Share

Tangisan Penat

Penulis: Blue Ice
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-12 23:56:51

Setelah kejadian tak mengenakan beberapa hari yang lalu, hubungan ku dan Abizar semakin senyap. Meski pemuda itu sudah mau bergabung bersama di meja makan, namun sikapnya masih acuh tak acuh padaku.

Yah..., terserahlah! Aku juga sudah muak kepadanya. Dapat ku rasakan beberapa kali pemuda itu menatapku saat kami bertemu di meja makan. Namun aku berusaha mengabaikannya lantaran jika balik ku tatap, Abizar akan mengalihkan pandangannya.

Menyebalkan bukan?!

Untuk selanjutnya, aku ingin menjalani kehidupan sekolah ku dengan nyaman. Setelah lulus SMA, aku akan membicarakan masalah perceraian kami ke kedua orangtua Abizar.

Ku hembuskan napas berat mengingat semua beban yang harus aku tanggung sekarang. Aku hanya menatap kosong pada kumpulan bunga pada taman di depan rumah Abizar. Meski di tengah gelapnya malam, bunga-bunga mawar yang berjejer itu terlihat indah dengan sedikit memantulkan cahaya lampu penerangan di taman.

Tanpa sadar aku tersenyum melihat keindahan yang begitu memukau mataku. Setidaknya jejeran bunga di sana selalu bisa menjadi penghibur ku usai makan malam. Dengan melihat mereka, sedikit bebanku dapat terangkat juga.

Tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara ponsel ku yang berdering. Saat ku cek, ternyata ada panggilan video dari Ibu. Aku langsung sumringah. Sejak kedatanganku ke kota, baru kali ini Ibu menelpon ku.

“Hallo, Assalamu alaikum Ibu!” sapaku tanpa menutupi rasa bahagia yang sudah membuncah.

“Wa’alaikum salam! Apa kabar, Sayang? Maaf ya, Ibu baru punya data untuk menghubungi mu,” balas Ibu.

Aku langsung menggeleng sambil mengatakan tidak apa-apa. Asalkan masih bisa menghubungi Ibu, kendatipun harus menunggu waktu lama karena tidak setiap hari Ibu punya data, aku pun tak masalah.

“Ibu apa kabar? Ibu tahu nggak... .”

Karena terbawa suasana, percakapan kami mengalir begitu saja. Aku menceritakan kepada Ibu tentang teman-teman sekelas ku yang menerimaku dengan baik sebagai murid baru. Lalu juga pengalaman menyenangkan lainnya dengan menutupi beberapa kejadian tak mengenakan tentu saja.

Aku juga menutupi fakta bahwa diriku di bawa Ayah ke kota hanya untuk menggantikan Keyla menikah. Aku takut Ibu malah kepikiran di sana. Lebih baik ku rahasiakan saja sampai aku pernikahan ini selesai.

“Keyla mana? Bisakah kamu panggil dia? Ibu merindukannya,” kata Ibu yang seketika membuat senyum ku luntur.

Rasa bahagia yang baru saja memenuhi dadaku berubah menjadi perasaan was-was. Aku berkeringat dingin karena baru sadar saat ini aku tidak lagi satu atap dengan Keyla.

“Ma-maaf Ibu, sepertinya Keyla ada sudah tidur. Soalnya jadwal Keyla sangat padat. Sepertinya dia kecapean!” kataku dengan sedikit terbata karena harus merangkai sebuah kebohongan untuk membuat Ibu percaya.

Untungnya posisi ku saat ini berada di luar rumah, sehingga Ibu tidak akan menyadari bahwa aku bukan di rumah Ayah. Sebisa mungkin ku mengatur kameraku agar tidak menyorot rumah Abizar.

“Ahhh..., begitu ya?” lirih Ibu hampir tak terdengar di telepon.

