Kepala tim desain itu menoleh ke belakang. Raut wajah garangnya menjadi menciut melihat siapa yang datang. Tangannya sontak melepaskan cengkraman di wajah Soraya.“Pak, Da-mar,” ucapnya terbata.Langkah kaki Damar melebar, nafasnya memburu menunjukkan dia sedang emosi tingkat tinggi. Tangannya mengepal lalu meninju wajah tua keapla tim desain itu hingga terjatuh ke lantai.“Kurang ajar kamu!” seru Damar lalu berjongkong menarik kerah baju kepala tim desain itu ingin menonjoknya lagi. Soraya menghentikan ulah Damar yang sedang menyalurkan amarahnya itu.“Damar, dia bisa babak belur kamu hajar. Dia sudah tua,” ucap Soraya.“Dia sudah bersikap kurang ajar padamu,” ucap Damar dengan suara penuh tekanan.“Hentikan dulu, dia hanya salah menilaiku saja, berdirilah,” pinta Soraya.Damar berdiri mengikuti instruksi dari Soraya. Padahal sebenarnya dia masih ingin membuat babak belur sampai tidak bisa bicara lagi kepala tim desain itu. Tidak ada satu orang pun yang boleh menindas Soraya apalagi
Soraya menggelengkan kepalanya kenapa bisa satu masalah selesai datang masalah yang lainnya. "Apa yang kamu lakukan di sini?" bentak Damar dengan raut wajah tidak suka."Aku ingin bertemu, Soraya," ucap Cakra dengan senyuman yang melengkung di wajahnya.Damar mendekat ke arah Cakra, mencengkram kerah bajunya lalu satu pukulan mendarat di wajah Cakra dengan keras. "Dasar tidak tahu malu. Sudah mempunyai istri masih saja ganjen ke istri orang!" bentak Damar."Padahal aku datang untuk memberikan ucapan selamat ulang tahun. Jangan-jangan kamu tidak tahu hari ini ulang tahun Soraya," ledek Cakra Damar melepaskan cengkraman tangan pada kerah baju Cakra. Dia menoleh ke arah Soraya. Apakah benar hari ini sang istri sedang ulang tahun. Hal kecil seperti ini saja dia tak tahu, seandainya Damar tahu kalau hari ini Soraya berulang tahun mungkin dia sudah membuatkan kejutan dan kado makan malam romantis untuk Soraya."Maafkan aku," ucap Damar sambil menunduk."Kenapa minta maaf?" tanya Soraya s
Soraya hampir tidak percaya, di dalam ruangan vip itu ada Mama, Kakeknya Damar serta beberapa kerabat dekat lainnya. Mereka serentak mengucapkan “Selamat ulang tahun, Soraya.” sambil bertepuk tangan, ada yang meniup terompet.“Ya ampun, Damar. Apa kamu yang memberitahu mereka?” tanya Soraya lagi.“Tentu saja, maaf, ya. ruangannya tidak dihias karena dadakan,” jawab Damar.“Kenapa masih disitu, sayang. Ayo masuk, malam ini kita berkumpul makan malam untuk merayakan ulang tahunmu,” ucap Bu Margaret.“I-ya, terima kasih, Ma,” balas Soraya terbata.Bu Margaret menggandeng Soraya menuju kursi yang telah disiapkan untuknya. Hidangan seafood terhidang di meja makan. Setelah berdoa dan menyanyikan lagu ulang tahun untuk Soraya, mereka semua serempak menikmati sajian yang telah dipesan.“Damar, terima kasih, ya,” bisik Soraya.“Ya, semoga kamu suka dengan kejutan kecil ini,” balas Damar.“Aku sangat menyukainya, ini pertama kali dalam hidupku. Ulang tahun dirayakan bersama keluarga,” ucap Sora
Paman ketiga Damar tersulut emosi. Pasalnya sejak kapan perempuan ikut campur urusan perusahaan. Seharunya juga yang boleh adalah keturunan langsung maupun keturunan laki-laki lainnya.“Istriku hanya bekerja saja di perusahaan, dia sama sekali tidak ikut campur jalannya perusahaan!” seru Damar.“Tapi aku dengar, sudah dua karyawan yang kamu pecat atas permintaan istrimu,” ucap Bibi Damar.“Berita tidak benar seperti itu, Bibi dengar darimana?” tanya Damar santai.Paman ketiga Damar menggebrak meja, dari raut wajahnya sudah jelas terlihat kalau dia sangat marah dan tidak terima sama sekali.“Berita yang beredar baru-baru ini. Tentang peluncuran produk baru yang sama sekali tidak menggambarkan perusahaan Huang yang mewah, aku dengar itu juga ide dari istrimu,” bentak Paman ketiga Damar.“Itu tidak benar!” seru Soraya.Soraya menjabarkan perkara yang sudah simpan siur beredar di internet beberapa hari ini. Dari pihak keluarga Kwong dan dari pihak orang-orang yang dipecat perusahaan Huang
