Ayah dan mama Cakra menertawakan pertanyaan Sabrina. Tanpa ditanya pun seharusnya dia tahu kelebihan dan keunggulan Soraya."Lihatlah prestasi cemerlang yang diraih oleh Soraya, reputasi, butiknya yang berkembang," ucap Mama Cakra dengan bangga menyatakan itu."Itu semua karena suami memodalinya," ucap Sabrina.Ayah Cakra menatap Sabrina bengis, "Tentu saja sebagai suami Damar memberikan modal untuk istri yang dia cintai," ucapnya kemudian."Kalau begitu, suruh anak kalian berdua memberikan modal untukku, kalau aku dimodali juga sama dengan Soraya, bisa mandiri dan mempunyai butik sendiri, karirku juga bagus kalau dengan dukungan suami," ucap Sabrina.Mama Cakra semakin marah, dia membentak Sabrina dengan kenyataan yang ada di depan mata."Memangnya kamu bisa apa? Lihatlah butik keluarga Kwong itu. Tanpa Soraya bangkrut begitu saja," bentak Mama Cakra."Kalau kamu ingin mendapatkan modal dari keluarga kami. Tunjukkan dulu pada kami, kalau kamu bisa mengurus butik keluarga Kwong yang s
Damar menggelengkan kepalanya, dia tidak ingin membatalkan apa yang ingin dia lakukan saat ini bersama istri tercintanya.“Sudah kewajibanmu melayani suami, bukan?” goda Damar lalu menggendong Soraya.“Tapi kamu sudah melakukannya tadi. Aku lelah, aku berhak menolak,” jawab Soraya.Damar terkekeh, dia merebahkan Soraya ke kasur empuk miliknya lalu terkekeh sambil memegang perutnya. Dia sangat menggoda Soraya, apalagi sampai Soraya memerah wajahnya karena malu.“Apa yang membuatmu tertawa seperti itu?” tanya Soraya agak kesal.“Karena kamu menggemaskan,” jawab Damar.Soraya melengos, lalu dia memiringkan tubuhnya sambil memeluk guling. Dia kesal karena Damar selalu meledeknya.“Begitu saja marah,” ucap Damar sambil mengecup pipi Soraya.“Biarin saja,” balas Soraya lalu menarik selimut sampai menutupi wajahnya.Damar hanya tersenyum lalu dari balik selimut mengatakan, “Selamat tidur istriku,” tak lama setelah itu Damar rebahan di samping Soraya dan terlelap sampai pagi.Soraya bangun le
Gaun terlempar telah mengenai wajah Soraya dan perlahan terjatuh ke lantai. Hal ini membuat Soraya kaget sekaligus kesal, kenapa ada wanita muda cantik yang tidak memiliki sopan santun seperti ini. Soraya berjongkok memungut gaun yang terjatuh itu. "Kenapa dengan gaun ini?" tanya Soraya. "Apa matamu buta. Gaun itu aku baru mau aku pakai tapi malah robek seperti itu. Apa kualitas benang di sini jelek!" seru Pelanggan itu dengan nada marah. Soraya memeriksa gaun berwarna biru navy itu dari ujung ke ujung. Memang ada robekan di bagian jahitan tapi sepertinya itu bukan disebabkan karena kelalaian penjahit. "Ini rusak karena faktor sengaja," ucap Soraya. "Tidak mungkin aku sengaja merobeknya dan meminta ganti rugi padamu 'kan?" ucap perempuan muda itu. "Aku tidak menuduhmu. Tapi tujuanmu ke sini sambil membawa gaun rusak ini tanpa konfirmasi sebelumnya apalagi kalau tidak menuntut ganti rugi," balas Soraya tegas. "Apa kamu meremehkan aku. Kamu tidak tahu siapa aku, hah?" tan