Dadaku rasanya seperti diremas saat melihat Ibu menunduk kecewa karena tidak bisa berbicara dengan Keyla. Ibu pasti sudah sangat merindukan Keyla karena sudah 10 tahun kami berpisah. Sewaktu datang ke kampung, Keyla tak mau turun dari mobil untuk bertemu sapa dengan Ibu.

‘Maaf Ibu. Lain kali aku akan ke rumah ayah agar Ibu bisa saling bicara dengan Keyla,’ janji ku dalam hati.

Ibu juga tidak ingin terdiam lama sehingga buru-buru mengubah ekspresi sedihnya dengan senyum seolah mengatakan tidak apa-apa. Namun hal itu malah membuatku semakin merasa bersalah.

“Kamu baik-baik di sana ya, Sayang. Ingat, jangan bertengkar dengan Kakakmu! Jangan buat marah Ayahmu juga! Karena Ibu tidak bisa membela mu jika Pria itu murka,” nasehat Ibu.

Aku terkekeh mendengar nasehat Ibu. Perihal pertengkaran, aku dan Keyla sudah tak satu atap. Jadi, mana mungkin akan bertengkar.

Mengenai Ayah, aku tak tahu mengapa Ibu berulang kali memperingati ku untuk tak membuat marah Ayah. Padahal seingat ku, Ayah hanya sedikit galak saja. Meski terkadang bisa memaksa juga.

“Siap Bu! Aku dan Keyla tidak bertengkar, kok. Paling..., sesekali kami saling pukul, Hehehe. Aku juga akan berhati-hati supaya Ayah tidak marah. Ibu tenang saja!” Aku mengangkat ibu jariku dengan tersenyum lebar ke arah Ibu.

Aku lega saat melihat senyum Ibu sebelum panggilan video kami berakhir. Sesaat kemudian, aku merasa hampa. Kini aku kembali diselimuti dengan kesunyian malam. Tidak tahu kenapa dadaku tiba-tiba sesak membayangkan betapa banyak aku membohongi Ibu malam ini.

Tanpa sadar aku mulai terisak. Rasa bersalah membuat hatiku tak nyaman. Namun aku juga tidak ingin Ibu tahu kondisi ku di sini yang seperti sudah di ‘buang’ begitu saja oleh Ayah ke keluarga Bimantara.

Aku menenggelamkan wajahku ke lutut agar bisa meredam suara isakan yang tak mau berhenti. Biarlah aku menangis malam ini dengan sesekali merapal kata maaf untuk ibu ku. Aku ingin menumpahkan semuanya agar besok aku sudah tidak memikirkan beban yang berat ini.

Detik demi detik berlalu hingga tanpa sadar sudah 30 menit ku habiskan hanya untuk menangis karena rasa bersalah itu. Setelah memastikan tak ada lagi isakan, aku segera memeriksa wajahku dengan kamera ponsel.

Takutnya nanti saat aku akan masuk ke kamar aku bertemu dengan orang rumah dan mereka melihat penampilanku yang baru saja menangis ini.

“Ck, kayaknya aku terlalu lebay malam ini!” gerutu ku saat melihat kedua mataku begitu sembab.

Aku melihat lagi ke sekitar untuk memastikan tak ada yang melihat tangisanku. Sebelum masuk ke rumah, aku membasuh wajahku di taman yang ada perlengkapan keran airnya. Jika basah dengan air, maka bekas tangisanku tak akan terlalu terlihat.

Kemudian aku segera beranjak dari sana. Lebih baik aku segera masuk ke kamar sebelum Tante Sandra datang menegur apabila aku terlalu lama berada di luar saat malam.

Saat melewati pintu, aku terjingkat saat melihat ada sosok pemuda yang berdiri bersandar sambil memejamkan mata. Aku hampir kelepasan berteriak sangking kagetnya karena ada penampakan Abizar di sana.

‘Astaga! Sejak kapan dia di sana? Apa mungkin sudah dari tadi?”

