“Ugh ….” Annelies mengernyit perih saat menahan ujung belati dengan tangannya. Dia memicing tajam pada pelayan laki-laki yang terus berusaha menekan belati lebih dalam. Tangan Annelies berlumuran darah, bahkan tusukan di perutnya pun memicu gelenyar merah mendominasi gaun putihnya. “Annelies!” Dan Theo tersentak saat sang istri terhuyung. Manik elangnya bergulir dan baru menyadari bahwa pelayan itu menusuk istrinya! “Aish, bajingan!” umpat Dan Theo yang sontak mendorong Pelayan itu menjauh dari Annelies. Belati yang dipegang pelayan tadi langsung terjatuh. Sementara Annelies kembali terhuyung dan terpaksa mundur, mencari sandaran pada pilar di dekatnya. “A-astaga! Apa yang terjadi di sana?!” Samantha memekik melihat pinggang Annelies yang berdarah. Itu memicu semua pasang mata tertuju ke dalam mansion. Bahkan Alexei dengan cepat berlari menghampiri Annelies. “Annelies! Annelies, kau terluka!” tukasnya buncah. Alih-alih menjawab, Annelies hanya memegangi perut kanannya dengan t
“Aku tahu Ayah memberimu semua sahamnya. Tapi karena kau gagal menduduki kursi Komisaris, bukankah lebih baik menyerahkan semua saham itu padaku?” Logan berkata dengan ekspresi dinginnya.Dia meminta saham seolah meminta permen dari anak kecil. Apa dia pikir Annelies bodoh?!Rahang sang adik mengeras dan lantas mengutuk. “Kak Logan memang tidak waras!”“Mana boleh orang gila mengatai orang lain tidak waras, adikku?” Logan berkata seiring langkahnya yang mendekati Annelies di ranjang.Namun, dengan sigap Dan Theo langsung menghadangnya.“Menjauhlah dari istriku!” decaknya disertai tatapan mengancam.Sebelah bibir Logan terangkat, bahkan dengan cepat dia langsung mencengkeram leher Dan Theo.“Beraninya bajingan kotor sepertimu menghalangiku, hah?!” Logan mendengus tajam.Tapi tanpa diduga, Dan Theo lantas menampik lengannya dan memutar ke belakang hingga dia berhasil membekuk Logan.Kakak Annelies itu tersenyum miring. Dia melirik Dan Theo di belakangnya seraya berkata, “lumayan, jarang
‘Beraninya tikus-tikus itu mendekat lagi!’ batin Dan Theo yang lantas bangkit mendekati pintu.Irisnya menyorot tajam, waspada bila orang di luar tiba-tiba masuk. Tapi rupanya gagang pintu itu kembali naik, bahkan terdengar langkah sepatu menjauh dari ruangan.“Aish!” Dan Theo mendesis dan langsung membuka pintu.Tapi orang di luar pintu itu sudah kabur. Iris Dan Theo pun memindai sekitar, lalu terpaku pada sosok pria bersetelan jas hitam menuruni tangga ke lantai bawah. Tanpa membuang waktu, Dan Theo langsung menyusulnya. Dan sial, dirinya kehilangan jejak saat orang berjas hitam itu berbelok di dekat pilar yang mengarah ke kolam renang. ‘Ke mana perginya bajingan itu?!’ gemingnya mencari di sekitar area jamuan tadi.Saat itulah tatapan tajamnya tersita pada jalan setapak yang menghubungkan mansion utama dengan paviliun. Dan Theo yang tak tahu struktur mansion itu pun coba menjamah, meski jalannya gelap.‘Apa orang itu kabur lewat sini?’ batin Dan Theo menerka.Saat berjalan beberap
“Jalang sialan! Kau pikir aku tidak tahu kau sedang merekam dengan ponselmu?!” umpat Logan yang sontak mencengkeram leher Annelies amat erat. “Jika kau mau melawanku, lakukan dengan benar. Kenapa kau mudah sekali ditebak?!”Mata Logan menatap tajam seiring langkahnya yang mendorong Annelies mundur, sampai menatap meja kerja di ruangan tersebut.“Ugh ….” Napas Annelies tercekat, tapi Logan sama sekali tak peduli.Lelaki itu justru mencekik lebih kuat hingga mata Annelies gemetar dan berair.“Sepertinya aku terlalu lembut padamu, Annelies! Kau mana boleh melawan Kakak. Kau tidak mau jadi adik durhaka ‘kan?!” tukas Logan menatap berang.“Tutup mulutmu, Kak Logan!” sambar Annelies dengan gigi terkatup. “Kakak pikir layak dihormati? Berapa kali Kakak mencoba membunuhku, hah?!”Gelombang amarah tampak menyala di mata wanita itu. Tapi Logan sama sekali tak gentar dengan tuduhan tersebut, sungguh tidak merasa bersalah.“Itulah, aku juga heran. Kenapa kau sulit sekali mati? Haruskah kau kuleny
