“A-apa?!” Manik Thesion berubah selebar cakram.Sensasi tegang merayapi tubuhnya saat berkata, “A-anda bilang, saya harus menukar nyawa untuk keselamatan Secil?!”Logan langsung mencengkeram rahang Thesion. Dia menekannya hingga sang lawan bincang gemetaran.“Saya senang telinga Anda masih berfungsi, Tuan Thesion!” decaknya sinis.Baru kali ini Thesion melihat ekspresi iblis di wajah Logan. Dia pikir, orang nomor satu di keluarga Langford itu, sosok pebisnis sempurna yang tak punya cela. Tapi ternyata Logan tidak lebih dari bajingan gila!“Tuan Logan, mengapa Anda melakukan ini? Sebenarnya apa salah saya sampai Anda harus—”“Jadi Anda lebih suka putri Anda yang bisu itu mati?!” Logan segera menyambar sebelum ucapan Thesion tuntas.Thesion tercengang. Dia buru-buru menggeleng seraya berkata, “ti-tidak! Jangan bunuh Secil! Sa-saya mohon maaf, saya ceroboh, Tuan! Jangan sakiti putri saya!”“Kalau begitu Anda tahu apa yang harus Anda lakukan, bukan?” sahut Logan penuh ancaman.Tangan Thes
***“Mohon maaf, Tuan Thesion sedang keluar,” tutur seorang Kepala Pelayan saat Annelies dan Cloe mengunjungi kediamannya.Ya, mengetahui berita tentang putri Thesion, setidaknya Annelies harus berkunjung meski sekali, untuk menunjukan simpatinya.“Apa mungkin beliau pergi ke kantor?” tanya Annelies menerka.Kepala Pelayan tadi mengerutkan keningnya, lalu menjawab, “sepertinya tidak. Saya dengar dari Sopirnya, beliau akan berkunjung ke panti asuhan? Benar, sepertinya begitu, Nona.”Seketika itu Annelies merasa iba.‘Apa mungkin Tuan Thesion sangat merindukan putrinya yang hilang, jadi beliau ingin melihat anak-anak?’ batinnya.“Baiklah, kalau begitu kami pergi. Terima kasih,” ujar Annelies memberi salam hormat.Diikuti Cloe, keduanya pun mangkir dari kediaman Thesion.Saat sampai di dekat mobil, Cloe pun bertanya, “apa Anda akan mengunjungi beliau ke panti asuhan, Direktur?”“Kabarnya Tuan Thesion sangat frustasi dengan insiden putrinya. Jika beliau keluar rumah, maka artinya kondisin
“Sesuai janji, kami melepaskanmu dan Kakek tua itu!” Pria bermasker hitam mendecak sinis.Tubuh Annelies membeku melihat Narrow tergeletak dengan leher terpasang tali, bahkan perutnya berlumuran darah. Agaknya para antek Logan telah menusuknya puluhan kali, sebab kemeja putihnya berubah merah!“Ti-tidak, apa yang kalian lakukan padanya?!” Annelies memberang dengan manik gematar.“Jalang sialan! Bukankah kau sendiri yang membuat Kakek ini jatuh?” sahut antek Logan lainnya sambil menyeringai.Ya, tali yang menggantung Narrow adalah tali yang mengikat Annelies juga. Karena Annelies memotong tali itu, otomatis Narrow yang tergantung di atas langsung terjatuh.“Mustahil! I-ini … ini tidak mungkin!” Annelies berkata dengan nada bergetar.Maniknya pun berubah selebar piring saat menyadari pisau yang dipegangnya berlumuran darah.“Hah!” Annelies seketika menjatuhkan benda tajam itu.Tenggorokannya seolah penuh empedu. Apalagi saat dia beralih menatap Narrow yang terkapar dengan kondisi mengen
