Annelies berusaha mendorong Dan Theo, tapi sialnya sebelah tangan pria itu malah menarik punggung dan menguncinya. Dan Theo semakin merapatkan tubuh agar Annelies tak ada celah memberontak.‘Sialan!’ Annelies mengumpat.Tangannya yang semula menekan dada sang suami, kini malah mencengkeram kemejanya saat Dan Theo memberinya lumatan mesra. Anehnya, itu membuat desiran aneh merayapi punggungnya. Terlebih tangan kanan Dan Theo yang berada di leher Annelies mulai terasa panas.‘I-ini … ini salah, tapi kenapa aku tidak bisa menghindar? Sial, kau brengsek, Dan Theo!’ batin Annelies tanpa sadar menutup matanya.Dan Theo mendorong Annelies hingga wanita itu terpaksa mundur dan kakinya menatap nakas, tapi pria itu tak peduli. Dia malah mengangkat Annelies dan mendudukkannya di nakas sampai pajangan kuda kecil jatuh ke lantai.“Ahh ….”Sial, desahan lirih lolos dari mulut Annelies. Itu semakin memancing gairah Dan Theo yang terpendam. Pria itu terus mencumbui sang istri sampai-sampai napasnya t
“Kita sudah sampai. Mari masuk, Nona Secil.” Lewis membuka pintu untuk gadis tersebut.Secil ragu-ragu meraih tangan Lewis. Dirinya tak bisa menolak karena sudah sampai sejauh ini.“Sepi, ya? Karena ini tempat rahasia saya. Hanya saya yang tahu tempat ini,” tutur sang pemuda membuat Secil sulit menelan saliva.Begitu masuk gedung usang itu, Secil langsung mencium aroma cat yang aneh. Di sana ada beberapa deretan kanvas dengan lukisan abstrak.‘Ah … ternyata Lewis memang melukis di sini,’ batin gadis itu memindai sekitar.“Saya sedang mengerjakan sebuah lukisan. Anda mau lihat?”Secil mengangguk mendengar tawaran itu.Lewis pun menarik kanvas yang semula terbalik di sudut ruangan. Namun, iris Secil sontak melebar melihat gambar wanita yang diborgol dengan sebelah tangannya berdarah.‘Ke-kenapa Lewis melukis gambar seperti ini?’ Secil tertegun dalam hati.“Maaf, apa Nona Secil terkejut? Saya memang memiliki gaya ekstrem dalam melukis. Bukankah setiap Seniman punya gaya masing-masing?” t
‘Siapa dia?!’ Dan Theo penasaran dalam hati.“Annelies, bukankah sudah lama? Sembilan? Atau sepuluh tahun? Kau tau? Aku selalu memikirkanmu dan penasaran apa kau baik-baik saja di San Carlo!” tukas lelaki berjas navy usai melepas pelukan.Annelies tertawa ringan, lalu membalas, “kapan kau pulang? Kenapa tidak menghubungiku?”“Aku baru tiba tadi pagi, lalu datang ke mansion Langford setelah mendengar Kak Logan mengadakan jamuan,” sahut lelaki itu yang tiba-tiba berubah muram. “Aku minta maaf karena tidak bisa hadir di pemakaman Paman Feanton. Aku tidak percaya Paman pergi begitu cepat.”Mendengar tentang mendiang ayahnya, hati Annelies seketika meradang. Matanya pun berangsur panas seolah eluhnya ingin jatuh.“Ah … maafkan aku. Seharusnya aku tidak mengingatkanmu tentang Paman,” tutur lelaki tadi yang kini memegang kedua lengan Annelies. Tingkahnya itu sungguh memicu dada Dan Theo gatal. Namun, belum sampai Dan Theo bereaksi, lelaki tadi kembali berkata, “ah … lihat dirimu. Sejak kap