Seketika wajahku memerah mengingat aku menangis cukup lama di taman tadi. Jantung ku berdegup kencang. Badanku mendadak beku seolah seperti maling yang ketahuan basah oleh tuan rumah.

Namun kemudian, aku mendesah lega saat ku sadari ada earphone yang terpasang di telinga Abizar. Itu berarti dia tidak mendengar apapun yang aku lakukan di luar karena telinganya sudah di sumpal, kan?

Akan tetapi, posisi Abizar yang hanya berdiri di sebelah pintu masuk seperti sedang bersembunyi membuat ku curiga. Mengingat kelakuan aneh anak ini, aku rasa wajar jika dia suka nemplok di tembok seperti itu.

Ahh, entahlah!

Aku mengendikkan bahu memilih tak baku pusing dengan pemuda itu. Lebih baik aku segera masuk kamar daripada mematik masalah dengannya.

"Hey, tunggu!"

Bab terkait

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Pemuda Asing

    Baru ingin melangkah, Abizar tiba-tiba memanggilku. Seketika jantungku rasanya ingin copot. Gugup bercampur malu lantaran aku curiga Abizar sempat melihat kejadian barusan. Terpaksa aku berbalik menghadap Abizar. Pemuda itu sudah tidak bersandar. Dia juga melepas salah satu earphonenya sembari mendekatiku. Aku tersenyum canggung untuk menutupi rasa gugupku. Tatapan Abizar kepadaku seperti tengah memikirkan sesuatu karena dahinya terlihat sedikit berkerut. “Ada yang bisa ku bantu?” Aku bertanya dengan senyum masih terpatri di wajahku. Ku harap wajah sembabku tak begitu nampak. Aku juga menghindari tatapan Abizar karena rasanya seperti ter-intimidasi. Apalagi dengan kediaman Abizar yang mengundang keresahan. ‘Apa? Kenapa? Bicaralah sesuatu!’ batinku mulai tak sabar. Kaki ku rasanya mulai kesemutan menunggunya bicara. Namun Abizar masih diam dengan mata yang tak beralih dariku. Aku semakin tak nyaman. Ekspresi datar Abizar saat ini membuatku sulit menerka isi pikirannya. “Maaf,

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Penasaran Membawa Petaka

    Abizar sangat tak masuk akal. Dia menuduh ku sembarang. Kapan aku pernah bertemu dengan pemuda asing itu? Apalagi menghina. Aku sama sekali tak ingat pernah bertemu dengannya. “Aduh..., kamu nggak salah Abizar? Coba ingat-ingat dulu. Sepertinya itu Keyla bukan aku. Soalnya-” “Kamu nuduh Keyla?!” berang Abizar. “Lah, kamu nuduh aku!” Ku balik pernyataannya karena kekesalan ku sudah mencapai puncak. Wajah Abizar meradang. Namun aku juga tak takut balik menantangnya. Siapa di dunia ini yang mau dituduh akan kesalahan yang tak pernah diperbuatnya? Kami beradu tatap beberapa saat. Tunggu! Buat apa aku buang-buang waktu untuk meladeninya? Aihhh..., mending aku berangkat sesuai agendaku hari ini. Daripada aku terlambat untuk persiapan jam olahraga. “Sudahlah. Aku malas berdebat denganmu. Aku harus berangkat sekarang. Bye!” Aku berbalik untuk pergi ke mobil yang sudah siap mengantarku ke sekolah. Grep! Lagi! Abizar menahan lenganku. Kedua pelipisku berkedut kesal. Ku hembuskan napas de

