Soraya agak kesal dengan pertanyaan wanita itu. Untuk apa mempertanyakan kerinduan terhadap suami orang. Percaya diri sekali wanita itu."Rindu?" tanya Damar."Iya," ucap Wanita itu."Aku tidak bisa merindukan wanita lain selain istriku," jawab Damar.Soraya merasa lega atas jawaban Damar. Tapi Tisya masih tidak percaya dengan ucapan Damar karena bisa jadi dia berbohong."Damar, bukankah kamu dulu mencintaiku, padahal kamu berjanji akan menungguku kembali," ucap Tisya sambil mengelap air matanya."Itu dulu, tapi kamu lebih memilih untuk mengejar mimpimu di luar negeri. jadi mulai saat itu aku dan kamu tidak memiliki hubungan apapun. Bukankah di luar negeri kamu sudah mempunyai seorang kekasih dan menikah di sana. Jadi aku sudah tidak bisa lagi mencintaimu," jawab Damar.Sungguh tidak tahu malu Tisya ini. Sudah menikah di luar negeri tahu-tahu kembali ke negara asal dan datang ke rumah mantan kekasih yang dulu dia tinggalkan."Apa karena wanita itu?" tanya Tisya. "Kalau hanya melahirka
Damar menatap Soraya tajam, namun Soraya tak dapat memastikan apa yang ada di pikiran Damar saat ini."Tidak sering tapi pernah," ucap Damar."Tapi dia seperti sudah biasa masuk rumah ini, dia menganggap diri sendiri sebagai tuan rumah," jawab Soraya.Damar terdiam lalu setelah Soraya duduk di ranjang kamarnya. Damar juga ikut duduk disampingnya lalu mulai sedikit berbicara."Dia teman kecilku, kami tumbuh bersama. Dia sering datang ke rumah keluarga, bukan rumahku sendiri yang ini," ucap Damar."Rumah yang ditempati mama?" tanya Soraya."Iya, ada kakek juga. Kamu jangan marah, ya. Dia sudah memilih pergi ke luar negeri saat itu dan menikah dengan pria lain di sana," jawab Damar.Soraya mengerti sekarang. Wanita itu adalah kekasih sejak kecil Damar. Mungkin mereka tumbuh bersama dan saling mengejar mimpi saat dewasa, atau bisa saja Damar memiliki cinta yang bertepuk sebelah tangan."Damar, kamu mencintainya pada saat kecil tidak?" tanya Soraya."Iya, tapi itu dulu. Sekarang ada kamu,
Soraya mengangguk, sepertinya memang Soraya harus ikut Damar ke perusahaan. Bisa jadi saat di rumah ada seorang pengkhianat yang memuluskan rencana Tisya untuk menyakiti Soraya."Baik, ayo jalan. Aku memang butuh refreshing," ucap Soraya."Dandanan yang cantik,". ucap Damar lalu mengecup kening Soraya."Baiklah," balas Soraya bersemangat.Tapi saat Soraya sudah berganti pakaian dan juga berada di depan cermin. Soraya merasa mual saat melihat perlengkapan kosmetiknya. Entah apa yang terjadi, yang jelas Soraya tidak bisa mendekat ke kosmetiknya."Kenapa?" tanya Damar sambil memijat lembut pundak Soraya."Tidak apa-apa, aku hanya ingin berdandan tapi aku tidak bisa melakukan itu," balas Soraya."Tidak usah dipaksakan, mungkin pengaruh hormon kehamilanmu. Ayo berangkat, senyaman kamu saja, sayangku," ucap Damar."Tapi aku takut membuatmu malu," balas Soraya."Tidak," ucap Damar."Kamu tetap cantik apapun keadaannya. Kamu sedang mengandung calon anakku jadi aku tetap akan menerimamu apa ad
"Kenapa kamu melihatku seperti itu, Damar?" tanya Tisya sambil menyibak rambutnya.Damar semakin kuat menggenggam tangan Soraya. Dia tidak ingin terpancing amarah oleh Tisya."Kenapa ekpresimu seperti itu Damar?" tanya Nyonya Margaret."Mungkin Damar terkejut melihat kedatangan ku, Tante," tanya Tisya."Oh, iya. Kalian memang sudah lama tidak bertemu. Wajah saja Damar kaget melihatmu," ucap Nyonya Margaret.Nyonya Margaret mendekat ke arah Soraya dan duduk di sampingnya. Soraya menyalaminya dengan hormat seperti biasa dan Nyonya Margaret memeluknya penuh kasih sayang seperti biasanya juga. Pemandangan ini membuat Tisya penasaran sekaligus terkejut. Kenapa Nyonya Margaret bisa tenang dan tidak jijik dengan Soraya yang merupakan wanita dari kalangan biasa."Soraya, perkenalkan dia, Tisya. Teman Damar sejak kecil. Tapi kamu tidak perlu khawatir, Tisya sudah mempunyai suami," ucap Nyonya Margaret."I-ya, Ma. Aku sudah melihatnya tadi pagi. Dia membuatku terkejut karena tiba-tiba ada di da
