“Tada!” tukas Annelies antusias saat kembali ke ruang tengah.Dia mengangkat dua box pizza yang semula ditentengnya rendah.Dan Theo yang melihatnya malah mengerjap bingung. “Jadi, orang yang baru saja datang ….”“Tentu saja kurir makanan. Aku tidak menyangka mereka lumayan cepat. Pantas saja ulasan restoran mereka cukup bagus,” sahut Annelies yang lantas duduk di sebelah suaminya.Ya, ketika Annelies mengambil kotak obat dari kamarnya, dia juga memesan makanan karena tak bisa membiarkan Dan Theo menyiapkan santapan saat terluka.Begitu Annelies membuka box pizzanya, dia mendadak berkata, “tunggu sebentar, aku akan segera kembali.”Dan Theo mengamati wanita itu menuju dapur. Bibirnya tersungging miring saat tebakannya benar, bahwa Annelies akan kembali dengan bir.“Mungkin ini paduan klasik, tapi pizza sangat cocok dengan bir!” tutur wanita itu meletakkan satu kaleng birnya ke meja.Dia membuka kaleng lainnya, lalu menenggaknya sebagai minuman pembuka.“Ya, aku juga menyukai pizza dan
“Kau sudah bosan hidup?!” Logan mendecak bengis.Sorot matanya yang tajam seolah akan menusuk leher Serena. Namun, bukannya gentar, wanita itu justru menyeringai sinis seolah menantang Logan.“Sudah aku bilang, ini bukan soal uang. Jika masalah uang, aku yakin Caligo akan memberiku lebih banyak. Jadi untuk apa aku repot-repot menemuimu, Logan Langford?!” tukas Serena menaikkan sebelah alisnya.Mendengar wanita itu membandingkan dengan organisasi Dan Theo, seketika memicu amarah Logan membengkak. Dia tiba-tiba mendorong Serena dan mencengkeram lehernya, sampai wanita itu melepas cekalan pada dasinya.“Jalang sialan! Kau sadar apa yang baru saja kau katakan?!” Logan memaki pelan, tapi raut wajahnya penuh ancaman.“Ugh!” Serena mengernyit saat napasnya tercekat.Alih-alih memohon, wanita itu malah menyeringai tipis. Dirinya semakin senang melihat Logan emosi karenanya.“Sial, aku akui kau masih tampan meski semakin tua. Kau tau? Seperti anggur yang berkualitas,” bisik Serena sengaja memp
“Aish, brengsek!” Antek Logan itu mengumpat saat jatuh dari motornya.Ya, karena tembakan yang tiba-tiba, dia pun tak bisa mengendalikan kendaraannya. Lelaki tersebut ambruk, tapi beruntungnya tak mobil besar yang melintas atau dia akan terlindas.“Argh, dasar sialan!” Dia terus mengerang penuh makian saat kakinya tertindih motor.Keningnya mengernyit karena punggungnya yang tertembak seperti dikoyak. Namun, ketika dia menarik kaki dari motornya, mendadak seorang pria gempal merengkuh bahunya dari belakang. Anak buah Logan itu membelalak saat tau dia bawahan Serena.“Bajingan! Kau pasti punya banyak nyawa karena berani membuntuti Nyonya!” decak bawahan Serena memicing tajam.Tanpa menunggu jawaban, dia pun menghajar wajah antek Logan amat kencang. Dia memberikan pukulan lebih kencang hingga lawannya tersungkur ke aspal. Bahkan tanpa ampun, dia menendang perut antek Logan itu berulang kali.“Argh, sialan!” Antek Logan itu meludahkan darah yang merembes dari mulutnya.Namun, bawahan Ser
