“Menarik!” Dan Theo menyeringai tipis, tapi sorot matanya amat gelap.Tangan Kaelus meremat kemudi seraya mendecak, “apa Nyonya mengkhianati kita?!” Ya, wanita yang bersama anak buah Logan di truk itu, adalah anggota geng Ceko yang bertanggung jawab atas pengawasan produksi Raica Ruby. Kemunculannya di sini, sudah jelas bahwa geng lokal Ceko bermain api di belakang Dan Theo.Di dekat dermaga, anak buah Logan pun membuka pintu truk bagian belakang. Rupanya benar, di sana ada anak-anak kecil dengan wajah pucat dipaksa keluar dan berbaris untuk naik kapal.“Apa mereka sudah lengkap?” tanya wanita dengan high heels mahal itu.Antek Logan dengan codet di mulutnya tampak menghitung anak-anak tersebut. Malam ini mereka akan mengirim tiga belas anak, termasuk anak-anak dari anti asuhan Thesion.“Semuanya lengkap,” tukas si codet.Namun, tanpa diduga ada anak perempuan kecil yang mendadak jatuh. “Aish, apa yang terjadi?” Antek Logan langsung menghampirinya. Gadis kecil itu menggigil dengan
‘Apa yang dia katakan?!’ batin Annelies terkejut. Dia tak percaya sopir taksi itu berdusta. Orang awam tidak mungkin menyudutkannya tanpa mendapat imbalan. Dan Annelies yakin ada seseorang yang menyuruhnya memberi kesaksian palsu!‘Kak Logan pasti di balik semua ini!’ sambung wanita itu menggertakkan gigi.Saat itu Jaksa Penuntut pun bertanya, “senjata tajam apa yang Anda lihat saat itu?”“Itu seperti pisau kecil. Ya, belati! Saya melihatnya dari kaca mobil, pisau itu ada di tas terdakwa!” sahut Sopir taksi tadi.Seketika itu orang-orang yang hadir di sidang pun saling berbisik. Terlebih barang bukti yang ditemukan polisi memanglah pisau! “Apa Anda tidak bertanya sesuatu pada terdakwa mengenai senjata tajam itu?” Jaksa kembali bertanya.Sopir taksi tadi menelan saliva dan membalas, “ti-tidak, saya takut. Saya hanya bertanya mengapa dia turun di area pembangunan ulang yang sepi itu. Lalu terdakwa bilang dia ingin menemui kenalan.”Dia melirik Annelies, tapi segera membuang pandangan
*** “Saya senang Anda bebas dari tuntutan, Direktur,” tutur Cloe yang duduk di kursi kemudi. Annelies yang berada di kursi belakang pun membalas, “itu berkat Anda.” “Oho … tidak, Direktur. Kesaksian saya tidak berarti apapun, justru Tuan Dan Theo yang banyak membantu.” Mendengar nama suaminya diseret, ekspresi Annelies jadi kaku. Dan Cloe menyadari itu. “Ah, maafkan saya, Direktur. Saya—” “Tidak masalah, ucapan Anda memang tidak salah.” Annelies langsung menyambar sebelum ucapan Sekretarisnya tuntas. Dia membuang pandangan ke luar jendela, tapi Cloe segera berkata, “tidak, saya benar-benar mohon maaf karena merahasiakan tentang Tuan Dan Theo.” Alis Annelies mengernyit. Dia tidak paham apa maksud Cloe hingga menoleh padanya. “Sebenarnya beberapa hari sebelum hari persidangan, Tuan Dan Theo dan Pengacara Anda menemui saya. Tuan Dan Theo yang meminta saya bersaksi di persidangan untuk mengulur waktu jika beliau terlambat membawa bukti dan saksi ke pengadilan,” tutur Cloe memicu A
WARNING: chapter ini mengandung konten sensitive!Logan menampik kasar kotak di mejanya, hingga potongan tangan berlumuran darah terjatuh ke lantai. ‘Aish, sial!’ batin Casper mengumpat.Dia tercengang dengan tatapan tegang, melihat tanda semacam mata angin di bagian pergelangan tangan tersebut. Itu logo organisasinya. Jadi jelas sekali kalau tangan itu milik antek Logan!