Share

Pemuda Asing

Author: Blue Ice
last update Last Updated: 2024-11-14 07:53:43

Baru ingin melangkah, Abizar tiba-tiba memanggilku. Seketika jantungku rasanya ingin copot. Gugup bercampur malu lantaran aku curiga Abizar sempat melihat kejadian barusan. Terpaksa aku berbalik menghadap Abizar.

Pemuda itu sudah tidak bersandar. Dia juga melepas salah satu earphonenya sembari mendekatiku. Aku tersenyum canggung untuk menutupi rasa gugupku. Tatapan Abizar kepadaku seperti tengah memikirkan sesuatu karena dahinya terlihat sedikit berkerut.

“Ada yang bisa ku bantu?” Aku bertanya dengan senyum masih terpatri di wajahku.

Ku harap wajah sembabku tak begitu nampak. Aku juga menghindari tatapan Abizar karena rasanya seperti ter-intimidasi. Apalagi dengan kediaman Abizar yang mengundang keresahan.

‘Apa? Kenapa? Bicaralah sesuatu!’ batinku mulai tak sabar. Kaki ku rasanya mulai kesemutan menunggunya bicara.

Namun Abizar masih diam dengan mata yang tak beralih dariku. Aku semakin tak nyaman. Ekspresi datar Abizar saat ini membuatku sulit menerka isi pikirannya.

“Maaf, ada apa ya? Ka-kalau tidak ada, aku mau ke kamar dulu.” Akhirnya ku beranikan diri bersuara. Abizar terlihat tersentak lalu buru-buru mengalihkan pandangannya.

“Tidak! Tidak jadi!” ujar pemuda itu lantas pergi begitu saja.

Nah, lihat, kan? Betapa tidak jelasnya pemuda satu ini. Bibirku sudah berkedut ingin melontarkan sumpah serapah ke punggung yang mulai menjauh itu.

“Ada apa dengannya? Tiba-tiba memanggil orang lalu tiba-tiba pergi gitu aja. Nggak ada penjelasan tambahan, gitu? Dasar! Emang nggak jelas banget sih, itu anak!” Aku mendumel sepanjang perjalanan menuju kamar.

Padahal hari ini bisa masuk rekor muri lantaran pertama kalinya Abizar memanggilku sejak kami sama-sama diam setelah kejadian di sekolah beberapa hari yang lalu. Sayangnya, aku tidak tahu apa yang terjadi dengan isi kepala Abizar.

Entah dia sekedar iseng memanggilku atau memang sengaja ingin menegurku. Kenapa dia malah hanya diam saja? Arrrghhhhh! Aku semakin penasaran sekarang.

Dia tidak melihatku menangis di taman, kan? Aduh, mana aku lebay sekali tadi. Huaaa...., aku ingin menggali lubang untuk bersembunyi jika dia beneran melihatku tadi.

“Semoga tidak! Semoga tidak!” rapalku berulang kali dengan menenggelamkan wajahku ke bantal.

Mending aku tidur sekarang. Besok aku harus berangkat pagi karena ada Pelajaran Penjaskes di jam pertama. Aku harus Fit karena pelajaran ini kesukaanku.

Saat pagi hari, aku sudah siap berangkat sekolah di jam 6.30 am. Akan tetapi, saat aku turun ke lantai bawah, aku melihat sosok asing duduk di samping Abizar. Aku terdiam di anak tangga terakhir.

Siapa lagi pemuda ini? Dia terlihat akrab dengan Abizar lantaran beberapa kali mengusak rambut Abizar yang biasanya selalu tertata rapi. Tante Sandra juga terlihat sesekali mengomelinya. Lalu mereka semua menyambutnya dengan tawa. Vibesnya sangat berbeda dengan keluarga Bimantara biasanya.

“Ah, kemari sayang!” panggil Tante Sandra saat sadar akan keberadaanku.

Aku sedikit gelagapan saat semua mata menatap ke arah ku. Karena sudah dipanggil, aku ikut bergabung dengan mereka di meja makan. Aku duduk di samping Tante Sandra yang mana itu tepat di depan pemuda asing tadi.

