Share

Penasaran Membawa Petaka

Author: Blue Ice
last update Last Updated: 2024-11-17 00:18:07

Abizar sangat tak masuk akal. Dia menuduh ku sembarang. Kapan aku pernah bertemu dengan pemuda asing itu? Apalagi menghina. Aku sama sekali tak ingat pernah bertemu dengannya.

“Aduh..., kamu nggak salah Abizar? Coba ingat-ingat dulu. Sepertinya itu Keyla bukan aku. Soalnya-”

“Kamu nuduh Keyla?!” berang Abizar.

“Lah, kamu nuduh aku!” Ku balik pernyataannya karena kekesalan ku sudah mencapai puncak.

Wajah Abizar meradang. Namun aku juga tak takut balik menantangnya. Siapa di dunia ini yang mau dituduh akan kesalahan yang tak pernah diperbuatnya? Kami beradu tatap beberapa saat.

Tunggu! Buat apa aku buang-buang waktu untuk meladeninya? Aihhh..., mending aku berangkat sesuai agendaku hari ini. Daripada aku terlambat untuk persiapan jam olahraga.

“Sudahlah. Aku malas berdebat denganmu. Aku harus berangkat sekarang. Bye!” Aku berbalik untuk pergi ke mobil yang sudah siap mengantarku ke sekolah.

Grep!

Lagi! Abizar menahan lenganku. Kedua pelipisku berkedut kesal. Ku hembuskan napas dengan mengepalkan tanganku agar tak langsung memukulnya.

“APA LA-GI?” tanyaku dengan gigi rapat menahan emosi.

“Aku benar-benar memperingati mu, Keyra! Aku tak akan memaafkan kamu jika mengganggu Kak Rangga!” tekan Abizar.

Dih, itu lagi. Aku mengusak rambutku kasar. Sekeras apapun aku mencoba menggali ingatanku, tak ada sedikitpun gambaran mengenai Si Rangga yang disebutkan Abizar.

“Memangnya Kak Rangga itu siapa, sih?” tanyaku pada Abizar.

Bukannya menjawab. Abizar malah menampakkan alisnya yang tertekuk tajam. Salah ya pertanyaanku? Orang beneran nggak tahu, loh!

“Terserahmu, dah!” Aku menyerah adu mulut dengannya. Mau aku membela diri pun dia tak akan percaya.

Ah, kebetulan! Aku juga ingin membicarakan sesuatu dengan Abizar. Mungkin ini waktu yang tepat sebelum aku lupa untuk membahasnya. Sekalian untuk mengalihkan topik barusan.

“Sebelum berangkat, aku ingin membuat kesepakatan denganmu,” ujarku.

Dahi Abizar langsung berkerut. “Maksudmu?” Dia bertanya dengan alis yang tertekuk bingung.

“Aku tidak ingin ada masalah lagi selama di sekolah.”

Saat aku mengutarakan itu, mata Abizar terlihat melebar. Hmn, teringat kejadian buruk yang menimpaku itu, Pak? Bagus jika ingat!

Ku harap dia punya sedikit rasa bersalah karena membiarkan teman-temannya membully ku. Meski itu mustahil, sih.

“Untuk itu, mari kita jalani kehidupan sekolah kita masing-masing. Seperti katamu waktu itu, kita tidak akan saling mengenal selama di sekolah. Lalu ketika kita lulus nanti, kita bisa membicarakan soal perceraian,” jelasku.

“Kamu pikir semudah itu? Jika bukan karena keluargaku menghormati Kakek mu, aku juga tidak akan mau!” sergah Abizar.

Kedua pelipisku berkedut. Belum juga ku jelaskan, anak ini sudah melayangkan protes atas ideku. Aku menarik napas dalam-dalam agar bisa menjelaskan padanya dalam satu tarikan napas.

