Damar mengepalkan tangannya. Bisa-bisanya ada sekelompok orang secata terang terangan menjndas istrinya. "Apa mereka tidak memandang aku yang masih hidup ini. Menindas istriku berarti menyatakan perang denganku," gumam Damar. "Tenanglah, kita tidak tahu kalau belum melihat secara pasti," balas Soraya yang ingin segera turun dari mobil untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Damar yang khawatir, ikut turun dan memastikan keadaan di butik Soraya. Hal ini dia lakukan untuk melindungi Soraya agar orang tak seenaknya menindas Soraya. "Aku tidak akan memaafkan orang yang menindas istriku apapun yang terjadi dan siapapun orangnya," gumam Damar dalam hati. Tapi saat sampai di dekat kerumunan orang, mereka yang awalnya khawatir menjadi terpaku tidak percaya. Karena kerumuman orang itu bukan untuk mencari masalah namun untuk membeli stok gaun, blus, one set, rok kerja yang ada di butik Soraya. "Tolong antri, jangan berebut," seru karyawan butik Soraya yang menjaga kasir. "Bu, Ibu janga
Sabrina tercengang melihat apa yang dibawa oleh Cakra. Sebuah gaun berwarna biru persis dengan video yang viral beredar di internet.“Apa kamu bodoh, itu gaun milikku. Untuk apa bertanya lagi,” ucap Sabrina sambil melipat kedua tangannya.“Masalahnya, gaun ini kenapa sangat mirip dengan gaun rusak yang viral itu,” balas Cakra.“Mana aku tahu, memangnya yang punya gaun seperti itu hanya satu di dunia ini. Apa kamu lupa, aku ini wanita berpengaruh di pergaulan sosial kelas atas, jadi wajar saja kalau banyak yang meniru gayaku!” seru Sabrina.Cakra mendekati Sabrina, lalu menatap wajah sang istri dengan seksama. Cakra ingin tahu apakah Sabriba masih bisa berbohong kalau Cakra bersikap tegas padanya.“Katakan yang sebenarnya padaku. Kenapa kamu melakukan ini pada Soraya. Padahal kamu sudah berhasil merebutku dari sisinya?” tanya Cakra.“Kenapa kamu seolah menuduhku sengaja mencelakai Soraya. Satu lagi yang harus aku tegaskan lagi padamu, aku tidak merebutmu dari Soraya. Kamu sendiri yang
Karyawan Soraya mendorong tubuh Soraya karena reflek melihat Sabrina akan menyiram cairan dari botol minuman mineral ke arah Soraya.Untungnya cairan itu meleset tidak mengenai Soraya melainkan kaki karyawannya. Kaki karyawan itu terasa panas dan nyeri.“Astaga, ini adalah air keras,” ucap Satu karyawan lagi yang langsung reflek karena mencium bau agak menyengat dari cairan itu.“Cepat berikan pertolongan pertama,” perintah Soraya yang sudah naik pitam atas ulah Sabrina.Soraya cepat berdiri dan mengejar Sabrina yang mencoba kabur. Soraya berhasil meraih rambut Sabrina dan menjambaknya kasar sehingga Sabrina terhuyung ke belakang.“Dasar pembuat onar,” ucap Soraya.“Lepasakan aku, dasar jalang rendahan,” ucap Sabrina.“Kamu yang lebih rendahan. Beraninya ingin melukaiku dengan air keras yang kamu bawa,” ucap Soraya lalu menampar wajah Sabrina berulang kali karena sudah sangat kesal.“Kamu tidak ingin masuk berita karena melakukan penganiayaan terhadapku, ‘kan?” balas Sabrina.Ucapan i
Damar sangat khawatir tentang keadaan Soraya, dia berniat akan membuat perhituangan dengan keluarga Kwong jika Soraya kenapa-napa. Semua ini gara-gara Sabrina yang terus mencoba mencelakai istri tercintanya.“Dokter … Tolong segera berikan pertolongan untuk istri saya,” ucap Damar dengan nada penuh kekhawatiran.“Maaf, Pak. Anda tidak diperbolehkan masuk, tunggu saja di luar. Kami akan mengusahakan yang terbaik untuk istri Anda,” ucap seorang perawat yang menghadang Damar untuk tidak masuk ke ruang ugd.“Ta-pi,” ucap Damar belum selesai tapi pintu ruang ugd sudah tertutup rapat.Sebuah tangan menepuk pundak Damar, lalu pria tampan itu menoleh ke belakang. Ternyata itu Bu Margaret dan asisten pribadinya. Damar langsung memeluk maminya dan menangis sesenggukan.“Hei, dimana sikap arogan yang biasa kamu tunjukkan?” tanya Bu Margaret sambil tersenyum meledek.“Ma, ini bukan saatnya meledekku, ‘kan. Istriku pingsang karena banyak masalah yang menimpanya bertubi-tubi. Aku sebagai suami meras