***‘Pembunuhan? Itu tidak mungkin. Mustahil Annelies terlibat pembunuhan, apalagi itu Tuan Narrow!’ batin Dan Theo tak percaya.Dia mengabaikan penyelidikan Logan, dan langsung naik taksi meluncur ke kantor polisi metropolitan Linberg usai mendapat kabar dari Cloe. Di tengah perjalanan, Dan Theo sudah tidak bisa menghubungi ponsel Annelies. Mungkin karena polisi menyita ponselnya. Sebab itu, dirinya membuka aplikasi pelacak dan terlihat bahwa ponsel sang istri memang berada di kantor polisi.‘Sebenarnya apa yang terjadi pada Annelies sampai terlibat masalah ini? Aku yakin, pasti Annelies dijebak!’ Dan Theo menerka dalam benak.Ya, dia tahu benar musuh wanita itu dan seberapa liciknya dia. Logan, dia tak segan mengirim pembunuh bayaran untuk Annelies, maka dia juga tak ragu mengirim adiknya ke penjara!Begitu tiba di kantor polisi metropolita
“Tuan, istri Anda pingsan!” ujar Detektif itu.Dan Theo yang mendengarnya bergegas masuk ke ruang interogasi. Irisnya tegang melihat sang wanita tergeletak di lantai.“Annelies?! Annelies, kau mendengarku?” tukasnya merengkuh Annelies, tapi istrinya hanya terkulai lemas.Tanpa buang waktu, Dan Theo pun mengangkatnya. Namun, saat dia hendak membawa Annelies keluar, detektif berambut cepak tadi malah menahannya.“Tuan, Anda tidak bisa membawa Nona Annelies begitu saja tanpa pengawasan Polisi!” katanya.Dan Theo menatap tajam seraya menyambar, “istri saya pingsan. Anda mau bertanggungjawab jika terjadi sesuatu padanya?!”“Kalau begitu pihak kepolisian yang akan membawanya ke rumah sakit,” sahut Detektif tadi bersikeras.Dan Theo paham itu tugas mereka, tapi dia geram karena para polisi sangat lambat!“Cepatlah!” decaknya penuh tekanan.“Baik, mari ikuti saya,” balas Detektif tadi yang lantas memandu Dan Theo keluar.Seiring langkahnya, detektif itu menyadari ada yang aneh.‘Sial! Kenapa
Kaelus berdehem, lalu menjawab sambil merapatkan topi hitamnya. “Aku datang bersama anak-anak tadi.” “Benarkah? Aku tidak mendengar apapun dari Tuan Casper kalau ada orang baru,” sahut antek Logan yang berperawakan gempal itu. Tatapannya tajam, coba memindai wajah Kaelus. “Memang kau siapa sampai Tuan Casper harus memberitahumu, hah?!” Kaelus sengaja menyambar sinis. Dia menampik tangan antek gempal tersebut seraya melanjutkan. “Minggir, aku harus memeriksa anak-anak!” Ya, karena sudah terlanjur, Kaelus pun meneruskan aktingnya. Ini juga kesempatan bagus agar bisa mengorek kebusukan mereka lebih dekat. Dia lantas berjalan masuk dan berbaur di antara antek-antek Logan yang menjaga vila tersebut. Di sana, anak-anak panti asuhan Thesion dikumpulkan dalam satu ruangan dan dipaksa berlutut. Mereka ketakutan karena dikelilingi para antek Logan yang garang. Bahkan ada seorang anak perempuan yang tiba-tiba menangis. “Aish, bocah sialan! Berhenti menangis, kau sangat berisik!” sentak seo
“Cari dan seret mereka ke pengadilan!” Dan Theo berkata dengan tatapan setajam pedang.Eugen bahkan bisa merasakan panasnya amukan yang tertahan. Hingga dengan ekspresi tegang dia pun membalas, “saya mengerti, Big Boss!”“Lalu mengenai produksi Raica Ruby di pesisir Ceko, kami belum menemukan pergerakan. Tapi kami akan terus mengawasi, karena ‘orang itu’ bisa datang kapan saja!” sambungnya.Ya, Dan Theo tahu kalau orang itu atau tepatnya Casper sedang sibuk membantu Logan di Linberg. Meski begitu, dia harus tetap waspada.“Kerja bagus, Eugen!” sambarnya.Detik berikutnya Eugen pun mangkir dan saat itu juga Dan Theo mendapat telepon dari Kaelus.“Dan Theo, di mana kau sekarang? Kita harus bertemu!” tukas Kaelus dari seberang. “Logan Langford benar-benar bajingan gila!”Mendengar umpatan kesal, Dan Theo yakin bahwa Kaelus menemukan sesuatu yang mengerikan. Sebab itu dia langsung meminta rekannya tersebut datang ke penthousenya. Sementara itu, Logan yang tengah menjadi alasan Kaelus mur