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Pulang Ke Rumah Ayah

    Seperti kata Keyla sebelumnya, aku harus pulang ke rumah Ayah. Saat menunggu Keyla di parkiran, aku malah bertemu dengan Abizar yang kebetulan memarkirkan mobilnya di sebelah mobil Keyla. Mata Abizar memicing tajam karena kehadiranku di sana. Pasti dia bersiap mengomeliku karena dipikirnya ingin mengganggu Keyla. Aku mengisyaratkan kepada Abizar dengan gelengan saat pemuda itu ingin menghampiriku. Namun yang namanya Abizar, dia tak mengindahkan kode dariku. “Mau apa kamu di sebelah mobil Keyla?” tanya Abizar. Aku berdecak pelan sambil mendelik kesal padanya. Ku lihat sekeliling takut ada yang memergoki kami lagi. Terutama dua gadis yang sudah masuk dalam daftar hitam milikku. “Pergi sana! Aku di sini cuma mau menunggu Keyla. Dia bilang, Ayah memintaku untuk pulang!” beberku dengan sedikit berbisik. Akan tetapi wajah Abizar semakin tak enak dipandang. Dengan wajah yang tertekuk seolah tak percaya dengan kata-kataku. “Aku serius, Abizar! Keyla yang memintaku untuk menunggu agar ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Sakit Kepala Yang Menyiksa

    Aku ingin segera meninggalkan rumah ini. Udara di sini rasanya semakin sedikit. Membuat dadaku sesak saja. Apalagi setelah mendengar permintaan Ayah tadi. Duh, ku gelengkan kepalaku karena tak pernah terpikir olehku bahwa Ayah akan memanfaatkan statusku untuk membujuk Ayah Mertua. Sudah ku duga, sejak awal pernikahan ini memang hanya berlandaskan bisnis saja. Selain hubungan persahabatan antar Kakek, keluarga Bimantara dan Sanjaya adalah kolega bisnis. Bisa jadi malah rival nama perusahaan mereka sama-sama besar. “Lebih baik aku segera pulang!” putusku karena tidak mau memusingkan masalah kedua keluarga ini. Saat ini aku menyesali keputusanku untuk ikut Ayah ke Kota. Tidak hanya paksaan pernikahan yang tak masuk akal, Ayah juga masih ingin memanfaatkan aku untuk kepentingan bisnisnya. Tak bisa! Aku harusnya kabur dari sini. “Keyra, berhenti di situ!” Ayah berteriak sewaktu aku akan menuruni tangga. Aku berhenti sebentar dengan menoleh ke Ayah. “Apalagi, Yah? Sudah ku bilang, aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Aku Tidak Apa-apa!

    Kesadaranku perlahan kembali saat ku rasakan mobil sudah berhenti. Aku ingin membuka mata namun rasanya sangat berat. Seolah-olah aku kehilangan seluruh tenagaku. Jadi, ku putuskan untuk tetap diam untuk menghemat tenagaku yang tersisa. Sayup-sayup ku dengar ada percakapan di luar mobil. Ku dengar ada suara Paman Sopir sedang menjelaskan situasi mengenai kondisiku saat ini. Ah, apa Paman akan dimarahi? “Kenapa lama sekali?” Ini suara Abizar. Aku bisa membayangkan dia mengatakan itu dengan bersedekap dada. Heh, sikapnya sombong seperti biasa. “Maaf Tuan Muda. Nona mendapat sedikit masalah di sana. Nona-” “Apa yang terjadi padanya?” Ku tajamkan pendengaran ku karena merasa suara ini masih cukup asing untuk ku. “Saya tidak tahu apa yang terjadi di dalam karena saya tidak di izinkan masuk. Tetapi Nona keluar dengan mengeluh sakit kepala. Nona juga sempat pingsan saat perjalanan pulang,” jelas Paman Sopir. Aku harus segera bangun untuk menjelaskan pada mereka bahwa aku sudah t

