“Kenapa aku harus peduli pada putrimu?!” Dan Theo mendecak sengit. Dan itu memicu tawa Logan terkuar keraas. Dia terbahak-bahak hingga menggema ke seluruh sudut ruangan. “Aish, dasar bajingan! Kau pikir bisa menipuku? Aku tau sangat mengukai jalang itu!” dengus Logan memicing tajam. “Berhenti omong kosong. Aku datang bukan untuk ini!” sambar Dan Theo menyatukan alisnya. “Kalau begitu harusnya kau menyerahkan anak-anak itu, sialan! Kau berani mencuri barangku. Kau pikir bisa lolos begitu saja?!” Logan menyahut berang. “Baik atau buruk, aku selalu membalas seseorang dua kali lipat!” Logan mengambil ponselnya untuk menelepon anteknya yang menahan Annelies di L&F Cosmetic. Dengan tatapan sengit, dia pun memerintah. “Jatuhkan jalang itu!” “Baik, Master!” sahut anteknya dari seberang. Dari video di proyektor tadi, antek Logan tampak melepas ikatan di satu tangan Annelies. Seketika lengan Annelies terkulai. Itu memicu kecemasan Dan Theo membengkak. ‘Brengsek! Logan memang bajingan gi
Vivian menelan saliva amat berat seraya berkata, “Tu-tuan, Anda salah paham. Saya … saya tidak—” “Tutup mulutmu, dasar jalang!” sahut Casper semakin menekan pistol di pelipis Vivian. “Bisa-bisanya tikus kecil sepertimu ada di markas ini. Master paling benci pengkhianat, kau pikir akan selamat?!” “Sa-saya mohon, Tuan. Tolong … ampuni saya sekali ini saja,” tutur Vivian dengan keringat dingin memenuhi tengkuknya. Wanita itu bergidik. Wajah putus asanya menegang seolah berteriak minta bantuan. Namun, ketika anak buah Dan Theo hendak mengacungkan pistolnya, Casper langsung melesatkan peluru hingga menembus kepala Vivian. “Hah?!” Anggota Caligo di sana terbelalak melihat Vivian ambruk. Darah wanita itu merembes dari pelipisnya yang ditembus anak timah. Dan saat itulah, para bawahan Dan Theo menyerang Casper bersamaan. Mereka mengeluarkan belati dan langsung melayangkannya pada Casper yang hanya datang sendiri. Meski terdesak, tapi Casper dengan sigap menangkis tangan anak buah Dan The
‘Obatnya sudah menyebar terlalu lama. Annelies bisa dalam bahaya jika tidak bisa mengendalikan Raica Ruby dalam tubuhnya!’ batin Dan Theo dengan alis bertaut. Ya, Dan Theo sangat hafal reaksi orang awam yang belum pernah tersentuh narkoba. Apalagi Raica Ruby jenis obat dengan kualitas tinggi. Tentu saja membuat Annelies hampir mati. Tubuh wanita itu menggigil. Dia seperti kedinginan, tapi keringat memenuhi dahi dan tengkuknya hingga basah. Bahkan napasnya kini sangat lemah. “Tidak, Annelies. Kau bisa, kau harus bertahan!” tutur Dan Theo yang lantas membaringkan tubuh istrinya. Dia melepas jas hitamnya, lalu menggulungnya untuk menyangga kepala Annelies. Dan Theo melonggarkan kancing di kerah wanita itu untuk melancarkan saluran pernapasan. Sialnya, pria itu sudah tak bisa merasakan napas dari hidung Annelies. “Aish!” Dan Theo mendesis dan langsung memeriksa nadi istrinya. Kecemasan pun naik ke mercu kepala Dan Theo saat tak merasakan denyut apapun. Tanpa membuang waktu, pria itu
WARNING: chapter ini mengandung konten sensitive!“Bajingan gila!” Seorang antek geng Ceko mengumat tajam begitu melihat kepala Vivian.Beberapa anggota lainnya mengerjap, tapi apa yang mereka lihat tidak berubah. Mata Vivian terbuka lebar dan itu tampak menyeramkan. Ya, Casper sengaja memenggal mayat Vivian dan membawa kepala wanita itu sebagai ancaman untuk geng Ceko.Sebagian dari mereka menutup mulut karena mual. Sedangkan sejumlah anggota lainnya bersiaga mengeluarkan belati dan mengarahkannya pada Casper.“Dasar cecunguk sialan! Kau cari mati, ya?!” decak antek Ceko yang bertato gurita.Dia memberi kode pada rekannya untuk menyerang Casper dari berbagai sisi. Mereka pun maju bersamaan, tapi Casper menghindar dengan lincah dan lantas menghajar antek yang berniat menusuk pinggangnya.Bahkan Casper berhasil merebut belati seorang antek Ceko. Dia mencekal antek itu dari belakang, lantas mengarahkan belati tepat di lehernya.“Tikus seperti kalian bukan tandinganku!” Casper mendecak s