“Menarik!” Dan Theo menyeringai tipis, tapi sorot matanya amat gelap.Tangan Kaelus meremat kemudi seraya mendecak, “apa Nyonya mengkhianati kita?!” Ya, wanita yang bersama anak buah Logan di truk itu, adalah anggota geng Ceko yang bertanggung jawab atas pengawasan produksi Raica Ruby. Kemunculannya di sini, sudah jelas bahwa geng lokal Ceko bermain api di belakang Dan Theo.Di dekat dermaga, anak buah Logan pun membuka pintu truk bagian belakang. Rupanya benar, di sana ada anak-anak kecil dengan wajah pucat dipaksa keluar dan berbaris untuk naik kapal.“Apa mereka sudah lengkap?” tanya wanita dengan high heels mahal itu.Antek Logan dengan codet di mulutnya tampak menghitung anak-anak tersebut. Malam ini mereka akan mengirim tiga belas anak, termasuk anak-anak dari anti asuhan Thesion.“Semuanya lengkap,” tukas si codet.Namun, tanpa diduga ada anak perempuan kecil yang mendadak jatuh. “Aish, apa yang terjadi?” Antek Logan langsung menghampirinya. Gadis kecil itu menggigil dengan
“Aku yang akan membawa keranjang ini untuk Bibi Cloe!” Gadis kecil itu berujar tegas. Dia berbalik, bermaksud pergi. Tapi Ditrian langsung menahan bahunya, hingga anak perempuan tadi berhenti. “Aku yang melihatnya lebih dulu. Jadi berikan padaku!” tukas Ditrian dengan tekanan di akhir katanya. Lawan bincangnya menoleh dan lantas membantah, “kau tidak dengar? Keranjang bunga untuk anak perempuan. Memang kau perempuan?!”Tangannya menepis pegangan Ditrian, lalu mengamati anak laki-laki itu sambil tersenyum miring. “Yah … karena kau merengek terus, kau memang mirip anak perempuan,” ujarnya yang lantas menyodorkan keranjang bunga itu. “Ambillah kalau kau mau!”Alih-alih meraihnya, Ditrian justru bungkam seraya memasukkan kedua tangan ke saku celana. Ya, dia pernah melihat Dan Theo melakukan itu saat bicara dengan bodyguardnya.“Anak kecil, siapa namamu?” Ditrian bertanya penasaran.“Hah! Anak kecil?!” Gadis tadi menyahut sambil merapatkan alis. “Aku saja lebih tinggi darimu. Beraninya
“Hah!” Annelies bergegas mendorong Dan Theo agar menjauh darinya. Meski gerakan itu tiba-tiba, tapi Dan Theo bisa menjaga keseimbangan tubuhnya hingga tak sampai terhuyung. ‘Aish!’ Pria tersebut mendesis dalam batin sambil mengusap dagunya. “Ada apa dengan wajah Mommy? Apa Mommy sakit?” Ditrian bertanya dengan polosnya saat mengamati ekspresi buncah sang ibu. Annelies seketika mengubah iras mukanya. Dia tersenyum, sambil membenarkan posisi dasi kupu-kupu kecil yang berada di kerah putranya. “Mommy tidak apa-apa, Ian,” tukas Annelies yang kini berjongkok setinggi putranya. “Oho … putra Mommy sangat tampan dengan pakaian ini!” Ya, bocah lima tahun itu memang tampak menawan. Terlebih caranya melirik dan berucap sangat mirip Dan Theo. Sungguh menggemaskan. Tangan mungil Ditrian menjulur, coba memeriksa kening Annelies di hadapannya. “Tubuh Mommy tidak panas. Mommy tidak demam,” katanya. Sial, tindakan anak laki-laki itu benar-benar di luar bayangan Dan Theo. Dia yang sejak tadi me