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Ternyata Dia Kakak Iparku

    "Apa yang kau lakukan di sana tadi? Apa kau mengganggu Keyla, lagi? Katakan! Apa kau merundungnya?!" hardik Abizar. Aku mengerjap tak percaya saat Abizar kembali menuduhku tentang Keyla. Aku terkekeh miris. Dari mana datangnya pikiran negatif pemuda itu? “Kamu gila? Tolong sesekali konsultasi ke dokter untuk memeriksa hatimu! Ku rasa benda itu sudah lama rusak makanya kamu tidak bisa melihat hal-hal baik dariku,” seru ku sekalian mengeluarkan uneg-uneg yang sudah ku tahan selama ini. “Kau! Tutup mulutmu!” Abizar meradang. Dia mencengkram bajuku. Aku sampai harus berjinjit karena jika tidak aku bisa tercekik oleh kerah bajuku sendiri. “Le-pash!” sentakku berusaha melepaskan cengkeraman Abizar. “Yang seharusnya konsultasi ke dokter itu kamu! Tidakkah kau sadar betapa jahatnya tindakan mu pada Keyla sebelumnya? Kau selalu mencari kesempatan untuk menyakitinya. Mentang-mentang dapat dukungan dari Paman Wira.” Aku melongo dengan ucapan Abizar. Sejak kapan aku jahat ke Keyla? Kami saj

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Selesaikan!

    Sejak aku tahu bahwa Kak Rangga adalah Kakak Iparku, tiap kali kami bertemu, aku langsung kabur. Aku tak bisa menghadapinya saat ini. Aku malu karena beberapa kali tersipu di depannya. Selain dari itu, aku merasa bersalah saat terakhir kali malah membuat Kak Rangga membahas soal luka bakarnya. ‘Ah, aku tak ingin pulang!’ Ku benamkan wajahku ke meja setelah pelajaran usai. Aku harus memikirkan cara agar tak perlu pulang ke rumah untuk sementara waktu. Bagaimana kalau aku menginap ke rumah Ayah? Segera ku gelengkan kepalaku saat teringat kejadian 2 hari lalu saat aku pulang ke sana. Aku bisa dihajar Ayah lagi kalau menginap di sana. Tak bisa! Aku harus mencari tempat lain untuk menginap! “Keyra!” Aku terjingkat saat Giselle menepuk pundak ku. Giselle malah terkikik melihat reaksi ku yang berlebihan. Ririn juga ikut tertawa saat aku mengelus dada. “Jantungku mau copot gini, kalian malah tertawa!” cibirku kesal. “Maaf! Maaf! Lagian kamu lagi mikiran apa, sih? Kok, dari tadi geleng-g

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Kerja Sama?

    Aku menatap jam di layar ponsel. Sudah jam 3 sore, namun belum ada tanda-tanda Kak Rangga pulang. Aduh, bisa gawat kalau Abizar pulang duluan sebelum Kak Rangga. Rencanaku pasti akan gagal.“Semoga mobilnya bocor di jalan atau ada kegiatan sampai malam gitu. Semoga dia tidak pulang cepat! Tolong buat dia pulang terlambat!” rapalku dengan menutup mata dan menangkup tangan di atas kepala.Kali ini aku bersungguh-sungguh meminta ke Tuhan. Jika aku gagal dalam misi kali ini, aku tidak tahu apalagi yang akan Ayah lakukan. Chessh!Aku terkesiap saat pipiku mendadak ditempeli benda dingin. Sontak saja aku mendongak untuk melihat pelakunya. Ternyata itu Kak Rangga! Mataku langsung berbinar melihat penyelamatku datang.“Baru tiba, Kak?” Aku berseru sambil melompat dari sofa.Kak Rangga menaikkan satu alisnya. Dia menatapku aneh karena aku terlalu sumringah untuk menyambutnya. Aku saat ini terlampau senang karena Kak Rangga pulang duluan sebelum Abizar. “Iya, Kakak baru sampai rumah. Nih, min

