langsung tertuju padanya. Dia tahu tatapan itu adalah tatapan tak suka Abizar yang jarang dia tunjukan padanya. Pasti Abizar sempatmelihat sikap buruknya terhadap Keyra.“Oh? Abizar, kamu juga di sini?” Keyla buru-buru memasang senyum manisnya. Dia berpura-pura terkejut, lalu berdiri menghampiri Abizar dengan langkah anggun.“Kamu baru tiba? Mau pesan sesuatu? Aku yang traktir!” tawar Keyla.Abizar tetap diam, matanya masih mengunci ke arah Keyla dengan tajam. Keyla menggigit bibir bawahnya, mencari cara agar Abizar tidak semakin marah. “Kamu sengaja ke sini untuk menyusahkan dia?” Tiba-tiba Abizar berkata demikian. Keyla buru-buru menggeleng.“Tadi aku cuma bercanda sama Keyra. Yah..

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Terkejut!

    Abizar hanya diam sambil memperhatikan perempuan yang masih bergelar sebagai ‘Istrinya’ bekerja. Matanya terhunus tajam, mencoba mencari celah dari Keyra.‘Kak Rangga bilang, kejadian di rumah Nenek waktu itu ada hubungannya dengan Om Wira. Tidak mungkin Keyra tidak tahu sesuatu. Dia beralasan ingin kerja paruh waktu pasti hanya untuk menghindari pengawasan kami saja.’Abizar sudah mencoba berpikiran positif sebelumnya. Namun tindakan Keyra semakin membuatnya curiga. Apalagi saat gadis itu mulai sering pulang telat dengan alasan pekerjaan. Abizar tak bisa mengabaikan insting kewaspadaaanya.‘Pasti dia menyembunyikan sesuatu. Mungkin saja dia diam-diam bertemu Om Wira untuk menjebak Keluarga Bimantara!’ batin Abizar. Matanya memicing tajam, semua benang itu sangat masuk akal jika terarah ke rencana jahat dari Ayah Keyra. Apalagi Keyra juga mendengar percakapan saat keluarganya mencurigai Om Wira. Dia pasti mencari kesempatan untuk memberitahu ayahnya agar lebih hati-hati.“Nih, makan

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Kamu Ngapain, sih?

    Abizar benar-benar serius dengan ucapannya semalam. Mereka akan pergi ke kafe tempat Keyra bekerja, meskipun dengan motor masing-masing. Keyra memikirkan berbagai alasan untuk menghindari situasi canggung itu, tetapi tak satu pun yang tampak akan berhasil.Di depan gerbang sekolah, Abizar sudah menunggunya dengan helm di tangan. Dia terlihat santai, berbeda dengan Keyra yang berusaha keras menyembunyikan kegugupannya. Dia takut Keyla melihat dan akan membuatnya susah lagi.“Ayo cepat, atau kamu mau telat?” tegur Abizar sambil menaiki motornya.Keyra mendengus pelan. Padahal dia sudah pura-pura tidak kenal. Namun tampaknya Abizar tak peduli. Keyra mengodenya aagr duluan saja karena beberapa siswa mulai memperhatikan mereka.Kening Abizar tertekuk sebentar, lantas dia mulai menyalakan mesin motornya meninggalkan sekolah. Keyra menghela napas lega karena kahirnya Abizar peka. Gadis itu segera menaiki motornya sendiri dan mengejar motor Abizar yang melaju perlahan. Keyra melambung Abizar

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Di izinkan Bekerja

    Pagi harinya, Keyra menuruni tangga dengan perasaan yang campur aduk. Kepalanya dipenuhi bayangan percakapan semalam dengan Abizar. Ketika sampai di ruang makan, dia melihat Tante Sandra sudah duduk di sana, menikmati sarapan pagi sendirian.Sudah 2 Minggu Om Rudi dan Kak Rangga belum pulang. Sedang disibukan mengurus proyek dengan perusahaan Ayah Keyra. Abizar juga belum kelihatan keluar kamar. Terpaksa Keyra harus menghadapi Tante Sandra sendiri.Dengan ragu-ragu, Keyra mendekat ke hadapan wanita itu. “Pagi, Ma!” sapa Keyra pelan.Tante Sandra menghentikan aktivitas makannya, lalu menatap Keyra sambil tersenyum lembut. "Pagi Keyra. Duduklah! Kita sarapan bersama,” ujar Tante Sandra dengan nada lembut seperti biasa.Keyra menelan ludah, merasakan jantungnya mulai berdetak lebih cepat. Dia tahu Tante Sandra tengah menyimpan sesuatu di balik senyum itu. Dengan hati-hati, Keyra mengambil kursinya dan duduk. Pelayan menghidangkan sarapan di depannya, tetapi gadis itu tidak memiliki nafsu

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Ketahuan Abizar! [NORMAL POV]

    Hai, Blue Ice di sini..., Untuk alur agar terlihat lebih terbuka, Mimin ganti menjadi normal POV ya. Karena setelah plot ini, akan banyak rahasia yang terbuka di mana itu sangat penting untuk kematangan cerita ini. Jadi, Happy Reading!...Keyra tiba baru pulang dari kerja part time di jam 8 malam. Gadis itu melangkah dengan hati-hati lantaran takut akan bertemu Tante Sandra. Dia sudah berulangkali ditanyai karena selalu pulang malam. Apalagi akhir-akhir ini, Tante Sandra mulai curiga.Setidaknya sampai Nenek mengabarinya untuk pindah ke tempat baru, Keyra akan menjelaskan semuanya ke Tante Sandra sekaligus meminta maaf karena telah berbohong. Maka dari itu, sebelum ada kejelasan dari Nenek, Keyra harus sebisa mungkin menghindar.‘Kayaknya aman, deh!’ batin Keyra.Saat ini dia sudah mencapai tangga menuju lantai dua. Sepanjang jalan, dia tak bertemu dengan Tante Sandra. Keyra menghela napas lega. Dia segera ke atas agar bisa mandi dan istirahat. Meski beberapa pelayan menatap ane