“Ini bukan apa-apa.” Dan Theo berkata tenang. Namun, Annelies tau. Dan Theo selalu menahan semuanya dan tak ingin terlihat lemah.“Tidak. Padahal kita tadi di rumah sakit, kenapa kau diam saja kalau terluka?” tukas Annelies amat cemas. Alih-alih menjawab, Dan Theo malah melirik perut bawahnya. Dia sendiri tidak sadar kapan mendapat luka itu. Mungkinkah saat bertarung dengan Logan?“Istriku, kau tidak perlu khawatir. Ini hanya sayatan kecil, jadi … ugh!” Dan Theo seketika mengernyit karena tiba-tiba Annelies menekan perutnya.“Jangan beralasan. Kau sering bilang bukan luka apa-apa, hanya luka kecil dan banyak alasan lain, padahal ini sakit sekali ‘kan?!” Annelies mengomel.Dirinya sering berutang nyawa pada Dan Theo. Jadi dia tak ingin pria ini terluka karenanya. Tanpa menunggu bantahan, Annelies pun menarik Dan Theo agar duduk di sofa ruang tengah. “Tunggu di sini. Aku akan mengambil kotak obat!” titah sang wanita tegas.Dan Theo bungkam. Dia justru menyeringai tipis saat punggung
“Tada!” tukas Annelies antusias saat kembali ke ruang tengah.Dia mengangkat dua box pizza yang semula ditentengnya rendah.Dan Theo yang melihatnya malah mengerjap bingung. “Jadi, orang yang baru saja datang ….”“Tentu saja kurir makanan. Aku tidak menyangka mereka lumayan cepat. Pantas saja ulasan restoran mereka cukup bagus,” sahut Annelies yang lantas duduk di sebelah suaminya.Ya, ketika Annelies mengambil kotak obat dari kamarnya, dia juga memesan makanan karena tak bisa membiarkan Dan Theo menyiapkan santapan saat terluka.Begitu Annelies membuka box pizzanya, dia mendadak berkata, “tunggu sebentar, aku akan segera kembali.”Dan Theo mengamati wanita itu menuju dapur. Bibirnya tersungging miring saat tebakannya benar, bahwa Annelies akan kembali dengan bir.“Mungkin ini paduan klasik, tapi pizza sangat cocok dengan bir!” tutur wanita itu meletakkan satu kaleng birnya ke meja.Dia membuka kaleng lainnya, lalu menenggaknya sebagai minuman pembuka.“Ya, aku juga menyukai pizza dan
“Kau sudah bosan hidup?!” Logan mendecak bengis.Sorot matanya yang tajam seolah akan menusuk leher Serena. Namun, bukannya gentar, wanita itu justru menyeringai sinis seolah menantang Logan.“Sudah aku bilang, ini bukan soal uang. Jika masalah uang, aku yakin Caligo akan memberiku lebih banyak. Jadi untuk apa aku repot-repot menemuimu, Logan Langford?!” tukas Serena menaikkan sebelah alisnya.Mendengar wanita itu membandingkan dengan organisasi Dan Theo, seketika memicu amarah Logan membengkak. Dia tiba-tiba mendorong Serena dan mencengkeram lehernya, sampai wanita itu melepas cekalan pada dasinya.“Jalang sialan! Kau sadar apa yang baru saja kau katakan?!” Logan memaki pelan, tapi raut wajahnya penuh ancaman.“Ugh!” Serena mengernyit saat napasnya tercekat.Alih-alih memohon, wanita itu malah menyeringai tipis. Dirinya semakin senang melihat Logan emosi karenanya.“Sial, aku akui kau masih tampan meski semakin tua. Kau tau? Seperti anggur yang berkualitas,” bisik Serena sengaja memp