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24

Bab terbaru

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Di izinkan Bekerja

    Pagi harinya, Keyra menuruni tangga dengan perasaan yang campur aduk. Kepalanya dipenuhi bayangan percakapan semalam dengan Abizar. Ketika sampai di ruang makan, dia melihat Tante Sandra sudah duduk di sana, menikmati sarapan pagi sendirian.Sudah 2 Minggu Om Rudi dan Kak Rangga belum pulang. Sedang disibukan mengurus proyek dengan perusahaan Ayah Keyra. Abizar juga belum kelihatan keluar kamar. Terpaksa Keyra harus menghadapi Tante Sandra sendiri.Dengan ragu-ragu, Keyra mendekat ke hadapan wanita itu. “Pagi, Ma!” sapa Keyra pelan.Tante Sandra menghentikan aktivitas makannya, lalu menatap Keyra sambil tersenyum lembut. "Pagi Keyra. Duduklah! Kita sarapan bersama,” ujar Tante Sandra dengan nada lembut seperti biasa.Keyra menelan ludah, merasakan jantungnya mulai berdetak lebih cepat. Dia tahu Tante Sandra tengah menyimpan sesuatu di balik senyum itu. Dengan hati-hati, Keyra mengambil kursinya dan duduk. Pelayan menghidangkan sarapan di depannya, tetapi gadis itu tidak memiliki nafsu

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Ketahuan Abizar! [NORMAL POV]

    Hai, Blue Ice di sini..., Untuk alur agar terlihat lebih terbuka, Mimin ganti menjadi normal POV ya. Karena setelah plot ini, akan banyak rahasia yang terbuka di mana itu sangat penting untuk kematangan cerita ini. Jadi, Happy Reading!...Keyra tiba baru pulang dari kerja part time di jam 8 malam. Gadis itu melangkah dengan hati-hati lantaran takut akan bertemu Tante Sandra. Dia sudah berulangkali ditanyai karena selalu pulang malam. Apalagi akhir-akhir ini, Tante Sandra mulai curiga.Setidaknya sampai Nenek mengabarinya untuk pindah ke tempat baru, Keyra akan menjelaskan semuanya ke Tante Sandra sekaligus meminta maaf karena telah berbohong. Maka dari itu, sebelum ada kejelasan dari Nenek, Keyra harus sebisa mungkin menghindar.‘Kayaknya aman, deh!’ batin Keyra.Saat ini dia sudah mencapai tangga menuju lantai dua. Sepanjang jalan, dia tak bertemu dengan Tante Sandra. Keyra menghela napas lega. Dia segera ke atas agar bisa mandi dan istirahat. Meski beberapa pelayan menatap ane

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Mulai Bekerja

    Hari pertama aku bekerja di kafe ternyata lebih lancar dari yang ku bayangkan. Awalnya, aku sempat gugup saat menerima pesanan pertama, takut melakukan kesalahan, tetapi para pelanggan cukup ramah, dan teman-teman kerjaku juga membantu. Aku mulai terbiasa mencatat pesanan, mengantar makanan, dan memastikan meja tetap bersih. Rasa gugupku juga sedikit berkurang karena Kevin menemani sejak kami pulang sekolah. Kevin duduk di ruang Karyawan, sesekali keluar untuk menanyakan keadaanku.“Aman, Ra?” tanya Kevin saat keluar dari ruang Karyawan, kalo tidak salah yang keempat kali dia bertanya hal yang sama.“Aman, Vin!” balasku dengan mancungkan jempol padanya.“Atau kamu makan dulu, Ra. Isi tenaga gitu, mumpung agak senggang,” ujar Kevin.Aku menarik napas perlahan. Lalu menatap Kevin dengan tersenyum. “Vin, aku baru 15 menit yang lalu menghabiskan roti yang kamu kasih. Jadi, aku masih kenyang sekarang. Terima kasih, ya!” ujarku menahan agar tak berkata kasar pada anak pemilik Cafe itu.“O-

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Mencari Pekerjaan Paruh waktu

