Siapa yang akan percaya dengan omongan Sabrina tukang buat onar itu. Damar menggelengkan kepalaya pelan, mencari cara untuk mengusir Sabrina keluar dari rumahnya.“Sudah aku bilang, aku akan menemani istriku pulang ke rumah besok,” ucap Damar dengan tegas.“Ta-pi, ayahku sakit, tidak bisakah hari ini saja?” tanya Sabrina sambil berlinang air mata.“Tidak!” seru Damar.Dua orang bodyguard berbadan kekar masuk ke dalam rumah, mereka membawa paksa keluar Sabrina, walaupun dia meronta dan berteriak tidak ingin pergi, dua bodyguard itu tetap tidak bergeming. Mereka melempar Sabrina keluar gerbang lalu menutup pintu gerbang.Sabrina juga melihat jasa kebersihan yang bisa dipanggil ke rumah datang masuk rumah mewah itu. Sofa yang tadi diduduki Sabrina tampak keluar dari rumah itu dan dibuang.“Apa maksudnya ini?” teriak Sabrina dari luar gerbang.“Maksudnya adalah barang yang pernah tersentuh oleh wanita kotor sepertimu akan dibuang oleh majikanku!” seru Satpam yang ada di pos jaga.“Sial!”
Pak Kwong seperti orang bengong pasalnya memang dia segar bugar tak sakit sama sekali."Apa yang kamu katakan!" seru Pak Kwong dengan nada tinggi "Aku ke sini karena mendengar kabar kalau Ayah sakit," jawab Soraya.Ketiga orang yang ada di ruang makan itu saling pandang. Mereka sedang menyusun rencana lagi untuk meyakinkan Soraya dan Damar bahwa Pak Kwong betulan sakit."Kurang ajar, kamu mendoakan aku sakit lalu mati, hah!" bentak Pak Kwong."Tanya saja sama istri, anak dan menantimu. Mereka yang mengabari kami kalau Anda sakit," ucap Damar kesal.Bu Amber langsung merangkul suaminya, dia membisikkan kata kata entah apa ke telinga Pak Kwong. "Uhuk," Pak Kwong pura pura batuk setelahnya. Soraya dan Damar saling tatap, mereka sudah malas meladeni kebohongan keluarga Kwong. Entah mereka ini merencanakan apa lagi."Soraya, apa kamu tidak merindukan ayah?" tanya Pak Kwong."Padahal ayah tadi seperti tidak suka dengan kedatanganku. Soal kerinduan aku memang rindu, tapi ayah dan ibu bukan
Sabrina yang pandai bersandiwara itu langsung duduk di bangku dan menangis. Damar menatapnya nanar apa lagi yang diinginkan oleh wanita penuh trik licik ini.“Kak, begitu buruk kah aku di matamu?” tanya Sabrina sambil mengusap air matanya.“Tega sekali kamu membuat keluarga ini sedih,” imbuh Cakra sambil memeluk Sabrina.“Iya, kamu memang begitu buruk di mataku. Sampai aku tidak mempercayaimu,” jawab Soraya dengan tegas.Pak Kwong yang tadinya ikut bersandiwara langsung berdiri dengan tegap, dia sangat tidak menyukai sikap Soraya yang tidak bisa diatur seperti dulu.“Padahal dahulu kamu adalah anak yang penurut. Kenapa jadi pembangkang!” seru Pak Kwong.“Aku jadi anak penurut tapi berakhir diabaikan,” jawab Soraya.“Karena ayah mertua sepertinya sudah sehat, lebih baik kami pulang saja sekarang, semoga sehat seterusnya,” ucap Damar lalu menggandeng Soraya untuk pergi.Pak Kwong mencegah mereka pergi, karena memang pada awalnya mereka mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan karen