Acara dimulai, paman dan bibi Damar kembali tenang. Dari wajah mereka yang terlihat sumringah menunjukkan mereka sudah tidak sabar melihat kehancuran Damar.“Ini baru pembukaan, aku sudah tidak sabar begitu rancangan murahan yang kamu buat itu keluar, semua orang akan berteriak tidak menyukainya,” ucap Bibi Damar panjang lebar.“Kalau aku jadi kamu, aku tidak akan melanjutkan acara ini,” ledek Paman ketiga Damar sambil melipat kedua tangannya kedepan. “Karena semua orang sudah tahu bentuk dari rancanganmu yang sudah dicuri orang itu,” lanjutnya.“Untuk apa tetap menggelar peluncuran produk sedangkang semua orang sudah mengetahuinya,” balas Bibi Damar dengan angkuh.Mereka berdua tetap percaya kalau acara yang digelar keponakan dan istrinya yang berasal dari kalangan biasa ini tidak akan berhasil. Mana ada kelas atas yang menyukai desain wanita yang berasal dari kelas bawah seperti Soraya.Saat pembawa acara meminta para model yang mengenakan busana rancangan Soraya untuk melenggang di
Brak! Dua lampu gantung yang berguna untuk menyinari lebih terang panggung peraga model itu terjatuh ke lantai. Dentuman keras itu membuat semua orang berteriak khawatir terkena seseorang yang ada dibawah sana.“Hampir saja,” ucap Soraya sambil menghembuskan nafas kasar.“Kamu tidak apa-apa, Soraya?” tanya Damar khawatir.“Tidak, terima kasih sudah menyelamatkanku,” jawab Soraya sambil tersenyum.Semua orang lari kearah Soraya untuk memastikan keadaannya beruntung tidak ada korban jiwa tapi kerugian property tetaplah ada.Paman dan Bibi ketiga Damar mindi-mindik ingin keluar dari gedung itu. Tapi mereka keburu ketahuan oleh Pak Elio.“Mau kemana kalian?” bentaknya dengan sorot mata penuh kebencian.“A-yah, kami hanya ingin ke toilet,” ucap Paman ketiga Damar.“Kalau kalian tidak bersalah seharusnya tidak gugup,” balas Pak Elio.“Apa ayah curiga pada kami. Selama ini kami sudah hidup menjadi anak penurut,” ucap Bibi Damar.“Ya, kalian menjadi anak penurut tapi penuh iri dengki,” jawab
Ketika Soraya duduk di pinggir ranjangnya, Damar berlutut di depan Soraya sambil menggenggam kedua tangan Soraya.“Soraya, aku takut kehilanganmu,” ucap Damar sambil mencium punggung tangan Soraya.Soraya yang mendengar itu tidak mampu berkata-kata. Mana mungkin seorang Damar yang memiliki sikap dingin di hadapan orang lain bisa berkata seperti itu di depan Soraya. Pria yang dikenal membuat onar itu menununjukkan sisi lembutnya di depan Soraya.“Aku rasa kamu sudah banyak minum alkohol malam ini,” ucap Soraya sembari mengelus lembut pipi Damar.“Aku tidak mabuk. Aku serius mencintaimu, Soraya,” balas Damar.“Iya, aku harap kamu mengatakan ini dalam keadaan sadar dan tidak mabuk,” ucap Soraya.Damar memeluk Soraya erat, seandainya tidak mabukpun mungkin Damar akan mengatakan itu padanya. Karena sudah lama Damar menyukai Soraya.Soraya memutuskan untuk mandi karena seluruh tubuhnya lengket keringat. Damar yang tidak ingin kehilangan momen mesra dengan sang istri langsung pergi menyusuln
Jantung Soraya bergedub kencang mendengar hal itu. Bagaimana ini, hatinya tidak mau goyah sedikitpun mengingat perjanjian yang sudah dia lakukan sebelumnya.“Jangan bercanda,” ucap Soraya.“Aku tidak bercanda,” jawab Damar.“Perjanjian kita bagaimana?” tanya Soraya.“Batalkan saja!” seru Damar.Jantung Soraya kembali berdetak lebih cepat. Begitu sesak yang di rasakan saat ini, padahal pengakuan Damar seharusnya membuatnya senang. Tapi Soraya malah seperti terserang panik berlebihan.Soraya memegangi dadanya yang terasa sesak dengan kedua tangannya, keringatnya bercucuran dari wajahnya.“Kau kenapa, Soraya?” tanya Damar panik.Tidak ada jawaban dari Soraya, yang ada tubuhnya semakin condong ke samping dan dia pingsan. Damar segera mendekap tubuh Soraya lalu memanggil asistennya untuk meminta bantuannya membawa Soraya ke klinik terdekat.Saat Dokter sedang memeriksa Soraya di ruang IGD rumah sakit, Damar terlihat panik, resah, berjalan mondar mandir di lorong rumah sakit itu.“Ya Tuhan