Ketika melihatnya dari dekat, aku baru sadar ada bekas luka di bagian dahi pemuda asing itu. Luka yang terlihat cukup parah karena hampir seperempat wajahnya terkena. Sepertinya dia terkena luka bakar yang hampir merusak wajahnya.

Namun karena wajahnya tampan, sebelas dua belas dengan Abizar, jadinya seperti sosok yang keluar dari Anime. Aku merasa itu keren sekali sehingga aku tak bisa berhenti menatap pemuda asing itu.

Sepertinya kedatanganku adalah sebuah kesalahan. Suasana di meja makan yang tadi sempat ceria mendadak sunyi. Aku merasakan hawanya semakin tak nyaman. Untuk bernapas saja rasanya sudah sesak seolah udara tiba-tiba menipis begitu saja.

‘Apa yang salah?’ Aku melihat satu persatu wajah mereka. Kenapa kami mendadak terjebak dalam suasana canggung begini?

Tante Sandra juga diam saat pemuda asing itu berhenti tertawa. Aku mengusak leherku yang terasa meremang. Mungkin lebih baik aku langsung pamit saja karena aku merasa kehadiranku lah yang membuat suasana di sana berubah.

Srek!

Pemuda di depanku berdiri. Semua mata langsung tertuju padanya. Sepersekian detik dia menatapku dengan tatapan tak suka.

“Aku sudah selesai sarapan. Kalian lanjutkan saja!” kata pemuda itu lalu pergi meninggalkan ruang makan.

Aku mengerjap bingung. Apa aku punya salah padanya? Dia meninggalkan meja makan dengan kondisi piring yang hampir penuh. Itu artinya dia sengaja pergi karena kehadiran ku, kan?

“Apa dia itu satu spesies dengan Abizar? Kenapa sikap mereka terlihat sama, huh?” guman ku pelan.

Astaga! Jangan-jangan dia tidak nyaman diperhatikan terus olehku. Aduh..., sepertinya aku harus menjaga mataku jika bertemu orang asing agar tak menyinggung perasaan mereka.

“Keyra, maaf ya atas kelancangan Rangga. Biasanya dia tak seperti itu. Tetapi mungkin suasana hatinya sedang buruk saat ini. Mohon kamu maklumi ya!” sesal Tante Sandra.

Aku langsung menggeleng. Seharusnya aku yang merasa bersalah karena sembarang menatap orang seperti tadi. Pasti pemuda itu tak nyaman diperhatikan olehku.

“Tidak apa-apa, Ma. Aku berangkat dulu, ya. Soalnya mau persiapan untuk jam Olahraga pagi ini,” pamit ku sambil mencium punggung tangan Tante Sandra.

“Loh, kamu tidak sarapan dulu? Mau olahraga harusnya sarapan dulu!” tegur Tante Sandra.

“A-ah, iya. Aku sarapan di mobil aja. Makasih ya, Ma!” Aku menyambar sandwich yang sudah disiapkan di piringku.

Lalu sebelum diomeli oleh Tante Sandra lagi, aku segera kabur. Aku terlalu bersemangat jika ada jam olahraga. Maka dari itu aku butuh beradaptasi dengan kondisi sekolah yang berbeda.

Katanya hari ini materi Bola Volly. Kebetulan aku belum sempat melihat lapangan bola Volly di Nusa Bangsa. Pasti lebih bagus dari sekolahku dulu. Makanya aku tidak sabar untuk melihatnya.

Saat aku sudah sampai di teras depan. Ku lihat pemuda asing tadi duduk di taman. Ah, apa aku minta maaf dulu kepadanya, ya? Aku merasa tidak enak karena sudah menyinggung perasaannya tadi.

Sudah ku putuskan! Aku akan meminta maaf ke pemuda asing itu sebelum berangkat sekolah. Saat aku hampir menyentuh pundak pemuda asing itu, ada sebuah tangan menahan tanganku.

