*** “Aku baru tahu cara kerjamu seperti ini, Dan Theo!” tutur Annelies begitu masuk lift bersama sang suami. Dan Theo yang berdiri di sebelahnya pun menjawab, “istriku, kau boleh memakai cara apapun jika lawanmu orang licik!” Dia meraih alat perekam dari balik jasnya, lalu menyerahkan pada sang wanita. “Apa ini? Jangan bilang … kau merekam semua ucapan CEO The Golden? Termasuk pengakuannya tentang Kak Logan?!” tanya Annelies mengernyit. “Bingo!” Dan Theo menaikkan sebelah alisnya. Annelies meliriknya sambil menggenggam alat perekam itu erat. ‘Aku tidak menyangka, ternyata orang yang aku nikahi sangat cerdas!’ batinnya yang tanpa sadar tersenyum tipis. Dalam sunyi, Dan Theo tiba-tiba bertanya, “jadi apa yang akan kau lakukan selanjutnya?” Annelies sadar dari lamunan dan langsung mengubah ekspresi kembali datar. “Yah … rekaman ini memang bagus untukku, tapi aku tidak akan menggunakannya sekarang untuk menjatuhkan Kak Logan. Aku ingin menyerangnya bersamaan dengan kasus penggela
“Ya, aku cemburu! Jadi jangan melihat pria lain seperti itu, karena aku tidak menyukainya!” Dan Theo berkata dengan tatapan tegas. Wajahnya tak menunjukan candaan. Dan itu membuat Annelies heran. Memang kenapa dia harus cemburu? Apa dia benar-benar jatuh cinta padanya? “Hei, Dan Theo—” “Kau sudah memberiku hak untuk cemburu, istriku. Jangan bilang kau melupakan itu?!” sambar Dan Theo sebelum ucapan Annelies tuntas. Ya, Annelies ingat saat insiden penusukan dirinya di mansion Langford. Mereka memang membicarakan hal serupa, bahkan dia sengaja memancing Dan Theo. Tak disangka kini malah menjadi boomerang yang menyudutkan diri Annelies sendiri. Wanita itu berdehem, tapi belum sempat menyahut, Dan Theo malah mengulurkan steak dengan garpu ke depan mulut Annelies. ‘Apa ini? Kenapa dia terus bersikap manis?!’ Annelies membatin waspada. Dia tak kunjung melahap steak tersebut, hingga memicu alis Dan Theo terangkat sebelah. Tatapannya seolah meminta Annelies agar memakannya. Sang wanita
‘Astaga!’ batin Annelies saat melihat berita terkini dari tab. Dirinya beralih menatap pemilik Yayasan Narrow seraya bertanya, “Tuan, apa Anda tahu kalau saat ini putri Tuan Thesion hilang?” “Apa?” sahut pemilik Yayasan itu terkejut. Rupanya dia belum tahu. Begitu Annelies menyerahkan tab-nya, dia tampak prihatin. Meski beritanya baru keluar hari ini, tapi diduga putri Thesion itu sudah menghilang nyaris satu pekan. “Astaga, Tuan Thesion sangat menyayangi putrinya. Beliau pasti sedang hancur sekarang,” tutur Narrow iba. “Apa saja yang dilakukan Polisi? Kenapa sampai seminggu belum juga menemukannya, padahal orang yang hilang dari keluarga Thesion?!” Ya, Annelies pun merasa aneh. Melihat pengaruh keluarga Thesion yang cukup besar, harusnya mereka lebih cepat menemukan putrinya. ‘Sebenarnya apa yang terjadi? Apa ini kasus orang hilang biasa? Atau … ada konspirasi di baliknya?!’ batin Annelies menerka dalam hati. Karena insiden ini, Annelies mungkin akan sulit meminta Thesion mendu