“Aish, brengsek!” Antek Logan itu mengumpat saat jatuh dari motornya.Ya, karena tembakan yang tiba-tiba, dia pun tak bisa mengendalikan kendaraannya. Lelaki tersebut ambruk, tapi beruntungnya tak mobil besar yang melintas atau dia akan terlindas.“Argh, dasar sialan!” Dia terus mengerang penuh makian saat kakinya tertindih motor.Keningnya mengernyit karena punggungnya yang tertembak seperti dikoyak. Namun, ketika dia menarik kaki dari motornya, mendadak seorang pria gempal merengkuh bahunya dari belakang. Anak buah Logan itu membelalak saat tau dia bawahan Serena.“Bajingan! Kau pasti punya banyak nyawa karena berani membuntuti Nyonya!” decak bawahan Serena memicing tajam.Tanpa menunggu jawaban, dia pun menghajar wajah antek Logan amat kencang. Dia memberikan pukulan lebih kencang hingga lawannya tersungkur ke aspal. Bahkan tanpa ampun, dia menendang perut antek Logan itu berulang kali.“Argh, sialan!” Antek Logan itu meludahkan darah yang merembes dari mulutnya.Namun, bawahan Ser
“Oh? Bukankah Anda … adik Tuan Frans dari Cosmo Group?” ujar Annelies sambil merapatkan alisnya.Lawan bincangnya bangkit dengan senyum binar. “Ya, aku Blair. Senangnya, ternyata Kak Annelies masih mengingatku!”Annelies balas tersenyum.“Tentu saja saya ingat. Anda dan Tuan Frans sangat membantu saya saat itu. Terima kasih, Nona Blair,” katanya.Ya, pertama kali Annelies bertemu Blair ketika Frans membawanya ke rumah. Itu saat seseorang menyerang Annelies di penthousenya dan sang suami sedang sekarat di markas Ratz.“Ehei, tolong jangan bicara terlalu formal padaku. Aku ingin lebih dekat dengan Kak Annelies,” balas adik Frans tersebut.Maniknya bergulir pada Dan Theo di sebelah Annelies, lalu melanjutkan. “Omong-omong, siapa pria di samping Kak Annelies?”“Dia suamiku, Dan Theo,” sahut Annelies yang lantas menggandeng lengan pria itu.Dia tahu raut wajah Dan Theo berubah masam saat dirinya menyebut nama Frans tadi. Jadi Annelies berusaha meredam rasa cemburu suaminya tersebut.“Ah …
“Dasar mesum! Cepat pergi atau aku akan memanggil petugas keamanan!” Wanita itu mengancam tegas.Velos yang masih berdiri di dekat pintu seketika mengernyit heran.Tanpa mau mengalah, dia justru berkata, “harusnya Anda yang keluar. Ini kamar saya. Kenapa Anda bisa masuk ke sini?”Sang wanita mengerjap dengan manik lebar.“Apa kau gila? Sejak kapan ini jadi kamarmu, hah?!” decaknya yang lantas menyugar rambut basahnya dengan frustasi. “Hei, dengarlah bajingan mesum!”“Apa? Bajingan mesum?!” Velos menyatukan alisnya. “Nona—”“Kau pikir aku tidak bisa menghadapimu? Brengsek sepertimu harus diberi pelajaran agar tahu batasan. Jangan kau kira aku wanita lemah yang akan ketakutan dan tunduk padamu!” sambar wanita tersebut seraya mengangkat dagunya angkuh. “Aku akan hitung sampai tiga. Jika kau tidak keluar, maka kau akan menyesal!”Sorot matanya terpampang tajam, tapi entah mengapa malah serasa menantang Velos.“Menarik. Saya jadi penasaran, apa yang akan Anda lakukan, Nona?” tukas Velos kem
“Bagaimana bisa semuanya ada di sini?” Annelies bertanya dengan manik binar.Ya, di luar gedung L&F Company, Butler bersaudara sudah ada di sana. Bahkan Cloe juga. “Selamat atas pengangkatan Anda, Direktur. Ah, tunggu. Harusnya sekarang saya memanggil Anda, Nyonya Komisaris,” tutur Cloe seiring kedua alisnya yang naik ke atas. Annelies seketika tersenyum, lalu menimpali, “panggil senyamannya Anda, Nona Cloe.”“Tapi, kenapa semuanya berkumpul di sini?” Annelies bergantian melirik Kaelus dan Velos. Dan Theo yang berada di sebelahnya pun merengkuh pinggangnya dan lantas menjawab, “ke depannya kau pasti sibuk mengurus perusahaan. Sebelum itu, mari kita nikmati waktu bersantai dengan liburan bersama, istriku.”“Ah … jadi ini rencanamu?” sahut Annelies yang memicu sebelah alis suaminya terangkat. Dan Theo pun mendekati wajah sang istri sambil berbisik, “bukankah aku hebat dalam menyiapkan kejutan?”“Kau yang terbaik!” balas Annelies yang tak ragu mengecup pipinya.“Kenapa hanya di pipi?