Tisya menangis seolah dia yang tersakiti. Dia sangat pandai berdamai. Soraya jadi merasa hidupnya dipenuhi dengan drama air mata dari perempuan-perempuan yang sakit hati karena melihat sisi enaknya saja kehidupan Soraya. Lalu ada lagi wanita dari masa lalu Damar yang datang memainkan Drama perjanjian mereka dimasa kecil belum usai."Bangunlah, orang bisa salah paham melihatmu begini," perintah Nyonya Margaret."Tidak Tante, aku akan tetap seperti ini sampai mendapatkan jawaban yang tepat," ucap Tisya."Jawaban apa yang kamu maksud dan inginkan. Status kita sudah jelas berbeda untuk saat ini. Kamu seorang istri dari pengusaha kaya raya asal luar negeri yang kamu banggakan. Dan aku sudah menjadi suami dari seorang wanita yang aku cintai," balas Damar."Apa benar wanita itu mencintaimu dengan tulus. Aku yakin dia hanya mencintai hartamu saja, saat ini memang belum ketahuan tapi kedepannya pasti akan ketahuan sifat buruknya yang serakah akan hartamu," ucap Tisya.Soraya tersenyum saja me
Soraya menghela nafas panjang, ada-ada saja masalah yang datang saat dia sedang mengandung. "Jangan khawatir, mama akan menekan keluarga Tisya agar tidak berani menyakitimu," ucap Bu Margaret."Bagaimana kalau dia menggunakan kekuatan suaminya?" tanya Soraya."Keluarga suaminya kekuatannya di luar negeri tapi tidak punya kuasa apapun di dalam negeri, jadi kamu tidak usah khawatir," jawab Bu Margaret."Untuk berjaga-jaga aku juga akan memastikan suaminya tidak akan ikut campur dalam perkara ini," tegas Damar.Hal ini membuat Soraya lega, untung saja mertua dan suaminya banyak membantu dan melindunginya. Saat sudah melahirkan nanti lalu tubuhnya sudah sepenuhnya pulih, dia ingin belajar bela diri untuk melindungi dirinya sendiri. Soraya harus banyak belajar strategi melawan musuh yang mengincarnya agar tidak merepotkan suami terus."Apa yang kamu pikirkan sampai melamun sepeti itu," ucap Bu Margaret."Ah tidak apa-apa, hanya ingin mempelajari trik trik menang dari orang yang menghinaku
Ayah dari Tisya sangat kesal karena istrinya sangat tidak peka dengan apa yang dikatakan oleh Bu Margaret. Padahal dia sudah jelas mengatakan tidak akan memberikan bantuan keuangan lagi, dengan pembayaran hutang yang buruk mana ada yang akan memberikan pinjaman selain keluarga Huang. "Dasar bodoh, mengurus anak saja tidak becus. Untuk apa aku harus membela putri yang durhaka dan membuatku terhimpit kesusahan seperti ini," balas Ayah Tisya. "A-yah," ucap Tisya terbata sambil melihat ke arah Ayahnya namun setelahnya dia menundukkan pandangan sedih. Ibunya Tisya mengerutkan kening, menggertakkan gigi merasa kesal tidak bisa melakukan apapun demi melindungi putrinya. "Dengarkan kata-kata ayahmu dulu, minta maaflah. Baru kita pikirkan langkah selanjutnya," bisik Ibunya Tisya. "Baik," ucap Tisya sambil menggerutu kesal. Tisya akhirnya meminta maaf kepada Soraya dan juga Damar. Walau hatinya merasa dia tak pantas melakukan itu dihadapan wanita yang dia anggap rendahan itu tetapi demi m
Tisya menggigit ujung kuku jarinya. "Lebih kaya apanya, ternyata dia hanya seorang pembohong yang mengaku kaya, setiap hari hobinya mabuk-mabukkan dan bermain perempuan," ucap Tisya dalam hatinya."Kenapa ekpresi wajahmu seperti itu. Apakah kamu membohongi kami?" tanya Ayah Tisya."Tidak, suamiku sangat kaya, aku akan meminta bantuannya," ucap Tisya menipu ayahnya. Tentu saja dia akan malu kalau jujur tentang keadaannya saat ini.Mereka melanjutkan makan siang, karena sudah lega dengan jawaban Risya yang suaminya ternyata sangat kaya melebihi Damar. Kalau begitu mungkin mereka bisa membalas dendam atas penghinaan yang keluarga Damar lakukan."Lekas kamu minta suamimu untuk membantu keuangan pada keluarga kita yang hampir bangkrut," ucap Ayah Tisya."Dasar ayah mata duitan, bisa-bisanya dia meminta uang pada suamiku. Bukannya dia yang berusaha mencari uang kenapa dia harus selalu meminta uang pada anaknya," gumam Tisya dalam hati."Ayahmu benar loh, kamu harus jadi anak yang berbakti.