    Sepulang sekolah, aku berencana tidak langsung pulang ke rumah. Aku mengabari Tante Sandra bahwa kau harus kerja kelompok di rumah teman.Itu alasan yang ku susun agar aku punya waktu untuk mencari pekerjaan paruh waktu. Aku butuh langkah nyata untuk melepaskan diriku dari semua keterikatan di kediaman Bimantara.Aku sudah cerita ke teman-temanku bahwa akan mencari pekerjaan paruh waktu untuk mengisi hari usai pulang sekolah. Mereka nampak terkejut dan mulai melayangkan berbagai pertanyaan.“Kamu mau nyari kerja apa, Ra? Emang kamu kekurangan apa ya, Ra? Apa Bokapmu kurang uang?” tanya Giselle penasaran.“Enggak gitu. Aku cuma mau nyari uang sendiri, Kan, enak gitu, kalo kita punya simpenan sendiri,” jelasku agar tak dipandang aneh oleh mereka.“Loh, katanya kamu nggak serumah sama Keyla. Apa mungkin kamu beneran lagi butuh uang, Ra. Please bilang sama kita, biar kita bisa bantu,” kata Ririn.Aku tersenyum mendengar mereka khawatir. Setidaknya mereka menjadi alasanku bersyukur bisa di

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Jarak Yang Kian Melebar

    Pagi itu, aku terbangun lebih awal dari biasanya. Matahari bahkan belum sepenuhnya muncul di ufuk timur, tapi aku sudah siap dengan seragam sekolahku. Aku melirik jam dinding dan menghela napas lega. Ada cukup waktu untuk pergi sebelum sarapan dimulai.Aku menarik laci meja belajarku. Ada sebuah benda yang harus ku bawa ke sekolah. Hari ini, aku akan menyelesaikan masalah yang membuatku terjebak dalam situasi tidak jelas ini.Tas ranselku sudah kugantungkan di bahu saat aku melangkah keluar kamar dengan hati-hati, berusaha tidak menimbulkan suara. Namun, baru saja aku sampai di ruang tengah, suara Tante Sandra menghentikanku.“Keyra, kenapa sudah mau berangkat sepagi ini? Sarapan dulu, Nak,” katanya dengan senyum hangat.Aku berbalik dengan senyum kaku, berusaha terlihat tenang. “Maaf, Ma. Kelasku hari ini bertugas untuk Upacara. Sedangkan, beberapa hari minggu kemarin kami sibuk dengan kegiatan. Makanya kami harus latihan pagi ini. Maaf ya, Ma. Aku nggak bisa ikut sarapan,” jelasku a

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Perjalanan Pulang

    Aku merasa seluruh tubuhku begitu lelah. Seharian berada di pesta Nenek Bimantara sungguh menguras energi. Apalagi ada kejadian menegangkan saat penyusup membobol ruang penyimpanan. Aku hanya berharap Keluarga Suamiku tidak lagi membahas kejadian malam ini. Dengan langkah letih aku memasuki mobil. Ternyata Kak Rangga ikut bergabung di mobil kami. Dia duduk di sebelah Abizar, sehingga posisi kami menjadi Abizar-Kak Rangga-Aku. Kami masih harus menunggu Om Rudi dan Tante Sanda yang masih sedikit berbincang dengan Ayah.Aku menahan agar tak menguap lebar saat kantuk mulai menyerang. Kakak Adik di sebelahku juga hanya saling diam, membuat suasana semakin membosankan. Lantaran tidak ingin tenggelam dalam kebosanan, aku mulai bersuara.“Kak Rangga nggak bawa mobil?” tanyaku penasaran, karena Kak Rangga datang ke pesta ini setelah pulang dari kota lain. Mana mungkin tidak bawa mobil sendiri, pikirku.“Ada!” balas Kak Rangga sesuai dengan tebakanku. “Tapi Kakak malas bawa mobil sendiri. Ma

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Ada Penyusup!

