“K-kau bilang apa?” tukas Annelies yang berniat bangkit.Namun, Dan Theo langsung menahan seraya berkata, “ehei! Kau mau ke mana? Aku belum selesai mencuci rambutmu.”Annelies melirik ke atas, tapi Dan Theo malah menaikkan sebelah alis seraya menggoda. “Apa kau sekarang bersemangat untuk mandi bersama?”“A-apa?!” sahut Annelies mengerutkan keningnya. “Siapa yang bilang setuju mandi bersama? Sudahlah, minggir. Kau sudah cukup mencucinya.”Wanita itu ingin bangun, tapi lagi-lagi Dan Theo menahan pundaknya. Bahkan sekarang pria tersebut membungkuk hingga wajah mereka nyaris bertumbukan. Dari jarak sedekat itu, Dan Theo bisa melihat jelas pipi Annelies yang bersemu.Dan Theo menyipitkan mata sembari mengejek. “Kau bilang tidak setuju, tapi kenapa wajahmu merah?”Annelies berkedip. Sensasi tegang tiba-tiba merayapi perutnya saat tangan Dan Theo bergerak nakal di sekitar tali bathrope.“Dan Theo, apa yang kau lakukan?!” Wanita itu menodong tanya seraya mencekal tangan sang suami.Sorot mata
“Miracle Night? Apa kau bercanda?!” Annelies menodong tanya dengan tatapan tajam.Ya, itu klub malam tempat Annelies pertama kali bertemu Dan Theo. Tapi apa tujuan Dan Theo membawanya?Alih-alih langsung menjawab, sang pria justru berpaling dan menjulurkan tubuh hingga tepat berhadapan wajah dengan Annelies. Tanpa bicara apapun, Dan Theo malah melepas pengait sabuk pengaman sang istri.‘Aish, kaget!’ batin Annelies mengerjap tegang.“A-apa yang kita lakukan di sini?” tanya wanita itu menghilangkan canggung.“Ada seseorang yang harus kau temui.” Dan Theo menyahut dan lantas keluar dari mobil lebih dulu.Dia mengancingkan jas yang semula tidak terkait seraya membatin, ‘ekspresinya imut.’Benar, entah mengapa akhir-akhir ini dia senang menggoda Annelies. Terlebih saat wanita itu menampilkan wajah tegangnya.Namun, saat Annelies keluar setelah sang suami membuka pintu, matanya malah tertuju pada rumah sakit jiwa yang dulu menahannya. Hanya menatapnya dari luar, sudah membuat Annelies meri
*** “Aku baru tahu cara kerjamu seperti ini, Dan Theo!” tutur Annelies begitu masuk lift bersama sang suami. Dan Theo yang berdiri di sebelahnya pun menjawab, “istriku, kau boleh memakai cara apapun jika lawanmu orang licik!” Dia meraih alat perekam dari balik jasnya, lalu menyerahkan pada sang wanita. “Apa ini? Jangan bilang … kau merekam semua ucapan CEO The Golden? Termasuk pengakuannya tentang Kak Logan?!” tanya Annelies mengernyit. “Bingo!” Dan Theo menaikkan sebelah alisnya. Annelies meliriknya sambil menggenggam alat perekam itu erat. ‘Aku tidak menyangka, ternyata orang yang aku nikahi sangat cerdas!’ batinnya yang tanpa sadar tersenyum tipis. Dalam sunyi, Dan Theo tiba-tiba bertanya, “jadi apa yang akan kau lakukan selanjutnya?” Annelies sadar dari lamunan dan langsung mengubah ekspresi kembali datar. “Yah … rekaman ini memang bagus untukku, tapi aku tidak akan menggunakannya sekarang untuk menjatuhkan Kak Logan. Aku ingin menyerangnya bersamaan dengan kasus penggela
“Ya, aku cemburu! Jadi jangan melihat pria lain seperti itu, karena aku tidak menyukainya!” Dan Theo berkata dengan tatapan tegas. Wajahnya tak menunjukan candaan. Dan itu membuat Annelies heran. Memang kenapa dia harus cemburu? Apa dia benar-benar jatuh cinta padanya? “Hei, Dan Theo—” “Kau sudah memberiku hak untuk cemburu, istriku. Jangan bilang kau melupakan itu?!” sambar Dan Theo sebelum ucapan Annelies tuntas. Ya, Annelies ingat saat insiden penusukan dirinya di mansion Langford. Mereka memang membicarakan hal serupa, bahkan dia sengaja memancing Dan Theo. Tak disangka kini malah menjadi boomerang yang menyudutkan diri Annelies sendiri. Wanita itu berdehem, tapi belum sempat menyahut, Dan Theo malah mengulurkan steak dengan garpu ke depan mulut Annelies. ‘Apa ini? Kenapa dia terus bersikap manis?!’ Annelies membatin waspada. Dia tak kunjung melahap steak tersebut, hingga memicu alis Dan Theo terangkat sebelah. Tatapannya seolah meminta Annelies agar memakannya. Sang wanita