Keluarga Kwong sangat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Soraya. Hal ini membuat Bu Amber terlihat sangat marah.“Dasar tidak tahu berterima kasih, apa kamu pikir sudah hebat hah!” seru Bu Amber.“Aku sudah berterima kasih, aku sudah membayar hutang biaya sekolahku kepada keluarga Kwong,” balas Soraya.“Jangan senang dulu kamu mendapat suami kaya. Suatu hari nanti kalau dia sudah bosan, kamu akan dibuang layaknya sampah,” bentak Bu Amber.Damar merangkul Soraya dengan erat, dia ingin menunjukkan kepada keluarga Kwong tidak ada kata bosan dengan Soraya sampai kapanpun. Cintanya sangat tulus pada Soraya, saat ini hingga nanti.“Ibu mertua ini berkata apa sih. Aku malah takut kalau ucapan ibu akan berbalik ke anak kesayangan ibu,” ucap Damar.“Sama seperti suamiku aku juga takut, kalau menantu kesayangan ibu akan berpaling ke wanita lain,” imbuh Soraya sengaja memanas manasi.Damar tersenyum sinis ke arah mereka berdua, terlebih dia melihat ke arah Cakra dan Sabrina yang sejak tadi
“Hacuu,” tiba-tiba saja Soraya bersih, lalu lehernya menjadi dingin. “Kamu kenapa?” tanya Damar khawatir kalau Soraya sakit. “Aku tidak apa-apa. Aku merasa ada yang mengutukku,” jawab Soraya sambil menggosok hidungnya yang gatal. “Itu hanya mitos, ayo kita pulang. Sepertinya kamu sudah kelelahan,” ucap Damar lalu melepas mantelnya dan menyelimutkan ke pundak Soraya. Mata Damar teduh saat menatap Soraya menandakan bahwa dia jatuh hati pada Soraya. Dari kejauhan orang yang memperhatikan Soraya dan Damar mengumpat kesal melihat kebahagiaan mereka berdua. “Kenapa harus dia,” ucap Sabrina sambil meninjukan tangannya ke tembok. “Sabrina, ternyata kamu di sini,” ucap Cakra lalu mengelus jari jari Sabrina yang lecet karena ditinjukan ke tembok dengan lembut. Sabrina tidak menjawab, dia hanya melihat Cakra membalut luka di tangannya dengan plester. Walau dia bisa merebut Cakra dari Soraya. Tapi sepertinya wanita itu belum puas, karena ternyata Soraya bisa mendapatkan lelaki yang lebih t
Seorang pria membawa buket mawr putih kesukaan Soraya. Dia tersenyum lebar saat melihat wajah ayu Soraya, wanita yang dulu pernah mengisi hari harinya itu sekarang lebih bersinar, baik karir maupun penampilannya.“Aku merindukanmu, Soraya,” ucap Pria itu.“Cih, pria tidak setiap sepertimu tidak pantas merindukan aku,” tegas Soraya sambil melipat kedua tangannya.“Jangan berkata seperti itu seolah kamu sudah melupakanku, Soraya,” ucap Cakra.“Semenjak hari itu aku memang sudah melupakanmu,” balas Soraya.Cakra tidak ingin mundur, dia tetap ingin meyakinkan Soraya bahwa cintanya tidak akan pernah padam sedikitpun.“Aku tidak yakin kamu benar-benar telah melupakanku, Soraya,” ucap Cakra.“Aku memiliki suami yang mencintaiku, dia juga memiliki segalanya,” balas Soraya. “Tidak ada gunanya aku terus memikirkan sampah sepertimu,” lanjut Soraya.Jantung Cakra berdetak cepat, hatinya terasa nyeri. Orang yang dulu mencurahkan kasih sayang kepadanya kini telah mencampakannya. Cakra meremas kemej
Cakra memang sengaja ingin membuat kesalahpahaman antara Damar dan Soraya. Kalau Damar cemburu otomatis mereka akan bertengkar, hubungan mereka akan menjadi renggang lalu Cakra akan menghibur Soraya lalu memikat hatinya kembali.“Apa yang kamu inginkan, lepaskan aku,” tegas Soraya.“Tidak, aku masih ingin memastikan satu hal denganmu,” balas Cakra.“Apa lagi?” tanya Soraya ketus sambil mencoba melepaskan tangan yang dipegang oleh Cakra.“Jika Damar menyakitimu, kembalilah padaku,” ucap Cakra.Damar yang mendengar itu sedikit agak tak enak hati. Pasalnya mana mungkin seorang Damar yang sudah menunggu Soraya putus hubungan dengan Cakra akan meninggalkan Soraya dengan mudah.“Sayangnya, yang kamu inginkan itu tidak akan pernah terjadi,” ucap Damar.“Kamu orang kaya, pasti tidak cukup satu wanita,” balas Cakra.“Aku ini orang setia, tidak sepertimu yang gampang tergoda walau sudah memiliki kekasih,” ucap Damar.“Jangan ladeni dia lagi, sayang, ayo kita pulang,” ajak Soraya dengan mesra.W