“Siapa? Siapa bajingan itu, argh?!” Logan memaki berang seraya mengayunkan stick golf-nya pada guci di dekatnya.Pecahan guci menghambur ke lantai, bahkan nyaris mengenai kaki Casper. Logan memegang erat stick golfnya sambil menatap sang asisten. “Jadi ini hasil kerja kalian?!”“Transaksi gagal, anak-anak hilang, bahkan Annelies bebas dari penjara! Dan sekarang apa? Teror konyol macam apa ini, hah?!” Logan melanjutkan sembari mengetukkan stick itu ke lantai.Casper bergidik. Dia tahu apapun yang keluar dari mulutnya, Logan pasti tetap murka. Dan belum sampai buka suara, Logan malah mengangkat stick golf-nya untuk
“Mustahil! Bagaimana bisa Annelies … dia ternyata putriku?!” Pupil mata Logan berubah selebar cakram begitu membaca dokumen tersebut.Grace yang mendengarnya pun sontak membelalak. “A-apa? Apa yang kau bicarakan?!”“Tidak mungkin! Tidak mungkin Annelies putriku!” tukas Logan menampik fakta.Namun, di sana tertulis jelas, bahwa dirinya adalah ayah biologis Annelies dengan hasil tes DNA 99,9%. Mau dilihat berapa kali pun, angka dan pernyataan itu tidak berubah!Memang konyol, ini tak bisa dicerna otak Logan yang sejak dulu tahu bahwa Annelies adalah adik tirinya, dari hasil perselingkuhan Feanton dengan pelacur. Karena itulah Logan membencinya. Tapi apa maksud dokumen tersebut?“Ini pasti palsu!” Logan mengelak dengan ekspresi beku.Grace yang penasaran, perlahan mendekat dan menilik dokumen hasil tes DNA tersebut. Betapa terkejutnya wanita itu saat melihatnya sendiri.‘A-apa ini? Apa mungkin Logan punya wanita lain sebelum menikah denganku?!’ batin Grace mendongak.Dia menatap Logan ya
“A-aku akan kembali lagi nanti!” Annelies berbalik.Dia berniat keluar, bahkan sudah menarik pintu. Namun, tiba-tiba Dan Theo mendorong pintu dari belakang hingga membuatnya tertutup lagi. Pria itu mendekati telinga Annelies dan lantas berbisik, “kau mau kabur, istriku?”Sial, Annelies jadi sulit menelan saliva saat napas hangat Dan Theo menyapu lehernya. “Sepertinya aku datang terlalu cepat, aku tidak tahu kau baru selesai mandi. Pa-pakai dulu bajumu, aku akan menunggu di luar,” tutur Annelies terbata.Dia memutar kenop pintu, tapi tangan besar Dan Theo malah merengkuhnya seraya berkata, “tetaplah di sini. Lagi pula aku tidak perlu memakai baju.”Annelies tersentak. Dia malu sendiri melihat Dan Theo yang telanjang dada! Ya, suaminya itu hanya mengenakan handuk putih untuk menutupi tubuh bagian bawahnya. Walau mereka sudah menikah, tapi hubungan ini didasari kontrak dan bayaran ‘kan?Belum sampai Annelies menjawab, Dan Theo kembali berujar, “aku butuh bantuanmu. Jadi jangan pergi,
“Tidak, a-aku hanya melihatnya saat transaksi di benua Woll tahun lalu,” tutur wanita geng Ceko itu.Urat di leher Kaelus menegang. Jika itu transaksi, berarti memang benar. Bahkan waktu dan tempat yang disebutkan juga tepat.“Bagaimana bisa kau bertemu dengannya? Apa organisasi kalian menangkap orang ini?!” Kaelus bertanya dengan rahang mengeras.“Aku tidak tahu. Saat itu anggota kami sudah menahannya. Aku tidak tahu kenapa pria ini bisa masuk ke kapal kami,” sahut wanita tadi mengalihkan pandang.Melihat eksresinya yang berubah panik, Kaelus pun jadi curiga.‘Velos bukan orang sembarangan. Dia penembak jitu yang sulit tertangkap, meski musuhnya ada puluhan orang!’ batin Kaelus mengernyit. ‘Aku yakin ada sesuatu yang sembunyikan wanita ini!’Dia merapatkan pistol ke pelipis sanderanya, hingga wanita itu kembali tegang.“Hei, a-apa lagi yang kau lakukan? Bukankah aku sudah menjawab semuanya?!” Wanita tersebut protes.“Katakan, apa yang kalian lakukan padanya?!” Mata Kaelus bergetar s