Karyawan itu menemukan fakta kalau gaun yang dia pegang sekarang bukan gaun buatan butik milik Soraya. "Terlihat sama tapi ini adalah gaun palsu," ucap Karyawan itu. "Sini aku lihat," balas Soraya. Karyawan itu memberikan gaun yang sudah rusak tadi pada Soraya. Ternyata memang benar, gaun yang dibawa gadis pembuat onar tadi bukan barang milik butik Soraya dibuktikan tidak ada logo brand dan tanda buatan butik Soraya yang biasa di taruh di bagian tersembunyi di dalam gaun. "Ya Tuhan kenapa ada orang jahat seperti ini," ucap Soraya. "Apa kita perlu lapor polisi, Bu?" tanya Karyawan. "Tidak perlu," jawab Soraya. "Tapi, Bu. Kita sudah terkena fitnah. ini akan berdampak pada penjualan butik kita," ucap Karyawan Soraya. "Saya mengerti kekhawatiran kamu. Tapi aku punya cara tersendiri," balas Soraya. "Baik, Bu," ucap Karyawan Soraya. Soraya meminta karyawannya untuk tidak terpancing oleh insiden yang terjadi barusan. Mungkin ada seseorang yang sengaja ingin membuat jatuh
Soraya menatap karyawannya tajam sebelum pertanyaan dari sang karyawan tersebut. "Kita akan menemukan apa tujuannya menyerangku. Siapa dalang dibalik semua ini juga akan terungkap kalau dia semakin banyak diundang podcast atau wawancara talk show," ucap Soraya lalu menyandarkan punggung di kursinya. "Jadi seperti itu, baik saya paham, Bu," balas karyawan itu. "Kembalilah bekerja, jangan terganggu dengan sebuah fitnah yang ternyata bukan dari butik kita," pinta Soraya. Karyawan itu mengangguk lalu pergi meninggalkan ruangan Soraya. Sedangkan Soraya mulai tenang dan kembali fokus mengerjakan pekerjaannya. Berita di internet semakin viral, banyak pro dan kontra diantara netizen. Ada yang mendukung bahkan banyak pula yang menghujat Soraya. Tapi sepertinya Soraya sibuk bekerja dan enggan untuk menimpali atau menanggapi berita tak penting itu. Soraya mengangkat teleponnya disela kesibukan memperhatikan para karyawan bekerja. ["Sayangku, apa kamu sudah makan siang?"] tanya Dam
Soraya mengibaskan rambutnya, dia tampak santai sama sekali tidak murah dengan pertanyaan itu. Sebaliknya dia memasang wajah sombong dan angkuh."Apa ada bukti bahwa gaun itu dibeli dari butikku?" tanya Soraya balik."Tidak mungkin seseorang lupa membeli gaun di mana 'kan,' balas sang wartawan."Selama tidak ada bukti pembayaran berupa kwitansi, berarti itu bukan barang dari butikku," balas Soraya sambil menunjukkan wajah ayunya.Banyak pertanyaan dari wartawan yang mencoba menyudutkan. Di bolak balik agar Soraya tampak bingung, namun yang ada Soraya tidak pernah gugup sama sekali dan tetap konsisten menjawab sesuai kenyataan yang ada."Pertanyaan terkahir, Soraya. Kenapa kamu yakin sekali kalau perempuan itu tidak membeli gaun pada butikmu?" tanya Wartawan."Banyak sekali orang yang ingin menjatuhkan ku. Karena iri aku yang bukan siapa siapa ini bisa menikah dengan cucu konglomerat seperti Damar. Dia mencoba menjatuhkanku melalui bisnis," balas Soraya.wartawan masih ingin mengajukan
Damar mengepalkan tangannya. Bisa-bisanya ada sekelompok orang secata terang terangan menjndas istrinya. "Apa mereka tidak memandang aku yang masih hidup ini. Menindas istriku berarti menyatakan perang denganku," gumam Damar. "Tenanglah, kita tidak tahu kalau belum melihat secara pasti," balas Soraya yang ingin segera turun dari mobil untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Damar yang khawatir, ikut turun dan memastikan keadaan di butik Soraya. Hal ini dia lakukan untuk melindungi Soraya agar orang tak seenaknya menindas Soraya. "Aku tidak akan memaafkan orang yang menindas istriku apapun yang terjadi dan siapapun orangnya," gumam Damar dalam hati. Tapi saat sampai di dekat kerumunan orang, mereka yang awalnya khawatir menjadi terpaku tidak percaya. Karena kerumuman orang itu bukan untuk mencari masalah namun untuk membeli stok gaun, blus, one set, rok kerja yang ada di butik Soraya. "Tolong antri, jangan berebut," seru karyawan butik Soraya yang menjaga kasir. "Bu, Ibu janga