“Begini ya, Abizar Bimantara. Bukankah dari awal yang kamu inginkan itu Keyla? Masalahnya, Keyla tidak ingin menikah muda karena masalah umur. Maka dari itu, tunggu dia cukup umur baru kalian bisa melangsungkan pernikahan secara sah. Paham?!” terangku dengan sedikit otot berharap dia langsung mengerti.

“Tunggu! Apa kamu bilang tadi?”

Kami menoleh bersamaan ke sumber suara. Pemuda Asing yang Abizar panggil ‘Kak Rangga’ itu melangkah ke arah kami. Abizar langsung mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak denganku.

Kak Rangga menatapku lamat-lamat. Aku tersenyum canggung karena tatapannya membuatku tidak nyaman. Apa dia menonton perdebatan kami? Sungguh memalukan!

“Kamu bukan Keyla?” tanya Pemuda itu.

Aku sedikit terkejut karena pertanyaannya. “I-iya!” jawabku sedikit terbata karena dilanda kebingungan.

“Kalau begitu, kamu..., Keyra?” Kak Rangga terlihat sumringah. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

Yang terjadi selanjutnya membuatku lebih tercengang. Kak Rangga menubruk dan memeluk ku erat sampai rasanya aku bisa sesak napas. Dia juga mengusak rambutku sambil merapal ‘Syukurlah’ berulang kali.

“Kak! Ngapain, sih?” Abizar berusaha menarik Kak Rangga.

Sementara aku, hanya bisa mematung karena bingung dengan situasi yang terjadi. Setelah berhasil memisahkan kami, Abizar segera menarik Kak Rangga pergi. Aku segera menepuk kedua pipiku. Lebih baik sekarang segera kabur ke sekolah sebelum pemuda aneh itu kembali.

.

.

.

“Keyra, awas!”

Aku tersentak saat Giselle meneriaki ku. Saat aku menoleh ternyata ada bola Volly melayang tepat ke arahku. Aku gelagapan ingin menghindar, akan tetapi kakiku malah tak bisa diajak kerja sama. Aku tersandung dan jatuh terduduk. Teman-teman yang lain berteriak karena hampir saja kepalaku terkena smash dari lawan di Net seberang.

“Keyra, kamu nggak papa?” tanya Kevin, ketua Kelasku.

“Nggak papa, kok. Aman!” balas ku dengan mengacungkan jempol.

Padahal jantungku sudah hampir copot karena tak siaga dengan bola Volly. Aku juga menahan malu lantaran tak fokus saat disuruh adu tanding untuk mendapatkan point.

“Ya sudah. Lebih baik kamu istirahat sana. Aku khawatir kamu kena bola nanti,” saran Kevin.

Lantaran tidak ingin membuat masalah lagi, aku memilih untuk keluar dari lapangan. Giselle segera menghampiriku.

“Kamu nggak papa? Mikirin apa, sih? Kok keliatannya nggak fokus hari ini,” omel Giselle.

“Iya. Padahal kamu main Volly-nya udah bagus. Cuma beberapa kali kamu nggak fokus. Apa ada masalah Key?” ujar ku teman ku yang bernama Ririn.

“Hehehe..., maaf ya. Aku beneran nggak papa, kok. Cuma emang lagi nggak fokus aja.”

Sebenarnya aku kepikiran masalah tadi pagi. Aku masih penasaran dengan tuduhan Abizar padaku. Belum lagi sikap Kak Rangga yang berubah 180 derajat saat tahu namaku.

Aduh..., karena rasa penasaranku itu, aku sampai membuat kesalahan di pelajaran olahraga. Aku memutuskan untuk pergi ke kamar mandi agar bisa menyegarkan pikiranku.

Sialnya, saat melewati koridor aku melihat Abizar dan Keyla yang berjalan dari arah berlawanan. Di belakang mereka juga ada dua gadis yang sempat menindasku beberapa hari yang lalu.

