Beranda / Romansa / Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa / Perayaan Ulang Tahun yang Mendatangkan Luka

Share

Perayaan Ulang Tahun yang Mendatangkan Luka

Penulis: Popyani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-24 20:46:03
"Mama serius? Mama pergi mencari Rania--dan orang-orang mengatakan kalau dia dan suaminya, sudah tidak tinggal di sana lagi?!" Rasty sangat terkejut setelah mendengar kalau sang Bunda pergi mencari Rania, namun lebih kaget lagi saat mengetahui kalau Rania ternyata sudah tidak tinggal lagi dikontrakkan lamanya.

"Iya," sahut Mama Anita dengan masih memasang wajah juteknya, mengingat tujuan kedatangannya ke sana untuk memberikan pelajaran pada anak angkatnya itu--namun justru dirinya di sambut dengan kekecewaan.

"Terus, ada yang tahu kalau mereka tinggal di mana?" tanya Rasty, setelah sepersekian detik.

"Nggak. Atau, mungkin--." Mama Anita menjeda ucapannya, berbalik menatap Rasty dengan tatapan yang tak biasa--di mana kini wanita itu kini menatap ibunya dengan tatapan penasaran.

"Atau, mungkin apa, Maa?!" tanya Rasty menuntut, wanita yang kandungannya telah memasuki usia 7 bulan itu menatap sang Bunda dengan raut wajah tidak sabaran.

"Atau mungkin, karena mereka nggak sanggup bay
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Penyatuan Cinta

    Ini-gila! Rania sama sekali tidak menyangkah kalau dirinya akan melakukan hal gila-itu, dan dalam dirinya Rania menyesali perbuatannya sendiri--gadis itu merutuki dirinya habis-habisan. Menundukkan--wajah itu sedalam mungkin, Rania tak berani menatap Devan. Rasanya dia ingin meminta pada Tuhan, agar diberikan kantong ajaib doraemon agar dia bisa menghilang sekarang juga. "Kenapa, aku mengecupnya? Kenapa, aku jadi segenit ini? Dia memang suamiku, tapi bukan kami menikah--tanpa cinta? Pasti saat ini Devan menganggap aku sebagai wanita murahan," gerutu Rania dalam hati. Rania masih setia menundukkan wajahnya, berharap Devan segera pergi dari depannya saat ini juga. Namun, walaupun setelah sekian detik lamanya keinginan itu tak kunjung terkabul. Larut dalam apa yang menjadi beban pikirannya, Rania dibuat kaget saat tiba-tiba saja tengkuknya tertarik. Rania mematung, dengan bolamata membulat penuh--bagai berada didimensi yang lain saat Devan menciumnya tiba-tiba. Rania tak melakukan ap

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-25
  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Drama Pagi Hari

    Terkatup rapat. Namun, sedetik kemudian bolamatanya bergerak kecil saat dengan sengaja mentari memberikan sedikit sinarnya mengenai mata cantik itu. Bergerak Resah, rasa kantuk yang masih menyerangnnya membuat Rania seolah enggan untuk bangun dari tidurnya. Rania kembali terlelap. Dia tak berkeinginan untuk bangun sama sekali. Telah kembali menemukan kenyamanan dalam tidurnya, namun lagi-lagi dengan sengaja matahari memberikan sinarnya dan hal itu sukses membuat Rania terusik Membuka kedua matanya berat. Pemandangan yang dia temukan--adalah langit-langit kamar yang terasa asing untuknya. Nyawa itu telah kembali terkumpul--Rania menyadari di mana dia kini. Dirinya bukan berada di kamar miliknya. Ingin bangun dari tidurnya, tersentak saat tak menemukan tubuhnya tak berbalut apa pun. Ingatan itu kembali dia hantarkan pada kejadian semalam, Rania membekap mulutnya kuat-kuat saat hampir saja dia menjerit-karena shyok menyadari dirinya dan Devan yang telah bercinta. "Kenapa, aku jadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-26
  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Rania Tak Ingin Mencari Tahu Orangtuanya