“Mau ngapain, sih?” Abizar datang-datang menarik ku menjauh. Pemuda tadi juga nampak kaget denag kehadiran kami. Dia menoleh dan menatap kepergian kami yang menjauh darinya.

Aku mengeluh sakit dengan tarikan Abizar di lenganku. Kebiasaan pemuda itu. Selalu saja kasar saat menyeretku.

“Lepasin dulu! Sakit tahu!” pekik ku dengan menepis tangan Abizar.

“Oh, sorry! Lagipula, ngapain kamu tadi? Kamu mau sakiti dia lagi?” tuduh Abizar sambil memicing kepadaku.

“Hah? Apaan?” Aku memiringkan kepalaku tak mengerti.

Ah, jangan-jangan Abizar juga sadar kalau aku terlalu berlebihan saat menatap pemuda itu. Aku menggaruk kepalaku sambil meringis canggung.

“Masalah tadi, ya? Hehehe...., aku minta maaf!” ujarku tulus. Meski seharusnya aku minta maafnya ke pemuda asing tadi bukan ke Abizar.

Tetapi tatapan Abizar nampak tak puas. Wajahnya tertekuk itu membuatku sebal saja.

“Jangan dekati dia lagi! Jika kamu berani mengolok-ngoloknya lagi, aku tidak akan segan!” ancam Abizar.

“Eh, kapan aku-”

“Nggak usah amnesia! Dulu, kmu sering sekali menyakitinya dengan kata-kata sampai dia trauma.” Lagi-lagi tuduhan yang dilayangkan Abizar.

Aku sama sekali tak merasa pernah menyinggung pemuda tadi, loh. Ketemu saja baru tadi. Lagian, emangnya dulu aku pernah bertemu dengan Abizar dan pemuda itu? Aneh!

Related chapters

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Penasaran Membawa Petaka

    Abizar sangat tak masuk akal. Dia menuduh ku sembarang. Kapan aku pernah bertemu dengan pemuda asing itu? Apalagi menghina. Aku sama sekali tak ingat pernah bertemu dengannya. “Aduh..., kamu nggak salah Abizar? Coba ingat-ingat dulu. Sepertinya itu Keyla bukan aku. Soalnya-” “Kamu nuduh Keyla?!” berang Abizar. “Lah, kamu nuduh aku!” Ku balik pernyataannya karena kekesalan ku sudah mencapai puncak. Wajah Abizar meradang. Namun aku juga tak takut balik menantangnya. Siapa di dunia ini yang mau dituduh akan kesalahan yang tak pernah diperbuatnya? Kami beradu tatap beberapa saat. Tunggu! Buat apa aku buang-buang waktu untuk meladeninya? Aihhh..., mending aku berangkat sesuai agendaku hari ini. Daripada aku terlambat untuk persiapan jam olahraga. “Sudahlah. Aku malas berdebat denganmu. Aku harus berangkat sekarang. Bye!” Aku berbalik untuk pergi ke mobil yang sudah siap mengantarku ke sekolah. Grep! Lagi! Abizar menahan lenganku. Kedua pelipisku berkedut kesal. Ku hembuskan napas de

    Last Updated : 2024-11-17
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Pulang Ke Rumah Ayah

    Seperti kata Keyla sebelumnya, aku harus pulang ke rumah Ayah. Saat menunggu Keyla di parkiran, aku malah bertemu dengan Abizar yang kebetulan memarkirkan mobilnya di sebelah mobil Keyla. Mata Abizar memicing tajam karena kehadiranku di sana. Pasti dia bersiap mengomeliku karena dipikirnya ingin mengganggu Keyla. Aku mengisyaratkan kepada Abizar dengan gelengan saat pemuda itu ingin menghampiriku. Namun yang namanya Abizar, dia tak mengindahkan kode dariku. “Mau apa kamu di sebelah mobil Keyla?” tanya Abizar. Aku berdecak pelan sambil mendelik kesal padanya. Ku lihat sekeliling takut ada yang memergoki kami lagi. Terutama dua gadis yang sudah masuk dalam daftar hitam milikku. “Pergi sana! Aku di sini cuma mau menunggu Keyla. Dia bilang, Ayah memintaku untuk pulang!” beberku dengan sedikit berbisik. Akan tetapi wajah Abizar semakin tak enak dipandang. Dengan wajah yang tertekuk seolah tak percaya dengan kata-kataku. “Aku serius, Abizar! Keyla yang memintaku untuk menunggu agar ka