Aku ingin berbalik menghindari mereka. Namun kemudian aku beprikir untuk apa aku takut? Selama aku tidak berurusan dengan Abizar, mereka juga tidak akan menggangguku, kan? Jadi ku teruskan saja perjalananku ke kamar mandi.

“Ah, Keyra!” panggil Keyla saat kami berpas-pasan.

Aduh, apalagi sih? Dua gadis di belakang Keyla juga langsung siaga. Mereka melayangkan tatapan penuh ancaman padaku. Sebisa mungkin aku menghindar untuk menatap Abizar agar mereka tidak salah paham.

“Tunggu ya, Ketua!” ujar keyla lalu menarikku untuk sedikit menjauh dari gerombolan OSIS.

Aku sedikit bernapas lega karena menjauh dari Abizar. Meskipun aku masih bisa merasakan tatapan menusuk dari dua gadis teman Keyla. Nampaknya mereka waspada saat aku berdekatan dengan Keyla.

“Ada apa?” tanyaku.

Keyla memperhatikan sekitar sebelum mendekatkan tubuhnya padaku. Gelagatnya seperti ingin mengatakan suatu rahasia saja. “Nanti pulang bersamaku. Papa yang minta!” bisik Keyla.

Dahiku langsung berkerut. Pria yang sudah membuang anaknya ke keluarga Bimantara itu memintaku pulang? Ada apa? Aku merasakan firasat buruk mengenai hal ini.

Related chapters

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Pulang Ke Rumah Ayah

    Seperti kata Keyla sebelumnya, aku harus pulang ke rumah Ayah. Saat menunggu Keyla di parkiran, aku malah bertemu dengan Abizar yang kebetulan memarkirkan mobilnya di sebelah mobil Keyla. Mata Abizar memicing tajam karena kehadiranku di sana. Pasti dia bersiap mengomeliku karena dipikirnya ingin mengganggu Keyla. Aku mengisyaratkan kepada Abizar dengan gelengan saat pemuda itu ingin menghampiriku. Namun yang namanya Abizar, dia tak mengindahkan kode dariku. “Mau apa kamu di sebelah mobil Keyla?” tanya Abizar. Aku berdecak pelan sambil mendelik kesal padanya. Ku lihat sekeliling takut ada yang memergoki kami lagi. Terutama dua gadis yang sudah masuk dalam daftar hitam milikku. “Pergi sana! Aku di sini cuma mau menunggu Keyla. Dia bilang, Ayah memintaku untuk pulang!” beberku dengan sedikit berbisik. Akan tetapi wajah Abizar semakin tak enak dipandang. Dengan wajah yang tertekuk seolah tak percaya dengan kata-kataku. “Aku serius, Abizar! Keyla yang memintaku untuk menunggu agar ka

    Last Updated : 2024-11-18
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Sakit Kepala Yang Menyiksa

    Aku ingin segera meninggalkan rumah ini. Udara di sini rasanya semakin sedikit. Membuat dadaku sesak saja. Apalagi setelah mendengar permintaan Ayah tadi. Duh, ku gelengkan kepalaku karena tak pernah terpikir olehku bahwa Ayah akan memanfaatkan statusku untuk membujuk Ayah Mertua. Sudah ku duga, sejak awal pernikahan ini memang hanya berlandaskan bisnis saja. Selain hubungan persahabatan antar Kakek, keluarga Bimantara dan Sanjaya adalah kolega bisnis. Bisa jadi malah rival nama perusahaan mereka sama-sama besar. “Lebih baik aku segera pulang!” putusku karena tidak mau memusingkan masalah kedua keluarga ini. Saat ini aku menyesali keputusanku untuk ikut Ayah ke Kota. Tidak hanya paksaan pernikahan yang tak masuk akal, Ayah juga masih ingin memanfaatkan aku untuk kepentingan bisnisnya. Tak bisa! Aku harusnya kabur dari sini. “Keyra, berhenti di situ!” Ayah berteriak sewaktu aku akan menuruni tangga. Aku berhenti sebentar dengan menoleh ke Ayah. “Apalagi, Yah? Sudah ku bilang, aku

    Last Updated : 2024-11-19
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Aku Tidak Apa-apa!