Benalu yang Menempel Pada Darah Haram“Hah … apa yang dibicarakan anak kurang ajar ini?!” Iansa memicing sinis.Annelies pun bangkit seiring langkah Iansa yang tertuju padanya. Namun, Iansa langsung mencekal dan menekan bahu Annelies.“Harusnya kau menyapaku dengan hormat, tapi beraninya kau, ah … aku baru ingat kau darah haram dan aib keluarga Langford. Pantas saja tingkahmu seperti hewan di acara seperti ini. Sangat berbeda dengan pemilik darah Langford yang sebenarnya!” sambung Iansa mengernyit jijik.“Ibu! Apa yang—”“Diamlah, Alexei!” Iansa segera menyambar sebelum ucapan putranya tuntas. “Dia, wanita jalang yang sejak dulu tidak punya etika. Sekali lagi kau membelanya, Ibu tidak akan tinggal diam.”Sungguh, situasi di meja jamuan itu langsung tegang. Semua pasang mata tertuju pada Iansa yang seolah akan mencabik-cabik Annelies.Saat itulah Logan berdehem, dan lantas berkata, “tolong maafkan Annelies, Bibi Iansa. Bibi tahu sendiri mental Annelies mudah terguncang. Dia baru saja
“Ugh ….” Annelies mengernyit perih saat menahan ujung belati dengan tangannya. Dia memicing tajam pada pelayan laki-laki yang terus berusaha menekan belati lebih dalam. Tangan Annelies berlumuran darah, bahkan tusukan di perutnya pun memicu gelenyar merah mendominasi gaun putihnya. “Annelies!” Dan Theo tersentak saat sang istri terhuyung. Manik elangnya bergulir dan baru menyadari bahwa pelayan itu menusuk istrinya! “Aish, bajingan!” umpat Dan Theo yang sontak mendorong Pelayan itu menjauh dari Annelies. Belati yang dipegang pelayan tadi langsung terjatuh. Sementara Annelies kembali terhuyung dan terpaksa mundur, mencari sandaran pada pilar di dekatnya. “A-astaga! Apa yang terjadi di sana?!” Samantha memekik melihat pinggang Annelies yang berdarah. Itu memicu semua pasang mata tertuju ke dalam mansion. Bahkan Alexei dengan cepat berlari menghampiri Annelies. “Annelies! Annelies, kau terluka!” tukasnya buncah. Alih-alih menjawab, Annelies hanya memegangi perut kanannya dengan t
“Aku tahu Ayah memberimu semua sahamnya. Tapi karena kau gagal menduduki kursi Komisaris, bukankah lebih baik menyerahkan semua saham itu padaku?” Logan berkata dengan ekspresi dinginnya.Dia meminta saham seolah meminta permen dari anak kecil. Apa dia pikir Annelies bodoh?!Rahang sang adik mengeras dan lantas mengutuk. “Kak Logan memang tidak waras!”“Mana boleh orang gila mengatai orang lain tidak waras, adikku?” Logan berkata seiring langkahnya yang mendekati Annelies di ranjang.Namun, dengan sigap Dan Theo langsung menghadangnya.“Menjauhlah dari istriku!” decaknya disertai tatapan mengancam.Sebelah bibir Logan terangkat, bahkan dengan cepat dia langsung mencengkeram leher Dan Theo.“Beraninya bajingan kotor sepertimu menghalangiku, hah?!” Logan mendengus tajam.Tapi tanpa diduga, Dan Theo lantas menampik lengannya dan memutar ke belakang hingga dia berhasil membekuk Logan.Kakak Annelies itu tersenyum miring. Dia melirik Dan Theo di belakangnya seraya berkata, “lumayan, jarang
‘Beraninya tikus-tikus itu mendekat lagi!’ batin Dan Theo yang lantas bangkit mendekati pintu.Irisnya menyorot tajam, waspada bila orang di luar tiba-tiba masuk. Tapi rupanya gagang pintu itu kembali naik, bahkan terdengar langkah sepatu menjauh dari ruangan.“Aish!” Dan Theo mendesis dan langsung membuka pintu.Tapi orang di luar pintu itu sudah kabur. Iris Dan Theo pun memindai sekitar, lalu terpaku pada sosok pria bersetelan jas hitam menuruni tangga ke lantai bawah. Tanpa membuang waktu, Dan Theo langsung menyusulnya. Dan sial, dirinya kehilangan jejak saat orang berjas hitam itu berbelok di dekat pilar yang mengarah ke kolam renang. ‘Ke mana perginya bajingan itu?!’ gemingnya mencari di sekitar area jamuan tadi.Saat itulah tatapan tajamnya tersita pada jalan setapak yang menghubungkan mansion utama dengan paviliun. Dan Theo yang tak tahu struktur mansion itu pun coba menjamah, meski jalannya gelap.‘Apa orang itu kabur lewat sini?’ batin Dan Theo menerka.Saat berjalan beberap