“Benar, Tuan Lovis terkena demensia beberapa tahun lalu dan kehilangan ingatannya. Beliau tidak bisa mengingat kenangan atau orang-orang yang beliau kenal. Tapi ada kalanya beliau ingat peristiwa atau orang tertentu,” tutur petugas panti jompo Laviere.Bukan mustahil jika mantan kepala pelayan mansion Langford itu terkena demensia. Usianya juga sudah tua saat melayani keluarga Langford. Namun, bagi Logan, kalimat terakhir petugas panti jompo itu seperti angin di tengah sesaknya ruangan.“Ijinkan saya bertemu dengannya. Siapa tahu dia mengingat saya!” tukas Logan bertekad.Ya, meski kemungkinannya kecil, Logan harus bertemu mantan kepala pelayan atau dia akan frustasi karena dokumen tes DNA itu.Setelah menimang-nimang, akhirnya petugas panti jompo itu membalas, “baiklah, Anda bisa menemuinya, Tuan. Tapi tolong jangan memaksanya jika beliau tidak mengingat Anda.”Petugas tadi lantas membawa Logan ke lantai empat gedung tersebut.Dia mengetuk salah satu kamar di sana, seraya berkata, “T
"Tuan Velos, kenapa Anda kembali?" tukas J4 saat berpaling ke belakang. Ya, kini mereka sedang berada di markas geng Ceko untuk mengawasi produksi Raica Ruby. Velos lebih dulu masuk karena J4 masih bertelepon dengan seseorang. Tapi alih-alih menjawab J4, Velos malah menyidik, "apa yang kau sembunyikan?""A-apa maksud Anda? Saya tidak menyembunyikan apapun. Mari, kita harus segera melihat proses produksinya 'kan?"J4 Melangkah lebih dulu. Tatapannya yang sinis, memicu rasa curiga Velos menebal. Jelas sekali dugaan Velos tak pernah meleset.'Bajingan ini! Kau tidak bisa membodohiku!' umpat Velos dalam batin.Dirinya menyusul anak buah Eugen itu, lalu mendecak berang, "J4!"Tanpa menunggu lelaki tersebut menoleh, Velos langsung merengkuh bahunya dengan kasar. Bahkan dia tak segan melayangkan pukulan amat keras. Tapi sial, refleks J4 cukup bagus. Dia dengan sigap membalas pukulan Velos. Kepalan tangannya mengincar wajah pria tersebut, tapi beruntung Velos menghindar dengan gesit.'Siala
“Ayah! Saya tidak menyetujui pernikahan ini!” Dan Theo berujar tegas. Sorot matanya amat tajam, seakan mengibarkan bendera perang pada Anthony. Namun, ayahnya juga tak gentar. Lelaki itu mengeraskan rahangnya seraya menimpali tedas. “Keputusan itu bukan ada di tanganmu, Theodore!”Tanpa menunggu balasan sang putra, Anthony langsung keluar dari ruangan tersebut. Eugen dan beberapa bawahannya pun menunduk hormat. “Awasi dia, jangan biarkan siapapun masuk. Panggil dia nanti malam saat keluarga Howard datang!” tukas Anthony memerintah. Eugen mengangkat kepala seraya menjawab tegas. “Baik, Tuan Besar!”Hingga malam harinya, Eugen benar-benar membebaskan Dan Theo. Ketika anak buahnya sibuk melepas ikatan rantainya, Eugen pun memberitahukan jadwal acara malam nanti. “Big Boss, pukul delapan malam keluarga Howard akan mendatangi Caligo. Tuan Besar meminta Anda bersiap dari sekarang,” tukas Eugen yang terus menatap Dan Theo. Lawan bincangnya yang bungkam, justru membuatnya was-was. Seba