“Tidak. Mereka tidak berhak mati sebelum kau menghukumnya!” Dan Theo berkata tajam.“A-apa? Kenapa aku harus menghukumnya?” sahut Annelies tak mengerti.Memang apa hubungan dirinya dengan mereka. Sebelumnya saja Annelies tak pernah melihat wajah orang-orang tersebut.“Bajingan-bajingan ini yang menyerang dan menggantungmu di atap gedung L&F Cosmetic!” Dan Theo mendecak dengan tatapan mematikan pada dua orang yang menggantung di atas.Dirinya menoleh pada Annelies dan lantas melanjutkan. “Mereka hampir membunuhmu. Sekarang hidup mereka tergantung pada caramu menghukumnya.”Ya, Dan Theo ingin antek-antek Logan itu merasakan hal yang sama, dengan apa yang mereka perbuat pada Annelies. Dia sengaja menggantung tangan antek-antek Logan itu di atap ruangan tersebut, usai anak buahnya menghajar habis-habisan. Sebab itu, mereka tak sadarkan diri dengan wajah lebam-lebam.Dan Theo melirik anak buahnya yang berjaga di sisi kiri dan lantas berkata, “buat mereka bangun!”“Baik, Big Boss!” sahut an
“Dan Theo, kau tidak akan menjawabku? Aku tau kau sedang menyembunyikan sesuatu dariku!” tukas Annelies menyidik.Pria di hadapannya tetap bungkam. Dan itu semakin membengkakkan rasa curiga Annelies. Situasi di antara mereka pun berubah tegang.Namun, detik berikutnya seseorang menyeru, “Dan Theo!”Annelies berpaling ke sumber suara. Ternyata itu Kaelus.“Oh, ternyata kau juga datang?” Lelaki gondrong itu tersenyum miring pada Annelies.Kaelus menghampiri mereka. Dari dekat, Annelies bisa melihat wajahnya yang masih bengkak akibat pukulan antek-antek Logan selama disekap.‘Kaelus terluka parah,’ batin Annelies mengerjap tegang.Dia tak tau saja jika pakaian lelaki itu dibuka, maka akan tampak bekas cambukan yang mengerikan. Namun, belum sampai Annelies buka suara, Kaelus malah menyodorkan botol minuman padanya.“Aku tidak tau kau datang. Jadi aku hanya membawa satu. Tenang saja, ini tidak beracun,” katanya.Annelies mengernyit saat Kaelus meraih tangannya dan menyerahkan minuman tadi.
‘Apa Dan Theo yang membawanya ke sini?’ Annelies menerka sambil mendapukkan alisnya.Dia membuka pintu lebih lebar, lalu berjalan masuk. Suara langkah sepatu hak tingginya yang menggema, sama sekali tidak mengusik Alexei yang duduk terikat di kursi.Mata lelaki itu tertutup kain hitam. Kemejanya tak berbentuk dengan kancing yang lepas di sana-sini. Bahkan wajahnya babak belur dengan sudut mulut yang lebam. Dilihat sekilas, sudah pasti Alexei telah dihajar habis-habisan.‘Kenapa Dan Theo sampai melakukan ini? Dia … dia selalu menyiksa seseorang,’ geming Annelies dengan mata gemetar.Sensasi tegang merayapi wanita itu. Jika dipikir-pikir, bukankah Dan Theo terlalu kejam memberi hukuman?‘Kak Alexei ….’ Tanpa sadar tangan Annelies menjulur, hendak menyentuh bahu supupunya itu. “Tolong beri aku air,” tukas Alexei yang seketika membuat tangan Annelies berhenti.‘Hah! Ternyata Kak Alexei masih sadar,’ batin Annelies menelan saliva dengan berat.Dirinya mundur beberapa langkah, tapi Alexei
“Kau ingat ‘kan? Dress ini?!” Dan Theo bertanya tegas.Sial, sensasi empedu seperti naik ke mulut Annelies hingga membuatnya mual.“I-ini … bukankah ini milikku?!” tuturnya mengenali dress itu.Ya, mana mungkin Annelies lupa. Itu adalah dress yang dia pakai saat Logan mengundangnya ke mansion Langford untuk acara jamuan. Itu juga hari pertama Alexei kembali ke San Carlo dan terjadi insiden tak terduga karena seorang antek Logan berani menusuk Annelies. Saat itu dress Annelies kebak darah, jadi dia meminta pelayan mansion Langford membuangnya. Tapi tak disangka, ternyata Alexei malah menyimpannya. Bahkan tanpa mencucinya!“Hah ….” Annelies mengembuskan napas cekatnya. “Kenapa Kak Alexei memiliki ini? Untuk apa?!”“Kau mengerti sekarang? Hanya bajingan gila yang menyimpan barang-barang seperti ini!” sahut Dan Theo dengan gigi terkatup.Emosi pria itu masih melekat, terlebih saat melihat getar ketakutan yang menggantung di mata istrinya. Dia benar-benar ingin melenyapkan sepupu brengsek