“A-apa?!” Manik Thesion berubah selebar cakram.Sensasi tegang merayapi tubuhnya saat berkata, “A-anda bilang, saya harus menukar nyawa untuk keselamatan Secil?!”Logan langsung mencengkeram rahang Thesion. Dia menekannya hingga sang lawan bincang gemetaran.“Saya senang telinga Anda masih berfungsi, Tuan Thesion!” decaknya sinis.Baru kali ini Thesion melihat ekspresi iblis di wajah Logan. Dia pikir, orang nomor satu di keluarga Langford itu, sosok pebisnis sempurna yang tak punya cela. Tapi ternyata Logan tidak lebih dari bajingan gila!“Tuan Logan, mengapa Anda melakukan ini? Sebenarnya apa salah saya sampai Anda harus—”“Jadi Anda lebih suka putri Anda yang bisu itu mati?!” Logan segera menyambar sebelum ucapan Thesion tuntas.Thesion tercengang. Dia buru-buru menggeleng seraya berkata, “ti-tidak! Jangan bunuh Secil! Sa-saya mohon maaf, saya ceroboh, Tuan! Jangan sakiti putri saya!”“Kalau begitu Anda tahu apa yang harus Anda lakukan, bukan?” sahut Logan penuh ancaman.Tangan Thes
***“Mohon maaf, Tuan Thesion sedang keluar,” tutur seorang Kepala Pelayan saat Annelies dan Cloe mengunjungi kediamannya.Ya, mengetahui berita tentang putri Thesion, setidaknya Annelies harus berkunjung meski sekali, untuk menunjukan simpatinya.“Apa mungkin beliau pergi ke kantor?” tanya Annelies menerka.Kepala Pelayan tadi mengerutkan keningnya, lalu menjawab, “sepertinya tidak. Saya dengar dari Sopirnya, beliau akan berkunjung ke panti asuhan? Benar, sepertinya begitu, Nona.”Seketika itu Annelies merasa iba.‘Apa mungkin Tuan Thesion sangat merindukan putrinya yang hilang, jadi beliau ingin melihat anak-anak?’ batinnya.“Baiklah, kalau begitu kami pergi. Terima kasih,” ujar Annelies memberi salam hormat.Diikuti Cloe, keduanya pun mangkir dari kediaman Thesion.Saat sampai di dekat mobil, Cloe pun bertanya, “apa Anda akan mengunjungi beliau ke panti asuhan, Direktur?”“Kabarnya Tuan Thesion sangat frustasi dengan insiden putrinya. Jika beliau keluar rumah, maka artinya kondisin
“Sesuai janji, kami melepaskanmu dan Kakek tua itu!” Pria bermasker hitam mendecak sinis.Tubuh Annelies membeku melihat Narrow tergeletak dengan leher terpasang tali, bahkan perutnya berlumuran darah. Agaknya para antek Logan telah menusuknya puluhan kali, sebab kemeja putihnya berubah merah!“Ti-tidak, apa yang kalian lakukan padanya?!” Annelies memberang dengan manik gematar.“Jalang sialan! Bukankah kau sendiri yang membuat Kakek ini jatuh?” sahut antek Logan lainnya sambil menyeringai.Ya, tali yang menggantung Narrow adalah tali yang mengikat Annelies juga. Karena Annelies memotong tali itu, otomatis Narrow yang tergantung di atas langsung terjatuh.“Mustahil! I-ini … ini tidak mungkin!” Annelies berkata dengan nada bergetar.Maniknya pun berubah selebar piring saat menyadari pisau yang dipegangnya berlumuran darah.“Hah!” Annelies seketika menjatuhkan benda tajam itu.Tenggorokannya seolah penuh empedu. Apalagi saat dia beralih menatap Narrow yang terkapar dengan kondisi mengen
***‘Pembunuhan? Itu tidak mungkin. Mustahil Annelies terlibat pembunuhan, apalagi itu Tuan Narrow!’ batin Dan Theo tak percaya.Dia mengabaikan penyelidikan Logan, dan langsung naik taksi meluncur ke kantor polisi metropolitan Linberg usai mendapat kabar dari Cloe. Di tengah perjalanan, Dan Theo sudah tidak bisa menghubungi ponsel Annelies. Mungkin karena polisi menyita ponselnya. Sebab itu, dirinya membuka aplikasi pelacak dan terlihat bahwa ponsel sang istri memang berada di kantor polisi.‘Sebenarnya apa yang terjadi pada Annelies sampai terlibat masalah ini? Aku yakin, pasti Annelies dijebak!’ Dan Theo menerka dalam benak.Ya, dia tahu benar musuh wanita itu dan seberapa liciknya dia. Logan, dia tak segan mengirim pembunuh bayaran untuk Annelies, maka dia juga tak ragu mengirim adiknya ke penjara!Begitu tiba di kantor polisi metropolita
“Tuan, istri Anda pingsan!” ujar Detektif itu.Dan Theo yang mendengarnya bergegas masuk ke ruang interogasi. Irisnya tegang melihat sang wanita tergeletak di lantai.“Annelies?! Annelies, kau mendengarku?” tukasnya merengkuh Annelies, tapi istrinya hanya terkulai lemas.Tanpa buang waktu, Dan Theo pun mengangkatnya. Namun, saat dia hendak membawa Annelies keluar, detektif berambut cepak tadi malah menahannya.“Tuan, Anda tidak bisa membawa Nona Annelies begitu saja tanpa pengawasan Polisi!” katanya.Dan Theo menatap tajam seraya menyambar, “istri saya pingsan. Anda mau bertanggungjawab jika terjadi sesuatu padanya?!”“Kalau begitu pihak kepolisian yang akan membawanya ke rumah sakit,” sahut Detektif tadi bersikeras.Dan Theo paham itu tugas mereka, tapi dia geram karena para polisi sangat lambat!“Cepatlah!” decaknya penuh tekanan.“Baik, mari ikuti saya,” balas Detektif tadi yang lantas memandu Dan Theo keluar.Seiring langkahnya, detektif itu menyadari ada yang aneh.‘Sial! Kenapa
"Tuan Velos, kenapa Anda kembali?" tukas J4 saat berpaling ke belakang. Ya, kini mereka sedang berada di markas geng Ceko untuk mengawasi produksi Raica Ruby. Velos lebih dulu masuk karena J4 masih bertelepon dengan seseorang. Tapi alih-alih menjawab J4, Velos malah menyidik, "apa yang kau sembunyikan?""A-apa maksud Anda? Saya tidak menyembunyikan apapun. Mari, kita harus segera melihat proses produksinya 'kan?"J4 Melangkah lebih dulu. Tatapannya yang sinis, memicu rasa curiga Velos menebal. Jelas sekali dugaan Velos tak pernah meleset.'Bajingan ini! Kau tidak bisa membodohiku!' umpat Velos dalam batin.Dirinya menyusul anak buah Eugen itu, lalu mendecak berang, "J4!"Tanpa menunggu lelaki tersebut menoleh, Velos langsung merengkuh bahunya dengan kasar. Bahkan dia tak segan melayangkan pukulan amat keras. Tapi sial, refleks J4 cukup bagus. Dia dengan sigap membalas pukulan Velos. Kepalan tangannya mengincar wajah pria tersebut, tapi beruntung Velos menghindar dengan gesit.'Siala
“Ayah! Saya tidak menyetujui pernikahan ini!” Dan Theo berujar tegas. Sorot matanya amat tajam, seakan mengibarkan bendera perang pada Anthony. Namun, ayahnya juga tak gentar. Lelaki itu mengeraskan rahangnya seraya menimpali tedas. “Keputusan itu bukan ada di tanganmu, Theodore!”Tanpa menunggu balasan sang putra, Anthony langsung keluar dari ruangan tersebut. Eugen dan beberapa bawahannya pun menunduk hormat. “Awasi dia, jangan biarkan siapapun masuk. Panggil dia nanti malam saat keluarga Howard datang!” tukas Anthony memerintah. Eugen mengangkat kepala seraya menjawab tegas. “Baik, Tuan Besar!”Hingga malam harinya, Eugen benar-benar membebaskan Dan Theo. Ketika anak buahnya sibuk melepas ikatan rantainya, Eugen pun memberitahukan jadwal acara malam nanti. “Big Boss, pukul delapan malam keluarga Howard akan mendatangi Caligo. Tuan Besar meminta Anda bersiap dari sekarang,” tukas Eugen yang terus menatap Dan Theo. Lawan bincangnya yang bungkam, justru membuatnya was-was. Seba