Dan Theo melirik sekitar sembari memaki dalam batin, ‘sialan! Eugen dan anggotanya pasti membawaku ke Sociolla!’Asumsi pria itu semakin kuat kala mengingat ruangan ini. Dulu, Dan Theo remaja pernah disekap berbulan-bulan di tempat ini. Dirinya disiksa habis-habisan, bahkan betisnya tertembak tiga peluru karena mencoba kabur dari mansion Caligo. Itu saat Anthony memaksa Dan Theo membunuh manusia untuk pertama kalinya!Ya, meski Dan Theo berhasil menyelesaikan tugas berat itu, tapi dirinya nyaris gila. Anthony memaksanya melenyapkan sekelompok penyusup keesokan harinya. Setiap hari, jumlah orang yang harus Dan Theo bunuh semakin bertambah. Ini benar-benar mengikis kewarasannya. Bahkan beberapa anak angkat Anthony lainnya bunuh diri karena hilang akal. Di antara mereka, hanya Dan Theo yang mendekati kesempurnaan dan mampu bertahan di bawah tekanan Anthony. Semakin lama Dan Theo menyadari bahwa dirinya akan menjadi mesin pembunuh. Dia yang tak ingin melakukannya lagi, diam-diam keluar d
“J4?” Kaelus merapatkan alisnya begitu melihat tamu yang datang.Velos yang berada di sampingnya tak kalah heran. Tidak biasanya orang-orang Anthony mendatangi San Carlo langsung.“Tuan!” Lelaki berambut lurus panjang yang terikat ke bawah itu memberi salam hormat.“Ada apa kau datang ke sini, J4? Apa kau bersama Eugen?” tukas Velos menyelidik.Ya, Velos tau dia bawahan Eugen. Terakhir kali Eugen datang untuk mengawasi kinerja Dan Theo tentang Raica Ruby. Velos menebak masalah kali ini tak jauh beda.Lelaki yang dipanggil dengan kode nama J4 itu kembali mengangkat tatapan tegasnya.“Saya sendirian, Tuan Velos. Saya datang atas perintah Ketua,” tuturnya.Velos menatap lebih lekat, lalu menimpali, “katakan!”“Permintaan Raica Ruby meningkat tiga kali lipat. Ketua ingin saya ikut mengawasi proses produksi di San Carlo,” sahut J4 menjelaskan.“Tunggu, kau bilang tiga kali lipat. Bukankah ini gila?!” Kaelus langsung menyambar dengan keras.Pasalnya, untuk memenuhi satu kuota produksi, memb
“Tolong beri jalan. Saya harus segera menyusulnya!” tukas Annelies yang berusaha keluar.Namun, perawat perempuan di hadapannya langsung berkata, “Nyonya, ini sudah malam. Sebaiknya Anda kembali istirahat.”“Ti-tidak! Mereka akan membawanya pergi. Jika aku tidak menyusulnya, aku akan kehilangan jejak Dan Theo!” Annelies menyambar dengan tatapan panik.Sang suster mengernyit. Irisnya melirik ke sekitar ruang rawat dan tidak mendapati suami Annelies di sana. Dia pun curiga ada suatu hal, sebab tak biasanya pria itu meninggalkan istrinya sendiri. Jika tidak menunggu di depan, biasanya Dan Theo memang menemani Annelies di dalam ruang rawat saat wanita itu terlelap.“Nyonya, sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Perawat tadi menyidik.“Se-seseorang, hah … tidak, ada beberapa orang yang membawa pergi suamiku!” Annelies merengkuh tangan Perawat tadi dengan buncah. “Suster, tolong hentikan mereka. Tolong beritahukan pada penjaga untuk menangkap mereka!”Mendengar itu iris sang perawat langsung
“Big Boss!” Eugen menunduk hormat saat Dan Theo menghampirinya.Ya, beberapa bulan tak bertemu, orang kepercayaan pemilik organisasi Caligo itu tampak lebih garang. Meski Dan Theo tidak begitu menyukai Eugen, tapi dia tak pernah melupakan jasanya yang telah mempertaruhkan nyawa dan terluka berat, demi menyelamatkan Annelies dulu.“Bicaralah, waktumu hanya sepuluh menit!” tukas Dan Theo disertai ekspresi datarnya.“Tuan Anthony meminta Anda kembali ke Sociolla, Big Boss!” sahut Eugen langsung ke inti.Mendengar itu, kening Dan Theo langsung mengenyit. Ayahnya pasti tidak akan menurunkan perintah karena hal sepele. Dan dia sepertinya tahu alasannya.“Jika karena masalah Jesslyn, katakan pada Ayah untuk tidak khawatir. Aku akan menanganinya sendiri dan kembali ke Sociolla kalau sudah waktunya.” Dan Theo berujar tenang, tapi sorot matanya tampak menggertak.“Ini tidak sesederhana yang Big Boss pikirkan,” balas Eugen terlihat berani. “Jika bisa selesai semudah itu, Tuan Anthony tidak akan
