“Tidak. Mereka tidak berhak mati sebelum kau menghukumnya!” Dan Theo berkata tajam.“A-apa? Kenapa aku harus menghukumnya?” sahut Annelies tak mengerti.Memang apa hubungan dirinya dengan mereka. Sebelumnya saja Annelies tak pernah melihat wajah orang-orang tersebut.“Bajingan-bajingan ini yang menyerang dan menggantungmu di atap gedung L&F Cosmetic!” Dan Theo mendecak dengan tatapan mematikan pada dua orang yang menggantung di atas.Dirinya menoleh pada Annelies dan lantas melanjutkan. “Mereka hampir membunuhmu. Sekarang hidup mereka tergantung pada caramu menghukumnya.”Ya, Dan Theo ingin antek-antek Logan itu merasakan hal yang sama, dengan apa yang mereka perbuat pada Annelies. Dia sengaja menggantung tangan antek-antek Logan itu di atap ruangan tersebut, usai anak buahnya menghajar habis-habisan. Sebab itu, mereka tak sadarkan diri dengan wajah lebam-lebam.Dan Theo melirik anak buahnya yang berjaga di sisi kiri dan lantas berkata, “buat mereka bangun!”“Baik, Big Boss!” sahut an
“Dan Theo, kau tidak akan menjawabku? Aku tau kau sedang menyembunyikan sesuatu dariku!” tukas Annelies menyidik.Pria di hadapannya tetap bungkam. Dan itu semakin membengkakkan rasa curiga Annelies. Situasi di antara mereka pun berubah tegang.Namun, detik berikutnya seseorang menyeru, “Dan Theo!”Annelies berpaling ke sumber suara. Ternyata itu Kaelus.“Oh, ternyata kau juga datang?” Lelaki gondrong itu tersenyum miring pada Annelies.Kaelus menghampiri mereka. Dari dekat, Annelies bisa melihat wajahnya yang masih bengkak akibat pukulan antek-antek Logan selama disekap.‘Kaelus terluka parah,’ batin Annelies mengerjap tegang.Dia tak tau saja jika pakaian lelaki itu dibuka, maka akan tampak bekas cambukan yang mengerikan. Namun, belum sampai Annelies buka suara, Kaelus malah menyodorkan botol minuman padanya.“Aku tidak tau kau datang. Jadi aku hanya membawa satu. Tenang saja, ini tidak beracun,” katanya.Annelies mengernyit saat Kaelus meraih tangannya dan menyerahkan minuman tadi.
‘Apa Dan Theo yang membawanya ke sini?’ Annelies menerka sambil mendapukkan alisnya.Dia membuka pintu lebih lebar, lalu berjalan masuk. Suara langkah sepatu hak tingginya yang menggema, sama sekali tidak mengusik Alexei yang duduk terikat di kursi.Mata lelaki itu tertutup kain hitam. Kemejanya tak berbentuk dengan kancing yang lepas di sana-sini. Bahkan wajahnya babak belur dengan sudut mulut yang lebam. Dilihat sekilas, sudah pasti Alexei telah dihajar habis-habisan.‘Kenapa Dan Theo sampai melakukan ini? Dia … dia selalu menyiksa seseorang,’ geming Annelies dengan mata gemetar.Sensasi tegang merayapi wanita itu. Jika dipikir-pikir, bukankah Dan Theo terlalu kejam memberi hukuman?‘Kak Alexei ….’ Tanpa sadar tangan Annelies menjulur, hendak menyentuh bahu supupunya itu. “Tolong beri aku air,” tukas Alexei yang seketika membuat tangan Annelies berhenti.‘Hah! Ternyata Kak Alexei masih sadar,’ batin Annelies menelan saliva dengan berat.Dirinya mundur beberapa langkah, tapi Alexei
