Seorang pria membawa buket mawr putih kesukaan Soraya. Dia tersenyum lebar saat melihat wajah ayu Soraya, wanita yang dulu pernah mengisi hari harinya itu sekarang lebih bersinar, baik karir maupun penampilannya.“Aku merindukanmu, Soraya,” ucap Pria itu.“Cih, pria tidak setiap sepertimu tidak pantas merindukan aku,” tegas Soraya sambil melipat kedua tangannya.“Jangan berkata seperti itu seolah kamu sudah melupakanku, Soraya,” ucap Cakra.“Semenjak hari itu aku memang sudah melupakanmu,” balas Soraya.Cakra tidak ingin mundur, dia tetap ingin meyakinkan Soraya bahwa cintanya tidak akan pernah padam sedikitpun.“Aku tidak yakin kamu benar-benar telah melupakanku, Soraya,” ucap Cakra.“Aku memiliki suami yang mencintaiku, dia juga memiliki segalanya,” balas Soraya. “Tidak ada gunanya aku terus memikirkan sampah sepertimu,” lanjut Soraya.Jantung Cakra berdetak cepat, hatinya terasa nyeri. Orang yang dulu mencurahkan kasih sayang kepadanya kini telah mencampakannya. Cakra meremas kemej
Cakra memang sengaja ingin membuat kesalahpahaman antara Damar dan Soraya. Kalau Damar cemburu otomatis mereka akan bertengkar, hubungan mereka akan menjadi renggang lalu Cakra akan menghibur Soraya lalu memikat hatinya kembali.“Apa yang kamu inginkan, lepaskan aku,” tegas Soraya.“Tidak, aku masih ingin memastikan satu hal denganmu,” balas Cakra.“Apa lagi?” tanya Soraya ketus sambil mencoba melepaskan tangan yang dipegang oleh Cakra.“Jika Damar menyakitimu, kembalilah padaku,” ucap Cakra.Damar yang mendengar itu sedikit agak tak enak hati. Pasalnya mana mungkin seorang Damar yang sudah menunggu Soraya putus hubungan dengan Cakra akan meninggalkan Soraya dengan mudah.“Sayangnya, yang kamu inginkan itu tidak akan pernah terjadi,” ucap Damar.“Kamu orang kaya, pasti tidak cukup satu wanita,” balas Cakra.“Aku ini orang setia, tidak sepertimu yang gampang tergoda walau sudah memiliki kekasih,” ucap Damar.“Jangan ladeni dia lagi, sayang, ayo kita pulang,” ajak Soraya dengan mesra.W
Soraya takut kalau Damar betulan akan melakukan semua itu di mobil Semua orang bisa melihat apa yang mereka lakukan."Hentikan," ucap Soraya sambil menutup matanya."Kenapa kamu seperti itu, bukannya kita sudah sering melakukannya," balas Damar sambil tersenyum."Ini di mobil," ucap Soraya lirih."Berarti kita bisa melakukan begitu sampai di kamar, 'kan?" tanya Damar."Nggak juga," balas Soraya.Damar terkekeh geli melihat sang istri sungguh menggemaskan seperti itu. Damar mengecup kening Soraya mesra sebelum turun dari mobil.Melihat Damar turun lebih dulu dari mobil Soraya lega karena dia bisa menahan hasrat dan tak melakukan hubungan itu dimobil."Syukurlah, dia tak melakukan ini di mobil," gumam Soraya lalu mengikuti Damar turun menuju kamar untuk istirahat sejenak sebelum melakukan aktivitas lainnya sepulang kerja.Sampai kamar, impiannya untuk segera istirahat melepas penat seharian bekerja pun sirna. Hal ini karena Damar langsung memeluknya dan mengajaknya berolahraga.“Ya ampu
Damar menyembunyikan obat itu, dia melirik Soraya yang sedang tertidur lelap di kasurnya. Damar langsung menghampirinya lalu mengecup mesra kening Soraya.“Aku mencintaimu, Soraya,” ucap Damar lalu memeluk Soraya dan tidur terlelap di samping istri tercintanya itu.Keesokan harinya, Soraya bangun. Dia seperti orang kebingungan mencari barang yang keselip entah di mana. Soraya mencari di tumpukan baju, lemari, meja kosmetik, hingga kolong tempat tidur namun dia tidak menemukan apa yang sedang dia cari.“Kamu mencari apa, Soraya?” tanya Damar ketika membuka matanya.“A-ku … aku tidak mencari benda yang sangat penting sih. Cuma aku membutuhkannya,” jawab Soraya terbata.“Kalau tidak terlalu penting abaikan saja. Tapi kalau memang kamu sangat membutuhkannya, aku bisa membelikan baru untukmu,” ucap Damar.“Ti-dak usah,” ucap Soraya lalu murung.Damar menyeringai tipis, dia teringat obat yang dia temukan semalam di lantai kamarnya. Walau belum jelas mengetahui secara pasti apakah Soraya men
