***“Dokter, bagaimana kondisi suami saya?” Annelies bertanya buncah saat tenaga medis itu keluar ruang ICU.Sang Dokter melepas maskernya, lalu membalas, “pasien belum sadarkan diri setelah kami mengeluarkan pelurunya. Tapi Anda tidak perlu khawatir, karena pasien akan segera pulih. Anda bisa membesuknya setelah kami memindahnya ke ruang rawat.”Kecemasan Annelies seketika terkikis. “Terima kasih, Dokter.”Cloe yang sejak tadi menemaninya pun ikut menunduk hormat begitu sang dokter pergi.Dia mendekati Annelies, lalu berkata, “Anda bisa istirahat, Direktur. Tuan Dan Theo sudah baik-baik saja.”“Terima kasih, Nona Cloe. Tapi saya tidak apa-apa. Saya akan menunggunya di ruang rawat,” sahut Annelies bersikeras.Ya, dia melihat sendiri Dan Theo rela terluka untuknya. Jadi Annelies tak mau lepas tangan begitu saja.“Baiklah, tapi setidaknya Direktur juga harus mengobati luka itu,” tutur Cloe menatap telapak tangan Annelies.Lawan bincangnya pun membalik tangannya dan baru sadar, kalau dia
“Ya, dia menggigit lidahnya sendiri saat aku bertanya tentang keberadaan Velos!” tukas Kaelus menahan geram. Ekspresi Dan Theo berubah sinis. Mangsa yang sudah di tangan malah lenyap sebelum dia gunakan. “Ada yang aneh. Dia sempat bilang kalau Velos dan organisasi kita yang menyerang mereka saat transaksi di benua Woll. Bahkan dia menyinggung pria rambut putih itu penembak gila. Berarti memang benar itu Velos!” Kaelus melanjutkan dengan rahang mengeras. “Tapi kenapa wanita geng Ceko itu malah menyebut Velos sudah mati karena dilempar ke laut?!” Kaelus membuang pandangan. Tangannya mengusap dagu dengan kasar seraya melajutkan. “Aku tidak tahu, siapa di antara mereka yang berbohong!” Dan Theo paham, emosi Kaelus akan lebih berjalan dibanding akalnya jika menyangkut Velos. Dia tidak bisa berpikir tenang karena terlalu cemas pada adiknya tersebut. “Di mana wanita itu sekarang?” Dan Theo bertanya dingin. “Di markas Ratz. Dia sudah menemukan Raica Ruby dari club Blue Dragon dan kau tah
Kaelus melirik sopir taksi yang membawa Annelies seraya mendecak, “brengsek! Apa dia suruhan Logan? Dan Theo bisa menghajarku jika sesuatu terjadi pada Annelies!”Lelaki itu pun menginjak gas kian dalam. Dia berusaha menghadang, tapi sopir taksi itu menyadari bahwa Kaelus mengejarnya, hingga dia melesat semakin kencang.“Hah … Dasar! bajingan ini mau main-main denganku!” cibir Kaelus dengan gigi terkatup.Dirinya memegang kemudi amat kuat. Dengan tatapan tajam, Kaelus pun membanting setir hingga mobilnya menyenggol taksi tadi. Seketika itu taksi di sebelahnya hilang kendali, bahkan keluar jalur dan nyaris menabrak pembatas jalan.Sopir di dalamnya memicing ke samping sembari mendengus marah. “Sialan! Apa dia gila?!”“Aku rasa dia butuh pelajaran!” sambungnya yang lantas memacu taksi itu kembali ke jalur utama.Mobil Kaelus hendak menyalip, tapi taksi itu malah menghantamnya dari sebelah, hingga Kaelus tak bisa menghadang dari depan.“Matilah, brengsek!” maki Sopir taksi itu kebak amar
“Kaelus?!” Annelies memekik panik.Manik hazelnya berubah selebar cakram melihat lelaki gondrong itu ambruk di dekat roda taksi.‘Hah … dia tertembak?’ batinnya yang lantas mendekat.Tanpa diduga Kaelus malah mengacungkan pistol pada Harvey, yang memegang sisa air keras dalam botol.Ya, awalnya Harvey berniat merusak wajah Annelies dengan air keras, jika wanita itu menolak pergi bersamanya. Dengan begitu, tidak akan ada lelaki yang menerima Annelies selain Harvey. Tapi, dia langsung menggunakan air keras itu, saat Kaelus menodongkan pistol padanya. Harvey sengaja menyiram wajah Kaelus hingga tembakannya meleset. Beruntungnya, wajah Kaelus masih aman sebab dia segera menghalangi air itu dengan lengannya. Kaelus yang hilang fokus, langsung ditendang Harvey sekuat tenaga hingga tersungkur ke aspal.“Brengsek! Siapa kau sebenarnya?” decak Harvey memicing tajam. “Aku sangat sibuk, tapi beraninya kau ikut cam—”“Argh!”Belum usai kata-kata Harvey, tiba-tiba Kaelus menembak kaki kirinya. Dia