    Last Updated : 2024-11-18
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Sakit Kepala Yang Menyiksa

    Aku ingin segera meninggalkan rumah ini. Udara di sini rasanya semakin sedikit. Membuat dadaku sesak saja. Apalagi setelah mendengar permintaan Ayah tadi. Duh, ku gelengkan kepalaku karena tak pernah terpikir olehku bahwa Ayah akan memanfaatkan statusku untuk membujuk Ayah Mertua. Sudah ku duga, sejak awal pernikahan ini memang hanya berlandaskan bisnis saja. Selain hubungan persahabatan antar Kakek, keluarga Bimantara dan Sanjaya adalah kolega bisnis. Bisa jadi malah rival nama perusahaan mereka sama-sama besar. “Lebih baik aku segera pulang!” putusku karena tidak mau memusingkan masalah kedua keluarga ini. Saat ini aku menyesali keputusanku untuk ikut Ayah ke Kota. Tidak hanya paksaan pernikahan yang tak masuk akal, Ayah juga masih ingin memanfaatkan aku untuk kepentingan bisnisnya. Tak bisa! Aku harusnya kabur dari sini. “Keyra, berhenti di situ!” Ayah berteriak sewaktu aku akan menuruni tangga. Aku berhenti sebentar dengan menoleh ke Ayah. “Apalagi, Yah? Sudah ku bilang, aku

    Last Updated : 2024-11-19
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Aku Tidak Apa-apa!

    Kesadaranku perlahan kembali saat ku rasakan mobil sudah berhenti. Aku ingin membuka mata namun rasanya sangat berat. Seolah-olah aku kehilangan seluruh tenagaku. Jadi, ku putuskan untuk tetap diam untuk menghemat tenagaku yang tersisa. Sayup-sayup ku dengar ada percakapan di luar mobil. Ku dengar ada suara Paman Sopir sedang menjelaskan situasi mengenai kondisiku saat ini. Ah, apa Paman akan dimarahi? “Kenapa lama sekali?” Ini suara Abizar. Aku bisa membayangkan dia mengatakan itu dengan bersedekap dada. Heh, sikapnya sombong seperti biasa. “Maaf Tuan Muda. Nona mendapat sedikit masalah di sana. Nona-” “Apa yang terjadi padanya?” Ku tajamkan pendengaran ku karena merasa suara ini masih cukup asing untuk ku. “Saya tidak tahu apa yang terjadi di dalam karena saya tidak di izinkan masuk. Tetapi Nona keluar dengan mengeluh sakit kepala. Nona juga sempat pingsan saat perjalanan pulang,” jelas Paman Sopir. Aku harus segera bangun untuk menjelaskan pada mereka bahwa aku sudah t

    Last Updated : 2024-11-20
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Ternyata Dia Kakak Iparku

    "Apa yang kau lakukan di sana tadi? Apa kau mengganggu Keyla, lagi? Katakan! Apa kau merundungnya?!" hardik Abizar. Aku mengerjap tak percaya saat Abizar kembali menuduhku tentang Keyla. Aku terkekeh miris. Dari mana datangnya pikiran negatif pemuda itu? “Kamu gila? Tolong sesekali konsultasi ke dokter untuk memeriksa hatimu! Ku rasa benda itu sudah lama rusak makanya kamu tidak bisa melihat hal-hal baik dariku,” seru ku sekalian mengeluarkan uneg-uneg yang sudah ku tahan selama ini. “Kau! Tutup mulutmu!” Abizar meradang. Dia mencengkram bajuku. Aku sampai harus berjinjit karena jika tidak aku bisa tercekik oleh kerah bajuku sendiri. “Le-pash!” sentakku berusaha melepaskan cengkeraman Abizar. “Yang seharusnya konsultasi ke dokter itu kamu! Tidakkah kau sadar betapa jahatnya tindakan mu pada Keyla sebelumnya? Kau selalu mencari kesempatan untuk menyakitinya. Mentang-mentang dapat dukungan dari Paman Wira.” Aku melongo dengan ucapan Abizar. Sejak kapan aku jahat ke Keyla? Kami saj

    Last Updated : 2024-11-21
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Selesaikan!

