Damar mengangguk, tidak ada salahnya mencoba hal baru di perusahaanya. Kalau masih kekeh tidak mau berinovasi mungkin akan kalah dengan perusahaan pesaing."Aku yakin, desainmu akan menjadi trend center fasyen tahun ini," ucap Damar."Terima kasih," balas Soraya sambil tersenyum lebar.Damar berdebar jantungnya melihat senyuman bahagia di wajah sang istri. Andai saja dia bisa mengungkapkan semua yang ada di hatinya mungkin Soraya juga bisa membuka hatinya lebih awal."Ayo makan siang dulu," ajak Damar "Baiklah, tapi bisakah kita makan di tempat yang biasa saja?" tanya Soraya."Tidak!" seru Damar.Soraya terdiam kenapa Damar begitu menolak dengan tegas diminta makan di tempat biasa. "Kamu bukan lagi wanita biasa, kamu sekarang istri Damar. Jadi harus terbiasa makan di tempat orang kaya, juga berperilaku sebagai orang kaya," ucap Damar kemudian. "Ucapanmu memang benar, aku juga harus bisa mengimbangi pergaulanmu," balas Soraya.Sebagai istri Damar Soraya tidak ingin membuat malu saat
Soraya dan Damar pergi ke sebuah store elektronik. Soraya berpikir mungkin Damar ingin membeli ponsel baru yang lebih canggih dari yang dia punya saat ini.“Tolong pilihkan satu produk yang cocok untuk desainer fasyen,” ucap Damar kepada pramuniaga.“Baik, silahkan tunggu sebentar, Pak,” balas Pramuniaga itu.Soraya mendekat ke Damar, “Apa kamu ingin mengganti fasilitas para desainer di perusahaan dengan yang paling terbaru?” bisik Soraya.“Bukan untuk para karyawan, tapi buat kamu,” jawab Damar.“Aku belum membutuhkan itu, Damar,” balas Soraya.Tak lama kemudian pramuniaga toko itu membawa tiga buah produk keluran terbaru. Tentu saja dengan spesifikasi yang bagus. Pramuniaga itu menjelaskan keunggulan dan kekurangan dari masing-masing produk. Agar Damar maupun Soraya bisa mempertimbangkan pilihan mereka.“Tolong bungkus yang ini, warna putih,” ucap Damar.“Baik, Pak. Untuk pembayaran mau chas atau debit, Pak?” tanya Pramuniaga.“Debit,” jawab Damar sambil mengeluarkan kartu.Tablet s
Asisten Damar memperlihatkan sebuah foto dan video peluncuran produk baru butik keluarga Kwong. Sabrina mengklaim desain fasyen itu adalah buatannya. Bercorak colorfull tabrak warna sama persis seperti desain Soraya yang dipilih oleh Damar.“Kenapa bisa kebetulan seperti ini?” gumam Damar.“Itu tidak kebetulan, pasti ada yang mencuri desainku!” seru Soraya.“Tapi kita tidak punya bukti, Bu. Mereka meluncurkan produk lebih dulu, kita tidak bisa menuduh mereka sembarang,” ucap Asisten Damar.“Perusahaan ini dijaga ketat, tidak mungkin ada dokumen bocor,” imbuh Damar.“Kecuali ada seorang pengkhianat,” ucap Soraya.Damar mengangguk, ucapan Soraya ada benarnya. Pihak keluarga Kwong tidak mungkin meluncurkan produk baru secara mendadak, lalu desain produknya sangat mirip dengan milik Soraya.“Pak, untuk rencana peluncuran produk kita bagaimana?” tanya Asisten itu.“Tetap kita luncurkan produk baru kita sesuai rencana,” jawab Damar.Saat Asisten Damar akan pergi meninggalkan ruangan, Soraya
Sabrina menutup mulutnya dengan kedua tangan, “Gawat aku keceplosan,” gumam Sabrina dalam hati.“Padahal aku tidak mengatakan apapun, tapi sepertinya kamu tahu lebih banyak,” ucap Soraya sambil melipat kedua tangannya.“Jangan menyudutkan adikmu, dengan hal yang tidak dia tahu,” ucap Bu Amber yang masih memeluk Sabrina.Soraya menyunggingkan senyuman, suasana seperti ini sudah biasa dia terima. Sabrina yang membuat ulah, tapi Soraya yang dimarahi di depan umum.“Anda juga jangan melindungi anak yang salah,” ucap Damar. “Perusahan Huang belum mengumumkan akan meluncurkan produk baru, tapi putrimu sudah tahu seolah mengirim mata-mata ke sisi istriku!” tegas Damar.Sontak saja ucapan Damar membuat semua orang yang berbondong-bondong ke toilet tadi saling berbisik.“Tapi aku juga mendengar Sabrina mengatakan itu,” ucap salah satu pengunjung peluncuran produk baru keluarga Kwong.“Aku juga mendengarnya, mungkin dia iri dengan kakaknya yang bisa mendapatkan suami lebih kaya,”“Bukankah dahu