    Kesadaranku perlahan kembali saat ku rasakan mobil sudah berhenti. Aku ingin membuka mata namun rasanya sangat berat. Seolah-olah aku kehilangan seluruh tenagaku. Jadi, ku putuskan untuk tetap diam untuk menghemat tenagaku yang tersisa. Sayup-sayup ku dengar ada percakapan di luar mobil. Ku dengar ada suara Paman Sopir sedang menjelaskan situasi mengenai kondisiku saat ini. Ah, apa Paman akan dimarahi? “Kenapa lama sekali?” Ini suara Abizar. Aku bisa membayangkan dia mengatakan itu dengan bersedekap dada. Heh, sikapnya sombong seperti biasa. “Maaf Tuan Muda. Nona mendapat sedikit masalah di sana. Nona-” “Apa yang terjadi padanya?” Ku tajamkan pendengaran ku karena merasa suara ini masih cukup asing untuk ku. “Saya tidak tahu apa yang terjadi di dalam karena saya tidak di izinkan masuk. Tetapi Nona keluar dengan mengeluh sakit kepala. Nona juga sempat pingsan saat perjalanan pulang,” jelas Paman Sopir. Aku harus segera bangun untuk menjelaskan pada mereka bahwa aku sudah t

    Last Updated : 2024-11-20
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Ternyata Dia Kakak Iparku

    "Apa yang kau lakukan di sana tadi? Apa kau mengganggu Keyla, lagi? Katakan! Apa kau merundungnya?!" hardik Abizar. Aku mengerjap tak percaya saat Abizar kembali menuduhku tentang Keyla. Aku terkekeh miris. Dari mana datangnya pikiran negatif pemuda itu? “Kamu gila? Tolong sesekali konsultasi ke dokter untuk memeriksa hatimu! Ku rasa benda itu sudah lama rusak makanya kamu tidak bisa melihat hal-hal baik dariku,” seru ku sekalian mengeluarkan uneg-uneg yang sudah ku tahan selama ini. “Kau! Tutup mulutmu!” Abizar meradang. Dia mencengkram bajuku. Aku sampai harus berjinjit karena jika tidak aku bisa tercekik oleh kerah bajuku sendiri. “Le-pash!” sentakku berusaha melepaskan cengkeraman Abizar. “Yang seharusnya konsultasi ke dokter itu kamu! Tidakkah kau sadar betapa jahatnya tindakan mu pada Keyla sebelumnya? Kau selalu mencari kesempatan untuk menyakitinya. Mentang-mentang dapat dukungan dari Paman Wira.” Aku melongo dengan ucapan Abizar. Sejak kapan aku jahat ke Keyla? Kami saj

    Last Updated : 2024-11-21
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Selesaikan!

    Sejak aku tahu bahwa Kak Rangga adalah Kakak Iparku, tiap kali kami bertemu, aku langsung kabur. Aku tak bisa menghadapinya saat ini. Aku malu karena beberapa kali tersipu di depannya. Selain dari itu, aku merasa bersalah saat terakhir kali malah membuat Kak Rangga membahas soal luka bakarnya. ‘Ah, aku tak ingin pulang!’ Ku benamkan wajahku ke meja setelah pelajaran usai. Aku harus memikirkan cara agar tak perlu pulang ke rumah untuk sementara waktu. Bagaimana kalau aku menginap ke rumah Ayah? Segera ku gelengkan kepalaku saat teringat kejadian 2 hari lalu saat aku pulang ke sana. Aku bisa dihajar Ayah lagi kalau menginap di sana. Tak bisa! Aku harus mencari tempat lain untuk menginap! “Keyra!” Aku terjingkat saat Giselle menepuk pundak ku. Giselle malah terkikik melihat reaksi ku yang berlebihan. Ririn juga ikut tertawa saat aku mengelus dada. “Jantungku mau copot gini, kalian malah tertawa!” cibirku kesal. “Maaf! Maaf! Lagian kamu lagi mikiran apa, sih? Kok, dari tadi geleng-g

    Last Updated : 2024-11-22
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Kerja Sama?