***San Carlo, musim semi.“Dan Theo, lihat aku. Apa gaun ini cocok untukku?” Annelies bertanya sambil menyelipkan anakan rambut ke telinga.Sang suami yang tengah menata dasi di depan cermin, lantas mengangkat pandangan. Dari pantulan kaca, jelas sekali istrinya tampak memesona. Tapi perhatian pria itu seketika terganggu, saat mengamati belahan dada Annelies yang terpampang jelas.“Ini gaun karya Fashion Designer terkenal Jenny Shu. Aku beruntung bisa mendapatkan edisi terbatas dari koleksi ‘Cinta Musim Panas’ ini!” sambung Annelies masih menantikan pendapat suaminya.Dan Theo menarik seringai tipis, lalu menimpali pelan. “Jenny Shu, ya? Sepertinya aku harus mendatangi Fashion Designer itu dan mengajarinya cara membuat pakaian dengan benar!”“Heuh? Kau bilang apa?” Annelies mengernyit karena tak mendengar kata-kata Dan Theo dengan jelas.Sang suami kini berbalik. Dia mendekati Annelies dengan raut wajah datar. Irisnya mengamati Annelies dari atas sampai bawah dengan serius.“Gaunnya
Dan Theo meraih tangan Annelies sembari berujar, “kau akan tau setelah melihatnya, istriku.”Dia pun menarik Annelies mangkir dari belakang vila Serena itu. Annelies jadi kian penasaran sebab Dan Theo membawanya keluar area vila.“Dan Theo, sebenarnya kita mau ke mana?” Annelies bertanya sambil membenarkan cardigannya yang melorot.Sang suami yang melihatnya jadi menghentikan langkah. Dia membantu wanita itu merapikan pakaiannya yang tipis. Dia menilik sampai ke kaki istrinya dan menyadari bahwa Annelies hanya mengenakan sandal rumah.Tanpa menjelaskan tempat tujuannya, Dan Theo malah berbalik lalu berjongkok di depan Annelies.“Naiklah, istriku,” katanya yang bermaksud menggendong Annelies ke punggungnya.“Aku bukan anak kecil!” sahut sang wanita tersenyum miring.Akan tetapi Dan Theo tetap mempertahankan posisi itu, hingga membuat Annelies naik ke punggungnya.“Jangan bilang aku berat!” Annelies mendecak sebelum suaminya tersebut protes.Dan Theo tersenyum miring, lalu menimpali, “si
“Istriku.” Dan Theo memanggil selaras dengan langkahnya yang kini mendekati Annelies.Tangannya merengkuh pinggang wanita itu, lalu bertanya, “kau menyukainya? Karena waktunya singkat, kami hanya menata lampu-lampu yang sudah ada.”Annelies memindai sekitar, sepasang manik hazelnya berbinar melihat beberapa lampion berbentuk panjang khas Ceko yang terpajang di beberapa pagar. Ada juga yang menggantung di dekat taman. Sungguh, tempat itu semakin memukau dan suasana pun berubah hangat.“Sangat indah, suamiku.” Annelies membalas saat menoleh pada Dan Theo.“Setiap akhir musim panas, ada festival delle Lanterne. Orang-orang Ceko akan menerbangkan lampion seperti itu di pinggir pantai.” Serena yang berada di belakang, kini buka suara.Annelies beralih menatapnya, sembari bertanya, “benarkah? Aku baru mendengarnya, Ibu.”“Ya, sebab itu Ibu selalu menyiapkan banyak lampion saat mendekati hari festival. Kalian beruntung datang sebelum akhir musim panas. Nanti kita semua bisa datang ke festiv
“Kaelus? Apa yang terjadi pada wajahnya?” Cloe berujar dengan alis bertaut. Annelies yang mengerti kecemasannya pun mundur, seraya berkata, “kalian bicaralah, kami akan masuk dulu.”Begitu lawan bincangnya mengangguk, Annelies dan yang lainnya beranjak ke dalam vila. Serena berjalan di depan sambil menggendong Ditrian.Tapi saat tiba di dekat pintu, dia lantas bicara pada anak buahnya, “tambah penjagaan di vila ini, terutama malam hari!”“Baik, Ketua!” balas anteknya sigap. Sementara di luar, Cloe menghampiri Kaelus dengan iras muka cemasnya. “Kau terluka?” katanya saat berhenti di hadapan pria tersebut.Bukannya menimpali dengan ucapan, Kaelus justru memeluk Cloe dengan hangat. Dekapannya semakin erat seakan menyalurkan seluruh rindu yang tertahan berbulan-bulan.“Kaelus, kau dengar aku? Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa wajahmu jadi seperti ini?” tukas Cloe lagi.“Ehei … kita baru bertemu, tapi kau sudah mengomeliku?” sahut pria itu protes.Cloe mengembuskan napas panjang, tang