‘Astaga!’ batin Annelies saat melihat berita terkini dari tab. Dirinya beralih menatap pemilik Yayasan Narrow seraya bertanya, “Tuan, apa Anda tahu kalau saat ini putri Tuan Thesion hilang?” “Apa?” sahut pemilik Yayasan itu terkejut. Rupanya dia belum tahu. Begitu Annelies menyerahkan tab-nya, dia tampak prihatin. Meski beritanya baru keluar hari ini, tapi diduga putri Thesion itu sudah menghilang nyaris satu pekan. “Astaga, Tuan Thesion sangat menyayangi putrinya. Beliau pasti sedang hancur sekarang,” tutur Narrow iba. “Apa saja yang dilakukan Polisi? Kenapa sampai seminggu belum juga menemukannya, padahal orang yang hilang dari keluarga Thesion?!” Ya, Annelies pun merasa aneh. Melihat pengaruh keluarga Thesion yang cukup besar, harusnya mereka lebih cepat menemukan putrinya. ‘Sebenarnya apa yang terjadi? Apa ini kasus orang hilang biasa? Atau … ada konspirasi di baliknya?!’ batin Annelies menerka dalam hati. Karena insiden ini, Annelies mungkin akan sulit meminta Thesion mendu
“A-apa?!” Manik Thesion berubah selebar cakram.Sensasi tegang merayapi tubuhnya saat berkata, “A-anda bilang, saya harus menukar nyawa untuk keselamatan Secil?!”Logan langsung mencengkeram rahang Thesion. Dia menekannya hingga sang lawan bincang gemetaran.“Saya senang telinga Anda masih berfungsi, Tuan Thesion!” decaknya sinis.Baru kali ini Thesion melihat ekspresi iblis di wajah Logan. Dia pikir, orang nomor satu di keluarga Langford itu, sosok pebisnis sempurna yang tak punya cela. Tapi ternyata Logan tidak lebih dari bajingan gila!“Tuan Logan, mengapa Anda melakukan ini? Sebenarnya apa salah saya sampai Anda harus—”“Jadi Anda lebih suka putri Anda yang bisu itu mati?!” Logan segera menyambar sebelum ucapan Thesion tuntas.Thesion tercengang. Dia buru-buru menggeleng seraya berkata, “ti-tidak! Jangan bunuh Secil! Sa-saya mohon maaf, saya ceroboh, Tuan! Jangan sakiti putri saya!”“Kalau begitu Anda tahu apa yang harus Anda lakukan, bukan?” sahut Logan penuh ancaman.Tangan Thes
***“Mohon maaf, Tuan Thesion sedang keluar,” tutur seorang Kepala Pelayan saat Annelies dan Cloe mengunjungi kediamannya.Ya, mengetahui berita tentang putri Thesion, setidaknya Annelies harus berkunjung meski sekali, untuk menunjukan simpatinya.“Apa mungkin beliau pergi ke kantor?” tanya Annelies menerka.Kepala Pelayan tadi mengerutkan keningnya, lalu menjawab, “sepertinya tidak. Saya dengar dari Sopirnya, beliau akan berkunjung ke panti asuhan? Benar, sepertinya begitu, Nona.”Seketika itu Annelies merasa iba.‘Apa mungkin Tuan Thesion sangat merindukan putrinya yang hilang, jadi beliau ingin melihat anak-anak?’ batinnya.“Baiklah, kalau begitu kami pergi. Terima kasih,” ujar Annelies memberi salam hormat.Diikuti Cloe, keduanya pun mangkir dari kediaman Thesion.Saat sampai di dekat mobil, Cloe pun bertanya, “apa Anda akan mengunjungi beliau ke panti asuhan, Direktur?”“Kabarnya Tuan Thesion sangat frustasi dengan insiden putrinya. Jika beliau keluar rumah, maka artinya kondisin
“Sesuai janji, kami melepaskanmu dan Kakek tua itu!” Pria bermasker hitam mendecak sinis.Tubuh Annelies membeku melihat Narrow tergeletak dengan leher terpasang tali, bahkan perutnya berlumuran darah. Agaknya para antek Logan telah menusuknya puluhan kali, sebab kemeja putihnya berubah merah!