    Sejak aku tahu bahwa Kak Rangga adalah Kakak Iparku, tiap kali kami bertemu, aku langsung kabur. Aku tak bisa menghadapinya saat ini. Aku malu karena beberapa kali tersipu di depannya. Selain dari itu, aku merasa bersalah saat terakhir kali malah membuat Kak Rangga membahas soal luka bakarnya. ‘Ah, aku tak ingin pulang!’ Ku benamkan wajahku ke meja setelah pelajaran usai. Aku harus memikirkan cara agar tak perlu pulang ke rumah untuk sementara waktu. Bagaimana kalau aku menginap ke rumah Ayah? Segera ku gelengkan kepalaku saat teringat kejadian 2 hari lalu saat aku pulang ke sana. Aku bisa dihajar Ayah lagi kalau menginap di sana. Tak bisa! Aku harus mencari tempat lain untuk menginap! “Keyra!” Aku terjingkat saat Giselle menepuk pundak ku. Giselle malah terkikik melihat reaksi ku yang berlebihan. Ririn juga ikut tertawa saat aku mengelus dada. “Jantungku mau copot gini, kalian malah tertawa!” cibirku kesal. “Maaf! Maaf! Lagian kamu lagi mikiran apa, sih? Kok, dari tadi geleng-g

    Last Updated : 2024-11-22
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Kerja Sama?

    Aku menatap jam di layar ponsel. Sudah jam 3 sore, namun belum ada tanda-tanda Kak Rangga pulang. Aduh, bisa gawat kalau Abizar pulang duluan sebelum Kak Rangga. Rencanaku pasti akan gagal.“Semoga mobilnya bocor di jalan atau ada kegiatan sampai malam gitu. Semoga dia tidak pulang cepat! Tolong buat dia pulang terlambat!” rapalku dengan menutup mata dan menangkup tangan di atas kepala.Kali ini aku bersungguh-sungguh meminta ke Tuhan. Jika aku gagal dalam misi kali ini, aku tidak tahu apalagi yang akan Ayah lakukan. Chessh!Aku terkesiap saat pipiku mendadak ditempeli benda dingin. Sontak saja aku mendongak untuk melihat pelakunya. Ternyata itu Kak Rangga! Mataku langsung berbinar melihat penyelamatku datang.“Baru tiba, Kak?” Aku berseru sambil melompat dari sofa.Kak Rangga menaikkan satu alisnya. Dia menatapku aneh karena aku terlalu sumringah untuk menyambutnya. Aku saat ini terlampau senang karena Kak Rangga pulang duluan sebelum Abizar. “Iya, Kakak baru sampai rumah. Nih, min

    Last Updated : 2024-11-24
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Proposal Diterima!

    Aku mengetik cepat di laptop, mencoba menyempurnakan proposal sesuai masukan Abizar. Jari-jariku terasa kaku, bukan karena lelah, tapi karena tekanan. Di belakangku, dia berdiri seperti bayangan yang tidak pernah lepas, dengan tangan terlipat dan tatapan tajamnya menembus layar.“Gimana?” Aku menunjuk bagian rencana keuangan yang baru saja kusesuaikan. Suaraku terdengar sedikit ragu.Abizar melangkah mendekat, matanya meneliti angka-angka yang kutampilkan. “Laporan biaya operasionalnya nggak realistis,” katanya dengan nada datar tapi menusuk. “Angka ini terlalu kecil untuk skala proyek sebesar itu. Ulangi lagi.”Aku menarik napas panjang, mencoba menahan diri agar tidak meledak. Tanganku kembali mengetik, meski kali ini gerakannya lebih keras, hampir seperti aku sedang memukul keyboard.“Kamu tahu nggak, aku sebenarnya bisa saja menolak melakukan ini?” gumamku sambil mengetik. “Tapi aku tetap berusaha, karena aku mau ini selesai.”Tanpa menoleh, Abizar menjawab dengan nada yang membua

    Last Updated : 2024-11-25

Latest chapter

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Tahan Dulu!

