Karyawan Soraya mendorong tubuh Soraya karena reflek melihat Sabrina akan menyiram cairan dari botol minuman mineral ke arah Soraya.Untungnya cairan itu meleset tidak mengenai Soraya melainkan kaki karyawannya. Kaki karyawan itu terasa panas dan nyeri.“Astaga, ini adalah air keras,” ucap Satu karyawan lagi yang langsung reflek karena mencium bau agak menyengat dari cairan itu.“Cepat berikan pertolongan pertama,” perintah Soraya yang sudah naik pitam atas ulah Sabrina.Soraya cepat berdiri dan mengejar Sabrina yang mencoba kabur. Soraya berhasil meraih rambut Sabrina dan menjambaknya kasar sehingga Sabrina terhuyung ke belakang.“Dasar pembuat onar,” ucap Soraya.“Lepasakan aku, dasar jalang rendahan,” ucap Sabrina.“Kamu yang lebih rendahan. Beraninya ingin melukaiku dengan air keras yang kamu bawa,” ucap Soraya lalu menampar wajah Sabrina berulang kali karena sudah sangat kesal.“Kamu tidak ingin masuk berita karena melakukan penganiayaan terhadapku, ‘kan?” balas Sabrina.Ucapan i
Damar sangat khawatir tentang keadaan Soraya, dia berniat akan membuat perhituangan dengan keluarga Kwong jika Soraya kenapa-napa. Semua ini gara-gara Sabrina yang terus mencoba mencelakai istri tercintanya.“Dokter … Tolong segera berikan pertolongan untuk istri saya,” ucap Damar dengan nada penuh kekhawatiran.“Maaf, Pak. Anda tidak diperbolehkan masuk, tunggu saja di luar. Kami akan mengusahakan yang terbaik untuk istri Anda,” ucap seorang perawat yang menghadang Damar untuk tidak masuk ke ruang ugd.“Ta-pi,” ucap Damar belum selesai tapi pintu ruang ugd sudah tertutup rapat.Sebuah tangan menepuk pundak Damar, lalu pria tampan itu menoleh ke belakang. Ternyata itu Bu Margaret dan asisten pribadinya. Damar langsung memeluk maminya dan menangis sesenggukan.“Hei, dimana sikap arogan yang biasa kamu tunjukkan?” tanya Bu Margaret sambil tersenyum meledek.“Ma, ini bukan saatnya meledekku, ‘kan. Istriku pingsang karena banyak masalah yang menimpanya bertubi-tubi. Aku sebagai suami meras
Dokter tersenyum lalu menyalami Bu Margaret sebelum menjawab pertanyaan, "Selamat Anda akan segera memiliki keluarga baru," ucap Dokter. "Maksud Dokter, menantu saya sedang hamil?" tanya Bu Margaret. "Iya, usia kandungan saat ini empat minggu," jawab Dokter. Bu Margaret senang bukan main, begitu juga Damar dia antara senang dan tidak percaya kalau Soraya sedang mengandung bayinya "Dok, jadi istri saya bukan sakit melainkan sedang mengandung?" tanya Damar sekali lagi untuk meyakinkan. "Betul, istri Anda hanya kelelahan karena sedang hamil muda," jawab Dokter. Dilanjutkan Dokter memberikan nasehat yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan saat hamil muda seperti ini. Untuk trimester pertama ibu hamil dilarang banyak aktivitas. Lebih baik istirahat di rumah saja. "Boleh saya masuk ke dalam, Dok?" tanya Damar. "Boleh, hari ini juga susah pulang karena hanya kelelahan saja," jawab Dokter. "Terima kasih, Dok," ucap Damar lalu masuk ke ruang UGD melihat Soraya. Sampai di ruang UGD
Damar geram sekali melihat Bu Amber berhasil masuk ke dalam rumahnya. Hal ini sangat tidak sinkron dengan kebahagiaannya saat ini "Sepertinya aku harus mengganti semua penjaga rumah ini. Kalau mengurus wanita seperti ini saja kalian tidak becus," ucap Bu Margaret."Maafkan kami, Bu," jawab mereka bersamaan."Tutup mulut kalian semua, lebih baik serahkan Soraya padaku sekarang," ucap Bu Amber yang sudah sangat marah.Dia lupa berhadapan dengan siapa saat ini. Padahal rumah yang dia masuki adalah milik Damar dari keluarga Huang yang paling di segani di kota ini."Bawa Soraya ke kamar," ucap Damar kepada pelayan di rumahnya."Baik, Pak," jawab Pelayan itu.Melihat Soraya tanpa sepatah katapun naik ke lantai dua dipapah pelayan membuat Bu Amber kesal bukan main. Tanpa sadar dia memaki Soraya yang tidak mempedulikannya."Dasar jalang hina. Tanpa aku mungkin kamu sudah dijual oleh pihak panti asuhan untuk menjadi seorang pelacur," seru Bu Amber. "Beraninya kamu tak menghiraukan aku sepert