“Jalang sialan! Kau pikir aku tidak tahu kau sedang merekam dengan ponselmu?!” umpat Logan yang sontak mencengkeram leher Annelies amat erat. “Jika kau mau melawanku, lakukan dengan benar. Kenapa kau mudah sekali ditebak?!”Mata Logan menatap tajam seiring langkahnya yang mendorong Annelies mundur, sampai menatap meja kerja di ruangan tersebut.“Ugh ….” Napas Annelies tercekat, tapi Logan sama sekali tak peduli.Lelaki itu justru mencekik lebih kuat hingga mata Annelies gemetar dan berair.“Sepertinya aku terlalu lembut padamu, Annelies! Kau mana boleh melawan Kakak. Kau tidak mau jadi adik durhaka ‘kan?!” tukas Logan menatap berang.“Tutup mulutmu, Kak Logan!” sambar Annelies dengan gigi terkatup. “Kakak pikir layak dihormati? Berapa kali Kakak mencoba membunuhku, hah?!”Gelombang amarah tampak menyala di mata wanita itu. Tapi Logan sama sekali tak gentar dengan tuduhan tersebut, sungguh tidak merasa bersalah.“Itulah, aku juga heran. Kenapa kau sulit sekali mati? Haruskah kau kuleny
Cloe buru-buru mendorong Annelies ke belakang, hingga kedua wanita itu ambruk tersungkur. “Brengsek!” Seorang pria bermasker hitam yang mengemudikan kendaraan itu mengumpat tajam.Dia memukul kemudi saat gagal menabrak Annelies. “Hah, sial! Kenapa harus muncul jalang lainnya dan membuat misiku gagal?!”Sepasang maniknya seketika melebar saat melirik spion. Dari belakang, rupanya Kaelus berusaha mengejarnya. “Bajingan itu lagi. Kenapa dia sangat merepotkan?!” cibirnya kesal. Detik berikutnya pria bermasker hitam itu dikejutkan oleh deruan pistol yang terarah ke mobilnya. Ya, Kaelus rupanya melesatkan peluru dan berniat menghentikan pria tersebut. Sayangnya, pria masker hitam itu semakin menancap gas hingga mobilnya berhasil keluar dari basement. ‘Hah, sial!’ batin Kaelus penuh umpatan. Iris tajamnya menatap penuh amukan seraya melanjutkan. ‘Apa bajingan itu ada kaitannya dengan orang yang menyerang Dan Theo?’“Tuan Kaelus!” Fokus pria itu teralihkan saat Cloe memanggilnya. Kael
“Kau pikir bisa kabur, jalang sialan?!” bisik pria bermasker hitam itu yang lantas menarik Annelies dengan kuat.“Argh!” Sang wanita memekik seiring tubuhnya yang tersungkur ke lantai.Sikunya yang tadi menatap meja, sekarang mungkin memar karena menghantam kerasnya ubin. Dia menyeret raganya mundur saat pria tadi mengeluarkan belatinya lagi.“Kesempatan ketiga sudah habis. Percuma kau lari karena ke mana pun kau pergi, aku akan menemukanmu!” tukasnya menatap tajam di tengah remangnya lampu.Pria itu berjongkok di hadapan Annelies. Dia menyeringai sengit dan lantas menudingkan ujung belatinya di bawah dagu Annelies.“Ini saatnya membayar harga benda itu dengan nyawamu!” sambung pria tadi yang semakin menekan ujung belatinya.Darah segar tampak menggelenyar ke leher Annelies. Namun, sensasi tegang yang mendominasi justru menyamarkan rasa sakit di bawah dagunya.“Bunuh! Cepat bunuh aku jika kau mampu!” cecar Annelies memprovokasi.“Hah! Sialan!” Pria tadi mengumpat berang.Dirinya berni