“Kau ingat ‘kan? Dress ini?!” Dan Theo bertanya tegas.Sial, sensasi empedu seperti naik ke mulut Annelies hingga membuatnya mual.“I-ini … bukankah ini milikku?!” tuturnya mengenali dress itu.Ya, mana mungkin Annelies lupa. Itu adalah dress yang dia pakai saat Logan mengundangnya ke mansion Langford untuk acara jamuan. Itu juga hari pertama Alexei kembali ke San Carlo dan terjadi insiden tak terduga karena seorang antek Logan berani menusuk Annelies. Saat itu dress Annelies kebak darah, jadi dia meminta pelayan mansion Langford membuangnya. Tapi tak disangka, ternyata Alexei malah menyimpannya. Bahkan tanpa mencucinya!“Hah ….” Annelies mengembuskan napas cekatnya. “Kenapa Kak Alexei memiliki ini? Untuk apa?!”“Kau mengerti sekarang? Hanya bajingan gila yang menyimpan barang-barang seperti ini!” sahut Dan Theo dengan gigi terkatup.Emosi pria itu masih melekat, terlebih saat melihat getar ketakutan yang menggantung di mata istrinya. Dia benar-benar ingin melenyapkan sepupu brengsek
“Tidurlah dengan suami Annelies. Jika kau mengandung bayi Dan Theo, maka hubungan Annelies dan suaminnya akan hancur!” Alexei berkata tajam. Sungguh, Samantha tak menduga bahwa Alexei yang selama ini terlihat bermartabat malah memintanya melakukan hal kotor. Gadis itu menyeringai sembari mencibir, “aish, sial! Wajah tampan Paman menipu semua orang!”“Kenapa? Kau tidak suka dengan rencanaku?” Alexei menimpali.“Siapa yang bilang tidak suka? Apapun itu, aku akan melakukannya asal jalang seperti Bibi Annelies menderita!” sahut Samantha dengan sorot berang. “Selama ini dia selalu mengganggu hubunganku dengan Harvey. Aku jadi penasaran, bagaimana reaksinya jika ada perempuan lain masuk dalam rumah tangganya!”“Kau yakin bisa melakukannya? Mungkin ini akan merusak hidupmu juga,” Alexei berkata ragu. Apalagi dia putri Logan Langford. Bisa saja Logan mengusirnya karena Samantha merusak citra keluarga Langford.Alih-alih langsung menjawab, Samantha justru tertawa. Dia menyugar belahan rambu
“Kau mau aku menjelaskan lebih detail? Jadi maksudku, ayo kita membuat seorang anak yang mirip dengan—”“Dan Theo!” Annelies buru-buru menyambar dan membungkam mulut sang suami dengan tangannya.Dia melirik kanan-kiri, memastikan para anak buah Dan Theo tidak memperhatikan mereka.Dirinya kembali menatap tajam suaminya seraya berbisik, “kau gila? Kenapa membicarakan hal seperti ini di depan mereka? Bagaimana kalau mereka mendengarnya?!”“Em ….” Dan Theo merengkuh tangan Annelies agar menjauh dari mulutnya. “Jadi kau ingin membicarakan hal ini saat kita sedang berdua saja? Yah, aku sih tidak keberatan.”Sial, tanpa sadar wajah Annelies memerah. Tapi ini bukan saatnya tersipu ‘kan?“Bagaimana bisa kau mengatakannya dengan wajah seperti itu?” Annelies menyahut tegas.Dia hendak menarik tangannya, tapi sang suami malah menahannya lebih kuat. Bahkan tanpa diduga, Dan Theo menggigit lembut telapak tangan Annelies, hingga memicu manik wanita itu membesar. “Hei, apa yang kau lakukan?!” Annel
“Tolong dengarkan. Aku akan menjelaskan semuanya, Annelies,” tutur Alexei dengan tatapan sendu. Annelies merinding melihat ekspresi itu. Dia kini tau bahwa Alexei sangat manipulative. “Apa lagi yang mau kau katakan? Aku—” “Aku selalu memikirkanmu selama di luar negeri!” Alexei langsung menyambar hingga memicu kening Annelies mengernyit. Lelaki itu melangkah lebih dekat, lalu melanjutkan. “Aku tau mungkin ini terdengar konyol, tapi hatiku tidak bisa berbohong. Aku sengaja pergi ke luar negeri agar bisa menghilangkan rasa ini padamu. Aku kira ini cara yang tepat, ternyata aku salah. Ke mana pun, dan seberapa jauh aku pergi, kau masih memenuhi hatiku, Annelies.” “Kak Alexei, sepertinya kau salah paham. Itu hanya rasa sayang seorang Kakak pada adiknya!” sahut Annelies memicing tegas. “Tidak, Annelies! Aku sangat memahami diriku!” Alexei membalas dengan tatapan nanar. Manik Annelies pun gemetar, terlebih saat Alexei tiba-tiba merengkuh tangannya, lalu mengarahkan ke dadanya. “Kau me
