Damar menggelengkan kepalanya, dia tidak ingin membatalkan apa yang ingin dia lakukan saat ini bersama istri tercintanya.“Sudah kewajibanmu melayani suami, bukan?” goda Damar lalu menggendong Soraya.“Tapi kamu sudah melakukannya tadi. Aku lelah, aku berhak menolak,” jawab Soraya.Damar terkekeh, dia merebahkan Soraya ke kasur empuk miliknya lalu terkekeh sambil memegang perutnya. Dia sangat menggoda Soraya, apalagi sampai Soraya memerah wajahnya karena malu.“Apa yang membuatmu tertawa seperti itu?” tanya Soraya agak kesal.“Karena kamu menggemaskan,” jawab Damar.Soraya melengos, lalu dia memiringkan tubuhnya sambil memeluk guling. Dia kesal karena Damar selalu meledeknya.“Begitu saja marah,” ucap Damar sambil mengecup pipi Soraya.“Biarin saja,” balas Soraya lalu menarik selimut sampai menutupi wajahnya.Damar hanya tersenyum lalu dari balik selimut mengatakan, “Selamat tidur istriku,” tak lama setelah itu Damar rebahan di samping Soraya dan terlelap sampai pagi.Soraya bangun le
Gaun terlempar telah mengenai wajah Soraya dan perlahan terjatuh ke lantai. Hal ini membuat Soraya kaget sekaligus kesal, kenapa ada wanita muda cantik yang tidak memiliki sopan santun seperti ini. Soraya berjongkok memungut gaun yang terjatuh itu. "Kenapa dengan gaun ini?" tanya Soraya. "Apa matamu buta. Gaun itu aku baru mau aku pakai tapi malah robek seperti itu. Apa kualitas benang di sini jelek!" seru Pelanggan itu dengan nada marah. Soraya memeriksa gaun berwarna biru navy itu dari ujung ke ujung. Memang ada robekan di bagian jahitan tapi sepertinya itu bukan disebabkan karena kelalaian penjahit. "Ini rusak karena faktor sengaja," ucap Soraya. "Tidak mungkin aku sengaja merobeknya dan meminta ganti rugi padamu 'kan?" ucap perempuan muda itu. "Aku tidak menuduhmu. Tapi tujuanmu ke sini sambil membawa gaun rusak ini tanpa konfirmasi sebelumnya apalagi kalau tidak menuntut ganti rugi," balas Soraya tegas. "Apa kamu meremehkan aku. Kamu tidak tahu siapa aku, hah?" tan
Karyawan itu menemukan fakta kalau gaun yang dia pegang sekarang bukan gaun buatan butik milik Soraya. "Terlihat sama tapi ini adalah gaun palsu," ucap Karyawan itu. "Sini aku lihat," balas Soraya. Karyawan itu memberikan gaun yang sudah rusak tadi pada Soraya. Ternyata memang benar, gaun yang dibawa gadis pembuat onar tadi bukan barang milik butik Soraya dibuktikan tidak ada logo brand dan tanda buatan butik Soraya yang biasa di taruh di bagian tersembunyi di dalam gaun. "Ya Tuhan kenapa ada orang jahat seperti ini," ucap Soraya. "Apa kita perlu lapor polisi, Bu?" tanya Karyawan. "Tidak perlu," jawab Soraya. "Tapi, Bu. Kita sudah terkena fitnah. ini akan berdampak pada penjualan butik kita," ucap Karyawan Soraya. "Saya mengerti kekhawatiran kamu. Tapi aku punya cara tersendiri," balas Soraya. "Baik, Bu," ucap Karyawan Soraya. Soraya meminta karyawannya untuk tidak terpancing oleh insiden yang terjadi barusan. Mungkin ada seseorang yang sengaja ingin membuat jatuh
Soraya menatap karyawannya tajam sebelum pertanyaan dari sang karyawan tersebut. "Kita akan menemukan apa tujuannya menyerangku. Siapa dalang dibalik semua ini juga akan terungkap kalau dia semakin banyak diundang podcast atau wawancara talk show," ucap Soraya lalu menyandarkan punggung di kursinya. "Jadi seperti itu, baik saya paham, Bu," balas karyawan itu. "Kembalilah bekerja, jangan terganggu dengan sebuah fitnah yang ternyata bukan dari butik kita," pinta Soraya. Karyawan itu mengangguk lalu pergi meninggalkan ruangan Soraya. Sedangkan Soraya mulai tenang dan kembali fokus mengerjakan pekerjaannya. Berita di internet semakin viral, banyak pro dan kontra diantara netizen. Ada yang mendukung bahkan banyak pula yang menghujat Soraya. Tapi sepertinya Soraya sibuk bekerja dan enggan untuk menimpali atau menanggapi berita tak penting itu. Soraya mengangkat teleponnya disela kesibukan memperhatikan para karyawan bekerja. ["Sayangku, apa kamu sudah makan siang?"] tanya Dam