Sabrina tercengang melihat apa yang dibawa oleh Cakra. Sebuah gaun berwarna biru persis dengan video yang viral beredar di internet.“Apa kamu bodoh, itu gaun milikku. Untuk apa bertanya lagi,” ucap Sabrina sambil melipat kedua tangannya.“Masalahnya, gaun ini kenapa sangat mirip dengan gaun rusak yang viral itu,” balas Cakra.“Mana aku tahu, memangnya yang punya gaun seperti itu hanya satu di dunia ini. Apa kamu lupa, aku ini wanita berpengaruh di pergaulan sosial kelas atas, jadi wajar saja kalau banyak yang meniru gayaku!” seru Sabrina.Cakra mendekati Sabrina, lalu menatap wajah sang istri dengan seksama. Cakra ingin tahu apakah Sabriba masih bisa berbohong kalau Cakra bersikap tegas padanya.“Katakan yang sebenarnya padaku. Kenapa kamu melakukan ini pada Soraya. Padahal kamu sudah berhasil merebutku dari sisinya?” tanya Cakra.“Kenapa kamu seolah menuduhku sengaja mencelakai Soraya. Satu lagi yang harus aku tegaskan lagi padamu, aku tidak merebutmu dari Soraya. Kamu sendiri yang
Orang yang mengetuk kaca mobil Damar adalah Kanaya adik dari Pak Kwong. Damar membuka kaca mobilnya dengan rasa malas meladeni perempuan itu. Tapi dia penasaran juga mau bertingkah apa lagi wanita ini "Ada apa?" tanya Damar. "Boleh kita bicara sebentar?" ucap Kanaya dengan lembut "Tidak usah berbasa basi, aku suka pembicaraan yang langsung ke intinya," tegas Damar. Kanaya menyelipkan rambut ke telinga. Dia tersenyum ke arah Damar mencoba untuk menggodanya. "Apa kita bisa bicara sebentar?" tanya Kanya. "Tidak," jawab Damar tegas, dia sudah terbiasa menghadapi wanita murahan seperti ini. "Aku sangat terhina ditolak mentah-mentah olehmu. Padahal aku sangat ingin membicarakan hal yang serius mengenai orang tua kandung Soraya," ucap Kanya. Merasa hal itu sangat penting baginya, Damar turun dari mobilnya. Dia menatap tajam Kanaya yang tampak sumringah karena bisa memancing Damqr keluar dari mobilnya untuk berbicara dengannya. "Jangan membohongiku. Karena aku tak akan segan-
Pak Kwong yang menghampiri Damar. Dia terlihat pucat karena takut Damar akan melepaskan kekesalannya karena sikap Mama dan adiknya yang kurang ajar. "Ada Apa?" tanya Damar. "Mereka tidak ada hubungannya denganku, bahkan aku susah melarang mereka melakukan itu. Perilaku mereka diluar tanggung jawabku," jawab Pak Kwong tegas. Pernyataan dari Pak Kwong membuat mereka berdua menganga karena tidak percaya dengan ucapan yang keluar dari mulut Pak Kwong. "Ini tidak mungkin, bagaimana bisa kakak tega pada kami," ucap Adik Pak Kwong lirih. "Aku sudah memperingatkan kamu sebelumnya," balas Pak Kwong. Bu Liliana menunjukkan aksinya. Dia langsung menangis sesenggukan di depan banyak orang. Biasanya kalau sepeti ini Pak Kwong langsung menghiburnya dan menenangkannya bahkan Pak Kwong langsung menuruti apa yang Bu LiLiana inginkan. "Terserah kamu mau apakan mereka," ucap Pak Kwong lalu pergi, meninggalkan Mama dan Adiknya yang melakukan drama. Sudah lelah sepertinya Pak Kwong meladen