“Di mana dia sekarang?!” Logan bertanya tajam.“Kami membawanya ke markas, Tuan,” sahut Casper.Logan meletakkan cerutunya ke asbak dan lantas berdiri. Casper segera meraih jas hitam dari sofa, lalu membantu Logan memakainya.“Saya meminta mereka menahannya sampai Anda datang,” katanya.“Baiklah, kita ke markas dulu,” tukas Logan dengan ekspresi dinginnya.“Baik, Tuan!” Casper menyambar tegas.Mereka melangkah keluar mansion dan langsung menuju markas antek-antek Logan.Begitu tiba di sana, seorang lelaki bertubuh gempal langsung membuka gerbang. Bahkan beberapa antek yang berjaga di pelataran pun membungkuk hormat.“Selamat datang, Master!” tukas sang antek menyambut.Tanpa basa-basi, dia langsung memandu Logan dan Casper menuju ruangan di sisi barat. Rupanya saat pintu dibuka, ada antek lain di dalamnya. Semua pasang mata memicing karena antek bertato kalajengking itu diam-diam memberi minum, pada orang yang ditahan di sana.“Sedang apa kau sialan?!” Casper mendecak geram.“Ma-maste
“Aku jadi penasaran, kenapa Big Boss malah melepaskan wanita geng Ceko itu?” tukas bawahan Dan Theo sambil memasang earpiece di telinganya. Rekannya yang bermanik hitam pun menyambar, “dari mana kau tahu? Bukankah dia sandera yang penting?”“Entahlah. Sepertinya terjadi sesuatu. Tadi malam aku lihat Big Boss datang ke markas memakai baju pasien rumah sakit. Mungkin lengannya tertembak karena berbalut perban,” sahut anak buah Dan Theo tadi.Mendengar pembiacaraan itu, rasa curiga Annelies kian membengkak. ‘Hah! Dan Theo memakai baju pasien dan lengannya juga tertembak. Tidak salah lagi, mereka pasti membicarakan … ah!’ Annelies segera menjeda ucapannya dalam batin, saat tak sengaja menginjak ranting di dekat tempatnya sembunyi.Seketika itu, perhatian para lelaki tadi terusik. “Kau dengar sesuatu?” Rekannya menatap waspada seraya menerka, “penyusup?!”Tatapannya terarah pada dinding di depan mereka. Alis lelaki itu mendapuk, dengan sigapnya dia merogoh pistol dan berjalan mengendap
“Big Boss!” Salah satu bawahan Dan Theo bersiaga dengan senjata apinya.Rekannya yang lain juga mengacungkan pistol pada Annelies seraya bertanya, “apa wanita ini penyusup?!”Mereka tak pernah melihat seorang pun memukul Dan Theo, tapi Annelies berani menamparnya. Jelas sekali mereka berpikir wanita itu berbahaya.Kaelus yang berada di dekat antek Logan langsung menahan dua bawahan tersebut.“Turunkan senjata kalian!” tukasnya.“Tapi wanita itu—”“Aku bilang turunkan!” Kaelus segera menyambar.Irisnya bergulir pada antek Logan yang hampir sekarat, seraya melanjutkan. “Kalian bawa kembali si brengsek ini ke ruang tahanan.”Tanpa banyak tanya lagi, kedua bawahan Dan Theo langsung menyeret lelaki rambut ikal tersebut. Mereka menariknya paksa meski kaki antek itu sangat lemas. Begitu tiba di ruang tahanan yang gelap itu, mereka langsung mendorongnya hingga tersungkur ke lantai.“Kau lihat wanita tadi? Sepertinya dia tidak asing.” Salah satu dari mereka berbisik. “Rasanya aku pernah meliha
