“Benar, Tuan Lovis terkena demensia beberapa tahun lalu dan kehilangan ingatannya. Beliau tidak bisa mengingat kenangan atau orang-orang yang beliau kenal. Tapi ada kalanya beliau ingat peristiwa atau orang tertentu,” tutur petugas panti jompo Laviere.Bukan mustahil jika mantan kepala pelayan mansion Langford itu terkena demensia. Usianya juga sudah tua saat melayani keluarga Langford. Namun, bagi Logan, kalimat terakhir petugas panti jompo itu seperti angin di tengah sesaknya ruangan.“Ijinkan saya bertemu dengannya. Siapa tahu dia mengingat saya!” tukas Logan bertekad.Ya, meski kemungkinannya kecil, Logan harus bertemu mantan kepala pelayan atau dia akan frustasi karena dokumen tes DNA itu.Setelah menimang-nimang, akhirnya petugas panti jompo itu membalas, “baiklah, Anda bisa menemuinya, Tuan. Tapi tolong jangan memaksanya jika beliau tidak mengingat Anda.”Petugas tadi lantas membawa Logan ke lantai empat gedung tersebut.Dia mengetuk salah satu kamar di sana, seraya berkata, “T
‘Dan Theo?!’ batin Annelies menatap tegang.Ya, Dan Theo yang melihat Logan menjambak rambut sang istri, sontak menggertakkan gigi.“Lepas, atau aku akan mematahkan tangan busukmu!” decaknya penuh ancaman.Seringai berbahaya seketika merayapi bibir Logan. Baru kali ini dia menatap wajah murka Dan Theo, sungguh menarik.“Kau mengancamku? Apa kau tidak takut mati?!” Logan menyambar tanpa takut.Ya, dia sudah menghadapi banyak bajingan. Tapi Dan Theo terasa lebih seru karena dia bisa menekannya melalui Annelies.“Jalang ini, aku ingin sekali membunuhnya!” tukas Logan seiring jambakannya yang kian kuat.Annelies mendongak kesakitan, tapi dia tak sudi memohon. Namun, itu semakin memicu amukan Dan Theo.Pria tersebut masuk ke mobil, tangannya bergerak cepat memukul leher Logan. Karena itu, Logan hilang fokus, cengkermannya dari rambut Annelies melonggar. Saat itulah, Dan Theo menangkis tangannya sampai Logan melepaskan Annelies.“Keluarlah!” tukas Dan Theo melirik sang istri.Annelies menur
***“Aku penasaran, hadiah apa yang kau tinggalkan?” tutur Annelies begitu tiba di penthouse.Ya, tanpa disangka dirinya berhasil menembak target di titik sempurna. Wanita itu menagih hadiah yang dijanjikan, tapi Dan Theo bilang hadiahnya sudah dia letakkan di kamarnya.“Kau akan tahu setelah melihatnya, istriku,” sahut Dan Theo yang berjalan sambil memeluk pinggangnya.“Cih!” Annelies pun mendesis.Namun, Dan Theo tiba-tiba menahan sebelum Annelies masuk ke kamarnya.“Apa kau sibuk besok malam?” tanya sang pria.Annelies mengernyit, lalu menjawab, “mungkin tidak.”“Kalau begitu, kita bertemu Kaelus besok malam.”“Baiklah, aku akan memesan tempat di Hotel & Resto PeterSoul. Besok akhir pekan, siapa tahu kita bisa bertemu Felix Einberg lagi.” Annelies berbinar saat menyebut nama tersebut dan itu mengubah raut wajah suaminya jadi muram.Dan Theo seketika melipat kedua tangannya ke depan dada. Dia melangkah mendekati Annelies dengan tatapan dingin.“A-ada apa? Heuh, kenapa kau terus ….”