    Aku menatap jam di layar ponsel. Sudah jam 3 sore, namun belum ada tanda-tanda Kak Rangga pulang. Aduh, bisa gawat kalau Abizar pulang duluan sebelum Kak Rangga. Rencanaku pasti akan gagal.“Semoga mobilnya bocor di jalan atau ada kegiatan sampai malam gitu. Semoga dia tidak pulang cepat! Tolong buat dia pulang terlambat!” rapalku dengan menutup mata dan menangkup tangan di atas kepala.Kali ini aku bersungguh-sungguh meminta ke Tuhan. Jika aku gagal dalam misi kali ini, aku tidak tahu apalagi yang akan Ayah lakukan. Chessh!Aku terkesiap saat pipiku mendadak ditempeli benda dingin. Sontak saja aku mendongak untuk melihat pelakunya. Ternyata itu Kak Rangga! Mataku langsung berbinar melihat penyelamatku datang.“Baru tiba, Kak?” Aku berseru sambil melompat dari sofa.Kak Rangga menaikkan satu alisnya. Dia menatapku aneh karena aku terlalu sumringah untuk menyambutnya. Aku saat ini terlampau senang karena Kak Rangga pulang duluan sebelum Abizar. “Iya, Kakak baru sampai rumah. Nih, min

    Last Updated : 2024-11-24
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Proposal Diterima!

    Aku mengetik cepat di laptop, mencoba menyempurnakan proposal sesuai masukan Abizar. Jari-jariku terasa kaku, bukan karena lelah, tapi karena tekanan. Di belakangku, dia berdiri seperti bayangan yang tidak pernah lepas, dengan tangan terlipat dan tatapan tajamnya menembus layar.“Gimana?” Aku menunjuk bagian rencana keuangan yang baru saja kusesuaikan. Suaraku terdengar sedikit ragu.Abizar melangkah mendekat, matanya meneliti angka-angka yang kutampilkan. “Laporan biaya operasionalnya nggak realistis,” katanya dengan nada datar tapi menusuk. “Angka ini terlalu kecil untuk skala proyek sebesar itu. Ulangi lagi.”Aku menarik napas panjang, mencoba menahan diri agar tidak meledak. Tanganku kembali mengetik, meski kali ini gerakannya lebih keras, hampir seperti aku sedang memukul keyboard.“Kamu tahu nggak, aku sebenarnya bisa saja menolak melakukan ini?” gumamku sambil mengetik. “Tapi aku tetap berusaha, karena aku mau ini selesai.”Tanpa menoleh, Abizar menjawab dengan nada yang membua

    Last Updated : 2024-11-25
  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Perkara Motor

    Hari itu, ruang keluarga terasa lebih hangat dari biasanya, meski aku berdiri canggung di dekat sofa tempat Kak Rangga duduk. Mataku bolak-balik mengamati ruangan, mencoba menghindari tatapan siapa pun, terutama Abizar, yang duduk dengan wajah datar di sudut lain.“Sebagai apresiasi atas kerja keras Keyra dalam menyelesaikan proposal itu, Kakak ingin memberikan hadiah,” suara Kak Rangga memecah keheningan, membuatku reflek menoleh.Aku langsung mengerutkan kening. “Hadiah? Untuk apa, Kak? Aku cuma bantu sedikit…”“Sedikit?” Kak Rangga terkekeh pelan, seperti biasa, santai tapi tegas. “Kalau bukan karena kerja sama kalian, proposal itu tidak akan pernah Kakak terima. Lagipula, ini sekalian hadiah pernikahan kamu dan Abizar. Kakak merasa belum memberikan apa-apa untuk kalian.”Perkataannya membuatku semakin salah tingkah. Ternyata Kak Rangga sudah tahu mengenai hubunganku dengan Abizar. Namun aku mencoba mengendalikan eskprsinya dan menolak tawaran