“Dan Theo ….” Annelies berpaling pada sang suami.Maniknya yang gemetar seakan meminta kepastian pria itu bahwa dirinya tidak salah lihat.“Ya, istriku. Bukankah kau merindukan beliau?” tutur Dan Theo menaikkan kedua alisnya.Annelies mengerjap. Dia nyaris tak percaya, tapi pengelihatan dan ucapan Dan Theo benar-benar nyata.“Mari kita temui Ibu mertua!” Pria itu melanjutkan katanya sambil memandu sang istri melangkah ke depan.Mereka pun berjalan mendekati Serena yang kini berada di antara antek-antek geng Ceko. Wanita itu berdiri dengan suit putih tulang dan syal elegan yang melingkari lehernya.Benar, setelah berbulan-bulan menghilang akibat insiden penembakan di dermaga De Forte, akhirnya Serena kembali. Semua orang berpikir dirinya sudah tiada, tapi anak buah Velos berhasil menemukannya. Dan selama Annelies di Sociolla, Serena telah menerima perawatan hingga berhasil pulih.Serena menarik sudut bibirnya tipis begitu Annelies dan sang suami berhenti di hadapannya.“Lama tidak bert
“Menurutlah selagi aku belum berubah pikiran, Theodore!” Anthony berujar dengan tatapan tegas.Dan Theo tahu, mustahil jika melawan. Bahkan mungkin akan membuat posisinya dan Annelies dalam bahaya karena hal ini memang perjanjian awal.Dengan rahang berubah ketat, Dan Theo pun berujar, “baiklah, aku akan pergi bersama Annelies. Tapi Ayah harus menepati janji. Jangan pernah mengganggu kami lagi!”“Apa kau pernah melihatku berkhianat?!” sambar Anthony yang lantas meraih cerutunya.Tangan Dan Theo mengepal geram, sampai kapan pun dia tak rela meninggalkan satu putranya bersama Anthony.‘Tunggu Daddy, Dylan. Suatu hari, Daddy pasti menjemputmu!’ batin pria itu penuh tekad. Dirinya lantas menunduk hormat di hadapan sang ayah. Tanpa bertukar suara lagi, Dan Theo pun mangkir dari ruangan tersebut.Sialnya, Eugen masih menunggu di luar. Rasanya Dan Theo ingin menghajarnya, tapi Annelies pasti sudah menunggu. Dia tak akan membuang waktu untuk hal yang sia-sia.Namun, bukannya membiarkan Dan T
“Mohon maaf, Tuan Theodore. Tuan Eugen sudah membawa pergi bayi pertama Anda!” tukas sang Perawat menunduk.Dan Theo yang mendengarnya pun mengernyit geram. Belum juga Annelies dan dirinya menggendong bayi itu, tapi sang ayah sudah buru-buru mengambilnya. Bukankah bayi itu butuh Annelies untuk menyusu?‘Sial! Kenapa Ayah sampai bertindak seperti ini? Anak itu masih bayi dan butuh ibunya!’ batin Dan Theo meradang dalam dada.Dirinya tak sanggup menyampaikan perkara ini pada sang istri. Terlebih kondisi Annelies masih lemas. Dia tak mau wanita itu cemas, bahkan kesehatannya menurun jika memikirkan bayi pertamanya.‘Sebaiknya aku tidak membahas bayi dulu,’ geming Dan Theo dengan alis berkedut.Dia akhirnya kembali mendekati Annelies dan berupaya mengalihkan perhatian.“Istriku, para Perawat akan memandikan bayi-bayi kita dulu. Kau tenang saja, bayi-bayi kita sangat tampan dan memiliki mata yang indah sepertimu,” tutur Dan Theo merengkuh tangan Annelies.Sang wanita tersenyum binar, semba