“Anda salah, kami bukan pas—”“Anda memiliki mata yang bagus.” Dan Theo memotong ucapan Kaelus seraya beralih menatap Pelayan tadi.Pelayan itu tersenyum, lalu membalas, “kebetulan sekali. Kami memiliki rekomendasi menu untuk pasangan kencan ganda.”Annelies yang sebelumnya tidak pernah berkencan dan hanya sibuk kerja, jadi penasaran tentang itu. Dia ingin tahu, seperti apa pasangan muda menghabiskan waktu bersama. Apalagi kencan ganda. “Sepertinya menarik. Apa kalian tidak masalah jika kita memesannya?” Annelies bergantian menatap orang-orang di mejanya.Cloe tentunya mengikuti keinginan Annelies, tapi Kaelus hanya menampilkan ekspresi dingin. “Bagaimana, Kaelus?” Annelies malah sengaja bertanya pada pria gondrong itu.Kaelus mengedutkan alisnya, lalu mendecak sinis. “Terserah saja!”“Baiklah, tolong berikan kami menu pasangan kencan ganda,” tutur Annelies tersenyum pada Pelayan.“Baik, Nyonya. Kami akan segera membawakannya,” sahut Pelayan tadi pamit.Kaelus yang sejak tadi muram,
“Felix?!” seru seorang pria botak berjas merah dari belakang podium.Dia adalah manager Felix Einberg. Dirinya segera berlari ke podium bersama beberapa petugas keamanan.“Felix, bangunlah! Apa kau mendengarku?!” Manager itu merengkuh tubuh Felix.Tangannya memeriksa hidung sang pianis. Dan saat itulah pupilnya berubah lebar karena tidak merasakan napas Felix. Bahkan ketika mengecek nadi dan jantungnya, manager itu juga tidak menemukan denyutan.“Hah … tidak mungkin. Ba-bagaimana bisa? Felix, ti-tidak mungkin!” Manager botak itu tercengang.Dia meminta beberapa penjaga membawa Felix ke belakang untuk menghindari keributan.Namun, baru saja Felix digotong pergi, beberapa penggemar dan tamu di resto PeterSoul itu langsung berkerumun.“Apa yang terjadi pada Felix? Kenapa dia tiba-tiba pingsan?” tanya seorang perempuan rambut panjang.Temannya yang bermata abu pun bertanya juga. “Apa Felix sakit? Mengapa dia harus tampil saat tubuhnya tidak sehat? Tolong katakan sesuatu!”Manager Felix ta
“Lepaskan! Anda salah orang, Tuan!” Cloe memekik keras. Dia yang semula berjalan menuju mobilnya di parkiran sebelah timur, tiba-tiba ditarik ke belakang. Iris Cloe membelalak begitu menatap pria gempal yang hendak memeluknya. Beruntung Cloe langsung menahan, tapi sialnya pria tadi malah mencekal lengannya. Bahkan dia mendorong Cloe hingga tersudut di mobil. “Istriku, aku menyesal. Ayo pulang, aku merindukanmu,” tutur pria gempal tadi dengan tatapan nanar. “Sepertinya Anda mabuk. Saya bukan istri Anda!” Cloe menyentak, tapi pria tadi seolah tuli. Dia menggeleng dan lantas menyambar, “tidak, Sayang. Aku berjanji tidak akan mabuk atau judi lagi. Tapi aku mohon, kembali-lah padaku!” Dia merengkuh bahu Cloe dan hendak mendekapnya. “Ah!” Cloe pun menjerit dengan mata terpejam. Namun, tanpa diduga ada seseorang yang menahan pundak pria gempal itu. Cloe perlahan membuka maniknya. Betapa terkejutnya dia saat melihat Kaelus di sana. “Kau tuli atau apa? Dia bilang kau salah orang, siala
Tanpa menjawab, Annelies langsung mematikan panggilan. Logan sudah sering memancingnya, tapi berakhir dengan percobaan pembunuhan.‘Apalagi yang dia rencanakan sekarang?!’ batin Annelies mengedutkan alisnya.‘Tapi kenapa dia memilih L&F Hotel untuk inagurasi? Jika mengingat surat wasiat Ayah, harusnya hotel itu jatuh ke tangan Kak Dave,’ sambungnya.Saat itulah Dan Theo keluar dari kamar mandi. Dia mengikat bathrope, lalu menatap Annelies yang bersandar di ranjang.“Kau sudah selesai?” tukas Annelies yang lantas meletakkan ponselnya ke nakas.“Siapa yang menghubungimu, istriku?” sahut Dan Theo bertanya.“Kak Logan mengundangku ke acara inagurasi di L&F Hotel,” balas sang wanita melipat kedua tangannya. “Dia bilang akan mengumumkan sesuatu. Mungkin dia mau menyerahkan hotel itu pada Kak Dave.”“Haruskah kau datang juga?”“Ya, aku harus datang. Tapi aku juga harus bersiap, bisa saja Kak Logan merencanakan pembunuhan seperti terakhir kali!” Annelies menyambar dengan tatapan tegas.Irisny
“Putri? Apa dia gila?!” Annelies bergumam dengan gigi terkaup.Sorotan semua orang kini sangat tajam padanya. Namun, Annelies hanya bungkam. Dia memicing pada Logan, seolah menodong penjelasan. “Mungkin kalian semua terkejut, karena tiba-tiba saya mengumumkan masalah ini. Tapi seperti yang saya katakan, Annelies Langford memanglah putri saya!” tukas Logan amat tegas. “Dulu, mendiang Ayah tidak merestui hubungan saya dengan mantan kekasih saya. Tapi karena mantan kekasih saya sudah terlanjur mengandung anak kami, jadi Ayah terpaksa mengambil Annelies. Karena bagaimana pun juga, bayi itu memiliki darah Langford dan Ayah mengakui sebagai putrinya!”‘Omong kosong apa yang dia bicarakan?!’ cibir Annelies dalam batin.Tangannya mengepal geram, tapi telinganya masih penasaran. Begitu pun para tamu, terlebih para reporter yang kini antusias dengan kameranya. Mereka tidak akan melewatkan momen satu detik pun.“Daddy, apa semua ini? Daddy pasti bercanda kan?!” Samantha berkata tegang.Dia hend