“Tidurlah dengan suami Annelies. Jika kau mengandung bayi Dan Theo, maka hubungan Annelies dan suaminnya akan hancur!” Alexei berkata tajam. Sungguh, Samantha tak menduga bahwa Alexei yang selama ini terlihat bermartabat malah memintanya melakukan hal kotor. Gadis itu menyeringai sembari mencibir, “aish, sial! Wajah tampan Paman menipu semua orang!”“Kenapa? Kau tidak suka dengan rencanaku?” Alexei menimpali.“Siapa yang bilang tidak suka? Apapun itu, aku akan melakukannya asal jalang seperti Bibi Annelies menderita!” sahut Samantha dengan sorot berang. “Selama ini dia selalu mengganggu hubunganku dengan Harvey. Aku jadi penasaran, bagaimana reaksinya jika ada perempuan lain masuk dalam rumah tangganya!”“Kau yakin bisa melakukannya? Mungkin ini akan merusak hidupmu juga,” Alexei berkata ragu. Apalagi dia putri Logan Langford. Bisa saja Logan mengusirnya karena Samantha merusak citra keluarga Langford.Alih-alih langsung menjawab, Samantha justru tertawa. Dia menyugar belahan rambu
“Jika seseorang tidak mau aku bergabung, maka aku tidak akan ikut, Kak Annelies. Terima kasih sudah menawariku.” Blair berujar penuh sindiran untuk Velos. “Kalau begitu permisi, kalian harus menikmati liburan di sini.”Wanita itu hendak mangkir, tapi Annelies langsung menahan tangannya.“Kenapa buru-buru? Lagi pula tidak ada yang menolakmu bergabung,” katanya.“Ya, kecuali satu orang, Kak!” sahut Blair yang terang-terangan menatap Velos.Pria tersebut malah menaikkan sebelah alisnya. Meski raut wajahnya datar, tapi seperti meremehkan Blair. Dan itu membuat sang wanita amat kesal.Annelies yang mengikuti arah tatapan Blair, lantas bertanya, “maksudmu Velos?”“Apa kau keberatan kalau Nona Blair bergabung?” tanya istri Dan Theo itu terang-terangan.Sebelum Velos menimpali, dia bisa merasakan tekanan dari Annelies. Bahkan saat dirinya melirik Dan Theo, Kaelus dan juga Cloe, semuanya seakan memintanya berkata tidak.“Aish, kalian benar-benar!” desis Velos yang lantas membuang pandangan. “K
“Oh? Bukankah Anda … adik Tuan Frans dari Cosmo Group?” ujar Annelies sambil merapatkan alisnya.Lawan bincangnya bangkit dengan senyum binar. “Ya, aku Blair. Senangnya, ternyata Kak Annelies masih mengingatku!”Annelies balas tersenyum.“Tentu saja saya ingat. Anda dan Tuan Frans sangat membantu saya saat itu. Terima kasih, Nona Blair,” katanya.Ya, pertama kali Annelies bertemu Blair ketika Frans membawanya ke rumah. Itu saat seseorang menyerang Annelies di penthousenya dan sang suami sedang sekarat di markas Ratz.“Ehei, tolong jangan bicara terlalu formal padaku. Aku ingin lebih dekat dengan Kak Annelies,” balas adik Frans tersebut.Maniknya bergulir pada Dan Theo di sebelah Annelies, lalu melanjutkan. “Omong-omong, siapa pria di samping Kak Annelies?”“Dia suamiku, Dan Theo,” sahut Annelies yang lantas menggandeng lengan pria itu.Dia tahu raut wajah Dan Theo berubah masam saat dirinya menyebut nama Frans tadi. Jadi Annelies berusaha meredam rasa cemburu suaminya tersebut.“Ah …