“Tuan Kaelus, rupanya benar Anda!” tutur Cloe tersenyum.Sang lelaki menurunkan jendela mobilnya dan lantas bertanya, “bukankah kau tadi sudah pergi dengan taksi?”Ya, Cloe tak sengaja melihat Kaelus saat melewati mobil lelaki itu. Dirinya penasaran apakah matanya benar, sebab itu Cloe kembali turun dan menghampiri langsung. “Jadi Anda melihat saya?” balas wanita itu menaikkan kedua alisnya.Kaelus berdehem. Dia membuang pandangan, lalu menjawab dingin. “Hanya kebetulan.” “Ah, begitu,” sahut Cloe yang senyumnya pudar. Dia menyelipkan rambut ke telinga dengan canggung, lalu berkata lagi. “Saya senang Anda kembali dengan selamat. Bagaimana keadaan Anda? Apa saat itu Anda terluka?”“Tidak. Kau lihat sendiri aku baik-baik saja,” sahut Kaelus yang tanpa sadar berucap sinis.“Ah, ya … syukurlah Anda baik-baik saja.” Cloe menyahut dengan senyum kaku. Dia berpikir sudah membuat Kaelus tidak nyaman. Hingga dia pun mundur beberapa langkah. “Saya hanya memastikan keadaan Anda. Maaf sudah me
Dari sisi Jesslyn, dirinya bisa melihat Annelies yang tertegun ke arahnya. Reaksi wanita itu semakin membuatnya girang. ‘Aku akan tunjukan, siapa pemilik pria ini yang sebenarnya!’ batin Jesslyn penuh ambisi. Meski sejak awal Dan Theo menolaknya, tapi Jesslyn malah merengkuh leher pria itu dan memberikan lumatan manja. Hingga detik berikutnya, Dan Theo langsung mendorong wanita tersebut menjauh. “Hentikan semua ini, Jesslyn. Aku tidak peduli jika Organisasi—”“Aku mencintaimu, Theodore!” Jesslyn menyahut tegas. “Sejak awal keluarga kita menginginkan hubungan ini. Jadi hentikan pernikahan palsumu, lalu kembali ke Sociolla bersamaku. Aku bisa memberikan apapun yang kau butuhkan, dari pada istri main-mainmu itu!”Irisnya melirik Annelies yang jauh di belakang Dan Theo. Dan saat sang pria menoleh ke arah tatapan Jesslyn, dia baru menyadari bahwa istrinya ada di sana. Netra Dan Theo melebar cemas, begitu melihat lengan wanita itu berlumuran darah.“Annelies?” gumam Dan Theo tertegun.Di
“Theodore, harusnya bukan wanita itu yang pertama kali kau cemaskan!” Jesslyn berujar dengan sorot mata tajamnya.Dia manjatuhkan puntung rokoknya, lalu menginjak dengan ujung sepatu hak tinggi merahnya. Iras muka wanita tersebut tampak kesal.Begitu mengangkat pandangan, Jesslyn lantas melanjutkan. “Kau tahu apa saja yang sudah aku lakukan untuk datang ke San Carlo?!”“Aku tidak pernah memintamu datang,” sahut Dan Theo acuh tak acuh.“Itu karena kau tak mau pernikahanmu dengan wanita sialan itu terbongkar!” Jesslyn menyambar disertai alisnya yang berkedut.Emosi Jesslyn membengkak mendapati reaksi pria tersebut. Padahal dia rela menanggung hukuman apapun dari sang ayah hanya untuk menemuinya. Bahkan Dan Theo tahu itu.Jesslyn menyugar belahan rambut pirangnya, lalu berkata penuh umpatan, “aish, sial! Kau pikir aku bodoh? Aku tunanganmu, Theodore. Kau tahu betul risiko yang akan terjadi pada Organisasi Caligo jika pernikahanmu sampai di telinga ayahku!”Kaelus yang mendengar pertikaia
