Share

Perundungan

Penulis: Blue Ice
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-31 20:19:12

Aku berusaha mengejar Keyla yang memasuki mobilnya. "Keyla, tunggu!" Ku panggil dia dengan suara lantang.

Lantaran padatnya parkiran, mungkin Keyla tak mendengar suaraku. Sehingga aku tak bisa menghentikan mobilnya yang meninggalkan parkiran sekolah.

"Aih, astaga! Keyla, tunggu aku!" Aku masih berteriak sekencang mungkin berharap Keyla akan berhenti.

Tetapi karena kebodohan ku itu, aku menjadi pusat perhatian. Lantaran terlanjur malu, aku buru-buru pergi. Mungkin aku harus menelpon Papa untuk menjemput ku karena aku juga tidak ingat di mana alamat Rumah Abizar.

Ketika melewati koridor yang mulai sepi, Abizar yang entah muncul dari mana menarik lenganku. Dia menggeretku masuk ke dalam sebuah ruangan yang letaknya di pojok sekolah.

"Apaan, sih?!" sentak ku pada Abizar.

"Jangan dekati Keyla! Jangan sampai dia tahu mengenai hubungan kita!" hardik Abizar.

Dahiku langsung berkerut. "Maksud mu apa? Bukankah kalian sudah saling kenal? Apa salahnya aku ingin tahu?" balas ku tajam.

Tak disangka, Abizar malah menarik daguku dengan kasar. Matanya melotot tajam dengan urat-urat lehernya yang nampak menonjol.

"Diam! Awas saja kalau sampai Keyla tahu! Aku akan buat perhitungan padamu sampai kamu tidak berani muncul dihadapan kami lagi?" ancam Abizar.

Kemudian dia hempaskan aku begitu saja ke lantai yang berdebu. Aku sampai kehabisan kata-kata dengan sikap Abizar. Sepertinya ada yang dia sembunyikan dari Keyla, makanya dia sangat takut jika Keyla tahu hubungan kami.

Sebelum pergi, dia melemparkan secarik kertas yang sudah dia remat menjadi gulungan padaku. Saat ku periksa ternyata nomor sopir Keluarganya. Aku menghela napas kasar, setidaknya dia masih memberi ku jalan lain agar bisa pulang ke rumah.

Aku bangkit sembari membersihkan rok ku yang terkena debu. Ku remat kertas itu untuk menahan segala sumpah serapah yang ingin ku layangkan kepada Pemuda jelmaan Iblis yang tak lain adalah suamiku.

"Lebih baik aku pulang saja. Masalah mereka berdua, nanti aku akan bertanya pada Keyla lagi," gumanku.

Akan tetapi, saat aku keluar dari ruangan kotor itu, aku dihadang dua gadis yang sempat ku lihat bersama Keyla tadi siang. Tatapan mereka terlihat tak bersahabat.

Mungkinkah mereka melihat ku bersama Abizar barusan? Untuk menghilangkan rasa gugup ku, Aku hanya tersenyum simpul sambil mengangguk pelan untuk menyapa mereka.

Aku ingin langsung pergi karena tidak ingin membuat masalah. Lebih baik aku menghindari mereka saja. Namun salah satu dari menarik lenganku.

Lalu, aku diseret menuju halaman belakang yang sudah sepi. Lantas, aku didorong hingga terjerembab di tanah berumput.

"Apa maksud kalian ini?!" sentak ku.

Mereka malah terkekeh sinis. Lalu salah satu dari mereka menjambak rambutku kasar. Aku meringis menahan sakit. Ku rasa beberapa helai rambutku tercabut karena jambakan itu.

"Dasar Jalang sialan! Ngapain kamu bersama Ketua OSIS keluar dari gudang? Kau apain Ketua OSIS kami, hah?!" bentak gadis yang menjambak ku.

Tubuhku langsung membeku. Ternyata mereka beneran melihat ku bersama Abizar. Sepertinya mereka ini kelompok pemuja Abizar makanya sampai marah begitu.

"Lihat! Dia diam saja! Berarti memang benar dia sengaja menggoda Abizar!" tuduh salah satu gadis dengan ikatan cepol dua.

"Tidak, bukan begitu!" sanggahku cepat.

Tapi aku tidak mungkin mengatakan kepada mereka yang sebenarnya. Mana mungkin mereka percaya jika ku bilang bahwa kami sudah saling kenal. Apalagi masalah ikatan pernikahan. Mereka pasti tambah murka.