Sabrina menggelengkan kepalanya, senatural mungkin dia mengelak tidak mengenal wanita yang ada di depannya itu.“Pembohong, tidak mungkin kamu tidak mengenalinya,” ucap Soraya.“Memang aku tidak mengenalnya, kamu jangan mencoba memfitnahku di depan banyak orang,” elak Sabrina.Damar mengepalkan tangannya, sampai akhir Sabrina maupun keluarga Kwong tidak ada yang mau mengakui bahwa mereka memang mencuri desain milik Soraya.“Apa-apaan ini, jadi aku diseret paksa ke sini hanya untuk sebuah lelucon mempermalukan orang!” seru Senior desain dari perusahaan Huang itu. Dia berdiri membetulkan pakaiannya, lalu menatap tajam ke arah Soraya. Menyadari tatapan tajam dari wanita itu, Soraya langsung mengeluarkan suara.“Sebaiknya kamu bersaksi dengan benar,” ucap Soraya.“Bersaksi untuk apa? Orang miskin sepertimu mau berlagak seperti bos besar, mana pantas!” bentak Senior desain itu.Soraya menampar keras wanita yang tidak tahu sopan santun itu. Bagaimanapun dia adalah seorang istri bos besar, s
Sarbina menoleh ke arah Cakra yang seolah meremehkanya. Sabrina masih percaya kalau dia masih bisa memiliki apa yang dia inginkan.“Kalau begitu, kamu saja yang datang ke Soraya,” ucap Sabrina ketus.“Aku tidak ingin bertentangan dengan keluarga Huang,” balas Cakra.“Kamu bisa memulainya dari Soraya,” ucap Sabrina.Menurut Sabrina, Soraya itu sangat mencintai Cakra. Pernikahan dadakan dengan Damar mungkin hanya pelarian semata.“Kamu mau aku melakukan apa, Sabrina?” tanya Cakra.“Rebut kembali hati Soraya, aku tahu dia akan luluh kembali padamu,” jawab Sabrina.“Apa kamu sudah gila, Sabrina?” bentak Cakra.“Aku masih waras, Cakra. Kita harus membuat hubungan Damar dan Soraya renggang, dengan begitu kita akan mendapatkan peluang untuk balas dendam,” ucap Sabrina.Damar mengangguk pelan, akhirnya dia setuju dengan rencana Sabrina. Soal Soraya itu masalah gampang, dahulu mereka merajut kasih sampai merencanakan pernikahan. Cakra juga yakin kalau sampai saat ini Soraya masih memiliki rasa
Asisten Damar ingin pergi menutup pintu lagi, tapi Damar mencegahnya. Memintanya untuk melaporkan apa yang ingin dia sampaikan.“Ada apa?” tanya Damar.“I-tu, ada sebuah paket untuk Ibu Soraya,” jawab Asisten.“Bawalah kemari, dari siapa?” tanya Damar.“Tidak ada nama pengirimnya, tapi kata kurir di dalam ada surat untuk Ibu Soraya,” jawab Asisten.Damar mengangguk, setelah memberikan kotak paket dengan pita warna merah untuk Soraya sang asisten segera pergi dari ruangan kerja Damar. Soraya yang penasaran dengan isi kotak itu langsung membukanya.“Aku tidak pernah mempunyai teman akrab. Apa ini dari mantanmu yang tidak terima kita menikah?” ucap Soraya seraya menarik pita warna merah itu.“Mantan? Aku tidak pernah mempunyai mantan. Kecuali mereka yang mengaku sebagai mantanku,” balas Damar ketus.Kotak itu sudah terbuka, isinya sebuah kue strawberry kesukaan Soraya dan sebuah amplop berwarna pink di dalamnya.“Biar aku yang membaca surat itu,” ucap Damar yang juga penasaran.“Baca saj
Kepala tim desain itu menoleh ke belakang. Raut wajah garangnya menjadi menciut melihat siapa yang datang. Tangannya sontak melepaskan cengkraman di wajah Soraya.“Pak, Da-mar,” ucapnya terbata.Langkah kaki Damar melebar, nafasnya memburu menunjukkan dia sedang emosi tingkat tinggi. Tangannya mengepal lalu meninju wajah tua keapla tim desain itu hingga terjatuh ke lantai.“Kurang ajar kamu!” seru Damar lalu berjongkong menarik kerah baju kepala tim desain itu ingin menonjoknya lagi. Soraya menghentikan ulah Damar yang sedang menyalurkan amarahnya itu.“Damar, dia bisa babak belur kamu hajar. Dia sudah tua,” ucap Soraya.“Dia sudah bersikap kurang ajar padamu,” ucap Damar dengan suara penuh tekanan.“Hentikan dulu, dia hanya salah menilaiku saja, berdirilah,” pinta Soraya.Damar berdiri mengikuti instruksi dari Soraya. Padahal sebenarnya dia masih ingin membuat babak belur sampai tidak bisa bicara lagi kepala tim desain itu. Tidak ada satu orang pun yang boleh menindas Soraya apalagi