Damar menyembunyikan obat itu, dia melirik Soraya yang sedang tertidur lelap di kasurnya. Damar langsung menghampirinya lalu mengecup mesra kening Soraya.“Aku mencintaimu, Soraya,” ucap Damar lalu memeluk Soraya dan tidur terlelap di samping istri tercintanya itu.Keesokan harinya, Soraya bangun. Dia seperti orang kebingungan mencari barang yang keselip entah di mana. Soraya mencari di tumpukan baju, lemari, meja kosmetik, hingga kolong tempat tidur namun dia tidak menemukan apa yang sedang dia cari.“Kamu mencari apa, Soraya?” tanya Damar ketika membuka matanya.“A-ku … aku tidak mencari benda yang sangat penting sih. Cuma aku membutuhkannya,” jawab Soraya terbata.“Kalau tidak terlalu penting abaikan saja. Tapi kalau memang kamu sangat membutuhkannya, aku bisa membelikan baru untukmu,” ucap Damar.“Ti-dak usah,” ucap Soraya lalu murung.Damar menyeringai tipis, dia teringat obat yang dia temukan semalam di lantai kamarnya. Walau belum jelas mengetahui secara pasti apakah Soraya men
Soraya terlihat gagap karena melihat obat yang dia cari ada di tangan Damar. Bagaimana itu bisa terjadi?Soraya berdiri perlahan sambil menatap wajah Damar dengan gugup."I-yq," jawabnya singkat."Ini obat apa?" tanya Damar sambil melangkah mendekat ke Soraya."Bukan obat apa-apa, cuma vitamin," balas Soraya sambil melangkah mundur ketika Damar melangkah maju.Soraya mentok di ujung meja lalu Damar menutup langkahnya dengan kedua tangan Damar yang terletak di meja sedangkan tubuh Soraya berada di kedua tangan Damar."Katakan dengan jujur, kalau hanya vitamin kenapa kmu menyembunyikannya dariku," ucap Damar dengan nada fokus."Menjauhkan dulu dariku, aku akan menjawabnya dengan jujur," jawab Soraya.Damar melepaskan tangan yang mengunci tubuh Soraya. Dia sudah bersikap santai sekarang sedangkan tubuh Soraya gemetar ketakutan. Damar mencoba untuk santai."Jangan mengalihkan pandanganku ke aku," ucap Damar.Tidak menjawab pertanyaan Damar, tapi dia malah menangis. Entah apa yang dia rasa
Damar hanya tersenyum, lalu berdiri mendorong Soraya ke kemar mandi."Mandilah dulu, kalau aku bilang sekarang bukan surprise namanya," ucap Damar."Oke, tapi kamu jangan ikutan mandi," balas Soraya sambil menatap Damar tajam juga kedua tangan yang terlipat."Kenapa?" balas Damar sambil tersenyum lebar."Karena kamu bisa kehilangan kendali kalau mandi bersamaku," ucap Soraya lalu segera masuk ke kamar mandi.Damar terkekeh geli melihat Tingkah laku Soraya. Damar lega akhirnya mereka sekarang menjadi suami istri sungguhan tidak diatas kertas lagi. Perjanjian pernikahan di antara mereka sudah berakhir. "Ternyata Soraya juga memiliki perasaan yang sama denganku," gumam Damar sambil merebahkan tubuhnya di kasur.Damar meraih ponselnya, sepertinya dia menghubungi seseorang untuk reservasi sesuatu. Sebuah kejutan yang dia siapkan untuk Soraya sang istri tercinta."Aku sudah selesai mandi, apa kamu yakin malam ini kita akan keluar rumah?" tanya Soraya sambil mengeringkan rambutnya dengan h
"Karena aku akan memberimu suprise," ucap Damar.Soraya menurut saja apa yang akan dilakukan oleh Damar. Setidaknya dia sudah lega saling mengungkapkan isi hati."Apa masih jauh, sebenernya tempat apa ini?" ucap Soraya."Bersabarlah," balas Damar sambil memapah Soraya.Jantung Soraya berdetak lebih cepat. Pikirannya menerawang kejutan apa yang akan di berikan oleh Damar untuknya."Sekarang, buka matamu lebar-lebar," ucap Damar sambil melepas kain penutup mata Soraya.Soraya membuka matanya perlahan, lalu dia sangat kaget melihat apa yang ada didepan matanya. Sebuah rumah yang cukup bagus. samping kanan kirinya juga terlihat bagus, mungkin ini adalah perumahan tipe yang sama."Kenapa kita harus berjalan kaki jauh. Sedangkan jalanan ini bisa dimasuki mobil?" tanya Soraya."Ini namanya kejutan," ucap Damar lalu menggandeng Soraya, "Ayo masuk," lanjutnya.Damar sengaja memarkir mobilnya di ruko depan perumahan yang dia beli untuk Soraya. Mereka berjalan kaki lima menit ke belakang ruko.S