"Kalau gitu, kenapa? Jawab?! Kenapa diam saja?" bentak gadis yang di depan ku.

"Aku tidak menggoda Abizar sama sekali. Tadi aku ha-"

Plak!

Satu tamparan melayang ke pipiku. Rasa panas campur pening membuat pandangan ku berkunang sesaat. "Cih, berani sekali siswa pindahan dari Desa menyebut nama Abizar. Kamu pikir kamu pantas, hah?!" hardiknya.

Lalu kedua gadis itu berbalik sembari menepuk kedua tangan mereka seolah menyampaikan kode. "Kalian, beri pelajaran Jalang ini!" perintah salah satu gadis.

Sekelompok siswa datang membawa beberapa ember air. Ternyata mereka menyiramkan air es padaku. Aku memekik tertahan karena rasa dingin menusuk tulangku. Apalagi mereka menyiramkan dari kepala duluan hingga rasanya isi kepala ku ikut membeku.

Saat aku berusaha bangkit, seorang siswa berbadan tambun tanpa hati malah menendangku. Aku kembali terjerembab ke tanah yang mulai tergenang dengan air es.

Lalu, mereka juga menyiramkan air pel-pelan yang baunya minta ampun. Seolah tak cukup, mereka masih menambahkan lumpur serta sampah yang bisa mereka temukan di sekitar sana ke atas kepalaku.

Setelah melihat keadaan ku yang mengenaskan, barulah mereka pergi dengan tertawa puas. Aku terbatuk-batuk karena air yang mereka siramkan membuatku menggigil. Apalagi kondisi hari itu yang cukup berangin, membuat flu lebih cepat menyerang ku.

"Ck, sial! Baru juga hari pertama, tapi sudah malang begini!" decak ku sebal.

Susah payah aku berusaha bangkit. Meski basah kuyup serta rasa nyeri karena tamparan dan tendangan mereka, aku masih bisa menahannya.

Tiba-tiba aku mendengar suara dari semak-semak di belakang tubuhku. Seketika aku meremang, karena takut jika itu adalah hewan melata.

"Ck, Ck, Ck! Bau sekali!"

Aku langsung menoleh saat mengenali suara yang barusan menyapa indra pendengaran ku. Aku langsung mengeram kesal melihat ada Abizar yang muncul di balik pohon-pohon rimbun di belakang.

"Sejak kapan kamu di sana?!" pekik ku bercampur kesal.

"Sejak tadi!" balasnya enteng.

Aku mendelik melihat sikap santai Abizar. Sejak tadi dia di sana, tetapi dia malah hanya menonton tanpa menegur mereka.

"Kamu gila! Kamu cuma diam melihat aksi pembullyan seperti tadi? Otakmu di mana Abizar?!" bentaku pada pemuda yang saat ini menyandang status 'Suamiku'.

"Kalau kamu tidak menyinggung mereka, mana mungkin mereka melakukan itu," kata Abizar.

Aku mendelik kesal. Dia pikir aku segabut itu sampai harus menyinggung mereka di hari pertama ku di sekolah ini? Lagian yang mereka permasalahkan itu gara-gara dia yang asal narik aku ke gudang.

"Apa kamu tidak dengar atau memang pura-pura tuli, hah? Mereka kira aku godain kamu tadi, makanya mereka bisa semarah itu!" murka ku pada Abizar.

"Ini semua salahmu!" Aku menunjuk wajahnya. Namun Abizar langsung menepis tanganku.

"Kalau kamu tidak ada niatan mengganggu Keyla, aku juga tidak akan menarik mu ke sana!" balas Abizar balik menyalahkan ku.

Aku terkekeh miris. "Aku mengganggu, Keyla?" Aku tertawa sumbang. Wah, bagus sekali. Hanya ingin menumpang untuk pulang, sudah dianggap mengganggu Keyla, begitu?

"Karena kamu sangat melindungi Keyla, kenapa kamu tidak menikahi dia saja? Sekarang, sana, pergi pada Keyla! Bilang kalau orang yang dijodohkan padanya adalah kamu. Bilang sama Keyla! Lagian kalian sama-sama suka, kan?! Ngapain kamu masih setuju menikah denganku, Bajingan!"

