Tanpa menjawab, Annelies langsung mematikan panggilan. Logan sudah sering memancingnya, tapi berakhir dengan percobaan pembunuhan.‘Apalagi yang dia rencanakan sekarang?!’ batin Annelies mengedutkan alisnya.‘Tapi kenapa dia memilih L&F Hotel untuk inagurasi? Jika mengingat surat wasiat Ayah, harusnya hotel itu jatuh ke tangan Kak Dave,’ sambungnya.Saat itulah Dan Theo keluar dari kamar mandi. Dia mengikat bathrope, lalu menatap Annelies yang bersandar di ranjang.“Kau sudah selesai?” tukas Annelies yang lantas meletakkan ponselnya ke nakas.“Siapa yang menghubungimu, istriku?” sahut Dan Theo bertanya.“Kak Logan mengundangku ke acara inagurasi di L&F Hotel,” balas sang wanita melipat kedua tangannya. “Dia bilang akan mengumumkan sesuatu. Mungkin dia mau menyerahkan hotel itu pada Kak Dave.”“Haruskah kau datang juga?”“Ya, aku harus datang. Tapi aku juga harus bersiap, bisa saja Kak Logan merencanakan pembunuhan seperti terakhir kali!” Annelies menyambar dengan tatapan tegas.Irisny
“Putri? Apa dia gila?!” Annelies bergumam dengan gigi terkaup.Sorotan semua orang kini sangat tajam padanya. Namun, Annelies hanya bungkam. Dia memicing pada Logan, seolah menodong penjelasan. “Mungkin kalian semua terkejut, karena tiba-tiba saya mengumumkan masalah ini. Tapi seperti yang saya katakan, Annelies Langford memanglah putri saya!” tukas Logan amat tegas. “Dulu, mendiang Ayah tidak merestui hubungan saya dengan mantan kekasih saya. Tapi karena mantan kekasih saya sudah terlanjur mengandung anak kami, jadi Ayah terpaksa mengambil Annelies. Karena bagaimana pun juga, bayi itu memiliki darah Langford dan Ayah mengakui sebagai putrinya!”‘Omong kosong apa yang dia bicarakan?!’ cibir Annelies dalam batin.Tangannya mengepal geram, tapi telinganya masih penasaran. Begitu pun para tamu, terlebih para reporter yang kini antusias dengan kameranya. Mereka tidak akan melewatkan momen satu detik pun.“Daddy, apa semua ini? Daddy pasti bercanda kan?!” Samantha berkata tegang.Dia hend
*** Di luar ruangan, Samantha berjalan dengan langkah berapi-api. ‘Sialan! Aku tidak bisa diam saja. Aku harus mencaritahu, kenapa Daddy menyebut Bibi Annelies putrinya?!’ batin gadis itu amat kesal. Dia melihat Dan Theo berdiri di depan ruangan-tempat Annelies dan Logan mengobrol. Gadis itu mempercepat langkah dengan tatapan penuh emosi. “Minggir! Daddy ada di dalam bersama jalang itu ‘kan?!” dengus Samantha sengit. Dan Theo hanya menatapnya dingin. Samantha pun menuju pintu dan berniat membukanya, tapi sial pintu itu terkunci dari dalam. “Daddy! Buka pintunya!” Samantha mendecak seiring tangannya yang kini menggedor pintu. Meski tak ada sahutan, gadis itu terus menggedor seakan ingin mendobraknya. “Apa yang kalian lakukan di dalam? Daddy, aku butuh penjelasan. Kenapa Bibi Annelies … tidak! Itu tidak mungkin ‘kan, Daddy?! Daddy, tolong buka—” Belum selesai ocehan Samantha, tiba-tiba terdengar bunyi tembakan keras dari dalam ruangan. Gadis itu tersentak dan lansung menutup tel
“Mereka menguncinya?!” Annelies bertanya tegang di dekapan Dan Theo.Melihat sorot mata sang pria yang bengis, Annelies sudah tahu jawabannya.Ya, saat Logan keluar usai mendengar teriakan kebakaran, dia malah meminta Casper mengunci Annelies dan suaminya di ruangan tersebut. Bahkan Casper memberitahu petugas keamanan bahwa sudah tidak ada orang di dalam sana.“Dan Theo, turunkan aku,” tukas Annelies mulai cemas.Rahang sang pria mengeras, lalu menyahut, “tenang saja, aku akan membawamu keluar.”‘Tadi aku sudah merusak kuncinya, harusnya pintu ini tidak bisa terkunci!’ batin Dan Theo melanjutkan.Saat itulah asap mulai menyusup dari ventilasi dan celah di bawah pintu. Manik Annelies kian lebar karena agaknya kebakaran di luar sangat serius. Akan berbahaya jika mereka tetap mendekam di dalam, terlebih luka tembak di lengan kiri Dan Theo semakin parah. Annelies tak tega membiarkannya.“Turunkan aku dulu, darahmu terus keluar,” ujar Annelies bersikeras.Itu benar, Dan Theo juga merasakan