“Berhenti membual! Apapun yang kau katakan, tidak akan mengubah hubunganku dengan Dan Theo!” Annelies berkata amat tegas.Ya, meski terkejut, tapi Annelies tak bisa percaya pada Jesslyn yang merupakan orang asing.Namun, tekad Annelies tampak seperti lelucon bagi Jesslyn. Wanita itu terkekeh, bahkan semakin lama tawanya malah menggelegar, sungguh mengejek Annelies.“Hah … ternyata kau sangat bodoh!” Jesslyn mencibir disertai sorot mata sinisnya. “Ya, kau yang orang biasa memang tidak tahu aturan dunia kami. Jadi aku akan memberimu satu kesempatan, Annelies Langford!”Sang pemilik nama tertegun. Jika Jesslyn menyebut namanya, berarti dia sudah mengorek tentang kehidupan Annelies.Jesslyn pun melipat kedua tangan ke depan dada, lalu melanjutkan. “Wanita sepertimu hanya dimanfaatkan Theodore sebagai jembatan untuk membal
“Hah!” Annelies tersentak saat percikan api mengenai kakinya.Sensasi tegang sekejap menjalar ke tubuhnya, sebab semakin lama dia merasa semakin panas. Dugaannya pun makin kuat bahwa di sekitarnya memang terbakar.‘A-aku harus cepat melepas ikatan ini!’ batin wanita itu penuh tekad.Annelies berupaya menggesek tali tambang yang mengikat tubuhnya di pilar, tanpa tahu kalau di hadapannya seseorang sedang membakar kayu untuk api unggun.Ya, di aula gedung tua yang besar itu tak ada penerangan sedikit pun. Lelaki bertubuh gempal terus menambah beberapa kayu bakar, agar api tetap menyala untuk menghangatkan badan.Dia melirik Annelies seraya mencibir, “sebaiknya kau simpan tenagamu. Jangan lakukan hal bodoh karena itu sia-sia!”Annelies tertegun.“Siapa kau sebenarnya? Kenapa kau menculikku? Siapa yang menyuruhmu?!” decaknya memberondong tanya.Dia sudah sering mengalami situasi seperti ini. Jadi Annelies akan memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Dirinya sengaja memecah fokus lawannya agar m
‘Tidak, Annelies!’ Dan Theo membatin tegang saat melihat outer istrinya di dalam mobil.Rasa cemasnya membengkak. Dia menilik semua sisi mobil yang semakin jatuh ke dasar danau. Dan Theo bahkan berupaya keras membuka bagasi mobil tersebut. Memang sulit, tapi pria itu terus menghantamkan tinjunya, hingga bisa terbuka.Namun, sialnya Annelies juga tak ada di sana. Padahal jelas-jelas system pelacak menunjukkan istrinya di danau De Forte. Bahkan Dan Theo menemukan outer pakaiannya. Lalu di mana Annelies sekarang?Dan Theo pun kembali berenang ke permukaan. Dengan tubuh basah kuyup, dirinya berjalan ke daratan.Sementara di dekat mobil, Kaelus sedang berjongkok sambil menerangi tanah dengan senter ponselnya. Tangan pria itu menjulur ke bawah mobil, tampak mengambil sesuatu.‘Dapat juga!’ seru Kaelus dalam batin.“Apa yang kau lakukan?” Dan Theo bertanya dari belakang.Kaelus berpaling. Dia lantas bangkit, lalu menunjukkan cincin dengan mata berlian mungil yang pernah digarapnya. Ya, Kaelu
“Kau sudah bangun?” Lelaki bermasker hitam itu mencibir sengit saat melihat kaca kecil di atas mobilnya. “Aish, sial! Harusnya aku memakai obat yang lebih kuat. Padahal aku sudah membayar mahal, tapi bajingan itu menipuku!” Mendengar itu, tatapan Annelies berubah kian tajam. Dia berupaya melepas tali dan menendang-nendangkan kakinya, tapi hasilnya nihil. Lelaki tadi mendesis, lalu berkata, “sebaiknya diam dan jangan buang tenagamu. Lagi pula kau tidak akan selamat!” Dada Annelies bergemuruh tegang. Napasnya juga jadi tak beraturan. Dalam kalut, tangannya tak sengaja menyentuh cincin di jari manisnya. ‘Aku harus tenang. Aku yakin Dan Theo bisa menemukanku. Dia akan datang, seperti biasanya. Aku percaya padanya,’ batin wanita itu dengan manik gemetar. Dia terus meyakinkan diri, sebab Dan Theo pernah berjanji bahwa dia tak akan membiarkan Annelies dalam bahaya. Sementara di sisi lain, suaminya itu masih mengejar dengan penuh tekad. Dan Theo menambah laju mobilnya. Bahkan dengan lih