Soraya takut kalau Damar betulan akan melakukan semua itu di mobil Semua orang bisa melihat apa yang mereka lakukan."Hentikan," ucap Soraya sambil menutup matanya."Kenapa kamu seperti itu, bukannya kita sudah sering melakukannya," balas Damar sambil tersenyum."Ini di mobil," ucap Soraya lirih."Berarti kita bisa melakukan begitu sampai di kamar, 'kan?" tanya Damar."Nggak juga," balas Soraya.Damar terkekeh geli melihat sang istri sungguh menggemaskan seperti itu. Damar mengecup kening Soraya mesra sebelum turun dari mobil.Melihat Damar turun lebih dulu dari mobil Soraya lega karena dia bisa menahan hasrat dan tak melakukan hubungan itu dimobil."Syukurlah, dia tak melakukan ini di mobil," gumam Soraya lalu mengikuti Damar turun menuju kamar untuk istirahat sejenak sebelum melakukan aktivitas lainnya sepulang kerja.Sampai kamar, impiannya untuk segera istirahat melepas penat seharian bekerja pun sirna. Hal ini karena Damar langsung memeluknya dan mengajaknya berolahraga.“Ya ampu
Orang yang mengetuk kaca mobil Damar adalah Kanaya adik dari Pak Kwong. Damar membuka kaca mobilnya dengan rasa malas meladeni perempuan itu. Tapi dia penasaran juga mau bertingkah apa lagi wanita ini "Ada apa?" tanya Damar. "Boleh kita bicara sebentar?" ucap Kanaya dengan lembut "Tidak usah berbasa basi, aku suka pembicaraan yang langsung ke intinya," tegas Damar. Kanaya menyelipkan rambut ke telinga. Dia tersenyum ke arah Damar mencoba untuk menggodanya. "Apa kita bisa bicara sebentar?" tanya Kanya. "Tidak," jawab Damar tegas, dia sudah terbiasa menghadapi wanita murahan seperti ini. "Aku sangat terhina ditolak mentah-mentah olehmu. Padahal aku sangat ingin membicarakan hal yang serius mengenai orang tua kandung Soraya," ucap Kanya. Merasa hal itu sangat penting baginya, Damar turun dari mobilnya. Dia menatap tajam Kanaya yang tampak sumringah karena bisa memancing Damqr keluar dari mobilnya untuk berbicara dengannya. "Jangan membohongiku. Karena aku tak akan segan-
Pak Kwong yang menghampiri Damar. Dia terlihat pucat karena takut Damar akan melepaskan kekesalannya karena sikap Mama dan adiknya yang kurang ajar. "Ada Apa?" tanya Damar. "Mereka tidak ada hubungannya denganku, bahkan aku susah melarang mereka melakukan itu. Perilaku mereka diluar tanggung jawabku," jawab Pak Kwong tegas. Pernyataan dari Pak Kwong membuat mereka berdua menganga karena tidak percaya dengan ucapan yang keluar dari mulut Pak Kwong. "Ini tidak mungkin, bagaimana bisa kakak tega pada kami," ucap Adik Pak Kwong lirih. "Aku sudah memperingatkan kamu sebelumnya," balas Pak Kwong. Bu Liliana menunjukkan aksinya. Dia langsung menangis sesenggukan di depan banyak orang. Biasanya kalau sepeti ini Pak Kwong langsung menghiburnya dan menenangkannya bahkan Pak Kwong langsung menuruti apa yang Bu LiLiana inginkan. "Terserah kamu mau apakan mereka," ucap Pak Kwong lalu pergi, meninggalkan Mama dan Adiknya yang melakukan drama. Sudah lelah sepertinya Pak Kwong meladen