Bab terkait

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Tangisan Penat

    Setelah kejadian tak mengenakan beberapa hari yang lalu, hubungan ku dan Abizar semakin senyap. Meski pemuda itu sudah mau bergabung bersama di meja makan, namun sikapnya masih acuh tak acuh padaku. Yah..., terserahlah! Aku juga sudah muak kepadanya. Dapat ku rasakan beberapa kali pemuda itu menatapku saat kami bertemu di meja makan. Namun aku berusaha mengabaikannya lantaran jika balik ku tatap, Abizar akan mengalihkan pandangannya. Menyebalkan bukan?! Untuk selanjutnya, aku ingin menjalani kehidupan sekolah ku dengan nyaman. Setelah lulus SMA, aku akan membicarakan masalah perceraian kami ke kedua orangtua Abizar. Ku hembuskan napas berat mengingat semua beban yang harus aku tanggung sekarang. Aku hanya menatap kosong pada kumpulan bunga pada taman di depan rumah Abizar. Meski di tengah gelapnya malam, bunga-bunga mawar yang berjejer itu terlihat indah dengan sedikit memantulkan cahaya lampu penerangan di taman. Tanpa sadar aku tersenyum melihat keindahan yang begitu memuka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Pemuda Asing

    Baru ingin melangkah, Abizar tiba-tiba memanggilku. Seketika jantungku rasanya ingin copot. Gugup bercampur malu lantaran aku curiga Abizar sempat melihat kejadian barusan. Terpaksa aku berbalik menghadap Abizar. Pemuda itu sudah tidak bersandar. Dia juga melepas salah satu earphonenya sembari mendekatiku. Aku tersenyum canggung untuk menutupi rasa gugupku. Tatapan Abizar kepadaku seperti tengah memikirkan sesuatu karena dahinya terlihat sedikit berkerut. “Ada yang bisa ku bantu?” Aku bertanya dengan senyum masih terpatri di wajahku. Ku harap wajah sembabku tak begitu nampak. Aku juga menghindari tatapan Abizar karena rasanya seperti ter-intimidasi. Apalagi dengan kediaman Abizar yang mengundang keresahan. ‘Apa? Kenapa? Bicaralah sesuatu!’ batinku mulai tak sabar. Kaki ku rasanya mulai kesemutan menunggunya bicara. Namun Abizar masih diam dengan mata yang tak beralih dariku. Aku semakin tak nyaman. Ekspresi datar Abizar saat ini membuatku sulit menerka isi pikirannya. “Maaf,

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Penasaran Membawa Petaka

    Abizar sangat tak masuk akal. Dia menuduh ku sembarang. Kapan aku pernah bertemu dengan pemuda asing itu? Apalagi menghina. Aku sama sekali tak ingat pernah bertemu dengannya. “Aduh..., kamu nggak salah Abizar? Coba ingat-ingat dulu. Sepertinya itu Keyla bukan aku. Soalnya-” “Kamu nuduh Keyla?!” berang Abizar. “Lah, kamu nuduh aku!” Ku balik pernyataannya karena kekesalan ku sudah mencapai puncak. Wajah Abizar meradang. Namun aku juga tak takut balik menantangnya. Siapa di dunia ini yang mau dituduh akan kesalahan yang tak pernah diperbuatnya? Kami beradu tatap beberapa saat. Tunggu! Buat apa aku buang-buang waktu untuk meladeninya? Aihhh..., mending aku berangkat sesuai agendaku hari ini. Daripada aku terlambat untuk persiapan jam olahraga. “Sudahlah. Aku malas berdebat denganmu. Aku harus berangkat sekarang. Bye!” Aku berbalik untuk pergi ke mobil yang sudah siap mengantarku ke sekolah. Grep! Lagi! Abizar menahan lenganku. Kedua pelipisku berkedut kesal. Ku hembuskan napas de