‘Hah ….’ Napas Annelies tercekat melihat rekaman video tersebut.Maniknya berubah seluas cakram saat seorang pria tinggi besar, menghantamkan emas batangan pada kepala Feanton. Lelaki tua itu tak sempat menghindar, hingga seketika ambruk ke lantai dengan gelenyar darah yang mengalir deras dari kepala.Annelies yang menyaksikan aksi pria itu sontak membeku. Irisnya terpaku pada sang ayah yang kehilangan banyak darah, tapi pria didekatnya hanya terdiam seolah tak melakukan kesalahan.“Ayah ….” Bulu mata Annelies gemetar seiring eluhnya yang mengalir ke pipi.Sensasi tegang bercampur amarah membengkak dalam dadanya, ketika menilik arloji khusus yang dikenakan pria dalam video. Ya, meski pria itu menutupi wajahnya dengan masker, tapi Annelies sangat mengenali jam tangan yang dia pakai.“Kak Logan, kenapa kau tega membunuh Ayah?! Ke-kenapa … kenapa kau melakukannya?!” tutur Annelies kebak dendam.Tubuhnya lemas. Bahkan sensasi empedu terus naik ke tenggorokannya hingga membuatnya mual.Sem
“Siapa yang datang?” Annelies bertanya pelan, tapi nadanya menyimpan rasa was-was.“Putra Pimpinan, Direktur. Beliau datang bersama Tuan Casper,” sahut Cloe dari seberang.Annelies terdiam. Jika itu putra pimpinan, maka berarti Lewis Langford. Perasaan tak nyaman semakin mendominasi Annelies. Pasalnya Lewis baru saja mengunjungi kediamannya. Lalu untuk apa pemuda itu mencarinya sampai ke L&F Cosmetic?“Nona Cloe, pastikan mereka tidak masuk ke ruangan saya dan katakan bahwa saya tidak bisa ke kantor hari ini,” tukas Annelies.“Mo-mohon maaf, Direktur. Mereka sedang menunggu di ruangan Anda. Saya benar-benar mohon maaf karena sembarangan membawa mereka masuk,” sahut Cloe terdengar penuh sesal.Ya, biasanya Annelies memang meminta tamu penting menunggu di ruangannya. Jadi Cloe juga melakukan hal yang sama kali ini. Namun, situasinya agak riskan karena sebelumnya Lewis memasang kamera pengintai di penthousenya.“Baiklah, tidak masalah. Tolong sampaikan kalau saya akan menemui mereka ke k
“Aku meminta beberapa orang mengikuti bajingan itu. Mereka menemukannya sudah tidak bernyawa di dermaga De Forte,” tukas Velos dengan amukan tertahan. Kaelus mengusap kasar dagunya, lalu membalas, “kau sudah mencaritahu siapa dia?”“Dia bukan orang San Carlo, aku tidak bisa menemukan identitasnya. Sepertinya dia orang khusus yang dikirim untuk membunuh Annelies. Tapi karena Dan Theo melindungi istrinya, bajingan itu malah menyerangnya!” Velos menjelaskan dengan ekspresi tajamnya. “Apa itu Blackhole? Bukankah kau bilang antek-antek Blackhole yang sering menggunakan racun semacam ini?” Kaelus bertanya seiring alisnya yang bertaut. “Aku rasa tidak, Kak. Bajingan itu tidak memiliki tato Blackhole,” sanggah Velos yang memang masuk akal. “Melihat dia buru-buru dibunuh setelah gagal melenyapkan Annelies, mungkin orang yang menyuruhnya sangat frustasi. Aku akan menyelidiki ini lebih dalam. Dia hampir membunuh Dan Theo, kita tidak bisa membiarkannya begitu saja!”Sementara di dalam ruang sa
“Katakan sekali lagi!” ujar Annelies yang seketika memicu antek-antek Caligo berpaling padanya.Begitu Annelies mendekat, dua antek di sana saling melempar pandangan di antara mereka. Salah satu lelaki itu mengenali Annelies.“Hei, dia wanita yang pernah dibawa Big Boss ke sini,” bisiknya pada sang rekan.“Kau yakin?” sahut lelaki di hadapannya.Antek tadi mengangguk samar, tatapannya pun amat serius.Dia beralih pada Annelies seraya berkata, “Nona, sedang apa Anda di sini? Ini bukan tempat yang bisa dimasuki sembarang orang.”“Jelaskan maksud ucapan kalian tadi!” Annelies mendesak mereka bicara.Mereka seketika bungkam. Bisa berbahaya jika keduanya membicarakan tentang Dan Theo. Apalagi tidak ada satu pun di antara antek-antek Caligo itu yang tahu keadaan pastinya.“Nona, Big Boss sedang tidak ada di markas. Kami akan melaporkan kedatangan Anda pada Tuan Kaelus dan Tuan Velos, lalu mengantar Anda pulang,” tutur salah satu antek tersebut.“Tidak, jawab saja pertanyaanku!” sambar wanit