    Last Updated : 2024-11-26

Latest chapter

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Bantuan Abizar

    Aku duduk di gazebo kediaman Bimantara, menatap lembaran tugas sastra Inggris yang masih terbengkalai di depanku. Sudah beberapa kali aku membaca kalimat yang sama, namun tetap saja pikiranku tak bisa fokus. Rumor yang terus berkembang di sekolah membuatku lupa dengan tugas ini. Padahal besok jadwal Sastra Inggris dan aku belum menyelesaikan barang 1 paragraf dari tugas. Di tengah kebingunganku, aku mendengar suara langkah kaki mendekat, diikuti oleh suara lembut Tante Sandra. "Tugasmu masih belum selesai, Keyra?" tanyanya dengan nada ringan, ddi tangannya ada segelas minuman herbal. Aku mengangguk, sedikit canggung, sambil mencoba tersenyum. "Iya, Ma. Tugasnya memang sedikit rumit." Tante Sandra duduk di sebelahku, menatap tugas sastra yang kubawa. Kami berbincang sejenak tentang pekerjaan sekolahku, membahas apa yang sulit dan bagaimana cara menyelesaikannya. Tapi saat itu, suara langkah kaki Abizar terdengar dari arah halaman. Tante Sandra tersenyum lebar dan memangg

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Langkah Pertama Melawan

    Aku masih di taman belakang sekolah, mencoba menenangkan diri setelah semua keributan tadi pagi. Namun, pikiran tentang foto itu terus menghantuiku. Siapa yang sebenarnya tega melakukan ini? Meski aku tahu jawabannya, aku belum berani mengatakannya secara langsung.“Cukup dengan tidak mengakui rumor itu. Yang lain pasti tidak akan percaya semudah itu juga. Ayolah Keyra!” Aku bermonolog sendiri untuk menyemangati hatiku yang goyah.Seharusnya aku tak lari bersembunyi seperti sekarang jika ingin membantah rumor yang dituduhkan. Akan tetapi, aku belum ada tenaga untuk kembali berpura-pura ceria.Langkah kaki terdengar mendekat, aku buru-buru menyembunyikan menghapus air mata di pelupuk mataku. Tak lama kemudian Giselle serta Ririn muncul di depanku. Wajah mereka penuh dengan kekhawatiran.“Keyra, kamu gak apa-apa?” Giselle duduk di sampingku, menatapku dengan cemas.Aku menghela napas, mencoba tersenyum meski rasanya sulit. “Aku baik-baik saja, Gis. Hanya… aku harus melakukan sesuatu soa

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Rumor Tersebar

    Hari ini aku sampai di sekolah lebih siang dari biasanya karena tadi malam sulit untuk mataku terpejam. Syukur Tante Sandra datang menggedor pintuku saat waktu sarapan tiba. Jika tidak aku pasti masih terlelap sampai tengah hari.Setelah aku turun dari motor, aku merasa suasananya sedikit berbeda. Ada bisikan-bisikan yang tak biasa dan tatapan aneh yang membuatku tidak nyaman.Saat aku melangkah keluar parkiran, banyak siswa yang menunjuk-nunjuk ke arahku sambil bergosip. Ketika kau ingin mendekat, mereka buru-buru menghindar seolah tak ingin bersentuhan denganku. Aku berdecak pelan lantaran gerombolan para siswa itu menganggu. Saat memasuki koridor, aku mendengar dengan jelas apa yang mereka gosipkan. "Itu dia, Keyra. Kau tahu rumor tentang dia?""Tentu saja. Dia menikah dengan pria buruk rupa. Bayangkan, apa yang dia pikirkan?""Aku dengar pria itu seperti sampah, tak punya masa depan. Benar-benar memalukan."Langkahku terhenti. Kata-kata mereka seperti tamparan di wajahku. Aku m