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Pulang Ke Rumah Ayah

    Seperti kata Keyla sebelumnya, aku harus pulang ke rumah Ayah. Saat menunggu Keyla di parkiran, aku malah bertemu dengan Abizar yang kebetulan memarkirkan mobilnya di sebelah mobil Keyla. Mata Abizar memicing tajam karena kehadiranku di sana. Pasti dia bersiap mengomeliku karena dipikirnya ingin mengganggu Keyla. Aku mengisyaratkan kepada Abizar dengan gelengan saat pemuda itu ingin menghampiriku. Namun yang namanya Abizar, dia tak mengindahkan kode dariku. “Mau apa kamu di sebelah mobil Keyla?” tanya Abizar. Aku berdecak pelan sambil mendelik kesal padanya. Ku lihat sekeliling takut ada yang memergoki kami lagi. Terutama dua gadis yang sudah masuk dalam daftar hitam milikku. “Pergi sana! Aku di sini cuma mau menunggu Keyla. Dia bilang, Ayah memintaku untuk pulang!” beberku dengan sedikit berbisik. Akan tetapi wajah Abizar semakin tak enak dipandang. Dengan wajah yang tertekuk seolah tak percaya dengan kata-kataku. “Aku serius, Abizar! Keyla yang memintaku untuk menunggu agar ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Sakit Kepala Yang Menyiksa

    Aku ingin segera meninggalkan rumah ini. Udara di sini rasanya semakin sedikit. Membuat dadaku sesak saja. Apalagi setelah mendengar permintaan Ayah tadi. Duh, ku gelengkan kepalaku karena tak pernah terpikir olehku bahwa Ayah akan memanfaatkan statusku untuk membujuk Ayah Mertua. Sudah ku duga, sejak awal pernikahan ini memang hanya berlandaskan bisnis saja. Selain hubungan persahabatan antar Kakek, keluarga Bimantara dan Sanjaya adalah kolega bisnis. Bisa jadi malah rival nama perusahaan mereka sama-sama besar. “Lebih baik aku segera pulang!” putusku karena tidak mau memusingkan masalah kedua keluarga ini. Saat ini aku menyesali keputusanku untuk ikut Ayah ke Kota. Tidak hanya paksaan pernikahan yang tak masuk akal, Ayah juga masih ingin memanfaatkan aku untuk kepentingan bisnisnya. Tak bisa! Aku harusnya kabur dari sini. “Keyra, berhenti di situ!” Ayah berteriak sewaktu aku akan menuruni tangga. Aku berhenti sebentar dengan menoleh ke Ayah. “Apalagi, Yah? Sudah ku bilang, aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Aku Tidak Apa-apa!

    Kesadaranku perlahan kembali saat ku rasakan mobil sudah berhenti. Aku ingin membuka mata namun rasanya sangat berat. Seolah-olah aku kehilangan seluruh tenagaku. Jadi, ku putuskan untuk tetap diam untuk menghemat tenagaku yang tersisa. Sayup-sayup ku dengar ada percakapan di luar mobil. Ku dengar ada suara Paman Sopir sedang menjelaskan situasi mengenai kondisiku saat ini. Ah, apa Paman akan dimarahi? “Kenapa lama sekali?” Ini suara Abizar. Aku bisa membayangkan dia mengatakan itu dengan bersedekap dada. Heh, sikapnya sombong seperti biasa. “Maaf Tuan Muda. Nona mendapat sedikit masalah di sana. Nona-” “Apa yang terjadi padanya?” Ku tajamkan pendengaran ku karena merasa suara ini masih cukup asing untuk ku. “Saya tidak tahu apa yang terjadi di dalam karena saya tidak di izinkan masuk. Tetapi Nona keluar dengan mengeluh sakit kepala. Nona juga sempat pingsan saat perjalanan pulang,” jelas Paman Sopir. Aku harus segera bangun untuk menjelaskan pada mereka bahwa aku sudah t

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Ternyata Dia Kakak Iparku

    "Apa yang kau lakukan di sana tadi? Apa kau mengganggu Keyla, lagi? Katakan! Apa kau merundungnya?!" hardik Abizar. Aku mengerjap tak percaya saat Abizar kembali menuduhku tentang Keyla. Aku terkekeh miris. Dari mana datangnya pikiran negatif pemuda itu? “Kamu gila? Tolong sesekali konsultasi ke dokter untuk memeriksa hatimu! Ku rasa benda itu sudah lama rusak makanya kamu tidak bisa melihat hal-hal baik dariku,” seru ku sekalian mengeluarkan uneg-uneg yang sudah ku tahan selama ini. “Kau! Tutup mulutmu!” Abizar meradang. Dia mencengkram bajuku. Aku sampai harus berjinjit karena jika tidak aku bisa tercekik oleh kerah bajuku sendiri. “Le-pash!” sentakku berusaha melepaskan cengkeraman Abizar. “Yang seharusnya konsultasi ke dokter itu kamu! Tidakkah kau sadar betapa jahatnya tindakan mu pada Keyla sebelumnya? Kau selalu mencari kesempatan untuk menyakitinya. Mentang-mentang dapat dukungan dari Paman Wira.” Aku melongo dengan ucapan Abizar. Sejak kapan aku jahat ke Keyla? Kami saj

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Selesaikan!