“Apa kau tidak salah?! Harvey … meninggal?!” Grace bertanya dengan ekspresi tegang. Dia langsung menutup mulutnya, takut bila Samantha mendengar berita ini dan kehilangan kendali. Grace pun menjauh beberapa langkah dari kamar sang putri dan lantas bertanya, “kau yakin? Tidak mungkin anak itu meninggal!”“Kami menemukan mobil Tuan Harvey di jurang sekitar jalan lama Linberg, Nyonya. Sepertinya Tuan Harvey mabuk dan menabrak pembatas jalan. Mobilnya meledak dan hancur di dasar jurang,” sahut Bodyguard tadi menjelaskan. “Dugaan besar, Tu-tuan Harvey … tidak selamat, Nyonya.”Mendapati berita itu, seluruh tubuh Grace merinding, bahkan sensasi empedu seperti naik ke mulut dan membuatnya mual. ‘Hah … Harvey benar-benar sudah mati? Walau dia bukan calon suami ideal untuk Samantha, tapi kasihan juga mendengarnya kecelakaan,’ batin Grace tertegun.Wanita itu menatap sang Bodyguard, lalu menyidik, “apa … mereka sudah menemukan mayatnya?”“Mayatnya tidak ditemukan, Nyonya. Kemungkinan tubuh
“Oh? Bukankah Anda … adik Tuan Frans dari Cosmo Group?” ujar Annelies sambil merapatkan alisnya.Lawan bincangnya bangkit dengan senyum binar. “Ya, aku Blair. Senangnya, ternyata Kak Annelies masih mengingatku!”Annelies balas tersenyum.“Tentu saja saya ingat. Anda dan Tuan Frans sangat membantu saya saat itu. Terima kasih, Nona Blair,” katanya.Ya, pertama kali Annelies bertemu Blair ketika Frans membawanya ke rumah. Itu saat seseorang menyerang Annelies di penthousenya dan sang suami sedang sekarat di markas Ratz.“Ehei, tolong jangan bicara terlalu formal padaku. Aku ingin lebih dekat dengan Kak Annelies,” balas adik Frans tersebut.Maniknya bergulir pada Dan Theo di sebelah Annelies, lalu melanjutkan. “Omong-omong, siapa pria di samping Kak Annelies?”“Dia suamiku, Dan Theo,” sahut Annelies yang lantas menggandeng lengan pria itu.Dia tahu raut wajah Dan Theo berubah masam saat dirinya menyebut nama Frans tadi. Jadi Annelies berusaha meredam rasa cemburu suaminya tersebut.“Ah …
“Dasar mesum! Cepat pergi atau aku akan memanggil petugas keamanan!” Wanita itu mengancam tegas.Velos yang masih berdiri di dekat pintu seketika mengernyit heran.Tanpa mau mengalah, dia justru berkata, “harusnya Anda yang keluar. Ini kamar saya. Kenapa Anda bisa masuk ke sini?”Sang wanita mengerjap dengan manik lebar.“Apa kau gila? Sejak kapan ini jadi kamarmu, hah?!” decaknya yang lantas menyugar rambut basahnya dengan frustasi. “Hei, dengarlah bajingan mesum!”“Apa? Bajingan mesum?!” Velos menyatukan alisnya. “Nona—”“Kau pikir aku tidak bisa menghadapimu? Brengsek sepertimu harus diberi pelajaran agar tahu batasan. Jangan kau kira aku wanita lemah yang akan ketakutan dan tunduk padamu!” sambar wanita tersebut seraya mengangkat dagunya angkuh. “Aku akan hitung sampai tiga. Jika kau tidak keluar, maka kau akan menyesal!”Sorot matanya terpampang tajam, tapi entah mengapa malah serasa menantang Velos.“Menarik. Saya jadi penasaran, apa yang akan Anda lakukan, Nona?” tukas Velos kem
“Bagaimana bisa semuanya ada di sini?” Annelies bertanya dengan manik binar.Ya, di luar gedung L&F Company, Butler bersaudara sudah ada di sana. Bahkan Cloe juga. “Selamat atas pengangkatan Anda, Direktur. Ah, tunggu. Harusnya sekarang saya memanggil Anda, Nyonya Komisaris,” tutur Cloe seiring kedua alisnya yang naik ke atas. Annelies seketika tersenyum, lalu menimpali, “panggil senyamannya Anda, Nona Cloe.”“Tapi, kenapa semuanya berkumpul di sini?” Annelies bergantian melirik Kaelus dan Velos. Dan Theo yang berada di sebelahnya pun merengkuh pinggangnya dan lantas menjawab, “ke depannya kau pasti sibuk mengurus perusahaan. Sebelum itu, mari kita nikmati waktu bersantai dengan liburan bersama, istriku.”“Ah … jadi ini rencanamu?” sahut Annelies yang memicu sebelah alis suaminya terangkat. Dan Theo pun mendekati wajah sang istri sambil berbisik, “bukankah aku hebat dalam menyiapkan kejutan?”“Kau yang terbaik!” balas Annelies yang tak ragu mengecup pipinya.“Kenapa hanya di pipi?