Dan Theo melirik sekitar sembari memaki dalam batin, ‘sialan! Eugen dan anggotanya pasti membawaku ke Sociolla!’Asumsi pria itu semakin kuat kala mengingat ruangan ini. Dulu, Dan Theo remaja pernah disekap berbulan-bulan di tempat ini. Dirinya disiksa habis-habisan, bahkan betisnya tertembak tiga peluru karena mencoba kabur dari mansion Caligo. Itu saat Anthony memaksa Dan Theo membunuh manusia untuk pertama kalinya!Ya, meski Dan Theo berhasil menyelesaikan tugas berat itu, tapi dirinya nyaris gila. Anthony memaksanya melenyapkan sekelompok penyusup keesokan harinya. Setiap hari, jumlah orang yang harus Dan Theo bunuh semakin bertambah. Ini benar-benar mengikis kewarasannya. Bahkan beberapa anak angkat Anthony lainnya bunuh diri karena hilang akal. Di antara mereka, hanya Dan Theo yang mendekati kesempurnaan dan mampu bertahan di bawah tekanan Anthony. Semakin lama Dan Theo menyadari bahwa dirinya akan menjadi mesin pembunuh. Dia yang tak ingin melakukannya lagi, diam-diam keluar d
“J4?” Kaelus merapatkan alisnya begitu melihat tamu yang datang.Velos yang berada di sampingnya tak kalah heran. Tidak biasanya orang-orang Anthony mendatangi San Carlo langsung.“Tuan!” Lelaki berambut lurus panjang yang terikat ke bawah itu memberi salam hormat.“Ada apa kau datang ke sini, J4? Apa kau bersama Eugen?” tukas Velos menyelidik.Ya, Velos tau dia bawahan Eugen. Terakhir kali Eugen datang untuk mengawasi kinerja Dan Theo tentang Raica Ruby. Velos menebak masalah kali ini tak jauh beda.Lelaki yang dipanggil dengan kode nama J4 itu kembali mengangkat tatapan tegasnya.“Saya sendirian, Tuan Velos. Saya datang atas perintah Ketua,” tuturnya.Velos menatap lebih lekat, lalu menimpali, “katakan!”“Permintaan Raica Ruby meningkat tiga kali lipat. Ketua ingin saya ikut mengawasi proses produksi di San Carlo,” sahut J4 menjelaskan.“Tunggu, kau bilang tiga kali lipat. Bukankah ini gila?!” Kaelus langsung menyambar dengan keras.Pasalnya, untuk memenuhi satu kuota produksi, memb
“Tolong beri jalan. Saya harus segera menyusulnya!” tukas Annelies yang berusaha keluar.Namun, perawat perempuan di hadapannya langsung berkata, “Nyonya, ini sudah malam. Sebaiknya Anda kembali istirahat.”“Ti-tidak! Mereka akan membawanya pergi. Jika aku tidak menyusulnya, aku akan kehilangan jejak Dan Theo!” Annelies menyambar dengan tatapan panik.Sang suster mengernyit. Irisnya melirik ke sekitar ruang rawat dan tidak mendapati suami Annelies di sana. Dia pun curiga ada suatu hal, sebab tak biasanya pria itu meninggalkan istrinya sendiri. Jika tidak menunggu di depan, biasanya Dan Theo memang menemani Annelies di dalam ruang rawat saat wanita itu terlelap.“Nyonya, sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Perawat tadi menyidik.“Se-seseorang, hah … tidak, ada beberapa orang yang membawa pergi suamiku!” Annelies merengkuh tangan Perawat tadi dengan buncah. “Suster, tolong hentikan mereka. Tolong beritahukan pada penjaga untuk menangkap mereka!”Mendengar itu iris sang perawat langsung
“Big Boss!” Eugen menunduk hormat saat Dan Theo menghampirinya.Ya, beberapa bulan tak bertemu, orang kepercayaan pemilik organisasi Caligo itu tampak lebih garang. Meski Dan Theo tidak begitu menyukai Eugen, tapi dia tak pernah melupakan jasanya yang telah mempertaruhkan nyawa dan terluka berat, demi menyelamatkan Annelies dulu.“Bicaralah, waktumu hanya sepuluh menit!” tukas Dan Theo disertai ekspresi datarnya.“Tuan Anthony meminta Anda kembali ke Sociolla, Big Boss!” sahut Eugen langsung ke inti.Mendengar itu, kening Dan Theo langsung mengenyit. Ayahnya pasti tidak akan menurunkan perintah karena hal sepele. Dan dia sepertinya tahu alasannya.“Jika karena masalah Jesslyn, katakan pada Ayah untuk tidak khawatir. Aku akan menanganinya sendiri dan kembali ke Sociolla kalau sudah waktunya.” Dan Theo berujar tenang, tapi sorot matanya tampak menggertak.“Ini tidak sesederhana yang Big Boss pikirkan,” balas Eugen terlihat berani. “Jika bisa selesai semudah itu, Tuan Anthony tidak akan