Adik dan mama Pak Kwong saling pandang lalu mereka tampak terbata menjawab pertanyaan Pak Kwong. "Bukan urusanmu," ucap Mama Pak Kwong ketus. "Aku akan memutus semua uang bulanan untuk kalian kalau tidak mau menjawab," ucap Pak Kwong. "Jangan jadi anak durhaka!" seru Mama Pak Kwong. Mereka menggertakkan giginya kesal karena ancaman Pak Kwong bisa-bisanya dia seperti itu kepada ibu dan adiknya sendiri. Kenapa harus mengancam tidak memberi uang bulanan. "Aku akan menjadi anak durhaka kalau kalian menggagalkan rencanaku," balas Pak Kwong. "Rencana apa yang kami gagalkan, Kak?" tanya Adik dari Pak Kwong. "Aku tahu kalian itu sedang berencana untuk menyerang Soraya dengan meminta bantuan seseorang yang berpengaruh di kalangan atas. Aku tak akan membiarkan itu!" gertak Pak Kwong. "Memangnya kenapa? Dia pantas mendapatkan rumor jelek, anak tidak tahu berterima kasih, kamu menghalangi mama tak akan gentar," ucap Mama Pak Kwong. "Kalau begitu, aku betulan akan menyetop kebutu
Tentu saja semua itu sudah atas kehendak Tuhan yang maha esa. Manusia hanya bisa berencana dan Tuhan yang akan memberikan keputusan apapun yang kita rencanakan. "Jangan tanya kenapa. Mungkin semua itu adalah ketentuan yang sudah ditetapkan. Seharunya kamu banyak instrospeksi diri kenapa Soraya lebih unggul daripada kamu," jawab Bu Amber. "Jadi ibu membela anak itu?" tanya Sabrina. "Tidak juga, ibu tetap berada dipihakmu apapun yang terjadi. Tapi saat ini ibu mohon kepadamu, bersabarlah. Kita mengalah saja sedikit saja agar bisa satu langkah di depan atau minimal setara dengan Soraya," jawab Bu Amber. Cakra menghembuskan nafasnya. Mempunyai istri yang manja sepeti ini membuatnya kesal juga Lama-lama. Tidak bisa menahan diri karena melihat orang lain lebih unggul. "Sabrina, aku mohon kepadamu turuti saja perintah Ibu. Aku yakin kita bisa melewati semua ini. Tapi untuk saat ini kita hanya bisa bergantung kepada Soraya. Jangan gegabah menuruti nafsu untuk melawan orang yang tidak
Tante merenung sebentar lalu berkata, "Kita mulai dari rumor yang mengatakan bahwa Soraya melupakan keluarga yang sudah mengasuh dan membiayai hidupnya dari kecil," Nenek Sabrina mengangguk pelan, sepertinya rumor seperti ini akan cepat menyebar luas kalau di ucapkan oleh orang yang tepat. "Kita harus mencari sumber gosip yang dipercaya," ucap Nenek Sabrina."Maksud mama orang besar yang selalu di percaya kalau menyebarkan rumor?" tanya Tante."Ya, begitulah. Siapa ya Kira-kira orang yang tepat untuk menyebarkan rumor tentang Soraya yang tidak mempedulikan orang tua yang sudah susah payah mendidiknya, mengeluarkan biaya untuk sekolahnya," jawab Nenek Sabrina."Aku tahu siapa dia. Serahkan saja masalah ini padaku. Aku akan segera menemui beliau," balas Tante.Mereka lalu pergi meninggalkan kediaman Pak Kwong sambil tertawa dan merasa akan menang melawan Soraya yang sudah berada di atas angin itu. Sedangkan di kediaman Pak Kwong sendiri. Cakra mengingatkan agar mengawasi Tante dan Ne
Keluarga Huang susah di hadapi, Bu Amber menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju dengan permintaan sang mertua "Kita pikirkan hal lain," ucap Bu Amber."Apa kalian takut? Kita tinggal sebarkan rumor yang tak sedap kepada masyarakat mengenai hal itu," ujar Mertua Bu Amber.Bu Amber lagi-lagi menggelengkan kepalanya lalu sesekali memijit kepalanya yang sakit."Ibu tidak tahu betapa mengerikannya keluarga Huang kalau kita mengingkari janji yang kita sepakati," ucap Bu Amber."Kalau kamu tidak berani, biar ibu saja," balas Mertua Bu Amber.Brak! Pak Kwong menggebrak meja. "Kalau tidak tahu seperti apa kejamnya kelurga Huang lebih baik Ibu diam saja," ucap Pak Kwong yang terlihat jelas wajahnya sangat marah."Kenapa Kalian tidak berani menghadapi wanita tidak tahu diri itu, padahal dia tidak punya orang tua!" seru Ibu Pak Kwong."Dia memang tidak punya orang tua atau keluarga, tapi sekarang dia menjadi bagian dari keluarga Huang. Masih mending keluarga Huang mau memberikan bantuan mo
