Pak Kwong seperti orang bengong pasalnya memang dia segar bugar tak sakit sama sekali."Apa yang kamu katakan!" seru Pak Kwong dengan nada tinggi "Aku ke sini karena mendengar kabar kalau Ayah sakit," jawab Soraya.Ketiga orang yang ada di ruang makan itu saling pandang. Mereka sedang menyusun rencana lagi untuk meyakinkan Soraya dan Damar bahwa Pak Kwong betulan sakit."Kurang ajar, kamu mendoakan aku sakit lalu mati, hah!" bentak Pak Kwong."Tanya saja sama istri, anak dan menantimu. Mereka yang mengabari kami kalau Anda sakit," ucap Damar kesal.Bu Amber langsung merangkul suaminya, dia membisikkan kata kata entah apa ke telinga Pak Kwong. "Uhuk," Pak Kwong pura pura batuk setelahnya. Soraya dan Damar saling tatap, mereka sudah malas meladeni kebohongan keluarga Kwong. Entah mereka ini merencanakan apa lagi."Soraya, apa kamu tidak merindukan ayah?" tanya Pak Kwong."Padahal ayah tadi seperti tidak suka dengan kedatanganku. Soal kerinduan aku memang rindu, tapi ayah dan ibu bukan
Sabrina yang pandai bersandiwara itu langsung duduk di bangku dan menangis. Damar menatapnya nanar apa lagi yang diinginkan oleh wanita penuh trik licik ini.“Kak, begitu buruk kah aku di matamu?” tanya Sabrina sambil mengusap air matanya.“Tega sekali kamu membuat keluarga ini sedih,” imbuh Cakra sambil memeluk Sabrina.“Iya, kamu memang begitu buruk di mataku. Sampai aku tidak mempercayaimu,” jawab Soraya dengan tegas.Pak Kwong yang tadinya ikut bersandiwara langsung berdiri dengan tegap, dia sangat tidak menyukai sikap Soraya yang tidak bisa diatur seperti dulu.“Padahal dahulu kamu adalah anak yang penurut. Kenapa jadi pembangkang!” seru Pak Kwong.“Aku jadi anak penurut tapi berakhir diabaikan,” jawab Soraya.“Karena ayah mertua sepertinya sudah sehat, lebih baik kami pulang saja sekarang, semoga sehat seterusnya,” ucap Damar lalu menggandeng Soraya untuk pergi.Pak Kwong mencegah mereka pergi, karena memang pada awalnya mereka mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan karen
Keluarga Kwong sangat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Soraya. Hal ini membuat Bu Amber terlihat sangat marah.“Dasar tidak tahu berterima kasih, apa kamu pikir sudah hebat hah!” seru Bu Amber.“Aku sudah berterima kasih, aku sudah membayar hutang biaya sekolahku kepada keluarga Kwong,” balas Soraya.“Jangan senang dulu kamu mendapat suami kaya. Suatu hari nanti kalau dia sudah bosan, kamu akan dibuang layaknya sampah,” bentak Bu Amber.Damar merangkul Soraya dengan erat, dia ingin menunjukkan kepada keluarga Kwong tidak ada kata bosan dengan Soraya sampai kapanpun. Cintanya sangat tulus pada Soraya, saat ini hingga nanti.“Ibu mertua ini berkata apa sih. Aku malah takut kalau ucapan ibu akan berbalik ke anak kesayangan ibu,” ucap Damar.“Sama seperti suamiku aku juga takut, kalau menantu kesayangan ibu akan berpaling ke wanita lain,” imbuh Soraya sengaja memanas manasi.Damar tersenyum sinis ke arah mereka berdua, terlebih dia melihat ke arah Cakra dan Sabrina yang sejak tadi
“Hacuu,” tiba-tiba saja Soraya bersih, lalu lehernya menjadi dingin. “Kamu kenapa?” tanya Damar khawatir kalau Soraya sakit. “Aku tidak apa-apa. Aku merasa ada yang mengutukku,” jawab Soraya sambil menggosok hidungnya yang gatal. “Itu hanya mitos, ayo kita pulang. Sepertinya kamu sudah kelelahan,” ucap Damar lalu melepas mantelnya dan menyelimutkan ke pundak Soraya. Mata Damar teduh saat menatap Soraya menandakan bahwa dia jatuh hati pada Soraya. Dari kejauhan orang yang memperhatikan Soraya dan Damar mengumpat kesal melihat kebahagiaan mereka berdua. “Kenapa harus dia,” ucap Sabrina sambil meninjukan tangannya ke tembok. “Sabrina, ternyata kamu di sini,” ucap Cakra lalu mengelus jari jari Sabrina yang lecet karena ditinjukan ke tembok dengan lembut. Sabrina tidak menjawab, dia hanya melihat Cakra membalut luka di tangannya dengan plester. Walau dia bisa merebut Cakra dari Soraya. Tapi sepertinya wanita itu belum puas, karena ternyata Soraya bisa mendapatkan lelaki yang lebih t