    Tak ada senyuman sama sekali di wajah Rania, sedari tadi wanita itu terus memasang wajah juteknya. Bagaimana tidak, marah? Devan terus mengingatkan tahi lalat kecil yang berada di dekat area intinya. "Bisakah, kau berhenti menggodaku? Dan, apakah perlu aku ingatkan?! Kalau milikmu-itu---." Rania sengaja menggantungkan kalimatnya, saat tatapan Devan semakin menusuk padanya--pria itu seolah tengah melemparkan ancaman bagi Rania. Namun, justru hal itu merupakan kebahagiaan bagi Rania. Dia merasa menang dari pria itu. "Dan, aku rasa-aku tidak perlu mengatakannya lagi!" ujar Rania, dengan senyuman yang membungkus--berusaha menahan tawa yang hampir meledak. Devan menarik napasnya dalam, dan membuangnya dengan pelan. Pria itu tengah membendung rasa kesalnya pada Rania. Menahan gejolak di dalamnya, dan bersuara setelah beberapa menit kemudian, "Lanjutkan makanmu!" titah Devan, seraya menatap Rania dengan sorot mata tajam. "Baiklah," sahut Rania dengan seulas senyum, dan kembali melan

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Kecemburuan Rasty

    Esok harinyaTidak ada salahnya melihat-lihat. Setidaknya itulah yang ada di dalam pikiran Rasty. Senyum terukir di wajah Rasty, saat menatap pakaian bayi bewarna pink."Cantik," gumam Rasty tersenyum, seraya kembali melepaskan kembali pakaian dari dalam genggamannya. Setelah puas melihat pakaian bayi-Rasty yang kini tengah menghabiskan waktunya dipusat perbelanjaan memutuskan untuk pergi ke sebuah boutique yang berjarak tak jauh.Melihat busana-busana kekinian membuat jiwa Rasty memberontak, "Aku pasti akan sangat cantik jika memakainnya nanti. Aku akan membeli setelah melahirkan," gumam Rasty tersenyum, dan melepaskan kembali pakaian berbahan sifon itu."Rasty---."Rasty sontak menolehkan wajahnya pada asal suara, dan terkejut saat mendapati keberadaan sahabatnya--Dira."Dira," gumam Rasty, dengan pandangann yang terus dia bawa pada Indira yang tengah membawa langkah kaki menuju padanya. "Sendirian, aja Ras?" tanya Dira, wanita itu membuang pandangannya ke belakang seolah tengah m

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Bertemu Santi

    Sebuah mobil mewah memasuki area Wijaya Group. Seperti sebelumnya--Devan kembali mengulangi hal yang sama lagi. Pria itu melakukan penyamaran hanya untuk membuat Rania tak mengenal dirinya. Menurunkan kedua kakinya dari dalam mobil, topi jacket hoody yang menggelantung sedari tadi segera dia kenakan di kepala. Masih setia dengan posisinya--sepasang iris gelap Devan mengintari segalah penjuru arah, menikmati pemandangan kantor dengan udaranya yang masih sejuk. Devan menghirup udara sebanyak mungkin, suasana hatinya jauh lebih baik setelah menggantikan oksigen yang keruh. Mengedarkan pandangannya, tatapan mata Devan berhenti--saat mendapati sang istri sedang melakukan tugasnya. Rania sedang menyapu halaman bersama salahsatu rekan wanita nya. Rasa bersalah seketika menghampiri Devan, kalau saja dia jujur--Rania pasti tidak harus cape-cape bekerja. "Tuan. Ayo, kita masuk!" ujar Deni tiba-tiba, dengan setengah berbisik. Suara dari Deni kembali menyadarkan Devan akan tujuan kedatangan

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-29
  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Menyelamatkan Rania

    Devan terkekeh pelan--ucapan sang kakek menggelitik untuknya sebab itu sangat jauh dari kenyataan yang ada. Setelah sekian detik dirinya mengabaikan apa yang sang kakek ucapkan Devan akhirnya kembali bersuara, "He-he-he, aku hanya meminta apa yang menjadi haknya." Rendah, terkesan datar-namun menusuk, dan mampu melunturkan senyuman di wajah kakek Darma. Airmuka kakek Darma mendadak kaku. Sorot matanya tajam, seolah tengah mencari rasa penasaran yang seketika timbul, "Hak? Apa maksud, mu?!" tanya kakek Darma, ucapan Devan mampu menyalahkan emosi di dalam diri. Nada suara kakek Darma telah meninggi dari sebelumnya. Devan tak langsung menyambut pertanyaan yang kakek Darma layangkan. Airmuka itu tak lagi sama. Berat, sesekali pria itu terlihat ragu menatap kakek Darma yang menatapnya dengan resah. "Dion, adalah anak dari Marlina!" Devan bersuara dengan datar, berat mengatakan namun dia harus mengatakan kenyataan itu. Kian menegang wajah kakek Darma. Ucapan Devan yang diluar nalar.