    Sejak aku tahu bahwa Kak Rangga adalah Kakak Iparku, tiap kali kami bertemu, aku langsung kabur. Aku tak bisa menghadapinya saat ini. Aku malu karena beberapa kali tersipu di depannya. Selain dari itu, aku merasa bersalah saat terakhir kali malah membuat Kak Rangga membahas soal luka bakarnya. ‘Ah, aku tak ingin pulang!’ Ku benamkan wajahku ke meja setelah pelajaran usai. Aku harus memikirkan cara agar tak perlu pulang ke rumah untuk sementara waktu. Bagaimana kalau aku menginap ke rumah Ayah? Segera ku gelengkan kepalaku saat teringat kejadian 2 hari lalu saat aku pulang ke sana. Aku bisa dihajar Ayah lagi kalau menginap di sana. Tak bisa! Aku harus mencari tempat lain untuk menginap! “Keyra!” Aku terjingkat saat Giselle menepuk pundak ku. Giselle malah terkikik melihat reaksi ku yang berlebihan. Ririn juga ikut tertawa saat aku mengelus dada. “Jantungku mau copot gini, kalian malah tertawa!” cibirku kesal. “Maaf! Maaf! Lagian kamu lagi mikiran apa, sih? Kok, dari tadi geleng-g

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22

Bab terbaru

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Bantuan Abizar

    Aku duduk di gazebo kediaman Bimantara, menatap lembaran tugas sastra Inggris yang masih terbengkalai di depanku. Sudah beberapa kali aku membaca kalimat yang sama, namun tetap saja pikiranku tak bisa fokus. Rumor yang terus berkembang di sekolah membuatku lupa dengan tugas ini. Padahal besok jadwal Sastra Inggris dan aku belum menyelesaikan barang 1 paragraf dari tugas. Di tengah kebingunganku, aku mendengar suara langkah kaki mendekat, diikuti oleh suara lembut Tante Sandra. "Tugasmu masih belum selesai, Keyra?" tanyanya dengan nada ringan, ddi tangannya ada segelas minuman herbal. Aku mengangguk, sedikit canggung, sambil mencoba tersenyum. "Iya, Ma. Tugasnya memang sedikit rumit." Tante Sandra duduk di sebelahku, menatap tugas sastra yang kubawa. Kami berbincang sejenak tentang pekerjaan sekolahku, membahas apa yang sulit dan bagaimana cara menyelesaikannya. Tapi saat itu, suara langkah kaki Abizar terdengar dari arah halaman. Tante Sandra tersenyum lebar dan memangg

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Langkah Pertama Melawan

    Aku masih di taman belakang sekolah, mencoba menenangkan diri setelah semua keributan tadi pagi. Namun, pikiran tentang foto itu terus menghantuiku. Siapa yang sebenarnya tega melakukan ini? Meski aku tahu jawabannya, aku belum berani mengatakannya secara langsung.“Cukup dengan tidak mengakui rumor itu. Yang lain pasti tidak akan percaya semudah itu juga. Ayolah Keyra!” Aku bermonolog sendiri untuk menyemangati hatiku yang goyah.Seharusnya aku tak lari bersembunyi seperti sekarang jika ingin membantah rumor yang dituduhkan. Akan tetapi, aku belum ada tenaga untuk kembali berpura-pura ceria.Langkah kaki terdengar mendekat, aku buru-buru menyembunyikan menghapus air mata di pelupuk mataku. Tak lama kemudian Giselle serta Ririn muncul di depanku. Wajah mereka penuh dengan kekhawatiran.“Keyra, kamu gak apa-apa?” Giselle duduk di sampingku, menatapku dengan cemas.Aku menghela napas, mencoba tersenyum meski rasanya sulit. “Aku baik-baik saja, Gis. Hanya… aku harus melakukan sesuatu soa