“Annelies, kau tahu, aku tidak akan pernah meninggalkanmu!” Dan Theo berkata tenang, tapi sorot maniknya menyimpan getaran.Sang istri mengencangkan lehernya. Membayangkan Dan Theo memasangkan cincin, bahkan memeluk Jesslyn, sungguh menyesakkan dadanya.“Tidak, kau sudah menjadi miliknya sebelum bertemu denganku,” sahut Annelies dengan tatapan dingin. “Kau menipuku. Kau membuatku bergantung padamu dan tidak bisa hidup tanpamu. Kau sudah berhasil, Dan Theo. Pasti sangat menyenangkan melihatku seperti orang bodoh selama ini!”“Istriku—”“Sekarang pergilah. Pergi dan jangan muncul di hadapanku lagi!” Annelies segera menyambar tanpa memberi suaminya kesempatan bicara.Bahkan wanita itu langsung melengos. Dia benar-benar tak ingin melihat wajah Dan Theo.Namun, sang pria yang duduk di sebelah brankarnya tak bisa memaksa. Dan Theo tahu Annelies pasti kesal padanya.Dengan penuh sesal, dia lantas berkata, “maafkan aku, Annelies. Aku akan meninggalkan buburnya di sini. Aku mohon, makanlah sed
“Annelies?” Dan Theo melebarkan irisnya dengan bingung.Pria itu menilik sang istri lebih lekat, lalu ragu-ragu bertanya, “istriku, kau … tidak mengenaliku? Aku—”“Saya tidak mau bicara dengan orang asing. Tolong pergilah!” Annelies menyahut pelan, tapi raut wajahnya sangat muram.“Tunggu sebentar, sepertinya ada yang salah. Aku akan memanggil Dokter untuk memeriksamu!” Dan Theo berujar cemas.Ya, bagaimana mungkin dia tetap tenang kalau sang istri tidak mengingatnya? Dan Theo bingung, padahal kepala Annelies tidak membentur sesuatu. Sebab itu, dirinya berniat segera memanggil dokter.Namun, belum sampai beranjak, Annelies lantas berkata, “Dokter sudah cukup memeriksa. Saya hanya ingin Anda pergi, Tuan Theodore Caligo!”Wanita tersebut lebih meninggikan nada di akhir kalimatnya. Dan itu membuat sang pria tertegun dengan alis menyatu.“Annelies, apa yang baru saja kau katakan? Kenapa kau ….” Dan Theo tiba-tiba meredam ucapannya sendiri.Agaknya dia tahu, kenapa Annelies mengambil sikap
‘Kau tahu, Nona tidak menerima kegagalan!’ batin anak buah Jesslyn sambil menginjak gas mobilnya amat dalam.Ya, dia sengaja menabrak sang rekan yang tak berhasil menyuntikkan racun pada Annelies. Jesslyn memang memberinya perintah untuk menghabisi rekannya itu jika dia gagal.Lelaki itu merasakan guncangan keras saat menabrak rekannya tadi. Alih-alih berhenti, dia hanya melirik sekilas dari kaca spion dan mendapati sang rekan terkapar di tengah aspal. Tapi bukannya peduli, lelaki tersebut malah semakin memacu mobilnya dengan kencang.Antek Jesslyn itu melirik bangku samping mobilnya dan baru menyadari topi rekannya tertinggal di sana.“Aish, brengsek!” Lelaki tersebut mengumpat geram.Dia lantas meraih topi tadi dan membuangnya dari jendela. Kakinya menginjak pedal gas lebih dalam, membuat kendaraannya melaju cepat menuju jembatan San Manila.Ya, setelah cukup lama mengemudi, lelaki itu berbelok dan menuruni bawah jembatan layang di area sungai San Manila. Di sana Jesslyn sudah menun