Sabrina menutup mulutnya dengan kedua tangan, “Gawat aku keceplosan,” gumam Sabrina dalam hati.“Padahal aku tidak mengatakan apapun, tapi sepertinya kamu tahu lebih banyak,” ucap Soraya sambil melipat kedua tangannya.“Jangan menyudutkan adikmu, dengan hal yang tidak dia tahu,” ucap Bu Amber yang masih memeluk Sabrina.Soraya menyunggingkan senyuman, suasana seperti ini sudah biasa dia terima. Sabrina yang membuat ulah, tapi Soraya yang dimarahi di depan umum.“Anda juga jangan melindungi anak yang salah,” ucap Damar. “Perusahan Huang belum mengumumkan akan meluncurkan produk baru, tapi putrimu sudah tahu seolah mengirim mata-mata ke sisi istriku!” tegas Damar.Sontak saja ucapan Damar membuat semua orang yang berbondong-bondong ke toilet tadi saling berbisik.“Tapi aku juga mendengar Sabrina mengatakan itu,” ucap salah satu pengunjung peluncuran produk baru keluarga Kwong.“Aku juga mendengarnya, mungkin dia iri dengan kakaknya yang bisa mendapatkan suami lebih kaya,”“Bukankah dahu
Sabrina menggelengkan kepalanya, senatural mungkin dia mengelak tidak mengenal wanita yang ada di depannya itu.“Pembohong, tidak mungkin kamu tidak mengenalinya,” ucap Soraya.“Memang aku tidak mengenalnya, kamu jangan mencoba memfitnahku di depan banyak orang,” elak Sabrina.Damar mengepalkan tangannya, sampai akhir Sabrina maupun keluarga Kwong tidak ada yang mau mengakui bahwa mereka memang mencuri desain milik Soraya.“Apa-apaan ini, jadi aku diseret paksa ke sini hanya untuk sebuah lelucon mempermalukan orang!” seru Senior desain dari perusahaan Huang itu. Dia berdiri membetulkan pakaiannya, lalu menatap tajam ke arah Soraya. Menyadari tatapan tajam dari wanita itu, Soraya langsung mengeluarkan suara.“Sebaiknya kamu bersaksi dengan benar,” ucap Soraya.“Bersaksi untuk apa? Orang miskin sepertimu mau berlagak seperti bos besar, mana pantas!” bentak Senior desain itu.Soraya menampar keras wanita yang tidak tahu sopan santun itu. Bagaimanapun dia adalah seorang istri bos besar, s
Sarbina menoleh ke arah Cakra yang seolah meremehkanya. Sabrina masih percaya kalau dia masih bisa memiliki apa yang dia inginkan.“Kalau begitu, kamu saja yang datang ke Soraya,” ucap Sabrina ketus.“Aku tidak ingin bertentangan dengan keluarga Huang,” balas Cakra.“Kamu bisa memulainya dari Soraya,” ucap Sabrina.Menurut Sabrina, Soraya itu sangat mencintai Cakra. Pernikahan dadakan dengan Damar mungkin hanya pelarian semata.“Kamu mau aku melakukan apa, Sabrina?” tanya Cakra.“Rebut kembali hati Soraya, aku tahu dia akan luluh kembali padamu,” jawab Sabrina.“Apa kamu sudah gila, Sabrina?” bentak Cakra.“Aku masih waras, Cakra. Kita harus membuat hubungan Damar dan Soraya renggang, dengan begitu kita akan mendapatkan peluang untuk balas dendam,” ucap Sabrina.Damar mengangguk pelan, akhirnya dia setuju dengan rencana Sabrina. Soal Soraya itu masalah gampang, dahulu mereka merajut kasih sampai merencanakan pernikahan. Cakra juga yakin kalau sampai saat ini Soraya masih memiliki rasa
Asisten Damar ingin pergi menutup pintu lagi, tapi Damar mencegahnya. Memintanya untuk melaporkan apa yang ingin dia sampaikan.“Ada apa?” tanya Damar.“I-tu, ada sebuah paket untuk Ibu Soraya,” jawab Asisten.“Bawalah kemari, dari siapa?” tanya Damar.“Tidak ada nama pengirimnya, tapi kata kurir di dalam ada surat untuk Ibu Soraya,” jawab Asisten.Damar mengangguk, setelah memberikan kotak paket dengan pita warna merah untuk Soraya sang asisten segera pergi dari ruangan kerja Damar. Soraya yang penasaran dengan isi kotak itu langsung membukanya.“Aku tidak pernah mempunyai teman akrab. Apa ini dari mantanmu yang tidak terima kita menikah?” ucap Soraya seraya menarik pita warna merah itu.“Mantan? Aku tidak pernah mempunyai mantan. Kecuali mereka yang mengaku sebagai mantanku,” balas Damar ketus.Kotak itu sudah terbuka, isinya sebuah kue strawberry kesukaan Soraya dan sebuah amplop berwarna pink di dalamnya.“Biar aku yang membaca surat itu,” ucap Damar yang juga penasaran.“Baca saj