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-02
  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Devan Akan Membalas Andra dan Rasty

    Rania menghembuskan napas leganya---bersyukur sebab pewaris dari Wijaya Group mau mempercayai dirinya, dan tentunya dia tidak jadi kehilangan pekerjaan. Berbalik menatap Devan--dengan posisi sedikit berjarak. Tak tahan menahan rasa haru yang sudah membuncahdi dalam diri, membuat airmata Rania terlebih dahulu menetes saat dia akan bersuara, "Terima kasih, Pak--Terima kasih. Terima kasih karena sudah mempercayai saya, dan tidak memecat saya," imbuh Rania, tersenyum dengan airmata yang terus saja jatuh. Hujan airmata Rania--bak ribuan anak panah yang sengaja ditancapkan di dada Devan. Rasanya begitu sakit, Devan merasa dirinya gagal menjadi seorang suami. Bahkan hari ini istrinya dipermalukan di depan orang--dan bersyukur dia datang tepat waktu. Tak sanggup lagi Devan bertahan, airmata Rania membuatnya benar-benar lemah. Tanpa sadar, pria itu membawa langkah kakinya menuju Rania. "Tuan--." Deni bersuara, berniat menyadarkan Tuannya--kalau dia tidak boleh melakukan hal itu--namun hal i

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-03
  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Kemarahan Rasty

    Masih jelas dalam ingatan Rania--walaupun pertemuan itu hanya sebentar saja bagaimana suara cucu dari Darma Wijaya. Pria itu mengatakan sebuah kalimat yang sama, dan itu terekam dengan jelas dalam ingatan seorang Rania. Lembut, dan berserak persis dengan suara suaminya. Rania ingin menolak untuk mempercayainya--namun suara-suara yang mengatakan kalau Devan--suaminya adalah cucu dari seorang Darma Wijaya, mendengung begitu kuat--namun diri itu masih berusaha untuk tidak mempercayainya. "Nggak mungkin. Nggak mungkin Devan suamiku, adalah cucu dari Darma Wijaya!" gerutu Rania dalam hati, menolak untuk mempercayainya. Namun, mengilas balik keanehan-keanehan yang dia temukan dalam diri Devan selama ini, membuat raut wajah itu kembali bimbang. Uang dua puluh juta. Berbagai makanan enak. Dan, juga apartemen mewah yang mereka tempati saat ini. Semua fakta itu kembali membuat Rania dilema, apakah benar-benar adalah pewaris dari Wijaya Group? Cucu dari Darma Wijaya. Membeo, Rania nampa

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-04

Bab terbaru

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Akhir Kisah Rania dan Devan

    5 bulan kemudian Oeek---- Oeek---- Suara tangisan bayi menggema di dalam ruangan operasi, dan suara tangisan bayi yang terdengar, membuat sosok-sosok dewasa itu seketika mengucapkan rasa syukur. "Selamat ya, Deni, akhir nya kamu sudah menjadi ayah," ujar Devan, menghampiri Deni dan memeluk sebentar pria itu. "Terima kasih Tuan," ujar Deni, dengan senyum lepas di wajah--kebahagiaan nyata terlihat di wajah pria itu, di mana binar bahagia nyata terlihat di bola mata nya. "Deni----," panggil Rania beberapa menit kemudian. Datang nya sosok Rania, mengembangkan senyum di wajah Deni, namun ada nya air mata yang dia temukan pada kelopak mata kakak angkat nya, membuat Deni pun tak mampu membendung kesedihan itu lagi. Bagi Deni, Rania adalah sosok kakak yang baik untuk nya. Melangkah menghampiri, Deni segera memeluk tubuh wanita itu saat sudah berada dekat dengan nya. "Kau, sudah menjadi seorang, ayah, Deni, selamat!" ujar Rania dengan lirih, sudah ada butir kristal yang mene

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Rania dan Sarah yang Saling Menerima

    Kaget, dengan bola mata yang membeliak penuh. Namun, menyadari bagaimana sambutan nya dengan segera Rania, mengembalikan mimik wajah nya. "Maaf," ujar Rania dengan kikuk, wanita itu nampak salah tingkah merasa tidak enak hati pada Sarah. Sarah yang menunduk, seketika mendongak--iris hitam nya, begitu dalam dan tajam, menatap manik hitam Rania. Masih menatap, Sarah akhir nya bersuara. "Apakah, kau tidak akan memaafkan aku?" tanya Sarah dengan lirih, ada mendung yang sudah menyelimuti wajah cantik wanita itu bagaimana mendapati sambutan Rania akan permintaan maaf dari nya. Wajah Rania mendadak kaku, terperangah--sebab merasa Sarah sudah salah sangkah pada nya," Oh, bukan begitu maksudku, kau salah sangkah! Aku, sudah memaafkan mu, sejak kau mengijinkan Papa, dan Mamaku untuk kembali bersatu " jelas Rania. "Benarkah?" ujar Sarah dengan senyum yang mengembang di wajah, wanita yang sedang mengandung 4 bulan itu terlihat sumringah, bola mata nya pun berbinar bahagia. "Yaa!"