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Rumor Tersebar

    Hari ini aku sampai di sekolah lebih siang dari biasanya karena tadi malam sulit untuk mataku terpejam. Syukur Tante Sandra datang menggedor pintuku saat waktu sarapan tiba. Jika tidak aku pasti masih terlelap sampai tengah hari.Setelah aku turun dari motor, aku merasa suasananya sedikit berbeda. Ada bisikan-bisikan yang tak biasa dan tatapan aneh yang membuatku tidak nyaman.Saat aku melangkah keluar parkiran, banyak siswa yang menunjuk-nunjuk ke arahku sambil bergosip. Ketika kau ingin mendekat, mereka buru-buru menghindar seolah tak ingin bersentuhan denganku. Aku berdecak pelan lantaran gerombolan para siswa itu menganggu. Saat memasuki koridor, aku mendengar dengan jelas apa yang mereka gosipkan. "Itu dia, Keyra. Kau tahu rumor tentang dia?""Tentu saja. Dia menikah dengan pria buruk rupa. Bayangkan, apa yang dia pikirkan?""Aku dengar pria itu seperti sampah, tak punya masa depan. Benar-benar memalukan."Langkahku terhenti. Kata-kata mereka seperti tamparan di wajahku. Aku m

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Ancaman Keyla

    Aku duduk di bangku belakang sekolah, mencoba menenangkan diri di bawah rindang pohon. Angin siang bertiup lembut, tapi hatiku tetap bergemuruh. Pikiran itu masih menghantuiku. 'Apakah Abizar sudah memeriksa CCTV? Bagaimana jika dia tahu siapa pelakunya? Apa yang akan terjadi setelah itu?' Sangking khawatirnya, aku sampai lari bersembunyi ke halaman belakang ini. Aku sengaja memisahkan diri dari teman-teman sekelas ku agar sejenak dapat menenangkan pikiranku. Tiba-tiba, suara langkah mendekat. Aku mendongak, dan di depanku, berdiri Abizar. Wajahnya dingin, nyaris tanpa ekspresi. Sontak aku berdiri. Tak menyangka dia bisa menemukan diriku di sini. "Kenapa kamu-" "Aku sudah memeriksa CCTV parkiran tadi pagi," ucapnya langsung, tanpa basa-basi. Jantungku mencelos. Kepanikan menyeruak. 'Dia beneran memeriksa CCTV?' Aku mencoba tetap tenang, meski telapak tanganku mulai basah oleh keringat dingin. "Kau… kau sudah memeriksa?" tanyaku, suaraku bergetar. Dia mengangguk pelan. Tat

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Harus Diperiksa!

    Motorku di bawa ke bengkel terdekat. Kami menunggu sekalian agar motor itu bisa langsung dibawa pulang. Aku menunggu sendirian karena dua Kakak Beradik Bimantara tadi pamit ingin mencari makanan. Namun ini sudah hampir 30 menit. Perutku sudah keroncongan karena belum sempat makan. Ah, kami bahkan belum sempat duduk di rumah saat pulang sekolah tadi. Tega sekali mereka meninggalkan ku sebagai jaminan ke Tukang Bengkel tanda bahwa kami benar-benar menunggu. Tak lama kemudian, aku melihat mobil Kak Rangga datang. Mereka keluar dengan membawa beberapa bungkus makanan dan minuman. "Sudah lapar, Dek?" tanya Kak Rangga. "Lapar sekali!" balasku tanpa malu karena asam lambungku sudah naik selama menunggu mereka. Kak Rangga terkekeh pelan. Dia mengambil salah satu burger dan memberikannya padaku. Mataku langsung berbinar. Bau burger itu membuat cacing-cacing di perutku kembali meronta minta di isi. "Makasih Kak!" ujarku sembari menerima burger itu. "Sama-sama! Makan pelan-pelan. Kalau ma

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Paku dalam Ban

    Aku hanya bisa diam, menggigit bibirku cemas sambil mengikuti langkah Kak Rangga yang sudah berjalan keluar rumah. Abidzar, yang tadinya seperti malas berurusan, kini berjalan di belakang Kak Rangga dengan ekspresi datar. Aku memukul pelan lengannya,. "Ngapain ikut, sih? Sana masuk lagi. Kak Rangga masih marah padamu," ujarku sedikit berbisik. "Terserah ku! Buat apa kamu ngatur," balasnya sangat jutek. Aku mendelik galak melihat responnya begitu. Padahal aku sedang khawatir jikalau Kak Rangga marah seperti tadi. Jangan sampai terjadi perang dunia antar dua bersaudara itu. 'Dasar cowok tidak peka!' umpatku dalam hati.Kami akan pergi dengan mobil Kak Rangga. Aku buru-buru mengambil kursi depan agar bisa memisahkan Abizar dari Kak Rangga yang saat ini memegang kendali sopir. Dahi Abizar nampak berkerut tak suka dengan tindakanku. Meski kesal, dia tetap membiarkanku menduduki tempat itu. Sementara Abizar duduk di kursi tengah. Saat Kak Rangga akan menyalakan mesin. Dia menatap taja

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Kesialan apa lagi, ini?