Kepala tim desain itu menoleh ke belakang. Raut wajah garangnya menjadi menciut melihat siapa yang datang. Tangannya sontak melepaskan cengkraman di wajah Soraya.“Pak, Da-mar,” ucapnya terbata.Langkah kaki Damar melebar, nafasnya memburu menunjukkan dia sedang emosi tingkat tinggi. Tangannya mengepal lalu meninju wajah tua keapla tim desain itu hingga terjatuh ke lantai.“Kurang ajar kamu!” seru Damar lalu berjongkong menarik kerah baju kepala tim desain itu ingin menonjoknya lagi. Soraya menghentikan ulah Damar yang sedang menyalurkan amarahnya itu.“Damar, dia bisa babak belur kamu hajar. Dia sudah tua,” ucap Soraya.“Dia sudah bersikap kurang ajar padamu,” ucap Damar dengan suara penuh tekanan.“Hentikan dulu, dia hanya salah menilaiku saja, berdirilah,” pinta Soraya.Damar berdiri mengikuti instruksi dari Soraya. Padahal sebenarnya dia masih ingin membuat babak belur sampai tidak bisa bicara lagi kepala tim desain itu. Tidak ada satu orang pun yang boleh menindas Soraya apalagi
Soraya menggelengkan kepalanya kenapa bisa satu masalah selesai datang masalah yang lainnya. "Apa yang kamu lakukan di sini?" bentak Damar dengan raut wajah tidak suka."Aku ingin bertemu, Soraya," ucap Cakra dengan senyuman yang melengkung di wajahnya.Damar mendekat ke arah Cakra, mencengkram kerah bajunya lalu satu pukulan mendarat di wajah Cakra dengan keras. "Dasar tidak tahu malu. Sudah mempunyai istri masih saja ganjen ke istri orang!" bentak Damar."Padahal aku datang untuk memberikan ucapan selamat ulang tahun. Jangan-jangan kamu tidak tahu hari ini ulang tahun Soraya," ledek Cakra Damar melepaskan cengkraman tangan pada kerah baju Cakra. Dia menoleh ke arah Soraya. Apakah benar hari ini sang istri sedang ulang tahun. Hal kecil seperti ini saja dia tak tahu, seandainya Damar tahu kalau hari ini Soraya berulang tahun mungkin dia sudah membuatkan kejutan dan kado makan malam romantis untuk Soraya."Maafkan aku," ucap Damar sambil menunduk."Kenapa minta maaf?" tanya Soraya s
Soraya hampir tidak percaya, di dalam ruangan vip itu ada Mama, Kakeknya Damar serta beberapa kerabat dekat lainnya. Mereka serentak mengucapkan “Selamat ulang tahun, Soraya.” sambil bertepuk tangan, ada yang meniup terompet.“Ya ampun, Damar. Apa kamu yang memberitahu mereka?” tanya Soraya lagi.“Tentu saja, maaf, ya. ruangannya tidak dihias karena dadakan,” jawab Damar.“Kenapa masih disitu, sayang. Ayo masuk, malam ini kita berkumpul makan malam untuk merayakan ulang tahunmu,” ucap Bu Margaret.“I-ya, terima kasih, Ma,” balas Soraya terbata.Bu Margaret menggandeng Soraya menuju kursi yang telah disiapkan untuknya. Hidangan seafood terhidang di meja makan. Setelah berdoa dan menyanyikan lagu ulang tahun untuk Soraya, mereka semua serempak menikmati sajian yang telah dipesan.“Damar, terima kasih, ya,” bisik Soraya.“Ya, semoga kamu suka dengan kejutan kecil ini,” balas Damar.“Aku sangat menyukainya, ini pertama kali dalam hidupku. Ulang tahun dirayakan bersama keluarga,” ucap Sora
Paman ketiga Damar tersulut emosi. Pasalnya sejak kapan perempuan ikut campur urusan perusahaan. Seharunya juga yang boleh adalah keturunan langsung maupun keturunan laki-laki lainnya.“Istriku hanya bekerja saja di perusahaan, dia sama sekali tidak ikut campur jalannya perusahaan!” seru Damar.“Tapi aku dengar, sudah dua karyawan yang kamu pecat atas permintaan istrimu,” ucap Bibi Damar.“Berita tidak benar seperti itu, Bibi dengar darimana?” tanya Damar santai.Paman ketiga Damar menggebrak meja, dari raut wajahnya sudah jelas terlihat kalau dia sangat marah dan tidak terima sama sekali.“Berita yang beredar baru-baru ini. Tentang peluncuran produk baru yang sama sekali tidak menggambarkan perusahaan Huang yang mewah, aku dengar itu juga ide dari istrimu,” bentak Paman ketiga Damar.“Itu tidak benar!” seru Soraya.Soraya menjabarkan perkara yang sudah simpan siur beredar di internet beberapa hari ini. Dari pihak keluarga Kwong dan dari pihak orang-orang yang dipecat perusahaan Huang