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Sarah yang Menerima Deni

    Dua Minggu kemudian Duduk berdampingan, namun walaupun duduk bersama, Sarah, maupun Deni tak ada yang saling berbicara. Ntah, apa yang ada dalam pikiran kedua nya, namun kedua sosok itu lebih memilih untuk diam. Suasana canggung begitu terasa. Ingin berbicara, namun--Deni bingung harus memulai nya dari mana. Sarah terus saja mendiam kan nya. Alhasil, Deni tetap dengan diam nya--dengan sesekali melirik kan pandangan nya pada Sarah. Mendapati Sarah yang meremas jari-jari nya, pria itu hanya bisa mendesahkan napas nya berat. "Aku seperti melihat orang lain. Padahal Sarah yang aku kenal, adalah sosok yang arogant, dan suka, banyak bicara!" gumam Deni dalam hati, dengan diam-diam menatap pada Sarah. Hening--- Hening--- Sampai kapan--mereka saling, diam? Setidak nya itu lah yang ada di dalam pikiran Deni saat ini. Tak, mampu menahan diri itu lagi--Deni memilih untuk bersuara terlebih dahulu. "Kenapa, kau tidak memberitahukan padaku--kalau kau, sedang mengandung?" ujar Deni

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Kehamilan Sarah yang terbongkar

    Malam hari "Rania----." Suara panggilan membuat lamunan panjang Rania membelah, wanita berambut indah itu seketika memindai pandangan nya pada asal suara. "Dev---,"gumam nya, saat mendapati kedatangan sang suami. Sebagai seseorang yang sangat mengenal baik Rania, tentu Devan tahu-seperti apa istri nya itu. Air muka yang Rania tunjukkan saat ini, Devan yakin ada sesuatu yang begitu membebani istri nya itu saat ini. "Kamu, baik-baik saja'kan?" tanya Devan. Menutup pintu ruangan, pria itu menyeretkan langkah berat nya menuju Rania. Rania tak langsung menyambut pertanyaan yang Devan layangkan. Pertanyaan yang pria itu berikan, kembali menyadarkan Rania atas kenyataan yang dia ketahui hari ini. Diam, iris hitam Rania begitu lekat, dan dalam, menatap manik hitam Devan. "Tidak! Aku tidak boleh memberitahukan hal ini pada Devan." Rania bermonolog dalam hati, wanita itu sedang berperang dengan suara hati nya sendiri. "Aku baik-baik saja!" sahut Rania, memutuskan pandangan-ber

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Deni Bercerita Pada Rania

    Sarah telah kembali berada di dalam mobil. Namun, bukan nya langsung pergi meninggalkan area depan restorant, Desicner perhiasan itu justru masih setia tetap berada di sana. Begitu malu saat Rania melihat tanda merah di leher nya, membuat Sarah menenggelamkan wajah nya sedalam mungkin di antara bundaran setir, dengan tak henti-henti nya menggerutu. "Sebel! Sebel! Bagaimana, bisa aku seceroboh ini?!" gerutu Sarah, sembari memukul-mukul kuat bundaran setir. Puas meluapkan kekesalan nya, Sarah mendongak, dan wanita itu mendapati Rania yang melintasi depan mobil nya. Mendapati Rania yang tersenyum--Sarah yakin kalau saudara tiri nya itu tengah menertawakan diri nya. Masih setia memandang Rania, hingga berakhir diri nya mendapati Ibu satu anak itu yang berlalu dengan sebuah mobil mewah. Lama memandang, Sarah memutuskan pandangan setelah teringat rencana nya yang akan berziarah ke makam sang Bunda. Menghidupkan mesin mobil, dan berlalu pergi meninggalkan depan restorant. **** *****

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Sarah yang Mengijinkan Papa Akio dan Mama Ani Kembali Bersama