    Setelah sekolah berakhir, aku berjalan menuju tempat parkir, hanya untuk menemukan bahwa ban motorku kempes. Satu-satunya yang bisa aku pikirkan adalah Keyla dan teman-temannya, yang pasti ada di balik kejadian ini.Aku tidak sembarang menuduh. Serius! Soalnya tadi aku sempat melihat dari kejauhan ada seseorang yang berjongkok di sekitar motorku. Saat ingin ku tegur, dia sudah lari masuk ke mobil Keyla yang sudah siap keluar parkiran. "Mungkin dia ingin membalas kejadian tadi siang. Astaga!" Aku mendesah frustasi dan mulai mendorong motor itu mencari bengkel terdekat. Beberapa teman yang mengenalku mencoba memberikan bantuan, namun ku tolak karena tak ingin merepotkan mereka. Sayangnya, keputusanku malah menjadi bumerang untuk diriku sendiri. Tak ada bengkel yang dekat dengan sekolahku. Aku sudah memeriksanya di Google maps, yang paling dekat setidaknya berjarak 3 Km. Saat ingin memeriksa lagi, ponselku malah mati lantaran kehabisan baterai. Aku benar-benar ingin menangis sekarang

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Kesalahanpahaman!

    Siang itu, aku baru saja keluar dari kelas ketika aku melihat siluet yang sangat familier di lorong sekolah. Tingginya, cara dia berdiri dengan tangan diselipkan di saku, semua itu tidak mungkin aku salahkan. "Kak Rangga!" Aku memanggil dengan semangat seolah telah melupakan kejadian yang menimpaku di kelas tadi.Kak Rangga menatapku sambil tersenyum. Dia melambaikan tangan memanggilku. Aku tertegun sejenak, kemudian mempercepat langkahku menuju tempatnya. “Kak! Ngapain di sini?” tanyaku, setengah berbisik, takut menarik perhatian terlalu banyak.Kak Rangga menoleh, tersenyum kecil seperti biasa. “Kakak dengar kemarin kamu terlibat kasus dengan OSIS. Kakak penasaran bagaimana kamu menangani Abidzar sampai setuju, hmm?" kata Kak Rangga dengan nada menggoda. Aku tersenyum malu karena ternyata kasus itu sudah terdengar di telinga Kak Rangga. "Itu, kebetulan yang mereka ganggu salah satu temanku. Makanya aku tidak terima," jelasku. "Bagus! Kakak bangga padamu." Kak Rangga mengelus puc

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Menghindar

    Aku berusaha menenangkan diriku setiap kali melangkah ke sekolah. Aku tahu, semua yang terjadi akan sulit untuk dicegah. Ancaman Keyla yang tak main-main membuatku harus ekstra hati-hati saat di sekolah.Setiap kali aku melihat Abizar, perasaan cemas itu kembali datang. Jika kami terlihat bersama, apalagi di depan banyak orang, bisa saja rumor yang semakin liar itu semakin sulit dikendalikan.Karena itu, aku mulai menghindar. Setiap jam istirahat, aku memilih tempat yang jauh dari keramaian, perpustakaan misalnya, berharap bisa mendapatkan sedikit ketenangan. Namun, sepertinya keberuntunganku tidak berpihak.“Keyra!" Suara Abizar terdengar memanggil dari belakang.Tubuhku menegang. Perpustakaan yang biasanya di am istirahat sepi, malah bertemu dengan orang yang paling tak ingin ku temui di sekolah ."Jangan pedulikan dia, Keyra!" kataku pada diriku sendiri.Aku menunduk mencoba fokus pada buku yang sedang ku baca. Berpura-pura tak mendengar panggilan dari Abizar barusan. Berharap pemu

DMCA.com Protection Status