“Dasar mesum! Cepat pergi atau aku akan memanggil petugas keamanan!” Wanita itu mengancam tegas.Velos yang masih berdiri di dekat pintu seketika mengernyit heran.Tanpa mau mengalah, dia justru berkata, “harusnya Anda yang keluar. Ini kamar saya. Kenapa Anda bisa masuk ke sini?”Sang wanita mengerjap dengan manik lebar.“Apa kau gila? Sejak kapan ini jadi kamarmu, hah?!” decaknya yang lantas menyugar rambut basahnya dengan frustasi. “Hei, dengarlah bajingan mesum!”“Apa? Bajingan mesum?!” Velos menyatukan alisnya. “Nona—”“Kau pikir aku tidak bisa menghadapimu? Brengsek sepertimu harus diberi pelajaran agar tahu batasan. Jangan kau kira aku wanita lemah yang akan ketakutan dan tunduk padamu!” sambar wanita tersebut seraya mengangkat dagunya angkuh. “Aku akan hitung sampai tiga. Jika kau tidak keluar, maka kau akan menyesal!”Sorot matanya terpampang tajam, tapi entah mengapa malah serasa menantang Velos.“Menarik. Saya jadi penasaran, apa yang akan Anda lakukan, Nona?” tukas Velos kem
“Bagaimana bisa semuanya ada di sini?” Annelies bertanya dengan manik binar.Ya, di luar gedung L&F Company, Butler bersaudara sudah ada di sana. Bahkan Cloe juga. “Selamat atas pengangkatan Anda, Direktur. Ah, tunggu. Harusnya sekarang saya memanggil Anda, Nyonya Komisaris,” tutur Cloe seiring kedua alisnya yang naik ke atas. Annelies seketika tersenyum, lalu menimpali, “panggil senyamannya Anda, Nona Cloe.”“Tapi, kenapa semuanya berkumpul di sini?” Annelies bergantian melirik Kaelus dan Velos. Dan Theo yang berada di sebelahnya pun merengkuh pinggangnya dan lantas menjawab, “ke depannya kau pasti sibuk mengurus perusahaan. Sebelum itu, mari kita nikmati waktu bersantai dengan liburan bersama, istriku.”“Ah … jadi ini rencanamu?” sahut Annelies yang memicu sebelah alis suaminya terangkat. Dan Theo pun mendekati wajah sang istri sambil berbisik, “bukankah aku hebat dalam menyiapkan kejutan?”“Kau yang terbaik!” balas Annelies yang tak ragu mengecup pipinya.“Kenapa hanya di pipi?
Ekspresi binar di wajah Annelies seketika lenyap setelah menerima telepon. Jelas sekali ada sesuatu yang mengusiknya.Dan Theo yang penasaran pun bertanya, “ada masalah apa, istriku?”“Aku harus pergi. Tolong temani aku, Dan Theo,” sahut Annelies saat berpaling pada suaminya. Usai bersiap-siap, mereka lantas menuju L&F Hotel. Sudah lama Annelies tak mengunjungi hotel keluarganya tersebut. Hotel itu hampir bangkrut, tapi beberapa minggu terakhir managementnya telah diperbarui Lewis sebelum pemuda tersebut masuk penjara.Ya, jika saja Lewis menekuninya, mungkin L&F Hotel akan kembali berjaya. Sayangnya dia harus menjadi korban keserakahan Logan dan berakhir meregang nyawa.Begitu tiba di hotel tersebut, Annelies pun masuk sambil menggandeng lengan Dan Theo.“Selamat datang, Nyonya, Tuan,” tutur seorang Resepsionis menyapa. “Tuan Dave sudah menunggu di ruang VIP.”Benar, orang yang membuat Annelies datang ke hotel ini memang Dave. Padahal sebelumnya Annelies memutuskan tak ingin berhubu
“Katakan, Dan Theo! Apa maksudmu sebenarnya?!” Annelies menuntut penjelasan seiring nadanya yang kian menekan.Telinganya jelas mendengar bahwa Dan Theo ingin mengakhiri hubungan, tapi wanita itu tak mau berasumsi tanpa tau alasan di balik semua ini.Dengan wajah tegang, dia kembali berkata, “kau akan tetap diam?!”Tangannya meraih lembaran dokumen di meja. Sepasang alisnya seketika mendapuk saat membaca isinya.“Hah … ini?”“Robeklah!” Dan Theo menyahut tegas.Annelies kembali menatapnya. Ekspresi muramnya berangsur binar saat mendapati titah itu. Hingga tanpa ragu, Annelies pun merobek lembaran dokumen tersebut tepat di hadapan Dan Theo.“Hubungan kontrak kita resmi berakhir, Dan Theo. Mari kita mulai hubungan baru tanpa batas waktu!” tutur wanita itu memandang lekat.Ya, itu memang dokumen perjanjian satu tahun pernikahan mereka. Jika sesuai kontrak, maka harusnya Dan Theo dan Annelies akan berpisah. Tapi keduanya tak menyangka, dalam waktu sesingkat itu hubungan mereka jadi tak te