“Ti-tidak, apa yang kalian lakukan padanya?!” Annelies memberang dengan manik gematar.“Jalang sialan! Bukankah kau sendiri yang membuat Kakek ini jatuh?” sahut antek Logan lainnya sambil menyeringai.Ya, tali yang menggantung Narrow adalah tali yang mengikat Annelies juga. Karena Annelies memotong tali itu, otomatis Narrow yang tergantung di atas langsung terjatuh.“Mustahil! I-ini … ini tidak mungkin!” Annelies berkata dengan nada bergetar.Maniknya pun berubah selebar piring saat menyadari pisau yang dipegangnya berlumuran darah.“Hah!” Annelies seketika menjatuhkan benda tajam itu.Tenggorokannya seolah penuh empedu. Apalagi saat dia beralih menatap Narrow yang terkapar dengan kondisi mengen
“Oh? Bukankah Anda … adik Tuan Frans dari Cosmo Group?” ujar Annelies sambil merapatkan alisnya.Lawan bincangnya bangkit dengan senyum binar. “Ya, aku Blair. Senangnya, ternyata Kak Annelies masih mengingatku!”Annelies balas tersenyum.“Tentu saja saya ingat. Anda dan Tuan Frans sangat membantu saya saat itu. Terima kasih, Nona Blair,” katanya.Ya, pertama kali Annelies bertemu Blair ketika Frans membawanya ke rumah. Itu saat seseorang menyerang Annelies di penthousenya dan sang suami sedang sekarat di markas Ratz.“Ehei, tolong jangan bicara terlalu formal padaku. Aku ingin lebih dekat dengan Kak Annelies,” balas adik Frans tersebut.Maniknya bergulir pada Dan Theo di sebelah Annelies, lalu melanjutkan. “Omong-omong, siapa pria di samping Kak Annelies?”“Dia suamiku, Dan Theo,” sahut Annelies yang lantas menggandeng lengan pria itu.Dia tahu raut wajah Dan Theo berubah masam saat dirinya menyebut nama Frans tadi. Jadi Annelies berusaha meredam rasa cemburu suaminya tersebut.“Ah …
“Dasar mesum! Cepat pergi atau aku akan memanggil petugas keamanan!” Wanita itu mengancam tegas.Velos yang masih berdiri di dekat pintu seketika mengernyit heran.Tanpa mau mengalah, dia justru berkata, “harusnya Anda yang keluar. Ini kamar saya. Kenapa Anda bisa masuk ke sini?”Sang wanita mengerjap dengan manik lebar.“Apa kau gila? Sejak kapan ini jadi kamarmu, hah?!” decaknya yang lantas menyugar rambut basahnya dengan frustasi. “Hei, dengarlah bajingan mesum!”“Apa? Bajingan mesum?!” Velos menyatukan alisnya. “Nona—”“Kau pikir aku tidak bisa menghadapimu? Brengsek sepertimu harus diberi pelajaran agar tahu batasan. Jangan kau kira aku wanita lemah yang akan ketakutan dan tunduk padamu!” sambar wanita tersebut seraya mengangkat dagunya angkuh. “Aku akan hitung sampai tiga. Jika kau tidak keluar, maka kau akan menyesal!”Sorot matanya terpampang tajam, tapi entah mengapa malah serasa menantang Velos.“Menarik. Saya jadi penasaran, apa yang akan Anda lakukan, Nona?” tukas Velos ke
“Bagaimana bisa semuanya ada di sini?” Annelies bertanya dengan manik binar.Ya, di luar gedung L&F Company, Butler bersaudara sudah ada di sana. Bahkan Cloe juga. “Selamat atas pengangkatan Anda, Direktur. Ah, tunggu. Harusnya sekarang saya memanggil Anda, Nyonya Komisaris,” tutur Cloe seiring kedua alisnya yang naik ke atas. Annelies seketika tersenyum, lalu menimpali, “panggil senyamannya Anda, Nona Cloe.”“Tapi, kenapa semuanya berkumpul di sini?” Annelies bergantian melirik Kaelus dan Velos. Dan Theo yang berada di sebelahnya pun merengkuh pinggangnya dan lantas menjawab, “ke depannya kau pasti sibuk mengurus perusahaan. Sebelum itu, mari kita nikmati waktu bersantai dengan liburan bersama, istriku.”“Ah … jadi ini rencanamu?” sahut Annelies yang memicu sebelah alis suaminya terangkat. Dan Theo pun mendekati wajah sang istri sambil berbisik, “bukankah aku hebat dalam menyiapkan kejutan?”“Kau yang terbaik!” balas Annelies yang tak ragu mengecup pipinya.“Kenapa hanya di pipi?