***“Oh? Tuan Dan Theo, kenapa turun sendiri? Di mana Kak Annelies?” Blair bertanya kala melihat pria itu mendatangi area kolam renang.Cloe yang berdiri di sebelahnya, juga penasaran. Namun, raut wajah Dan Theo terpampang lebih bingung.“Bukankah Annelies sudah turun lebih dulu?” tukas pria tersebut bertanya.“Benar, Nona Annelies tadi bersama kami. Tapi setelah menata minuman, beliau pergi dan bilang ingin memanggil Anda. Apa kalian tidak bertemu?” Cloe menimpali.Lawan bincangnya mengernyit seraya menjawab, “kami tidak bertemu. Kapan dia pergi?”“Baru saja.”Dan Theo pun menyatukan alisnya. Jika Annelies memang kembali ke kamar, harusnya mereka berpapasan. Dan sial, pria itu tak bisa langsung menghubunginya sebab ponsel Annelies tadi tertinggal di kamar. Bahkan kini Dan Theo membawakan benda pipih itu untuknya.“Kalau begitu saya akan menyusulnya,” tutur Dan Theo kemudian.Pria tersebut kembali masuk. Namun saat tiba di depan lift, perasaannya mulai tak tenang.‘Hanya ini lift pali
“Jika seseorang tidak mau aku bergabung, maka aku tidak akan ikut, Kak Annelies. Terima kasih sudah menawariku.” Blair berujar penuh sindiran untuk Velos. “Kalau begitu permisi, kalian harus menikmati liburan di sini.”Wanita itu hendak mangkir, tapi Annelies langsung menahan tangannya.“Kenapa buru-buru? Lagi pula tidak ada yang menolakmu bergabung,” katanya.“Ya, kecuali satu orang, Kak!” sahut Blair yang terang-terangan menatap Velos.Pria tersebut malah menaikkan sebelah alisnya. Meski raut wajahnya datar, tapi seperti meremehkan Blair. Dan itu membuat sang wanita amat kesal.Annelies yang mengikuti arah tatapan Blair, lantas bertanya, “maksudmu Velos?”“Apa kau keberatan kalau Nona Blair bergabung?” tanya istri Dan Theo itu terang-terangan.Sebelum Velos menimpali, dia bisa merasakan tekanan dari Annelies. Bahkan saat dirinya melirik Dan Theo, Kaelus dan juga Cloe, semuanya seakan memintanya berkata tidak.“Aish, kalian benar-benar!” desis Velos yang lantas membuang pandangan. “K
“Oh? Bukankah Anda … adik Tuan Frans dari Cosmo Group?” ujar Annelies sambil merapatkan alisnya.Lawan bincangnya bangkit dengan senyum binar. “Ya, aku Blair. Senangnya, ternyata Kak Annelies masih mengingatku!”Annelies balas tersenyum.“Tentu saja saya ingat. Anda dan Tuan Frans sangat membantu saya saat itu. Terima kasih, Nona Blair,” katanya.Ya, pertama kali Annelies bertemu Blair ketika Frans membawanya ke rumah. Itu saat seseorang menyerang Annelies di penthousenya dan sang suami sedang sekarat di markas Ratz.“Ehei, tolong jangan bicara terlalu formal padaku. Aku ingin lebih dekat dengan Kak Annelies,” balas adik Frans tersebut.Maniknya bergulir pada Dan Theo di sebelah Annelies, lalu melanjutkan. “Omong-omong, siapa pria di samping Kak Annelies?”“Dia suamiku, Dan Theo,” sahut Annelies yang lantas menggandeng lengan pria itu.Dia tahu raut wajah Dan Theo berubah masam saat dirinya menyebut nama Frans tadi. Jadi Annelies berusaha meredam rasa cemburu suaminya tersebut.“Ah …