Alih-alih menjawab dengan ucapan, Dan Theo malah menawarkan lengannya agar digandeng sang istri.“Kalau kau sangat ingin tahu, ayo kita berangkat sekarang,” tuturnya dengan nada rendah.“Cih!” Annelies membalas dengan desisan. “Kau sangaja membuatku semakin penasaran, ya? Dasar kekanakan!”Meski mengejeknya, tapi tak bisa disangkal Annelies malah kian tertarik. Dia lantas merengkuh lengan sang suami dan berjalan mengikuti langkah panjangnya.Mereka pun menyusuri jalanan Linberg dengan mobil Dan Theo. Setelah cukup lama berkendara, pria itu menghentikan mobilnya di depan PeterSoul. Ya sebelumnya Dan Theo sudah membuat reservasi di restoran bintang michelin tersebut.Annelies yang semula melihat keluar jendela, kini berpaling pada Dan Theo lagi.“Di sini sangat sulit mendapat meja. Kapan kau memesan tempat?” tanyanya. “Tidak sesulit itu, karena ini diriku,” sahut Dan Theo seiring sebelah alisnya yang naik ke atas.Lawan bincangnya menyeringai tipis. Dia mengamati Dan Theo mengitari dep
***Esok harinya, Annelies mendatangi rumah tahanan Linberg untuk menemui Logan. Dia sengaja datang sendiri dan tidak memberitahu Dan Theo. Jelas sekali sang suami akan melarang jika tahu Annelies pergi ke sana. Namun, Annelies harus memastikan sesuatu.Begitu Logan muncul, Annelies hanya menatapnya dengan sorot dingin.‘Dunia sudah mulai menghukumnya, ya?’ batin Annelies mengamati wajah Logan yang babak belur.Ya, agaknya para narapidana telah menghajarnya habis-habisan.“Hah … sial! Apa kau datang untuk menertawakanku?!” Logan berkata dengan sorot tajamnya. “Jangan pikir kau sudah menang. Aku tidak akan lama berada di sini!”Alih-alih menjawab, Annelies malah memamerkan seringai tipis.“Sepertinya kau masih tidak sadar dengan kenyataan. Kau sudah tamat. Kau akan membusuk di penjara ini!” Annelies bicara dengan ekspresi penuh dendam.“Tutup mulutmu, jalang sialan!” Logan mengumpat seiring tangannya yang memukul kaca pembatas.Annelies yang berada di sisi seberang, malah semakin terse
Annelies mengikuti Grace ke taman di area gedung pengadilan. Mereka duduk bersebelahan, sementara Dan Theo menunggu tak jauh dari sana. Ya, pria itu sengaja memberi privasi agar kedua wanita tadi bisa bicara leluasa.“Katakan, aku hanya punya waktu sepuluh menit untukmu!” Annelies berkata dengan ketusnya.“Aku tahu kau pasti marah padaku karena—”“Marah? Siapa yang bilang aku marah?” Annelies menyambar ucapan Grace sebelum tuntas.Wanita itu berpaling pada Grace dengan ekspresi dinginnya. “Aku tidak marah, tapi lebih tepatnya aku membencimu!”Benar, meski Grace punya andil besar dalam penuntutan Logan, tapi Annelies juga membencinya karena dia sengaja menyembunyikan fakta.“Kau tau Ayah dibunuh, bahkan tinggal dengan pembunuhnya. Kau yang hanya diam, tidak ada bedanya dengan Kak Logan!” pungkas Annelies dengan leher tegang. Wajah Grace berangsur pucat, kata-katanya pun seperti tersangkut di tenggorokan saat melihat tatapan Annelies yang penuh dendam.Dia perlahan menundukkan pandang