Ekspresi binar di wajah Annelies seketika lenyap setelah menerima telepon. Jelas sekali ada sesuatu yang mengusiknya.Dan Theo yang penasaran pun bertanya, “ada masalah apa, istriku?”“Aku harus pergi. Tolong temani aku, Dan Theo,” sahut Annelies saat berpaling pada suaminya. Usai bersiap-siap, mereka lantas menuju L&F Hotel. Sudah lama Annelies tak mengunjungi hotel keluarganya tersebut. Hotel itu hampir bangkrut, tapi beberapa minggu terakhir managementnya telah diperbarui Lewis sebelum pemuda tersebut masuk penjara.Ya, jika saja Lewis menekuninya, mungkin L&F Hotel akan kembali berjaya. Sayangnya dia harus menjadi korban keserakahan Logan dan berakhir meregang nyawa.Begitu tiba di hotel tersebut, Annelies pun masuk sambil menggandeng lengan Dan Theo.“Selamat datang, Nyonya, Tuan,” tutur seorang Resepsionis menyapa. “Tuan Dave sudah menunggu di ruang VIP.”Benar, orang yang membuat Annelies datang ke hotel ini memang Dave. Padahal sebelumnya Annelies memutuskan tak ingin berhubu
“Katakan, Dan Theo! Apa maksudmu sebenarnya?!” Annelies menuntut penjelasan seiring nadanya yang kian menekan.Telinganya jelas mendengar bahwa Dan Theo ingin mengakhiri hubungan, tapi wanita itu tak mau berasumsi tanpa tau alasan di balik semua ini.Dengan wajah tegang, dia kembali berkata, “kau akan tetap diam?!”Tangannya meraih lembaran dokumen di meja. Sepasang alisnya seketika mendapuk saat membaca isinya.“Hah … ini?”“Robeklah!” Dan Theo menyahut tegas.Annelies kembali menatapnya. Ekspresi muramnya berangsur binar saat mendapati titah itu. Hingga tanpa ragu, Annelies pun merobek lembaran dokumen tersebut tepat di hadapan Dan Theo.“Hubungan kontrak kita resmi berakhir, Dan Theo. Mari kita mulai hubungan baru tanpa batas waktu!” tutur wanita itu memandang lekat.Ya, itu memang dokumen perjanjian satu tahun pernikahan mereka. Jika sesuai kontrak, maka harusnya Dan Theo dan Annelies akan berpisah. Tapi keduanya tak menyangka, dalam waktu sesingkat itu hubungan mereka jadi tak te
Alih-alih menjawab dengan ucapan, Dan Theo malah menawarkan lengannya agar digandeng sang istri.“Kalau kau sangat ingin tahu, ayo kita berangkat sekarang,” tuturnya dengan nada rendah.“Cih!” Annelies membalas dengan desisan. “Kau sangaja membuatku semakin penasaran, ya? Dasar kekanakan!”Meski mengejeknya, tapi tak bisa disangkal Annelies malah kian tertarik. Dia lantas merengkuh lengan sang suami dan berjalan mengikuti langkah panjangnya.Mereka pun menyusuri jalanan Linberg dengan mobil Dan Theo. Setelah cukup lama berkendara, pria itu menghentikan mobilnya di depan PeterSoul. Ya sebelumnya Dan Theo sudah membuat reservasi di restoran bintang michelin tersebut.Annelies yang semula melihat keluar jendela, kini berpaling pada Dan Theo lagi.“Di sini sangat sulit mendapat meja. Kapan kau memesan tempat?” tanyanya. “Tidak sesulit itu, karena ini diriku,” sahut Dan Theo seiring sebelah alisnya yang naik ke atas.Lawan bincangnya menyeringai tipis. Dia mengamati Dan Theo mengitari dep