Ekspresi binar di wajah Annelies seketika lenyap setelah menerima telepon. Jelas sekali ada sesuatu yang mengusiknya.Dan Theo yang penasaran pun bertanya, “ada masalah apa, istriku?”“Aku harus pergi. Tolong temani aku, Dan Theo,” sahut Annelies saat berpaling pada suaminya. Usai bersiap-siap, mereka lantas menuju L&F Hotel. Sudah lama Annelies tak mengunjungi hotel keluarganya tersebut. Hotel itu hampir bangkrut, tapi beberapa minggu terakhir managementnya telah diperbarui Lewis sebelum pemuda tersebut masuk penjara.Ya, jika saja Lewis menekuninya, mungkin L&F Hotel akan kembali berjaya. Sayangnya dia harus menjadi korban keserakahan Logan dan berakhir meregang nyawa.Begitu tiba di hotel tersebut, Annelies pun masuk sambil menggandeng lengan Dan Theo.“Selamat datang, Nyonya, Tuan,” tutur seorang Resepsionis menyapa. “Tuan Dave sudah menunggu di ruang VIP.”Benar, orang yang membuat Annelies datang ke hotel ini memang Dave. Padahal sebelumnya Annelies memutuskan tak ingin berhubu
“Katakan, Dan Theo! Apa maksudmu sebenarnya?!” Annelies menuntut penjelasan seiring nadanya yang kian menekan.Telinganya jelas mendengar bahwa Dan Theo ingin mengakhiri hubungan, tapi wanita itu tak mau berasumsi tanpa tau alasan di balik semua ini.Dengan wajah tegang, dia kembali berkata, “kau akan tetap diam?!”Tangannya meraih lembaran dokumen di meja. Sepasang alisnya seketika mendapuk saat membaca isinya.“Hah … ini?”“Robeklah!” Dan Theo menyahut tegas.Annelies kembali menatapnya. Ekspresi muramnya berangsur binar saat mendapati titah itu. Hingga tanpa ragu, Annelies pun merobek lembaran dokumen tersebut tepat di hadapan Dan Theo.“Hubungan kontrak kita resmi berakhir, Dan Theo. Mari kita mulai hubungan baru tanpa batas waktu!” tutur wanita itu memandang lekat.Ya, itu memang dokumen perjanjian satu tahun pernikahan mereka. Jika sesuai kontrak, maka harusnya Dan Theo dan Annelies akan berpisah. Tapi keduanya tak menyangka, dalam waktu sesingkat itu hubungan mereka jadi tak te
Alih-alih menjawab dengan ucapan, Dan Theo malah menawarkan lengannya agar digandeng sang istri.“Kalau kau sangat ingin tahu, ayo kita berangkat sekarang,” tuturnya dengan nada rendah.“Cih!” Annelies membalas dengan desisan. “Kau sangaja membuatku semakin penasaran, ya? Dasar kekanakan!”Meski mengejeknya, tapi tak bisa disangkal Annelies malah kian tertarik. Dia lantas merengkuh lengan sang suami dan berjalan mengikuti langkah panjangnya.Mereka pun menyusuri jalanan Linberg dengan mobil Dan Theo. Setelah cukup lama berkendara, pria itu menghentikan mobilnya di depan PeterSoul. Ya sebelumnya Dan Theo sudah membuat reservasi di restoran bintang michelin tersebut.Annelies yang semula melihat keluar jendela, kini berpaling pada Dan Theo lagi.“Di sini sangat sulit mendapat meja. Kapan kau memesan tempat?” tanyanya. “Tidak sesulit itu, karena ini diriku,” sahut Dan Theo seiring sebelah alisnya yang naik ke atas.Lawan bincangnya menyeringai tipis. Dia mengamati Dan Theo mengitari dep