    Keyla sangat menikmati momen di mana Keyra tak bisa membalas ejekan darinya dan teman-temannya. Wajah kesal adiknya itu membuatnya terhibur karena menurut Keyla itu sangat lucu.Namun, kesenangannya itu tak berlangsung lama. Senyumnya perlahan memudar saat berbalik dari meja kasir. Tatapan tajam Abizar langsung tertuju padanya. Dia tahu tatapan itu adalah tatapan tak suka Abizar yang jarang dia tunjukan padanya. Pasti Abizar sempatmelihat sikap buruknya terhadap Keyra.“Oh? Abizar, kamu juga di sini?” Keyla buru-buru memasang senyum manisnya. Dia berpura-pura terkejut, lalu berdiri menghampiri Abizar dengan langkah anggun.“Kamu baru tiba? Mau pesan sesuatu? Aku yang traktir!” tawar Keyla.Abizar tetap diam, matanya masih mengunci ke arah Keyla dengan tajam. Keyla menggigit bibir bawahnya, mencari cara agar Abizar tidak semakin marah. “Kamu sengaja ke sini untuk menyusahkan dia?” Tiba-tiba Abizar berkata demikian. Keyla buru-buru menggeleng.“Tadi aku cuma bercanda sama Keyra. Yah..

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Terkejut!

    Abizar hanya diam sambil memperhatikan perempuan yang masih bergelar sebagai ‘Istrinya’ bekerja. Matanya terhunus tajam, mencoba mencari celah dari Keyra.‘Kak Rangga bilang, kejadian di rumah Nenek waktu itu ada hubungannya dengan Om Wira. Tidak mungkin Keyra tidak tahu sesuatu. Dia beralasan ingin kerja paruh waktu pasti hanya untuk menghindari pengawasan kami saja.’Abizar sudah mencoba berpikiran positif sebelumnya. Namun tindakan Keyra semakin membuatnya curiga. Apalagi saat gadis itu mulai sering pulang telat dengan alasan pekerjaan. Abizar tak bisa mengabaikan insting kewaspadaaanya.‘Pasti dia menyembunyikan sesuatu. Mungkin saja dia diam-diam bertemu Om Wira untuk menjebak Keluarga Bimantara!’ batin Abizar. Matanya memicing tajam, semua benang itu sangat masuk akal jika terarah ke rencana jahat dari Ayah Keyra. Apalagi Keyra juga mendengar percakapan saat keluarganya mencurigai Om Wira. Dia pasti mencari kesempatan untuk memberitahu ayahnya agar lebih hati-hati.“Nih, makan

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Kamu Ngapain, sih?

    Abizar benar-benar serius dengan ucapannya semalam. Mereka akan pergi ke kafe tempat Keyra bekerja, meskipun dengan motor masing-masing. Keyra memikirkan berbagai alasan untuk menghindari situasi canggung itu, tetapi tak satu pun yang tampak akan berhasil.Di depan gerbang sekolah, Abizar sudah menunggunya dengan helm di tangan. Dia terlihat santai, berbeda dengan Keyra yang berusaha keras menyembunyikan kegugupannya. Dia takut Keyla melihat dan akan membuatnya susah lagi.“Ayo cepat, atau kamu mau telat?” tegur Abizar sambil menaiki motornya.Keyra mendengus pelan. Padahal dia sudah pura-pura tidak kenal. Namun tampaknya Abizar tak peduli. Keyra mengodenya aagr duluan saja karena beberapa siswa mulai memperhatikan mereka.Kening Abizar tertekuk sebentar, lantas dia mulai menyalakan mesin motornya meninggalkan sekolah. Keyra menghela napas lega karena kahirnya Abizar peka. Gadis itu segera menaiki motornya sendiri dan mengejar motor Abizar yang melaju perlahan. Keyra melambung Abizar