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Ancaman Keyla

    Aku duduk di bangku belakang sekolah, mencoba menenangkan diri di bawah rindang pohon. Angin siang bertiup lembut, tapi hatiku tetap bergemuruh. Pikiran itu masih menghantuiku. 'Apakah Abizar sudah memeriksa CCTV? Bagaimana jika dia tahu siapa pelakunya? Apa yang akan terjadi setelah itu?' Sangking khawatirnya, aku sampai lari bersembunyi ke halaman belakang ini. Aku sengaja memisahkan diri dari teman-teman sekelas ku agar sejenak dapat menenangkan pikiranku. Tiba-tiba, suara langkah mendekat. Aku mendongak, dan di depanku, berdiri Abizar. Wajahnya dingin, nyaris tanpa ekspresi. Sontak aku berdiri. Tak menyangka dia bisa menemukan diriku di sini. "Kenapa kamu-" "Aku sudah memeriksa CCTV parkiran tadi pagi," ucapnya langsung, tanpa basa-basi. Jantungku mencelos. Kepanikan menyeruak. 'Dia beneran memeriksa CCTV?' Aku mencoba tetap tenang, meski telapak tanganku mulai basah oleh keringat dingin. "Kau… kau sudah memeriksa?" tanyaku, suaraku bergetar. Dia mengangguk pelan. Tat

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Harus Diperiksa!

    Motorku di bawa ke bengkel terdekat. Kami menunggu sekalian agar motor itu bisa langsung dibawa pulang. Aku menunggu sendirian karena dua Kakak Beradik Bimantara tadi pamit ingin mencari makanan. Namun ini sudah hampir 30 menit. Perutku sudah keroncongan karena belum sempat makan. Ah, kami bahkan belum sempat duduk di rumah saat pulang sekolah tadi. Tega sekali mereka meninggalkan ku sebagai jaminan ke Tukang Bengkel tanda bahwa kami benar-benar menunggu. Tak lama kemudian, aku melihat mobil Kak Rangga datang. Mereka keluar dengan membawa beberapa bungkus makanan dan minuman. "Sudah lapar, Dek?" tanya Kak Rangga. "Lapar sekali!" balasku tanpa malu karena asam lambungku sudah naik selama menunggu mereka. Kak Rangga terkekeh pelan. Dia mengambil salah satu burger dan memberikannya padaku. Mataku langsung berbinar. Bau burger itu membuat cacing-cacing di perutku kembali meronta minta di isi. "Makasih Kak!" ujarku sembari menerima burger itu. "Sama-sama! Makan pelan-pelan. Kalau ma

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Paku dalam Ban

    Aku hanya bisa diam, menggigit bibirku cemas sambil mengikuti langkah Kak Rangga yang sudah berjalan keluar rumah. Abidzar, yang tadinya seperti malas berurusan, kini berjalan di belakang Kak Rangga dengan ekspresi datar. Aku memukul pelan lengannya,. "Ngapain ikut, sih? Sana masuk lagi. Kak Rangga masih marah padamu," ujarku sedikit berbisik. "Terserah ku! Buat apa kamu ngatur," balasnya sangat jutek. Aku mendelik galak melihat responnya begitu. Padahal aku sedang khawatir jikalau Kak Rangga marah seperti tadi. Jangan sampai terjadi perang dunia antar dua bersaudara itu. 'Dasar cowok tidak peka!' umpatku dalam hati.Kami akan pergi dengan mobil Kak Rangga. Aku buru-buru mengambil kursi depan agar bisa memisahkan Abizar dari Kak Rangga yang saat ini memegang kendali sopir. Dahi Abizar nampak berkerut tak suka dengan tindakanku. Meski kesal, dia tetap membiarkanku menduduki tempat itu. Sementara Abizar duduk di kursi tengah. Saat Kak Rangga akan menyalakan mesin. Dia menatap taja

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Kesialan apa lagi, ini?