    Beberapa hari ini Devan merasa ada yang berbeda dengan Deni. Orang kepercayaan, juga adik ipar nya. Menurut Devan sedang tidak baik-baik saja. Deni yang selalu smart, dan selalu terlihat gentle, akhir-akhir ini nampak tidak bersemangat. Terus memandang, Devan yang selama ini memendam rasa penasaran nya akhir nya bertanya. "Bolehkah, aku bertanya sesuatu?" tanya Devan, dengan nada suara yang terdengar ragu. Deni yang tengah memandang wajah ponsel, seketika menengadah--pria itu menatap Devan dengan lekat-lekat. Devan tak langsung melontarkan pertanyaan. Di tatap nya wajah Deni lamat-lamat, lingkaran hitam pada kelopak mata, wajah yang kusut, seperti nya pria itu akhir-akhir ini kurang beristirahat. "Apakah, kau sedang ada masalah? Sebab yang aku perhatikan beberapa hari ini kau nampak murung. Mata mu pun nampak menghitam. Bukankah, aku jarang memberikan kau pekerjaan yang membuat kau lembur. Atau jangan-jangan, kau sering menghabiskan waktu di Klup malam bersama para wani

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Satu Malam Bersama Deni

    Beberapa menit kemudian "Apa, menginap di sini?!" sahut Deni. Bola mata nya membeliak, kaget juga sedikit shyok setelah mendengar keinginan Sarah barusan. "I-ya," sahut Sarah dengan ragu, sambutan Deni menciptakan mimik wajah yang berubah pada wanita itu. Sarah nampak menahan malu. "Nggak!" Deni menolak dengan tegas, dan penolakan keras dari pria itu menciptakan kekecewaan, juga sedih di wajah Sarah. Namun, hanya sesaat saja. Seketika wanita cantik berdarah Jepang Indonesia itu, kembali memohon pada Deni. Memegang tangan pria itu dengan erat-erat, dan menatap nya dengan memohon. "Den, aku mohon-kali ini saja. Aku sedang benar-benar membutuhkan seseorang untuk berkeluh kesah. Kematian Mama, dan hubungan ku dan Papa yang merenggang, membuat aku merasakan rumahku seperti di neraka," pinta Sarah. Memasang wajah memelas nya, Sarah menatap Deni dengan bola mata berair. "Bukankah, kau memiliki teman? Jika kau tidak nyaman berada di rumah mu, kau bisa pergi menginap di rumah mer

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Sarah Mendatangi Deni

    Waktu telah berada di pukul 11 malam. Di saat banyak penghuni bumi sudah menjemput alam mimpi nya, hal serupa tak berlaku bagi Sarah. Walaupun telah dilanda rasa kantuk yang teramat sangat--namun Desicner cantik itu tak kunjung dapat tidur. Bangkit dari tidur nya, Sarah mengacak-ngacak rambut nya frustasi. "Kenapa, aku terus memikirkan omongan Rania, terus-sih?!" gerutu Sarah, dengan wajah frustasi nya. Karena tak dapat kunjung tidur, berakhir Sarah memutuskan untuk pergi ke dapur. Dia akan mengambil beberapa cemilan ringan, dan juga minuman soda, guna untuk menemani nya menonton film. Kedua kaki Sarah telah memijak di lantai dasar. Akan melangkah menuju arah dapur, namun hal itu Sarah urungkan saat dari jauh lebih tak sengaja wanita berkulit putih itu mendapati keberadaan papa Akio. "Papa," gumam Sarah, dengan pandangan tak terputus dari papa Akio, di mana pria paruh baya itu tengah berdiri di depan jendela kaca besar, sembari melemparkan pandangan nya ke arah luar. Lama me

  • Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa    Dilema nya Sarah

    Beberapa menit menempuh perjalanan dengan kendaraan roda empat nya Sarah akhir nya kembali tiba di rumah nya. Namun, saat mobil milik nya telah terparkir wanita cantik itu tak langsung berlalu dari dalam mobil. Masih setia berada di kursi nya, dengan pandangan yang menerawang begitu jauh. Seperti ada sesuatu yang begitu membebani pikiran nya. Sekian detik berada di sana, Sarah akhir nya berlalu dari dalam mobil. Menyeretkan langkah kaki nya ke dalam rumah, Sarah mendapati suasana rumah yang dalam keadaan lengang. Menelusuri setiap sudut ruangan, Sarah nampak seperti tengah mencari sesuatu. Hingga, terdengar suara langkah kaki, dan dia mendapati kedatangan salah satu pelayan rumah. "Bibi----," panggil Sarah dengan setengah teriakkan, dan itu membuat pelayan tua itu menghentikan langkah kaki nya, dan menghampiri nya. "Nona," ujar nya dengan sopan. "Di mana, Papa?" tanya Sarah dengan nada suara nya yang terdengar menuntut. "Tuan Besar sedang berada di taman samping rumah," j

DMCA.com Protection Status