Ekspresi binar di wajah Annelies seketika lenyap setelah menerima telepon. Jelas sekali ada sesuatu yang mengusiknya.Dan Theo yang penasaran pun bertanya, “ada masalah apa, istriku?”“Aku harus pergi. Tolong temani aku, Dan Theo,” sahut Annelies saat berpaling pada suaminya. Usai bersiap-siap, mereka lantas menuju L&F Hotel. Sudah lama Annelies tak mengunjungi hotel keluarganya tersebut. Hotel itu hampir bangkrut, tapi beberapa minggu terakhir managementnya telah diperbarui Lewis sebelum pemuda tersebut masuk penjara.Ya, jika saja Lewis menekuninya, mungkin L&F Hotel akan kembali berjaya. Sayangnya dia harus menjadi korban keserakahan Logan dan berakhir meregang nyawa.Begitu tiba di hotel tersebut, Annelies pun masuk sambil menggandeng lengan Dan Theo.“Selamat datang, Nyonya, Tuan,” tutur seorang Resepsionis menyapa. “Tuan Dave sudah menunggu di ruang VIP.”Benar, orang yang membuat Annelies datang ke hotel ini memang Dave. Padahal sebelumnya Annelies memutuskan tak ingin berhubu
“Katakan, Dan Theo! Apa maksudmu sebenarnya?!” Annelies menuntut penjelasan seiring nadanya yang kian menekan.Telinganya jelas mendengar bahwa Dan Theo ingin mengakhiri hubungan, tapi wanita itu tak mau berasumsi tanpa tau alasan di balik semua ini.Dengan wajah tegang, dia kembali berkata, “kau akan tetap diam?!”Tangannya meraih lembaran dokumen di meja. Sepasang alisnya seketika mendapuk saat membaca isinya.“Hah … ini?”“Robeklah!” Dan Theo menyahut tegas.Annelies kembali menatapnya. Ekspresi muramnya berangsur binar saat mendapati titah itu. Hingga tanpa ragu, Annelies pun merobek lembaran dokumen tersebut tepat di hadapan Dan Theo.“Hubungan kontrak kita resmi berakhir, Dan Theo. Mari kita mulai hubungan baru tanpa batas waktu!” tutur wanita itu memandang lekat.Ya, itu memang dokumen perjanjian satu tahun pernikahan mereka. Jika sesuai kontrak, maka harusnya Dan Theo dan Annelies akan berpisah. Tapi keduanya tak menyangka, dalam waktu sesingkat itu hubungan mereka jadi tak te
Alih-alih menjawab dengan ucapan, Dan Theo malah menawarkan lengannya agar digandeng sang istri.“Kalau kau sangat ingin tahu, ayo kita berangkat sekarang,” tuturnya dengan nada rendah.“Cih!” Annelies membalas dengan desisan. “Kau sangaja membuatku semakin penasaran, ya? Dasar kekanakan!”Meski mengejeknya, tapi tak bisa disangkal Annelies malah kian tertarik. Dia lantas merengkuh lengan sang suami dan berjalan mengikuti langkah panjangnya.Mereka pun menyusuri jalanan Linberg dengan mobil Dan Theo. Setelah cukup lama berkendara, pria itu menghentikan mobilnya di depan PeterSoul. Ya sebelumnya Dan Theo sudah membuat reservasi di restoran bintang michelin tersebut.Annelies yang semula melihat keluar jendela, kini berpaling pada Dan Theo lagi.“Di sini sangat sulit mendapat meja. Kapan kau memesan tempat?” tanyanya. “Tidak sesulit itu, karena ini diriku,” sahut Dan Theo seiring sebelah alisnya yang naik ke atas.Lawan bincangnya menyeringai tipis. Dia mengamati Dan Theo mengitari dep