Damar menyeringai tipis, begitu juga Bu Margaret. Sepasang ibu dan anak itu di kepalanya sudah merencanakan sesuatu yang mengerikan."Anggap kamu dan Soraya tak saling mengenal," ucap Damar."Kamu dan putri kesayanganmu itu sudah terlalu jahat sama menantuku. Jadi, mulai sekarang kamu harus bertanggung jawab atas segala masalah yang ditimbulkan Sabrina," imbuh Bu Margaret.Bu Amber terlihat gemetaran tubuhnya. Dia tahu kalau Damar dan ibunya menyukai Soraya, tapi dalam benaknya mungkin mereka hanya sekedar kasihan. Saat dia melihat kenyataan, bahwa Soraya begitu berarti dalam hidup mereka Bu Amber menjadi takut dan ciut nyalinya untuk melukai Soraya lagi."Aku setuju," ucap Bu Amber lirih."Bagus, aku pegang kata-katamu, ibu mertua," balas Damar sambil menyeringai tipis."Lebih tepatnya, mantan ibu mertua yang sudah tidak diakui," imbuh Bu Margaret.Bu Amber mengangguk saja, Damar dan Ibunya begitu menakutkan. Kalau Bu Amber sampai berani melakukan hal yang membuat mereka berdua tidak
Bu Amber memang menginginkan keuntungan dari pernikahan Soraya dan Damar. Tapi pihak Soraya sudah memutuskan untuk tidak lagi terlibat dengan keluarga Kwong. Apalagi ancaman dari Damar dan bu Margaret sangat menakutkan.“Soraya sudah memberikan uang ganti sekolahnya,” ucap Bu Amber.“Itu saja tidak cukup,” balas Sabrina. “Dia itu mempunyai suami kaya, hanya memberikan uang lima ratus juta itu belum cukup,” lanjut Sabrina.“Kita tidak akan menang melawan kelurga Kwong, Sabrina,” tegas Bu Amber.Sabrina menggigit kuku jarinya, dia masih tidak percaya sang ibu akan menyerah untuk menekan Soraya agar memberikan keuntungan yang lebih untuk keluarga Kwong.“Aku kecewa pada mama,” ucap Sabrina yang wajahnya terlihat tidak suka.“Jangan seperti itu, kita pikirkan menekan Soraya nanti saja setelah kamu keluar dari sini, ya,” bujuk Bu Amber.Belum juga selesai membujuk Sabrina agar tidak merajuk dan kecewa karena kali ini Bu Amber tidak menuruti permintaannya, Polisi datang ke ruang besuk tahan
Cakra gemetar melihat seseorang yang sudah berada di sampingnya. Kedatangan orang itu membuatnya sakit hati, kesal, dan penuh dendam.Tapi sepertinya orang yang ada di sampingnya malah senang melihat ekspresi Cakra yang seperti itu. Dia menyalakan rokok dan menghembuskan asapnya ke arah Cakra seolah menantangnya."Apa yang kamu inginkan dariku, datang ke sini tanpa kabar?" tanya Cakra dengan tegas menyembunyikan ketakutan serta kegelisahannya."Apa kamu lupa proyek besar yang akan kamu bicarakan hari ini. Adalah aku bosnya," jawab Damar."Tapi aku tak memiliki janji dengan perusahaan Huang. Yang akan aku temui saat ini juga bukan kamu," balas Cakra.Damar terkekeh, "Memang bukan perusahaan Huang langsung. Tapi dia masih satu grup dengan perusahaan Huang. Aku sengaja meminta sepupuku untuk menggantikannya dalam rapat besar bersamamu, aku harap kemampuanmu tidak mengecewakanku," ucap Damar.Cakra menghentakkan giginya, dia sungguh kesal karena Damar selalu menghantuinya. Tak hanya mereb
Damar menyeringai tipis, inilah saat yang dia tunggu untuk segera katakan kepada Cakra. Mengenai Sabrina, istri tercintanya. "Biarkan dia mendekam di penjara," balas Damar. "Ta-pi reputasiku?" tanya Cakra terbata. "Jangan khawatir Cakra, kalau kamu mau bekerja sama denganku, soal reputasi itu bisa diatur," bisik Damar. Damar menceritakan secara detail apa yang dilakukan oleh Sabrina hari itu, bukti juga sudah ada. Lalu mengenai mertua Cakra yang datang ke rumahnya membuat onar padahal hari itu adalah hari bahagia Damar dan Soraya, tak lupa Damar ceritakan pada Cakra. Damar mempertegas, kalau Cakra memutuskan untuk membiarkan Sabrina dipenjara untuk memberikan efek jera. Maka Damar akan berdiri di samping Cakra untuk memperluas jaringan bisnisnya. "Aku setuju, kalau itu yang akan aku dapatkan. Tapi kamu tidak bisa ingkar janji," ucap Cakra. "Sejak kapan aku ingkar janji Cakra. Lalu satu lagi Cakra," ucap Damar. "Apa lagi, aku akan menurutinya," balas Cakra bersemangat. "Jangan