Seorang pria membawa buket mawr putih kesukaan Soraya. Dia tersenyum lebar saat melihat wajah ayu Soraya, wanita yang dulu pernah mengisi hari harinya itu sekarang lebih bersinar, baik karir maupun penampilannya.“Aku merindukanmu, Soraya,” ucap Pria itu.“Cih, pria tidak setiap sepertimu tidak pantas merindukan aku,” tegas Soraya sambil melipat kedua tangannya.“Jangan berkata seperti itu seolah kamu sudah melupakanku, Soraya,” ucap Cakra.“Semenjak hari itu aku memang sudah melupakanmu,” balas Soraya.Cakra tidak ingin mundur, dia tetap ingin meyakinkan Soraya bahwa cintanya tidak akan pernah padam sedikitpun.“Aku tidak yakin kamu benar-benar telah melupakanku, Soraya,” ucap Cakra.“Aku memiliki suami yang mencintaiku, dia juga memiliki segalanya,” balas Soraya. “Tidak ada gunanya aku terus memikirkan sampah sepertimu,” lanjut Soraya.Jantung Cakra berdetak cepat, hatinya terasa nyeri. Orang yang dulu mencurahkan kasih sayang kepadanya kini telah mencampakannya. Cakra meremas kemej
Cakra memang sengaja ingin membuat kesalahpahaman antara Damar dan Soraya. Kalau Damar cemburu otomatis mereka akan bertengkar, hubungan mereka akan menjadi renggang lalu Cakra akan menghibur Soraya lalu memikat hatinya kembali.“Apa yang kamu inginkan, lepaskan aku,” tegas Soraya.“Tidak, aku masih ingin memastikan satu hal denganmu,” balas Cakra.“Apa lagi?” tanya Soraya ketus sambil mencoba melepaskan tangan yang dipegang oleh Cakra.“Jika Damar menyakitimu, kembalilah padaku,” ucap Cakra.Damar yang mendengar itu sedikit agak tak enak hati. Pasalnya mana mungkin seorang Damar yang sudah menunggu Soraya putus hubungan dengan Cakra akan meninggalkan Soraya dengan mudah.“Sayangnya, yang kamu inginkan itu tidak akan pernah terjadi,” ucap Damar.“Kamu orang kaya, pasti tidak cukup satu wanita,” balas Cakra.“Aku ini orang setia, tidak sepertimu yang gampang tergoda walau sudah memiliki kekasih,” ucap Damar.“Jangan ladeni dia lagi, sayang, ayo kita pulang,” ajak Soraya dengan mesra.W
Soraya takut kalau Damar betulan akan melakukan semua itu di mobil Semua orang bisa melihat apa yang mereka lakukan."Hentikan," ucap Soraya sambil menutup matanya."Kenapa kamu seperti itu, bukannya kita sudah sering melakukannya," balas Damar sambil tersenyum."Ini di mobil," ucap Soraya lirih."Berarti kita bisa melakukan begitu sampai di kamar, 'kan?" tanya Damar."Nggak juga," balas Soraya.Damar terkekeh geli melihat sang istri sungguh menggemaskan seperti itu. Damar mengecup kening Soraya mesra sebelum turun dari mobil.Melihat Damar turun lebih dulu dari mobil Soraya lega karena dia bisa menahan hasrat dan tak melakukan hubungan itu dimobil."Syukurlah, dia tak melakukan ini di mobil," gumam Soraya lalu mengikuti Damar turun menuju kamar untuk istirahat sejenak sebelum melakukan aktivitas lainnya sepulang kerja.Sampai kamar, impiannya untuk segera istirahat melepas penat seharian bekerja pun sirna. Hal ini karena Damar langsung memeluknya dan mengajaknya berolahraga.“Ya ampu
Damar menyembunyikan obat itu, dia melirik Soraya yang sedang tertidur lelap di kasurnya. Damar langsung menghampirinya lalu mengecup mesra kening Soraya.“Aku mencintaimu, Soraya,” ucap Damar lalu memeluk Soraya dan tidur terlelap di samping istri tercintanya itu.Keesokan harinya, Soraya bangun. Dia seperti orang kebingungan mencari barang yang keselip entah di mana. Soraya mencari di tumpukan baju, lemari, meja kosmetik, hingga kolong tempat tidur namun dia tidak menemukan apa yang sedang dia cari.“Kamu mencari apa, Soraya?” tanya Damar ketika membuka matanya.“A-ku … aku tidak mencari benda yang sangat penting sih. Cuma aku membutuhkannya,” jawab Soraya terbata.“Kalau tidak terlalu penting abaikan saja. Tapi kalau memang kamu sangat membutuhkannya, aku bisa membelikan baru untukmu,” ucap Damar.“Ti-dak usah,” ucap Soraya lalu murung.Damar menyeringai tipis, dia teringat obat yang dia temukan semalam di lantai kamarnya. Walau belum jelas mengetahui secara pasti apakah Soraya men