***“Dokter, bagaimana kondisi suami saya?” Annelies bertanya buncah saat tenaga medis itu keluar ruang ICU.Sang Dokter melepas maskernya, lalu membalas, “pasien belum sadarkan diri setelah kami mengeluarkan pelurunya. Tapi Anda tidak perlu khawatir, karena pasien akan segera pulih. Anda bisa membesuknya setelah kami memindahnya ke ruang rawat.”Kecemasan Annelies seketika terkikis. “Terima kasih, Dokter.”Cloe yang sejak tadi menemaninya pun ikut menunduk hormat begitu sang dokter pergi.Dia mendekati Annelies, lalu berkata, “Anda bisa istirahat, Direktur. Tuan Dan Theo sudah baik-baik saja.”“Terima kasih, Nona Cloe. Tapi saya tidak apa-apa. Saya akan menunggunya di ruang rawat,” sahut Annelies bersikeras.Ya, dia melihat sendiri Dan Theo rela terluka untuknya. Jadi Annelies tak mau lepas tangan begitu saja.“Baiklah, tapi setidaknya Direktur juga harus mengobati luka itu,” tutur Cloe menatap telapak tangan Annelies.Lawan bincangnya pun membalik tangannya dan baru sadar, kalau dia
“Ya, dia menggigit lidahnya sendiri saat aku bertanya tentang keberadaan Velos!” tukas Kaelus menahan geram. Ekspresi Dan Theo berubah sinis. Mangsa yang sudah di tangan malah lenyap sebelum dia gunakan. “Ada yang aneh. Dia sempat bilang kalau Velos dan organisasi kita yang menyerang mereka saat transaksi di benua Woll. Bahkan dia menyinggung pria rambut putih itu penembak gila. Berarti memang benar itu Velos!” Kaelus melanjutkan dengan rahang mengeras. “Tapi kenapa wanita geng Ceko itu malah menyebut Velos sudah mati karena dilempar ke laut?!” Kaelus membuang pandangan. Tangannya mengusap dagu dengan kasar seraya melajutkan. “Aku tidak tahu, siapa di antara mereka yang berbohong!” Dan Theo paham, emosi Kaelus akan lebih berjalan dibanding akalnya jika menyangkut Velos. Dia tidak bisa berpikir tenang karena terlalu cemas pada adiknya tersebut. “Di mana wanita itu sekarang?” Dan Theo bertanya dingin. “Di markas Ratz. Dia sudah menemukan Raica Ruby dari club Blue Dragon dan kau tah
Kaelus melirik sopir taksi yang membawa Annelies seraya mendecak, “brengsek! Apa dia suruhan Logan? Dan Theo bisa menghajarku jika sesuatu terjadi pada Annelies!”Lelaki itu pun menginjak gas kian dalam. Dia berusaha menghadang, tapi sopir taksi itu menyadari bahwa Kaelus mengejarnya, hingga dia melesat semakin kencang.“Hah … Dasar! bajingan ini mau main-main denganku!” cibir Kaelus dengan gigi terkatup.Dirinya memegang kemudi amat kuat. Dengan tatapan tajam, Kaelus pun membanting setir hingga mobilnya menyenggol taksi tadi. Seketika itu taksi di sebelahnya hilang kendali, bahkan keluar jalur dan nyaris menabrak pembatas jalan.Sopir di dalamnya memicing ke samping sembari mendengus marah. “Sialan! Apa dia gila?!”“Aku rasa dia butuh pelajaran!” sambungnya yang lantas memacu taksi itu kembali ke jalur utama.Mobil Kaelus hendak menyalip, tapi taksi itu malah menghantamnya dari sebelah, hingga Kaelus tak bisa menghadang dari depan.“Matilah, brengsek!” maki Sopir taksi itu kebak amar
“Kaelus?!” Annelies memekik panik.Manik hazelnya berubah selebar cakram melihat lelaki gondrong itu ambruk di dekat roda taksi.‘Hah … dia tertembak?’ batinnya yang lantas mendekat.Tanpa diduga Kaelus malah mengacungkan pistol pada Harvey, yang memegang sisa air keras dalam botol.Ya, awalnya Harvey berniat merusak wajah Annelies dengan air keras, jika wanita itu menolak pergi bersamanya. Dengan begitu, tidak akan ada lelaki yang menerima Annelies selain Harvey. Tapi, dia langsung menggunakan air keras itu, saat Kaelus menodongkan pistol padanya. Harvey sengaja menyiram wajah Kaelus hingga tembakannya meleset. Beruntungnya, wajah Kaelus masih aman sebab dia segera menghalangi air itu dengan lengannya. Kaelus yang hilang fokus, langsung ditendang Harvey sekuat tenaga hingga tersungkur ke aspal.“Brengsek! Siapa kau sebenarnya?” decak Harvey memicing tajam. “Aku sangat sibuk, tapi beraninya kau ikut cam—”“Argh!”Belum usai kata-kata Harvey, tiba-tiba Kaelus menembak kaki kirinya. Dia