Ayah dan mama Cakra menertawakan pertanyaan Sabrina. Tanpa ditanya pun seharusnya dia tahu kelebihan dan keunggulan Soraya."Lihatlah prestasi cemerlang yang diraih oleh Soraya, reputasi, butiknya yang berkembang," ucap Mama Cakra dengan bangga menyatakan itu."Itu semua karena suami memodalinya," ucap Sabrina.Ayah Cakra menatap Sabrina bengis, "Tentu saja sebagai suami Damar memberikan modal untuk istri yang dia cintai," ucapnya kemudian."Kalau begitu, suruh anak kalian berdua memberikan modal untukku, kalau aku dimodali juga sama dengan Soraya, bisa mandiri dan mempunyai butik sendiri, karirku juga bagus kalau dengan dukungan suami," ucap Sabrina.Mama Cakra semakin marah, dia membentak Sabrina dengan kenyataan yang ada di depan mata."Memangnya kamu bisa apa? Lihatlah butik keluarga Kwong itu. Tanpa Soraya bangkrut begitu saja," bentak Mama Cakra."Kalau kamu ingin mendapatkan modal dari keluarga kami. Tunjukkan dulu pada kami, kalau kamu bisa mengurus butik keluarga Kwong yang s
Damar menggelengkan kepalanya, dia tidak ingin membatalkan apa yang ingin dia lakukan saat ini bersama istri tercintanya.“Sudah kewajibanmu melayani suami, bukan?” goda Damar lalu menggendong Soraya.“Tapi kamu sudah melakukannya tadi. Aku lelah, aku berhak menolak,” jawab Soraya.Damar terkekeh, dia merebahkan Soraya ke kasur empuk miliknya lalu terkekeh sambil memegang perutnya. Dia sangat menggoda Soraya, apalagi sampai Soraya memerah wajahnya karena malu.“Apa yang membuatmu tertawa seperti itu?” tanya Soraya agak kesal.“Karena kamu menggemaskan,” jawab Damar.Soraya melengos, lalu dia memiringkan tubuhnya sambil memeluk guling. Dia kesal karena Damar selalu meledeknya.“Begitu saja marah,” ucap Damar sambil mengecup pipi Soraya.“Biarin saja,” balas Soraya lalu menarik selimut sampai menutupi wajahnya.Damar hanya tersenyum lalu dari balik selimut mengatakan, “Selamat tidur istriku,” tak lama setelah itu Damar rebahan di samping Soraya dan terlelap sampai pagi.Soraya bangun le
Gaun terlempar telah mengenai wajah Soraya dan perlahan terjatuh ke lantai. Hal ini membuat Soraya kaget sekaligus kesal, kenapa ada wanita muda cantik yang tidak memiliki sopan santun seperti ini. Soraya berjongkok memungut gaun yang terjatuh itu. "Kenapa dengan gaun ini?" tanya Soraya. "Apa matamu buta. Gaun itu aku baru mau aku pakai tapi malah robek seperti itu. Apa kualitas benang di sini jelek!" seru Pelanggan itu dengan nada marah. Soraya memeriksa gaun berwarna biru navy itu dari ujung ke ujung. Memang ada robekan di bagian jahitan tapi sepertinya itu bukan disebabkan karena kelalaian penjahit. "Ini rusak karena faktor sengaja," ucap Soraya. "Tidak mungkin aku sengaja merobeknya dan meminta ganti rugi padamu 'kan?" ucap perempuan muda itu. "Aku tidak menuduhmu. Tapi tujuanmu ke sini sambil membawa gaun rusak ini tanpa konfirmasi sebelumnya apalagi kalau tidak menuntut ganti rugi," balas Soraya tegas. "Apa kamu meremehkan aku. Kamu tidak tahu siapa aku, hah?" tan
Karyawan itu menemukan fakta kalau gaun yang dia pegang sekarang bukan gaun buatan butik milik Soraya. "Terlihat sama tapi ini adalah gaun palsu," ucap Karyawan itu. "Sini aku lihat," balas Soraya. Karyawan itu memberikan gaun yang sudah rusak tadi pada Soraya. Ternyata memang benar, gaun yang dibawa gadis pembuat onar tadi bukan barang milik butik Soraya dibuktikan tidak ada logo brand dan tanda buatan butik Soraya yang biasa di taruh di bagian tersembunyi di dalam gaun. "Ya Tuhan kenapa ada orang jahat seperti ini," ucap Soraya. "Apa kita perlu lapor polisi, Bu?" tanya Karyawan. "Tidak perlu," jawab Soraya. "Tapi, Bu. Kita sudah terkena fitnah. ini akan berdampak pada penjualan butik kita," ucap Karyawan Soraya. "Saya mengerti kekhawatiran kamu. Tapi aku punya cara tersendiri," balas Soraya. "Baik, Bu," ucap Karyawan Soraya. Soraya meminta karyawannya untuk tidak terpancing oleh insiden yang terjadi barusan. Mungkin ada seseorang yang sengaja ingin membuat jatuh