***Esok harinya, Annelies mendatangi rumah tahanan Linberg untuk menemui Logan. Dia sengaja datang sendiri dan tidak memberitahu Dan Theo. Jelas sekali sang suami akan melarang jika tahu Annelies pergi ke sana. Namun, Annelies harus memastikan sesuatu.Begitu Logan muncul, Annelies hanya menatapnya dengan sorot dingin.‘Dunia sudah mulai menghukumnya, ya?’ batin Annelies mengamati wajah Logan yang babak belur.Ya, agaknya para narapidana telah menghajarnya habis-habisan.“Hah … sial! Apa kau datang untuk menertawakanku?!” Logan berkata dengan sorot tajamnya. “Jangan pikir kau sudah menang. Aku tidak akan lama berada di sini!”Alih-alih menjawab, Annelies malah memamerkan seringai tipis.“Sepertinya kau masih tidak sadar dengan kenyataan. Kau sudah tamat. Kau akan membusuk di penjara ini!” Annelies bicara dengan ekspresi penuh dendam.“Tutup mulutmu, jalang sialan!” Logan mengumpat seiring tangannya yang memukul kaca pembatas.Annelies yang berada di sisi seberang, malah semakin terse
Annelies mengikuti Grace ke taman di area gedung pengadilan. Mereka duduk bersebelahan, sementara Dan Theo menunggu tak jauh dari sana. Ya, pria itu sengaja memberi privasi agar kedua wanita tadi bisa bicara leluasa.“Katakan, aku hanya punya waktu sepuluh menit untukmu!” Annelies berkata dengan ketusnya.“Aku tahu kau pasti marah padaku karena—”“Marah? Siapa yang bilang aku marah?” Annelies menyambar ucapan Grace sebelum tuntas.Wanita itu berpaling pada Grace dengan ekspresi dinginnya. “Aku tidak marah, tapi lebih tepatnya aku membencimu!”Benar, meski Grace punya andil besar dalam penuntutan Logan, tapi Annelies juga membencinya karena dia sengaja menyembunyikan fakta.“Kau tau Ayah dibunuh, bahkan tinggal dengan pembunuhnya. Kau yang hanya diam, tidak ada bedanya dengan Kak Logan!” pungkas Annelies dengan leher tegang. Wajah Grace berangsur pucat, kata-katanya pun seperti tersangkut di tenggorokan saat melihat tatapan Annelies yang penuh dendam.Dia perlahan menundukkan pandang
‘Nyonya Grace?!’ Casper melebarkan maniknya dengan wajah tegang saat saksi itu masuk.Ya, itu memang Grace Langford. Langkahnya tampak mantap menuju kursi saksi di persidangan suaminya. Situasi ini membuat hawa pengadilan semakin panas. Orang-orang tak menyangka bahwa Grace akan menjadi saksi dari pihak jaksa, alih-aliih Logan.‘Gawat! Aku lengah. Aku tidak berpikir Nyonya Grace akan berkhianat dari Tuan Logan. Apa saja rahasia Tuan Logan yang ada di tangannya?’ geming Casper yang sejak tadi menautkan alisnya.Casper beralih menatap Logan. Jelas sekali tuannya itu menahan amukan besar.Begitu Grace duduk di kursi saksi, Logan terus memancarkan tatapan mematikan padanya. Jika bisa, dia ingin menyeret wanita itu keluar dari ruang sidang dan membungkamnya.‘Lihat saja, Grace. Sekali saja kau berani bicara macam-macam, aku akan melubangi kepalamu!’ Logan membatin dengan gigi menggertak.Dari sebelah, pengacara Logan pun bingung.Dengan nada bisikan, dia lantas bertanya, “Tuan, mengapa ist