Adik dan mama Pak Kwong saling pandang lalu mereka tampak terbata menjawab pertanyaan Pak Kwong. "Bukan urusanmu," ucap Mama Pak Kwong ketus. "Aku akan memutus semua uang bulanan untuk kalian kalau tidak mau menjawab," ucap Pak Kwong. "Jangan jadi anak durhaka!" seru Mama Pak Kwong. Mereka menggertakkan giginya kesal karena ancaman Pak Kwong bisa-bisanya dia seperti itu kepada ibu dan adiknya sendiri. Kenapa harus mengancam tidak memberi uang bulanan. "Aku akan menjadi anak durhaka kalau kalian menggagalkan rencanaku," balas Pak Kwong. "Rencana apa yang kami gagalkan, Kak?" tanya Adik dari Pak Kwong. "Aku tahu kalian itu sedang berencana untuk menyerang Soraya dengan meminta bantuan seseorang yang berpengaruh di kalangan atas. Aku tak akan membiarkan itu!" gertak Pak Kwong. "Memangnya kenapa? Dia pantas mendapatkan rumor jelek, anak tidak tahu berterima kasih, kamu menghalangi mama tak akan gentar," ucap Mama Pak Kwong. "Kalau begitu, aku betulan akan menyetop kebutu
Tentu saja semua itu sudah atas kehendak Tuhan yang maha esa. Manusia hanya bisa berencana dan Tuhan yang akan memberikan keputusan apapun yang kita rencanakan. "Jangan tanya kenapa. Mungkin semua itu adalah ketentuan yang sudah ditetapkan. Seharunya kamu banyak instrospeksi diri kenapa Soraya lebih unggul daripada kamu," jawab Bu Amber. "Jadi ibu membela anak itu?" tanya Sabrina. "Tidak juga, ibu tetap berada dipihakmu apapun yang terjadi. Tapi saat ini ibu mohon kepadamu, bersabarlah. Kita mengalah saja sedikit saja agar bisa satu langkah di depan atau minimal setara dengan Soraya," jawab Bu Amber. Cakra menghembuskan nafasnya. Mempunyai istri yang manja sepeti ini membuatnya kesal juga Lama-lama. Tidak bisa menahan diri karena melihat orang lain lebih unggul. "Sabrina, aku mohon kepadamu turuti saja perintah Ibu. Aku yakin kita bisa melewati semua ini. Tapi untuk saat ini kita hanya bisa bergantung kepada Soraya. Jangan gegabah menuruti nafsu untuk melawan orang yang tidak
Tante merenung sebentar lalu berkata, "Kita mulai dari rumor yang mengatakan bahwa Soraya melupakan keluarga yang sudah mengasuh dan membiayai hidupnya dari kecil," Nenek Sabrina mengangguk pelan, sepertinya rumor seperti ini akan cepat menyebar luas kalau di ucapkan oleh orang yang tepat. "Kita harus mencari sumber gosip yang dipercaya," ucap Nenek Sabrina."Maksud mama orang besar yang selalu di percaya kalau menyebarkan rumor?" tanya Tante."Ya, begitulah. Siapa ya Kira-kira orang yang tepat untuk menyebarkan rumor tentang Soraya yang tidak mempedulikan orang tua yang sudah susah payah mendidiknya, mengeluarkan biaya untuk sekolahnya," jawab Nenek Sabrina."Aku tahu siapa dia. Serahkan saja masalah ini padaku. Aku akan segera menemui beliau," balas Tante.Mereka lalu pergi meninggalkan kediaman Pak Kwong sambil tertawa dan merasa akan menang melawan Soraya yang sudah berada di atas angin itu. Sedangkan di kediaman Pak Kwong sendiri. Cakra mengingatkan agar mengawasi Tante dan Ne
Keluarga Huang susah di hadapi, Bu Amber menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju dengan permintaan sang mertua "Kita pikirkan hal lain," ucap Bu Amber."Apa kalian takut? Kita tinggal sebarkan rumor yang tak sedap kepada masyarakat mengenai hal itu," ujar Mertua Bu Amber.Bu Amber lagi-lagi menggelengkan kepalanya lalu sesekali memijit kepalanya yang sakit."Ibu tidak tahu betapa mengerikannya keluarga Huang kalau kita mengingkari janji yang kita sepakati," ucap Bu Amber."Kalau kamu tidak berani, biar ibu saja," balas Mertua Bu Amber.Brak! Pak Kwong menggebrak meja. "Kalau tidak tahu seperti apa kejamnya kelurga Huang lebih baik Ibu diam saja," ucap Pak Kwong yang terlihat jelas wajahnya sangat marah."Kenapa Kalian tidak berani menghadapi wanita tidak tahu diri itu, padahal dia tidak punya orang tua!" seru Ibu Pak Kwong."Dia memang tidak punya orang tua atau keluarga, tapi sekarang dia menjadi bagian dari keluarga Huang. Masih mending keluarga Huang mau memberikan bantuan mo