Soraya terlihat gagap karena melihat obat yang dia cari ada di tangan Damar. Bagaimana itu bisa terjadi?Soraya berdiri perlahan sambil menatap wajah Damar dengan gugup."I-yq," jawabnya singkat."Ini obat apa?" tanya Damar sambil melangkah mendekat ke Soraya."Bukan obat apa-apa, cuma vitamin," balas Soraya sambil melangkah mundur ketika Damar melangkah maju.Soraya mentok di ujung meja lalu Damar menutup langkahnya dengan kedua tangan Damar yang terletak di meja sedangkan tubuh Soraya berada di kedua tangan Damar."Katakan dengan jujur, kalau hanya vitamin kenapa kmu menyembunyikannya dariku," ucap Damar dengan nada fokus."Menjauhkan dulu dariku, aku akan menjawabnya dengan jujur," jawab Soraya.Damar melepaskan tangan yang mengunci tubuh Soraya. Dia sudah bersikap santai sekarang sedangkan tubuh Soraya gemetar ketakutan. Damar mencoba untuk santai."Jangan mengalihkan pandanganku ke aku," ucap Damar.Tidak menjawab pertanyaan Damar, tapi dia malah menangis. Entah apa yang dia rasa
Damar hanya tersenyum, lalu berdiri mendorong Soraya ke kemar mandi."Mandilah dulu, kalau aku bilang sekarang bukan surprise namanya," ucap Damar."Oke, tapi kamu jangan ikutan mandi," balas Soraya sambil menatap Damar tajam juga kedua tangan yang terlipat."Kenapa?" balas Damar sambil tersenyum lebar."Karena kamu bisa kehilangan kendali kalau mandi bersamaku," ucap Soraya lalu segera masuk ke kamar mandi.Damar terkekeh geli melihat Tingkah laku Soraya. Damar lega akhirnya mereka sekarang menjadi suami istri sungguhan tidak diatas kertas lagi. Perjanjian pernikahan di antara mereka sudah berakhir. "Ternyata Soraya juga memiliki perasaan yang sama denganku," gumam Damar sambil merebahkan tubuhnya di kasur.Damar meraih ponselnya, sepertinya dia menghubungi seseorang untuk reservasi sesuatu. Sebuah kejutan yang dia siapkan untuk Soraya sang istri tercinta."Aku sudah selesai mandi, apa kamu yakin malam ini kita akan keluar rumah?" tanya Soraya sambil mengeringkan rambutnya dengan h
"Karena aku akan memberimu suprise," ucap Damar.Soraya menurut saja apa yang akan dilakukan oleh Damar. Setidaknya dia sudah lega saling mengungkapkan isi hati."Apa masih jauh, sebenernya tempat apa ini?" ucap Soraya."Bersabarlah," balas Damar sambil memapah Soraya.Jantung Soraya berdetak lebih cepat. Pikirannya menerawang kejutan apa yang akan di berikan oleh Damar untuknya."Sekarang, buka matamu lebar-lebar," ucap Damar sambil melepas kain penutup mata Soraya.Soraya membuka matanya perlahan, lalu dia sangat kaget melihat apa yang ada didepan matanya. Sebuah rumah yang cukup bagus. samping kanan kirinya juga terlihat bagus, mungkin ini adalah perumahan tipe yang sama."Kenapa kita harus berjalan kaki jauh. Sedangkan jalanan ini bisa dimasuki mobil?" tanya Soraya."Ini namanya kejutan," ucap Damar lalu menggandeng Soraya, "Ayo masuk," lanjutnya.Damar sengaja memarkir mobilnya di ruko depan perumahan yang dia beli untuk Soraya. Mereka berjalan kaki lima menit ke belakang ruko.S
Ayah dan mama Cakra menertawakan pertanyaan Sabrina. Tanpa ditanya pun seharusnya dia tahu kelebihan dan keunggulan Soraya."Lihatlah prestasi cemerlang yang diraih oleh Soraya, reputasi, butiknya yang berkembang," ucap Mama Cakra dengan bangga menyatakan itu."Itu semua karena suami memodalinya," ucap Sabrina.Ayah Cakra menatap Sabrina bengis, "Tentu saja sebagai suami Damar memberikan modal untuk istri yang dia cintai," ucapnya kemudian."Kalau begitu, suruh anak kalian berdua memberikan modal untukku, kalau aku dimodali juga sama dengan Soraya, bisa mandiri dan mempunyai butik sendiri, karirku juga bagus kalau dengan dukungan suami," ucap Sabrina.Mama Cakra semakin marah, dia membentak Sabrina dengan kenyataan yang ada di depan mata."Memangnya kamu bisa apa? Lihatlah butik keluarga Kwong itu. Tanpa Soraya bangkrut begitu saja," bentak Mama Cakra."Kalau kamu ingin mendapatkan modal dari keluarga kami. Tunjukkan dulu pada kami, kalau kamu bisa mengurus butik keluarga Kwong yang s