“Annelies, kau tahu, aku tidak akan pernah meninggalkanmu!” Dan Theo berkata tenang, tapi sorot maniknya menyimpan getaran.Sang istri mengencangkan lehernya. Membayangkan Dan Theo memasangkan cincin, bahkan memeluk Jesslyn, sungguh menyesakkan dadanya.“Tidak, kau sudah menjadi miliknya sebelum bertemu denganku,” sahut Annelies dengan tatapan dingin. “Kau menipuku. Kau membuatku bergantung padamu dan tidak bisa hidup tanpamu. Kau sudah berhasil, Dan Theo. Pasti sangat menyenangkan melihatku seperti orang bodoh selama ini!”“Istriku—”“Sekarang pergilah. Pergi dan jangan muncul di hadapanku lagi!” Annelies segera menyambar tanpa memberi suaminya kesempatan bicara.Bahkan wanita itu langsung melengos. Dia benar-benar tak ingin melihat wajah Dan Theo.Namun, sang pria yang duduk di sebelah brankarnya tak bisa memaksa. Dan Theo tahu Annelies pasti kesal padanya.Dengan penuh sesal, dia lantas berkata, “maafkan aku, Annelies. Aku akan meninggalkan buburnya di sini. Aku mohon, makanlah sed
“Annelies?” Dan Theo melebarkan irisnya dengan bingung.Pria itu menilik sang istri lebih lekat, lalu ragu-ragu bertanya, “istriku, kau … tidak mengenaliku? Aku—”“Saya tidak mau bicara dengan orang asing. Tolong pergilah!” Annelies menyahut pelan, tapi raut wajahnya sangat muram.“Tunggu sebentar, sepertinya ada yang salah. Aku akan memanggil Dokter untuk memeriksamu!” Dan Theo berujar cemas.Ya, bagaimana mungkin dia tetap tenang kalau sang istri tidak mengingatnya? Dan Theo bingung, padahal kepala Annelies tidak membentur sesuatu. Sebab itu, dirinya berniat segera memanggil dokter.Namun, belum sampai beranjak, Annelies lantas berkata, “Dokter sudah cukup memeriksa. Saya hanya ingin Anda pergi, Tuan Theodore Caligo!”Wanita tersebut lebih meninggikan nada di akhir kalimatnya. Dan itu membuat sang pria tertegun dengan alis menyatu.“Annelies, apa yang baru saja kau katakan? Kenapa kau ….” Dan Theo tiba-tiba meredam ucapannya sendiri.Agaknya dia tahu, kenapa Annelies mengambil sikap
‘Kau tahu, Nona tidak menerima kegagalan!’ batin anak buah Jesslyn sambil menginjak gas mobilnya amat dalam.Ya, dia sengaja menabrak sang rekan yang tak berhasil menyuntikkan racun pada Annelies. Jesslyn memang memberinya perintah untuk menghabisi rekannya itu jika dia gagal.Lelaki itu merasakan guncangan keras saat menabrak rekannya tadi. Alih-alih berhenti, dia hanya melirik sekilas dari kaca spion dan mendapati sang rekan terkapar di tengah aspal. Tapi bukannya peduli, lelaki tersebut malah semakin memacu mobilnya dengan kencang.Antek Jesslyn itu melirik bangku samping mobilnya dan baru menyadari topi rekannya tertinggal di sana.“Aish, brengsek!” Lelaki tersebut mengumpat geram.Dia lantas meraih topi tadi dan membuangnya dari jendela. Kakinya menginjak pedal gas lebih dalam, membuat kendaraannya melaju cepat menuju jembatan San Manila.Ya, setelah cukup lama mengemudi, lelaki itu berbelok dan menuruni bawah jembatan layang di area sungai San Manila. Di sana Jesslyn sudah menun