Soraya mengibaskan rambutnya, dia tampak santai sama sekali tidak murah dengan pertanyaan itu. Sebaliknya dia memasang wajah sombong dan angkuh."Apa ada bukti bahwa gaun itu dibeli dari butikku?" tanya Soraya balik."Tidak mungkin seseorang lupa membeli gaun di mana 'kan,' balas sang wartawan."Selama tidak ada bukti pembayaran berupa kwitansi, berarti itu bukan barang dari butikku," balas Soraya sambil menunjukkan wajah ayunya.Banyak pertanyaan dari wartawan yang mencoba menyudutkan. Di bolak balik agar Soraya tampak bingung, namun yang ada Soraya tidak pernah gugup sama sekali dan tetap konsisten menjawab sesuai kenyataan yang ada."Pertanyaan terkahir, Soraya. Kenapa kamu yakin sekali kalau perempuan itu tidak membeli gaun pada butikmu?" tanya Wartawan."Banyak sekali orang yang ingin menjatuhkan ku. Karena iri aku yang bukan siapa siapa ini bisa menikah dengan cucu konglomerat seperti Damar. Dia mencoba menjatuhkanku melalui bisnis," balas Soraya.wartawan masih ingin mengajukan
Damar mengepalkan tangannya. Bisa-bisanya ada sekelompok orang secata terang terangan menjndas istrinya. "Apa mereka tidak memandang aku yang masih hidup ini. Menindas istriku berarti menyatakan perang denganku," gumam Damar. "Tenanglah, kita tidak tahu kalau belum melihat secara pasti," balas Soraya yang ingin segera turun dari mobil untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Damar yang khawatir, ikut turun dan memastikan keadaan di butik Soraya. Hal ini dia lakukan untuk melindungi Soraya agar orang tak seenaknya menindas Soraya. "Aku tidak akan memaafkan orang yang menindas istriku apapun yang terjadi dan siapapun orangnya," gumam Damar dalam hati. Tapi saat sampai di dekat kerumunan orang, mereka yang awalnya khawatir menjadi terpaku tidak percaya. Karena kerumuman orang itu bukan untuk mencari masalah namun untuk membeli stok gaun, blus, one set, rok kerja yang ada di butik Soraya. "Tolong antri, jangan berebut," seru karyawan butik Soraya yang menjaga kasir. "Bu, Ibu janga
Sabrina tercengang melihat apa yang dibawa oleh Cakra. Sebuah gaun berwarna biru persis dengan video yang viral beredar di internet.“Apa kamu bodoh, itu gaun milikku. Untuk apa bertanya lagi,” ucap Sabrina sambil melipat kedua tangannya.“Masalahnya, gaun ini kenapa sangat mirip dengan gaun rusak yang viral itu,” balas Cakra.“Mana aku tahu, memangnya yang punya gaun seperti itu hanya satu di dunia ini. Apa kamu lupa, aku ini wanita berpengaruh di pergaulan sosial kelas atas, jadi wajar saja kalau banyak yang meniru gayaku!” seru Sabrina.Cakra mendekati Sabrina, lalu menatap wajah sang istri dengan seksama. Cakra ingin tahu apakah Sabriba masih bisa berbohong kalau Cakra bersikap tegas padanya.“Katakan yang sebenarnya padaku. Kenapa kamu melakukan ini pada Soraya. Padahal kamu sudah berhasil merebutku dari sisinya?” tanya Cakra.“Kenapa kamu seolah menuduhku sengaja mencelakai Soraya. Satu lagi yang harus aku tegaskan lagi padamu, aku tidak merebutmu dari Soraya. Kamu sendiri yang
Karyawan Soraya mendorong tubuh Soraya karena reflek melihat Sabrina akan menyiram cairan dari botol minuman mineral ke arah Soraya.Untungnya cairan itu meleset tidak mengenai Soraya melainkan kaki karyawannya. Kaki karyawan itu terasa panas dan nyeri.“Astaga, ini adalah air keras,” ucap Satu karyawan lagi yang langsung reflek karena mencium bau agak menyengat dari cairan itu.“Cepat berikan pertolongan pertama,” perintah Soraya yang sudah naik pitam atas ulah Sabrina.Soraya cepat berdiri dan mengejar Sabrina yang mencoba kabur. Soraya berhasil meraih rambut Sabrina dan menjambaknya kasar sehingga Sabrina terhuyung ke belakang.“Dasar pembuat onar,” ucap Soraya.“Lepasakan aku, dasar jalang rendahan,” ucap Sabrina.“Kamu yang lebih rendahan. Beraninya ingin melukaiku dengan air keras yang kamu bawa,” ucap Soraya lalu menampar wajah Sabrina berulang kali karena sudah sangat kesal.“Kamu tidak ingin masuk berita karena melakukan penganiayaan terhadapku, ‘kan?” balas Sabrina.Ucapan i