‘Aish, aku sangat malas meladeni mereka!’ batin Annelies kesal.Maniknya memicing tajam pada Samantha dan Iansa di depan sana. Ya, kedua orang itu ingin turun ke bawah untuk sarapan, tapi malah melihat pemandangan yang mengesankan.“Lihatlah, ucapanku benar ‘kan, Nenek? Bibi Annelies itu suka menggoda banyak pria. Dia pernah terang-terangan menggoda tunanganku dan membawanya ke kamar!”“A-apa?!” Iansa menyambar kaget.“Ya, karena itulah aku bertengkar dan dia malah merusak wajahku!” sahut Samantha memicing penuh dendam.Iansa nyaris tak percaya, tapi mengingat berita yang sempat heboh kala itu, dia merasa perkataan Samantha tidak bohong.Dengan alis menyatu, Iansa kembali memastikan. “Jadi rumor Annelies gila dan menyerangmu itu benar?”“Itu benar, Nenek. Aku sampai di rawat satu pekan di rumah sakit karena dia menghancurkan wajahku,” balas Samantha dengan ekspresi melasnya.Iansa yang mendengarnya pun iba. Dia merengkuh bahu Samantha seraya mengusapnya.“Astaga, gadis malang. Harusny
“Apa dia cari mati? Beraninya menginginkan bisnisku?!” tukas Dan Theo dengan gigi terkatup.Kaelus bisa melihat aura gelap dari matanya. Ya, itu sisi nyata Dan Theo yang tak pernah dia tunjukan pada Annelies.“Casper! Sepertinya dia punya banyak peran!” sambung Dan Theo dengan alis menyatu.Urat di lehernya tampak tegang melihat foto asisten Logan, sedang mengintai di depan pabrik produksi Raica Ruby. Ya, itu tempat pembuatan narkoba yang dikerjakan oleh geng lokal. Ini salah satu alasan Dan Theo mendatangi San Carlo, karena mendengar dua jenius kimia yang bisa memproduksi narkoba kualitas tinggi.Namun, rupanya Logan mulai mengganggu bisnisnya. Dendamnya atas sabotase transaksi dengan benua Woll tahun lalu belum padam, tapi Logan malah mengusiknya lagi.“Apa Nyonya tahu soal ini?” sambung Dan Theo mengangkat pandangan pada Kaelus.“Aku dengar mereka melakukan pertemuan beberapa kali, tapi Nyonya menolak kerja sama yang ditawarkan cecunguk itu.” Kaelus membalas dengan tatapan puas.“M
“K-kau bilang apa?” tukas Annelies yang berniat bangkit.Namun, Dan Theo langsung menahan seraya berkata, “ehei! Kau mau ke mana? Aku belum selesai mencuci rambutmu.”Annelies melirik ke atas, tapi Dan Theo malah menaikkan sebelah alis seraya menggoda. “Apa kau sekarang bersemangat untuk mandi bersama?”“A-apa?!” sahut Annelies mengerutkan keningnya. “Siapa yang bilang setuju mandi bersama? Sudahlah, minggir. Kau sudah cukup mencucinya.”Wanita itu ingin bangun, tapi lagi-lagi Dan Theo menahan pundaknya. Bahkan sekarang pria tersebut membungkuk hingga wajah mereka nyaris bertumbukan. Dari jarak sedekat itu, Dan Theo bisa melihat jelas pipi Annelies yang bersemu.Dan Theo menyipitkan mata sembari mengejek. “Kau bilang tidak setuju, tapi kenapa wajahmu merah?”Annelies berkedip. Sensasi tegang tiba-tiba merayapi perutnya saat tangan Dan Theo bergerak nakal di sekitar tali bathrope.“Dan Theo, apa yang kau lakukan?!” Wanita itu menodong tanya seraya mencekal tangan sang suami.Sorot mata
“Miracle Night? Apa kau bercanda?!” Annelies menodong tanya dengan tatapan tajam.Ya, itu klub malam tempat Annelies pertama kali bertemu Dan Theo. Tapi apa tujuan Dan Theo membawanya?Alih-alih langsung menjawab, sang pria justru berpaling dan menjulurkan tubuh hingga tepat berhadapan wajah dengan Annelies. Tanpa bicara apapun, Dan Theo malah melepas pengait sabuk pengaman sang istri.‘Aish, kaget!’ batin Annelies mengerjap tegang.“A-apa yang kita lakukan di sini?” tanya wanita itu menghilangkan canggung.“Ada seseorang yang harus kau temui.” Dan Theo menyahut dan lantas keluar dari mobil lebih dulu.Dia mengancingkan jas yang semula tidak terkait seraya membatin, ‘ekspresinya imut.’Benar, entah mengapa akhir-akhir ini dia senang menggoda Annelies. Terlebih saat wanita itu menampilkan wajah tegangnya.Namun, saat Annelies keluar setelah sang suami membuka pintu, matanya malah tertuju pada rumah sakit jiwa yang dulu menahannya. Hanya menatapnya dari luar, sudah membuat Annelies meri