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Mulai Bekerja

    Hari pertama aku bekerja di kafe ternyata lebih lancar dari yang ku bayangkan. Awalnya, aku sempat gugup saat menerima pesanan pertama, takut melakukan kesalahan, tetapi para pelanggan cukup ramah, dan teman-teman kerjaku juga membantu. Aku mulai terbiasa mencatat pesanan, mengantar makanan, dan memastikan meja tetap bersih. Rasa gugupku juga sedikit berkurang karena Kevin menemani sejak kami pulang sekolah. Kevin duduk di ruang Karyawan, sesekali keluar untuk menanyakan keadaanku.“Aman, Ra?” tanya Kevin saat keluar dari ruang Karyawan, kalo tidak salah yang keempat kali dia bertanya hal yang sama.“Aman, Vin!” balasku dengan mancungkan jempol padanya.“Atau kamu makan dulu, Ra. Isi tenaga gitu, mumpung agak senggang,” ujar Kevin.Aku menarik napas perlahan. Lalu menatap Kevin dengan tersenyum. “Vin, aku baru 15 menit yang lalu menghabiskan roti yang kamu kasih. Jadi, aku masih kenyang sekarang. Terima kasih, ya!” ujarku menahan agar tak berkata kasar pada anak pemilik Cafe itu.“O-

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Mencari Pekerjaan Paruh waktu

    Sepulang sekolah, aku berencana tidak langsung pulang ke rumah. Aku mengabari Tante Sandra bahwa kau harus kerja kelompok di rumah teman.Itu alasan yang ku susun agar aku punya waktu untuk mencari pekerjaan paruh waktu. Aku butuh langkah nyata untuk melepaskan diriku dari semua keterikatan di kediaman Bimantara.Aku sudah cerita ke teman-temanku bahwa akan mencari pekerjaan paruh waktu untuk mengisi hari usai pulang sekolah. Mereka nampak terkejut dan mulai melayangkan berbagai pertanyaan.“Kamu mau nyari kerja apa, Ra? Emang kamu kekurangan apa ya, Ra? Apa Bokapmu kurang uang?” tanya Giselle penasaran.“Enggak gitu. Aku cuma mau nyari uang sendiri, Kan, enak gitu, kalo kita punya simpenan sendiri,” jelasku agar tak dipandang aneh oleh mereka.“Loh, katanya kamu nggak serumah sama Keyla. Apa mungkin kamu beneran lagi butuh uang, Ra. Please bilang sama kita, biar kita bisa bantu,” kata Ririn.Aku tersenyum mendengar mereka khawatir. Setidaknya mereka menjadi alasanku bersyukur bisa di

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Jarak Yang Kian Melebar

    Pagi itu, aku terbangun lebih awal dari biasanya. Matahari bahkan belum sepenuhnya muncul di ufuk timur, tapi aku sudah siap dengan seragam sekolahku. Aku melirik jam dinding dan menghela napas lega. Ada cukup waktu untuk pergi sebelum sarapan dimulai.Aku menarik laci meja belajarku. Ada sebuah benda yang harus ku bawa ke sekolah. Hari ini, aku akan menyelesaikan masalah yang membuatku terjebak dalam situasi tidak jelas ini.Tas ranselku sudah kugantungkan di bahu saat aku melangkah keluar kamar dengan hati-hati, berusaha tidak menimbulkan suara. Namun, baru saja aku sampai di ruang tengah, suara Tante Sandra menghentikanku.“Keyra, kenapa sudah mau berangkat sepagi ini? Sarapan dulu, Nak,” katanya dengan senyum hangat.Aku berbalik dengan senyum kaku, berusaha terlihat tenang. “Maaf, Ma. Kelasku hari ini bertugas untuk Upacara. Sedangkan, beberapa hari minggu kemarin kami sibuk dengan kegiatan. Makanya kami harus latihan pagi ini. Maaf ya, Ma. Aku nggak bisa ikut sarapan,” jelasku a

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Perjalanan Pulang

    Aku merasa seluruh tubuhku begitu lelah. Seharian berada di pesta Nenek Bimantara sungguh menguras energi. Apalagi ada kejadian menegangkan saat penyusup membobol ruang penyimpanan. Aku hanya berharap Keluarga Suamiku tidak lagi membahas kejadian malam ini. Dengan langkah letih aku memasuki mobil. Ternyata Kak Rangga ikut bergabung di mobil kami. Dia duduk di sebelah Abizar, sehingga posisi kami menjadi Abizar-Kak Rangga-Aku. Kami masih harus menunggu Om Rudi dan Tante Sanda yang masih sedikit berbincang dengan Ayah.Aku menahan agar tak menguap lebar saat kantuk mulai menyerang. Kakak Adik di sebelahku juga hanya saling diam, membuat suasana semakin membosankan. Lantaran tidak ingin tenggelam dalam kebosanan, aku mulai bersuara.“Kak Rangga nggak bawa mobil?” tanyaku penasaran, karena Kak Rangga datang ke pesta ini setelah pulang dari kota lain. Mana mungkin tidak bawa mobil sendiri, pikirku.“Ada!” balas Kak Rangga sesuai dengan tebakanku. “Tapi Kakak malas bawa mobil sendiri. Ma

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status