    Ada suara pecahan dari lantai dua yang membuat kami bergegas untuk memeriksa ke sana. Kami mengikuti Kak Rangga dan pelayan menuju ruang penyimpanan, yang terletak di beberapa ruangan di lantai dua. Aku tidak tahu apa gunanya ruang penyimpanan sebanyak itu. Apa mereka tidak pusing saat ingin mencari sesuatu.“Ruangan ini yang terkunci, Tuan! Tadi saya sementara membereskan pajangan koleksi Nyonya Besar di ruang sebelah. Tetapi saya mendengar suara dari dalam ruangan ini, saat saya ingin memeriksa, ternyata pintunya terkunci dari dalam,” ujar pelayan itu.Wajah Kak Rangga mengeras. Dia langsung menggedor pintu itu tanpa perasaan."Apa ada orang di dalam?" tanya Kak Rangga, suaranya dingin dan tajam. Tidak ada jawaban.Kami juga tidak mendengar suara apa pun dari dalam sana. Apa mungkin kami hanya salah mengira saja?“Za, ruang itu tempat apa?” tanyaku penasaran."Ini tempat penyimpanan dokumen berharga keluarga," bisik Abizar di telingaku. "Tidak sembarang orang bisa masuk ke sini. Pin

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Sepertinya Bukan Aku

    _"Tadi aku mendengar sedikit percakapan di meja makan. Tentang proyek keluargamu dan revisi proposal itu,” ujar Nenek.Tubuhku menegang. Pikiranku mulai bergerak liar memikirkan jawaban untuk pertanyaan Nenek nanti._Aku menggigit bibir bawahku karena masih was-was menunggu Nenek melanjutkan ucapannya. Raut wajah Nenek melunak saat menatapku. Dia menangkup pipiku dan mengusapnya perlahan."Menurutku, kau sudah melakukan yang terbaik. Dan keputusan Rangga sudah final. Namun, ada sesuatu yang mengganjal di pikiranku," katanya sambil melirik sekilas ke arah Kak Rangga. "Kenapa aku merasa proyek ini membawa lebih banyak ketegangan daripada manfaat?" lanjut Nenek.Aku bingung dengan arah pembicaraan ini, tetapi Kak Rangga akhirnya angkat bicara. "Proyek ini, Nek, memang besar. Tapi masalahnya bukan pada proposal atau kesepakatannya. Masalahnya adalah ego yang terlalu besar dari beberapa pihak yang terlibat,” kata Kak Rangga.Aku menunduk sedikit, merasa tidak nyaman. Kak Rangga yang di se

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Singgungan Masalah Proposal Ayah

    Acara di kediaman utama Bimantara telah selesai 2 jam yang lalu. Namun aku dan anggota Bimantara lainnya masih menetap di sana. Bahkan Ayah dan Keyla juga belum pergi. Mereka masih berkumpul sambil berbincang-bincang di meja bundar besar.Hanya Nenek dan Kak Rangga yang tidak ada, entah mereka pergi kemana. Aku yang juga belum bisa pulang mengikuti Tante Sandra yang duduk di dekat Keyla.“Bagaimana dengan proyek kita, Wira?” tanya Om Rudi.“Sudah mulai berjalan, Rud. Tetapi aku masih berat dalam biaya karena banyak bahan-bahan baru yang ditambahkan,” balas Ayah sembari melirik sinis ke arahku.Tubuhku langsung meremang saat teringat proposal bisnis dari Ayah yang sudah ku perbaiki bersama Abizar. Sepertinya Ayah masih tidak senang dengan perjanjian yang disetujui Kak Rangga. “Bukankah kamu sudah priksa bersama Rangga? Mengapa kamu sampai sekarang masih keberatan dengan persetujuan finalnya?” tanya Om Rudi yang bingung dengan keluhan Ayah.Tubuhku semakin tegang mendengar percakapan i

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status