***Esok harinya, Annelies mendatangi rumah tahanan Linberg untuk menemui Logan. Dia sengaja datang sendiri dan tidak memberitahu Dan Theo. Jelas sekali sang suami akan melarang jika tahu Annelies pergi ke sana. Namun, Annelies harus memastikan sesuatu.Begitu Logan muncul, Annelies hanya menatapnya dengan sorot dingin.‘Dunia sudah mulai menghukumnya, ya?’ batin Annelies mengamati wajah Logan yang babak belur.Ya, agaknya para narapidana telah menghajarnya habis-habisan.“Hah … sial! Apa kau datang untuk menertawakanku?!” Logan berkata dengan sorot tajamnya. “Jangan pikir kau sudah menang. Aku tidak akan lama berada di sini!”Alih-alih menjawab, Annelies malah memamerkan seringai tipis.“Sepertinya kau masih tidak sadar dengan kenyataan. Kau sudah tamat. Kau akan membusuk di penjara ini!” Annelies bicara dengan ekspresi penuh dendam.“Tutup mulutmu, jalang sialan!” Logan mengumpat seiring tangannya yang memukul kaca pembatas.Annelies yang berada di sisi seberang, malah semakin terse
Annelies mengikuti Grace ke taman di area gedung pengadilan. Mereka duduk bersebelahan, sementara Dan Theo menunggu tak jauh dari sana. Ya, pria itu sengaja memberi privasi agar kedua wanita tadi bisa bicara leluasa.“Katakan, aku hanya punya waktu sepuluh menit untukmu!” Annelies berkata dengan ketusnya.“Aku tahu kau pasti marah padaku karena—”“Marah? Siapa yang bilang aku marah?” Annelies menyambar ucapan Grace sebelum tuntas.Wanita itu berpaling pada Grace dengan ekspresi dinginnya. “Aku tidak marah, tapi lebih tepatnya aku membencimu!”Benar, meski Grace punya andil besar dalam penuntutan Logan, tapi Annelies juga membencinya karena dia sengaja menyembunyikan fakta.“Kau tau Ayah dibunuh, bahkan tinggal dengan pembunuhnya. Kau yang hanya diam, tidak ada bedanya dengan Kak Logan!” pungkas Annelies dengan leher tegang. Wajah Grace berangsur pucat, kata-katanya pun seperti tersangkut di tenggorokan saat melihat tatapan Annelies yang penuh dendam.Dia perlahan menundukkan pandang
‘Nyonya Grace?!’ Casper melebarkan maniknya dengan wajah tegang saat saksi itu masuk.Ya, itu memang Grace Langford. Langkahnya tampak mantap menuju kursi saksi di persidangan suaminya. Situasi ini membuat hawa pengadilan semakin panas. Orang-orang tak menyangka bahwa Grace akan menjadi saksi dari pihak jaksa, alih-aliih Logan.‘Gawat! Aku lengah. Aku tidak berpikir Nyonya Grace akan berkhianat dari Tuan Logan. Apa saja rahasia Tuan Logan yang ada di tangannya?’ geming Casper yang sejak tadi menautkan alisnya.Casper beralih menatap Logan. Jelas sekali tuannya itu menahan amukan besar.Begitu Grace duduk di kursi saksi, Logan terus memancarkan tatapan mematikan padanya. Jika bisa, dia ingin menyeret wanita itu keluar dari ruang sidang dan membungkamnya.‘Lihat saja, Grace. Sekali saja kau berani bicara macam-macam, aku akan melubangi kepalamu!’ Logan membatin dengan gigi menggertak.Dari sebelah, pengacara Logan pun bingung.Dengan nada bisikan, dia lantas bertanya, “Tuan, mengapa ist