***“Daddy, ini saya.” Lewis berkata setelah mengetuk pintu ruang kerja Logan malam itu.Dari dalam terdengar suara sang ayah yang mengijinkannya masuk. Dan itu membuat Lewis tak ragu membuka pintu.Ternyata di sana ada Casper yang berdiri di sebelah Logan. Mengingat pertarungan yang dia lakukan bersama asisten ayahnya melawan geng Ceko, membuat Lewis jadi lebih santai terhadapnya. Namun, melihat Logan lebih mempercayai Casper dibanding dirinya, sungguh mengganggu pikiran Lewis.“Daddy, saya ingin bicara empat mata,” tukas Lewis melirik Casper sekilas.Casper yang sadar akan keadaan itu pun berkata, “Tuan, kalau begitu saya pamit dulu.”Dirinya menunduk hormat pada Logan dan hendak pergi.Namun, belum sampai beranjak, Logan malah berujar tegas. “Tetap di sini!”“Dan kau, cepat bicara. Karena aku masih ada urusan dengan asistenku!” sambung Logan saat beralih menatap Lewis.Sang putra melirik Casper sinis. Meski tak nyaman, dia tak bisa menentang keinginan Logan atau berakhir diabaikan.
‘Aku akan menelepon Annelies!’ batin Kaelus yang kini merogoh ponsel dari saku celananya.Belum sampai menekan nomor wanita tersebut, tiba-tiba perhatian pria itu langsung tersita pada bunyi pekak beling yang pecah. Kaelus seketika berpaling ke sumber suara. Agaknya itu berasal dari lantai atas.Namun, tanpa Kaelus tahu, rupanya di sana Annelies sedang berhadapan dengan pemuda yang menatapnya amat sinis.“Hah! Maaf, gelasnya licin. Saya tidak sengaja menjatuhkannya, Bibi!” tukas Lewis dengan raut wajah datarnya.Ya, dia memang Lewis Langford. Entang mengapa tiba-tiba pemuda itu mendatangi Annelies. Mereka tidak pernah akrab, kedatangan Lewis tentunya membuat Annelies curiga.Wanita itu menatap pecahan cangkir minuman yang baru saja dia sodorkan pada Lewis.Dirinya mengangkat pandangan, lalu bertanya dingin. “Kenapa kau mendatangiku?”“Sudah saya bilang, saya merindukan Bibi!” sahut Lewis menatapnya lekat.Sial, kalimat singkat itu malah membuat Annelies merinding. Pasalnya, yang dia t
“A-apa yang kau katakan? Itu tidak mungkin!” Velos berujar dengan wajah tegang.“Ka-kami juga tidak tahu, Tuan. Tiba-tiba saja, Big Boss mengalami henti jantung. Lalu kami segera memanggil Dokter untuk memeriksanya,” tutur antek Caligo yang bertugas menjaga ruang rawat itu.Ini di luar dugaan Velos. Pasalnya tadi malam reaksi Dan Theo cukup baik terhadap penawar yang dia berikan. Namun, jika jantungnya tiba-tiba berhenti, ini bisa berbahaya!Pria itu menekan belakang kepalanya dengan sebelah tangan, lalu bertanya, “sudah berapa lama Dokter di dalam?”“Sekitar sepuluh menit, Tuan,” sahut antek Caligo tampak gelisah juga.Sensasi pening menyerang Velos. Untuk sesaat, dirinya menyesal telah memberikan penawar tersebut. Dengan tatapan kalutnya, lelaki itu pun menonjok dinding dengan keras. Tangan kirinya gemetar seiring gelenyar merah yang mengalir dari tangannya.Akan tetapi, Velos sama sekali tak merasa sakit pada tangan itu. Justru dadanya sangat sesak, resah karena dokter tak kunjung