    Setelah sekolah berakhir, aku berjalan menuju tempat parkir, hanya untuk menemukan bahwa ban motorku kempes. Satu-satunya yang bisa aku pikirkan adalah Keyla dan teman-temannya, yang pasti ada di balik kejadian ini.Aku tidak sembarang menuduh. Serius! Soalnya tadi aku sempat melihat dari kejauhan ada seseorang yang berjongkok di sekitar motorku. Saat ingin ku tegur, dia sudah lari masuk ke mobil Keyla yang sudah siap keluar parkiran. "Mungkin dia ingin membalas kejadian tadi siang. Astaga!" Aku mendesah frustasi dan mulai mendorong motor itu mencari bengkel terdekat. Beberapa teman yang mengenalku mencoba memberikan bantuan, namun ku tolak karena tak ingin merepotkan mereka. Sayangnya, keputusanku malah menjadi bumerang untuk diriku sendiri. Tak ada bengkel yang dekat dengan sekolahku. Aku sudah memeriksanya di Google maps, yang paling dekat setidaknya berjarak 3 Km. Saat ingin memeriksa lagi, ponselku malah mati lantaran kehabisan baterai. Aku benar-benar ingin menangis sekarang

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Kesalahanpahaman!

    Siang itu, aku baru saja keluar dari kelas ketika aku melihat siluet yang sangat familier di lorong sekolah. Tingginya, cara dia berdiri dengan tangan diselipkan di saku, semua itu tidak mungkin aku salahkan. "Kak Rangga!" Aku memanggil dengan semangat seolah telah melupakan kejadian yang menimpaku di kelas tadi.Kak Rangga menatapku sambil tersenyum. Dia melambaikan tangan memanggilku. Aku tertegun sejenak, kemudian mempercepat langkahku menuju tempatnya. “Kak! Ngapain di sini?” tanyaku, setengah berbisik, takut menarik perhatian terlalu banyak.Kak Rangga menoleh, tersenyum kecil seperti biasa. “Kakak dengar kemarin kamu terlibat kasus dengan OSIS. Kakak penasaran bagaimana kamu menangani Abidzar sampai setuju, hmm?" kata Kak Rangga dengan nada menggoda. Aku tersenyum malu karena ternyata kasus itu sudah terdengar di telinga Kak Rangga. "Itu, kebetulan yang mereka ganggu salah satu temanku. Makanya aku tidak terima," jelasku. "Bagus! Kakak bangga padamu." Kak Rangga mengelus puc

  • Suami Giveaway dari Kembaran Ku    Menghindar

    Aku berusaha menenangkan diriku setiap kali melangkah ke sekolah. Aku tahu, semua yang terjadi akan sulit untuk dicegah. Ancaman Keyla yang tak main-main membuatku harus ekstra hati-hati saat di sekolah.Setiap kali aku melihat Abizar, perasaan cemas itu kembali datang. Jika kami terlihat bersama, apalagi di depan banyak orang, bisa saja rumor yang semakin liar itu semakin sulit dikendalikan.Karena itu, aku mulai menghindar. Setiap jam istirahat, aku memilih tempat yang jauh dari keramaian, perpustakaan misalnya, berharap bisa mendapatkan sedikit ketenangan. Namun, sepertinya keberuntunganku tidak berpihak.“Keyra!" Suara Abizar terdengar memanggil dari belakang.Tubuhku menegang. Perpustakaan yang biasanya di am istirahat sepi, malah bertemu dengan orang yang paling tak ingin ku temui di sekolah ."Jangan pedulikan dia, Keyra!" kataku pada diriku sendiri.Aku menunduk mencoba fokus pada buku yang sedang ku baca. Berpura-pura tak mendengar panggilan dari Abizar barusan. Berharap pemu

DMCA.com Protection Status