Pak Darius tersenyum tipis, lalu dengan sigap mengatakan, "Kalian harus tunduk dengan aturanku," "Kami akan tunduk dengan semua aturan Pak Darius," balas Pak Kwong. Pak Darius tersenyum licik, "Kalau begitu, kalian harus menandantangani perjanjian di atas kertas, jika kalian sejengkalpun kalian menyakiti menantuku, maka kalian harus mengganti sepuluh kali lipat dari modal yang kalian terima. Satu lagi, aku bebas menghukum apa saja siapa pun keluarga Kwong yang menyakiti menantuku," Semua langsung berdetak kencang jantungnya. Perjanjian ini terlalu berbahaya tapi kalau tidak diterima mereka sedang membutuhkan bantuan keuangan. Pak Kwong melirik Bu Amber yang sepetinya juga kebingungan termasuk para nenek yang tidak ingin mengambil resiko sepeti ini. Mereka tidak akan bisa menindas Soraya lagi kalau menandatangani perjanjian itu. Mereka lebih khawatir ke Sabrina yang selalu tidak bisa menahan emosinya melihat keberuntungan Soraya."A-pa tidak bisa perjanjiannya di ubah sedikit?"
"I-tu," ucap Pak Kwong terbata. Waktu itu memang beliau dan Bu Amber mengatakan hal itu. Setelah menikah Soraya tidak akan lagi mendapatkan bantuan finansial dari keluarga Kwong. Tapi saat ini mereka menyadari bahwa saat Soraya meninggalkan Keluarga Kwong, bisnis keluarga Kwong sudah tidak stabil lagi seperti saat Soraya yang menghandle. Sabrina yang tumbuh dengan sikap manja itu tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa marah dan membuat pelanggan kecewa. "Apa betul kalian mengatakan hal seperti itu?" tanya Pak Darius."Kami menyesal mengatakan itu," ucap Pak Kwong."Maksud kami saat itu adalah, tidak lagi memberikan bantuan uang jika dia memilih menikah dengan seorang pelayan. Waktu itu Damar menyamar sebagai pelayan di pesta pernikahan putri kami, Sabrina. Kami tidak tahu kalau ternyata Damar adalah pewaris sah keluarga Huang, maafkan kami Soraya," jelas Bu Amber panjang lebar.Keluarga yang lain juga mengiyakan ucapan Bu Amber. Pasalnya Soraya menikah dengan seorang pelayan, lag
Mereka bersamaan saling tatap, tidak ingin dicap sebagai orang yang menelantarkan Soraya dimata Pak Darius. Pak Wong langsung menyangkalnya."Soraya, kami selalu menganggap mu anak kandung, walau kenyataannya tidak seperti itu. Maafkan Tantemu karena tidak bisa menjaga sikap," ucap Pak Kwong."Maaf?" tanya Pak Darius. "Begitu enteng tangannya menyakiti menantuku, sekarang hanya minta maaf?" imbuh pak Darius."Aku mohon maafkan aku, aku mengaku bersalah, tapi aku hanya mengingatkan Soraya agar tidak berlagak dan sombong karena Kakakku lah yang membawanya dari tempat kotor dan merawatnya menjadi barang yang indah sehingga dia bisa dinikahi oleh keluarga kaya. Aku hanya mengingatkan agar dia tidak lupa darimana dia berasal dan siapa yang menolongnya!" tegas Tante membela diri.Pak Darius semakin geram dengan ucapan Tante, dia sama sekali tidak tulus minta maaf, hanya menekankan mereka telah berjasa merawat Soraya sehingga layak menjadi barang jual yang mahal."Sampai detik ini kalian mas