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Di izinkan Bekerja

    Pagi harinya, Keyra menuruni tangga dengan perasaan yang campur aduk. Kepalanya dipenuhi bayangan percakapan semalam dengan Abizar. Ketika sampai di ruang makan, dia melihat Tante Sandra sudah duduk di sana, menikmati sarapan pagi sendirian.Sudah 2 Minggu Om Rudi dan Kak Rangga belum pulang. Sedang disibukan mengurus proyek dengan perusahaan Ayah Keyra. Abizar juga belum kelihatan keluar kamar. Terpaksa Keyra harus menghadapi Tante Sandra sendiri.Dengan ragu-ragu, Keyra mendekat ke hadapan wanita itu. “Pagi, Ma!” sapa Keyra pelan.Tante Sandra menghentikan aktivitas makannya, lalu menatap Keyra sambil tersenyum lembut. "Pagi Keyra. Duduklah! Kita sarapan bersama,” ujar Tante Sandra dengan nada lembut seperti biasa.Keyra menelan ludah, merasakan jantungnya mulai berdetak lebih cepat. Dia tahu Tante Sandra tengah menyimpan sesuatu di balik senyum itu. Dengan hati-hati, Keyra mengambil kursinya dan duduk. Pelayan menghidangkan sarapan di depannya, tetapi gadis itu tidak memiliki nafsu

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Ketahuan Abizar! [NORMAL POV]

    Hai, Blue Ice di sini..., Untuk alur agar terlihat lebih terbuka, Mimin ganti menjadi normal POV ya. Karena setelah plot ini, akan banyak rahasia yang terbuka di mana itu sangat penting untuk kematangan cerita ini. Jadi, Happy Reading!...Keyra tiba baru pulang dari kerja part time di jam 8 malam. Gadis itu melangkah dengan hati-hati lantaran takut akan bertemu Tante Sandra. Dia sudah berulangkali ditanyai karena selalu pulang malam. Apalagi akhir-akhir ini, Tante Sandra mulai curiga.Setidaknya sampai Nenek mengabarinya untuk pindah ke tempat baru, Keyra akan menjelaskan semuanya ke Tante Sandra sekaligus meminta maaf karena telah berbohong. Maka dari itu, sebelum ada kejelasan dari Nenek, Keyra harus sebisa mungkin menghindar.‘Kayaknya aman, deh!’ batin Keyra.Saat ini dia sudah mencapai tangga menuju lantai dua. Sepanjang jalan, dia tak bertemu dengan Tante Sandra. Keyra menghela napas lega. Dia segera ke atas agar bisa mandi dan istirahat. Meski beberapa pelayan menatap ane

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Mulai Bekerja

    Hari pertama aku bekerja di kafe ternyata lebih lancar dari yang ku bayangkan. Awalnya, aku sempat gugup saat menerima pesanan pertama, takut melakukan kesalahan, tetapi para pelanggan cukup ramah, dan teman-teman kerjaku juga membantu. Aku mulai terbiasa mencatat pesanan, mengantar makanan, dan memastikan meja tetap bersih. Rasa gugupku juga sedikit berkurang karena Kevin menemani sejak kami pulang sekolah. Kevin duduk di ruang Karyawan, sesekali keluar untuk menanyakan keadaanku.“Aman, Ra?” tanya Kevin saat keluar dari ruang Karyawan, kalo tidak salah yang keempat kali dia bertanya hal yang sama.“Aman, Vin!” balasku dengan mancungkan jempol padanya.“Atau kamu makan dulu, Ra. Isi tenaga gitu, mumpung agak senggang,” ujar Kevin.Aku menarik napas perlahan. Lalu menatap Kevin dengan tersenyum. “Vin, aku baru 15 menit yang lalu menghabiskan roti yang kamu kasih. Jadi, aku masih kenyang sekarang. Terima kasih, ya!” ujarku menahan agar tak berkata kasar pada anak pemilik Cafe itu.“O-