***Esok harinya, Annelies mendatangi rumah tahanan Linberg untuk menemui Logan. Dia sengaja datang sendiri dan tidak memberitahu Dan Theo. Jelas sekali sang suami akan melarang jika tahu Annelies pergi ke sana. Namun, Annelies harus memastikan sesuatu.Begitu Logan muncul, Annelies hanya menatapnya dengan sorot dingin.‘Dunia sudah mulai menghukumnya, ya?’ batin Annelies mengamati wajah Logan yang babak belur.Ya, agaknya para narapidana telah menghajarnya habis-habisan.“Hah … sial! Apa kau datang untuk menertawakanku?!” Logan berkata dengan sorot tajamnya. “Jangan pikir kau sudah menang. Aku tidak akan lama berada di sini!”Alih-alih menjawab, Annelies malah memamerkan seringai tipis.“Sepertinya kau masih tidak sadar dengan kenyataan. Kau sudah tamat. Kau akan membusuk di penjara ini!” Annelies bicara dengan ekspresi penuh dendam.“Tutup mulutmu, jalang sialan!” Logan mengumpat seiring tangannya yang memukul kaca pembatas.Annelies yang berada di sisi seberang, malah semakin terse
Annelies mengikuti Grace ke taman di area gedung pengadilan. Mereka duduk bersebelahan, sementara Dan Theo menunggu tak jauh dari sana. Ya, pria itu sengaja memberi privasi agar kedua wanita tadi bisa bicara leluasa.“Katakan, aku hanya punya waktu sepuluh menit untukmu!” Annelies berkata dengan ketusnya.“Aku tahu kau pasti marah padaku karena—”“Marah? Siapa yang bilang aku marah?” Annelies menyambar ucapan Grace sebelum tuntas.Wanita itu berpaling pada Grace dengan ekspresi dinginnya. “Aku tidak marah, tapi lebih tepatnya aku membencimu!”Benar, meski Grace punya andil besar dalam penuntutan Logan, tapi Annelies juga membencinya karena dia sengaja menyembunyikan fakta.“Kau tau Ayah dibunuh, bahkan tinggal dengan pembunuhnya. Kau yang hanya diam, tidak ada bedanya dengan Kak Logan!” pungkas Annelies dengan leher tegang. Wajah Grace berangsur pucat, kata-katanya pun seperti tersangkut di tenggorokan saat melihat tatapan Annelies yang penuh dendam.Dia perlahan menundukkan pandang
‘Nyonya Grace?!’ Casper melebarkan maniknya dengan wajah tegang saat saksi itu masuk.Ya, itu memang Grace Langford. Langkahnya tampak mantap menuju kursi saksi di persidangan suaminya. Situasi ini membuat hawa pengadilan semakin panas. Orang-orang tak menyangka bahwa Grace akan menjadi saksi dari pihak jaksa, alih-aliih Logan.‘Gawat! Aku lengah. Aku tidak berpikir Nyonya Grace akan berkhianat dari Tuan Logan. Apa saja rahasia Tuan Logan yang ada di tangannya?’ geming Casper yang sejak tadi menautkan alisnya.Casper beralih menatap Logan. Jelas sekali tuannya itu menahan amukan besar.Begitu Grace duduk di kursi saksi, Logan terus memancarkan tatapan mematikan padanya. Jika bisa, dia ingin menyeret wanita itu keluar dari ruang sidang dan membungkamnya.‘Lihat saja, Grace. Sekali saja kau berani bicara macam-macam, aku akan melubangi kepalamu!’ Logan membatin dengan gigi menggertak.Dari sebelah, pengacara Logan pun bingung.Dengan nada bisikan, dia lantas bertanya, “Tuan, mengapa ist