Dokter tersenyum lalu menyalami Bu Margaret sebelum menjawab pertanyaan, "Selamat Anda akan segera memiliki keluarga baru," ucap Dokter. "Maksud Dokter, menantu saya sedang hamil?" tanya Bu Margaret. "Iya, usia kandungan saat ini empat minggu," jawab Dokter. Bu Margaret senang bukan main, begitu juga Damar dia antara senang dan tidak percaya kalau Soraya sedang mengandung bayinya "Dok, jadi istri saya bukan sakit melainkan sedang mengandung?" tanya Damar sekali lagi untuk meyakinkan. "Betul, istri Anda hanya kelelahan karena sedang hamil muda," jawab Dokter. Dilanjutkan Dokter memberikan nasehat yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan saat hamil muda seperti ini. Untuk trimester pertama ibu hamil dilarang banyak aktivitas. Lebih baik istirahat di rumah saja. "Boleh saya masuk ke dalam, Dok?" tanya Damar. "Boleh, hari ini juga susah pulang karena hanya kelelahan saja," jawab Dokter. "Terima kasih, Dok," ucap Damar lalu masuk ke ruang UGD melihat Soraya. Sampai di ruang UGD
Damar geram sekali melihat Bu Amber berhasil masuk ke dalam rumahnya. Hal ini sangat tidak sinkron dengan kebahagiaannya saat ini "Sepertinya aku harus mengganti semua penjaga rumah ini. Kalau mengurus wanita seperti ini saja kalian tidak becus," ucap Bu Margaret."Maafkan kami, Bu," jawab mereka bersamaan."Tutup mulut kalian semua, lebih baik serahkan Soraya padaku sekarang," ucap Bu Amber yang sudah sangat marah.Dia lupa berhadapan dengan siapa saat ini. Padahal rumah yang dia masuki adalah milik Damar dari keluarga Huang yang paling di segani di kota ini."Bawa Soraya ke kamar," ucap Damar kepada pelayan di rumahnya."Baik, Pak," jawab Pelayan itu.Melihat Soraya tanpa sepatah katapun naik ke lantai dua dipapah pelayan membuat Bu Amber kesal bukan main. Tanpa sadar dia memaki Soraya yang tidak mempedulikannya."Dasar jalang hina. Tanpa aku mungkin kamu sudah dijual oleh pihak panti asuhan untuk menjadi seorang pelacur," seru Bu Amber. "Beraninya kamu tak menghiraukan aku sepert
Damar menyeringai tipis, begitu juga Bu Margaret. Sepasang ibu dan anak itu di kepalanya sudah merencanakan sesuatu yang mengerikan."Anggap kamu dan Soraya tak saling mengenal," ucap Damar."Kamu dan putri kesayanganmu itu sudah terlalu jahat sama menantuku. Jadi, mulai sekarang kamu harus bertanggung jawab atas segala masalah yang ditimbulkan Sabrina," imbuh Bu Margaret.Bu Amber terlihat gemetaran tubuhnya. Dia tahu kalau Damar dan ibunya menyukai Soraya, tapi dalam benaknya mungkin mereka hanya sekedar kasihan. Saat dia melihat kenyataan, bahwa Soraya begitu berarti dalam hidup mereka Bu Amber menjadi takut dan ciut nyalinya untuk melukai Soraya lagi."Aku setuju," ucap Bu Amber lirih."Bagus, aku pegang kata-katamu, ibu mertua," balas Damar sambil menyeringai tipis."Lebih tepatnya, mantan ibu mertua yang sudah tidak diakui," imbuh Bu Margaret.Bu Amber mengangguk saja, Damar dan Ibunya begitu menakutkan. Kalau Bu Amber sampai berani melakukan hal yang membuat mereka berdua tidak
Bu Amber memang menginginkan keuntungan dari pernikahan Soraya dan Damar. Tapi pihak Soraya sudah memutuskan untuk tidak lagi terlibat dengan keluarga Kwong. Apalagi ancaman dari Damar dan bu Margaret sangat menakutkan.“Soraya sudah memberikan uang ganti sekolahnya,” ucap Bu Amber.“Itu saja tidak cukup,” balas Sabrina. “Dia itu mempunyai suami kaya, hanya memberikan uang lima ratus juta itu belum cukup,” lanjut Sabrina.“Kita tidak akan menang melawan kelurga Kwong, Sabrina,” tegas Bu Amber.Sabrina menggigit kuku jarinya, dia masih tidak percaya sang ibu akan menyerah untuk menekan Soraya agar memberikan keuntungan yang lebih untuk keluarga Kwong.“Aku kecewa pada mama,” ucap Sabrina yang wajahnya terlihat tidak suka.“Jangan seperti itu, kita pikirkan menekan Soraya nanti saja setelah kamu keluar dari sini, ya,” bujuk Bu Amber.Belum juga selesai membujuk Sabrina agar tidak merajuk dan kecewa karena kali ini Bu Amber tidak menuruti permintaannya, Polisi datang ke ruang besuk tahan