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Mencari Pekerjaan Paruh waktu

    Sepulang sekolah, aku berencana tidak langsung pulang ke rumah. Aku mengabari Tante Sandra bahwa kau harus kerja kelompok di rumah teman.Itu alasan yang ku susun agar aku punya waktu untuk mencari pekerjaan paruh waktu. Aku butuh langkah nyata untuk melepaskan diriku dari semua keterikatan di kediaman Bimantara.Aku sudah cerita ke teman-temanku bahwa akan mencari pekerjaan paruh waktu untuk mengisi hari usai pulang sekolah. Mereka nampak terkejut dan mulai melayangkan berbagai pertanyaan.“Kamu mau nyari kerja apa, Ra? Emang kamu kekurangan apa ya, Ra? Apa Bokapmu kurang uang?” tanya Giselle penasaran.“Enggak gitu. Aku cuma mau nyari uang sendiri, Kan, enak gitu, kalo kita punya simpenan sendiri,” jelasku agar tak dipandang aneh oleh mereka.“Loh, katanya kamu nggak serumah sama Keyla. Apa mungkin kamu beneran lagi butuh uang, Ra. Please bilang sama kita, biar kita bisa bantu,” kata Ririn.Aku tersenyum mendengar mereka khawatir. Setidaknya mereka menjadi alasanku bersyukur bisa di

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Jarak Yang Kian Melebar

    Pagi itu, aku terbangun lebih awal dari biasanya. Matahari bahkan belum sepenuhnya muncul di ufuk timur, tapi aku sudah siap dengan seragam sekolahku. Aku melirik jam dinding dan menghela napas lega. Ada cukup waktu untuk pergi sebelum sarapan dimulai.Aku menarik laci meja belajarku. Ada sebuah benda yang harus ku bawa ke sekolah. Hari ini, aku akan menyelesaikan masalah yang membuatku terjebak dalam situasi tidak jelas ini.Tas ranselku sudah kugantungkan di bahu saat aku melangkah keluar kamar dengan hati-hati, berusaha tidak menimbulkan suara. Namun, baru saja aku sampai di ruang tengah, suara Tante Sandra menghentikanku.“Keyra, kenapa sudah mau berangkat sepagi ini? Sarapan dulu, Nak,” katanya dengan senyum hangat.Aku berbalik dengan senyum kaku, berusaha terlihat tenang. “Maaf, Ma. Kelasku hari ini bertugas untuk Upacara. Sedangkan, beberapa hari minggu kemarin kami sibuk dengan kegiatan. Makanya kami harus latihan pagi ini. Maaf ya, Ma. Aku nggak bisa ikut sarapan,” jelasku a

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Perjalanan Pulang

    Aku merasa seluruh tubuhku begitu lelah. Seharian berada di pesta Nenek Bimantara sungguh menguras energi. Apalagi ada kejadian menegangkan saat penyusup membobol ruang penyimpanan. Aku hanya berharap Keluarga Suamiku tidak lagi membahas kejadian malam ini. Dengan langkah letih aku memasuki mobil. Ternyata Kak Rangga ikut bergabung di mobil kami. Dia duduk di sebelah Abizar, sehingga posisi kami menjadi Abizar-Kak Rangga-Aku. Kami masih harus menunggu Om Rudi dan Tante Sanda yang masih sedikit berbincang dengan Ayah.Aku menahan agar tak menguap lebar saat kantuk mulai menyerang. Kakak Adik di sebelahku juga hanya saling diam, membuat suasana semakin membosankan. Lantaran tidak ingin tenggelam dalam kebosanan, aku mulai bersuara.“Kak Rangga nggak bawa mobil?” tanyaku penasaran, karena Kak Rangga datang ke pesta ini setelah pulang dari kota lain. Mana mungkin tidak bawa mobil sendiri, pikirku.“Ada!” balas Kak Rangga sesuai dengan tebakanku. “Tapi Kakak malas bawa mobil sendiri. Ma

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status