Pak Darius tersenyum tipis, lalu dengan sigap mengatakan, "Kalian harus tunduk dengan aturanku," "Kami akan tunduk dengan semua aturan Pak Darius," balas Pak Kwong. Pak Darius tersenyum licik, "Kalau begitu, kalian harus menandantangani perjanjian di atas kertas, jika kalian sejengkalpun kalian menyakiti menantuku, maka kalian harus mengganti sepuluh kali lipat dari modal yang kalian terima. Satu lagi, aku bebas menghukum apa saja siapa pun keluarga Kwong yang menyakiti menantuku," Semua langsung berdetak kencang jantungnya. Perjanjian ini terlalu berbahaya tapi kalau tidak diterima mereka sedang membutuhkan bantuan keuangan. Pak Kwong melirik Bu Amber yang sepetinya juga kebingungan termasuk para nenek yang tidak ingin mengambil resiko sepeti ini. Mereka tidak akan bisa menindas Soraya lagi kalau menandatangani perjanjian itu. Mereka lebih khawatir ke Sabrina yang selalu tidak bisa menahan emosinya melihat keberuntungan Soraya."A-pa tidak bisa perjanjiannya di ubah sedikit?"
"I-tu," ucap Pak Kwong terbata. Waktu itu memang beliau dan Bu Amber mengatakan hal itu. Setelah menikah Soraya tidak akan lagi mendapatkan bantuan finansial dari keluarga Kwong. Tapi saat ini mereka menyadari bahwa saat Soraya meninggalkan Keluarga Kwong, bisnis keluarga Kwong sudah tidak stabil lagi seperti saat Soraya yang menghandle. Sabrina yang tumbuh dengan sikap manja itu tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa marah dan membuat pelanggan kecewa. "Apa betul kalian mengatakan hal seperti itu?" tanya Pak Darius."Kami menyesal mengatakan itu," ucap Pak Kwong."Maksud kami saat itu adalah, tidak lagi memberikan bantuan uang jika dia memilih menikah dengan seorang pelayan. Waktu itu Damar menyamar sebagai pelayan di pesta pernikahan putri kami, Sabrina. Kami tidak tahu kalau ternyata Damar adalah pewaris sah keluarga Huang, maafkan kami Soraya," jelas Bu Amber panjang lebar.Keluarga yang lain juga mengiyakan ucapan Bu Amber. Pasalnya Soraya menikah dengan seorang pelayan, lag
Mereka bersamaan saling tatap, tidak ingin dicap sebagai orang yang menelantarkan Soraya dimata Pak Darius. Pak Wong langsung menyangkalnya."Soraya, kami selalu menganggap mu anak kandung, walau kenyataannya tidak seperti itu. Maafkan Tantemu karena tidak bisa menjaga sikap," ucap Pak Kwong."Maaf?" tanya Pak Darius. "Begitu enteng tangannya menyakiti menantuku, sekarang hanya minta maaf?" imbuh pak Darius."Aku mohon maafkan aku, aku mengaku bersalah, tapi aku hanya mengingatkan Soraya agar tidak berlagak dan sombong karena Kakakku lah yang membawanya dari tempat kotor dan merawatnya menjadi barang yang indah sehingga dia bisa dinikahi oleh keluarga kaya. Aku hanya mengingatkan agar dia tidak lupa darimana dia berasal dan siapa yang menolongnya!" tegas Tante membela diri.Pak Darius semakin geram dengan ucapan Tante, dia sama sekali tidak tulus minta maaf, hanya menekankan mereka telah berjasa merawat Soraya sehingga layak menjadi barang jual yang mahal."Sampai detik ini kalian mas