Bukan Istri, Hanya Wanita Kesayangan Pak Boss

Bukan Istri, Hanya Wanita Kesayangan Pak Boss

last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-10
Oleh:  WulansOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
54Bab
2.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

Setelah sekian lama, Risa akhirnya jatuh cinta kembali. Sayangnya, dia jatuh cinta pada Sang Bos yang telah beristri. Kisah terlarang mereka pun dimulai saat perasaannya bersambut. Meski bahagia, apakah Risa akan mengakhiri kisah ini atau rela terus menjadi bayangan asal terus bersama dengan pria yang dia cintai?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Wanita Bayangan Pak Bos

"Mas, untuk malam ini saja bisakah kamu tinggal lebih lama?"

Arya menghela napas dalam. Setelah memastikan pakaiannya rapi, dia berjalan dan menarik tubuh ramping Risa dalam dekapan hangat yang selalu membuat gadis itu candu.

"Maaf, Risa. Untuk malam ini, aku harus kembali. Tapi, aku berjanji satu minggu lagi kita akan pergi ke Maldives dan menghabiskan waktu di sana. Hanya berdua! Kamu dan aku," bisik Arya lembut.

"Janji?"

"Ya, aku berjanji," jawabnya sambil tersenyum.

Arya pun pergi sedangkan Risa hanya mampu menatap lelaki itu menghilang dari balik pintu tanpa sanggup menahannya walau hanya sedetik saja.

Kamar yang sempat hangat karena gelora asmara yang membara di antara mereka kini kembali dingin dan sunyi.

"Ah, andai Mas Arya milikku seutuhnya," batin Risa penuh harap.

Namun, akal pikirannya menolak. Mungkinkah bosnya itu dapat menjadi miliknya? Seketika, ia terbayang wajah istri bosnya dan juga sahabat baiknya.

"Nazwa, maafkan aku," lirih Risa.

****

[Risa, bisakah pagi ini kamu datang ke rumahku?] Sekilas isi pesan yang Nazwa kirimkan pagi ini.

Risa mendengus lalu melemparkan ponsel ke atas ranjang dan memilih untuk mandi tanpa membalas pesan terlebih dahulu.

Sebenarnya, Risa sangat malas ketika diminta harus pergi ke sana. Bila sudah berada di sana, mau tidak mau, ia harus menyaksikan kemesraan Arya dan Nazwa tepat di depan matanya. Tentu saja, itu akan selalu berakhir dengan dia menahan rasa cemburu.

Risa masih ingat jelas ketika terakhir kali berkunjung ke sana: Arya tengah menyuapi Nazwa dan sesekali mengecup punggung tangan Istrinya itu dengan sangat romantis. Ia cemburu, tetapi dia bisa apa? Ia hanya mampu diam dan menangis di dalam hati.

Namun, dia juga tidak punya alasan untuk menolak ke rumah sahabatnya itu. 

[ Baiklah. Tunggu, aku, ya.] balas Risa pada akhirnya.

*****

"Hai, Risa! Kamu sudah datang," ucap Nazwa ketika Risa baru saja memasuki kediamannya yang mewah.

"Hai! Apa kabar, Nazwa?" tanya Risa sambil memeluk tubuh sang sahabat.

"Aku merasa lebih sehat hari ini. Terima kasih sudah menyempatkan datang pagi ini." Nazwa mengurai pelukan lalu menggenggam tangan Risa.

"Syukurlah aku bahagia mendengarnya." Risa tersenyum ramah seperti biasanya, dan sesekali melirik ke arah Arya yang selalu tampan.

"Oh, ya hampir lupa! Aku punya hadiah untukmu," pekik Nazwa menganggetkan Risa. 

"Hah, hadiah? Apa kamu lupa kalau ulang tahunku masih lama, Nazwa."

"Memangnya, jika seorang sahabat ingin memberikan hadiah harus menunggu ulang tahun dulu?" 

"Ah iya kita kan sahabat," ungkap Risa dengan nada lirih di akhir kalimat.

Risa tersenyum getir mendengar ucapan Nazwa. Ada perasaan tidak nyaman mendengar kata sahabat. Terlebih, dia telah "mencuri" suami sahabatnya sendiri.

"Hehehe... Sayang, aku mau ambil hadiah untuk, Risa," ucap Nazwa sambil menyentuh tangan Arya.

"Biar aku saja yang bawa hadiahnya nanti. Sekarang, aku antar kamu langsung ke taman ya," ucap Arya sambil membelai lembut wajah pucat Nazwa.

Risa memalingkan wajah. Hal remeh seperti itu pun membuat rasa cemburu di dalam dadanya tak terkendali.

"Yuk Risa," ajak Nazwa lembut, Risa hanya menganggukan kepala lalu mengikuti sepasang suami istri itu dari arah belakang.

Arya mendorong kursi roda Nazwa dengan sangat hati-hati. Bahkan, saat mereka sampai di taman, Arya membopong tubuh Nazwa dan mendudukannya di kursi taman dengan telaten. 

"Risa, kamu mau teh?"

"Boleh," jawabnya sambil tersenyum.

Perlahan, Nazwa menuangkan teh jasmine pada cangkir. Namun, karena tangannya yang terus bergetar, teh itu tumpah dan mengenai rok yang dikenakan Risa.

Risa terperanjat sedangkan Nazwa seketika panik lalu menjerit.

"Ya ampun, Risa maafkan aku!" pekik Nazwa dengan raut wajah penuh penyesalan.

"Tidak apa-apa, Nazwa aku baik-baik saja." Risa mencoba untuk menenangkan sambil memeluk tubuh Nazwa.

Namun, usahanya sia-sia Nazwa tetap histeris sambil terus meminta maaf kepada Risa. Beruntung, Arya segera memeluk tubuh Nazwa. Ajaib, sahabat Risa itu langsung tenang saat itu juga! Arya pun segera membopong masuk ke kamar dan merebahkan tubuh ringkih sang istri di ranjang.

"Maafkan aku, Risa," lirih Nazwa.

Risa menggenggam tangan dingin Nazwa dengan erat, "Aku gak kenapa-kenapa kok, Nazwa."

"Tapi rokmu basah."

"Tidak apa-apa, aku bisa pulang dan mengganti baju."

"Tapi—"

Melihat sang istri yang mulai panik, Arya mendekati Nazwa, dan membelai lembut rambut sang istri. "Sayang, sudah ya aku bisa membelikan rok baru untuk, Risa. Sekarang, kamu istirahat saja jangan terlalu banyak pikiran," ucapnya penuh perhatian.

"Benarkah?" 

"Iya Sayang. Ya, sudah kami berangkat dulu." Arya mencondongkan tubuh lalu mengecup kening Nazwa mesra.

Sementara itu, Risa memutuskan untuk meninggalkan kamar terlebih dahulu. Dia tak tahan melihat pemandangan romantis pasutri tersebut.

"Sayang, jangan lupa hadiah untuk sahabatku!"

Langkah Risa terhenti saat hendak mencapai pintu. Lagi-lagi, istri Arya itu menyebut dirinya sebagai sahabat. 

"Risa?" panggil Arya.

Ia terperanjat mendengar sapaan itu dan segera menghapus air mata yang sempat mengalir di pipi.

"Iya, Pak. Maafkan aku malah melamun,"

"Iya, tidak apa-apa. Ya, sudah ayo kita pergi."

Risa mengangguk lalu memutar tubuh ke arah Nazwa melambaikan tangan sebelum ia benar-benar keluar dari kamar. Sempurna! Drama mereka sempurna. Entah sampai kapan dapat mengelabui Nazwa?

Sesak, Risa berlari menuju taman meraih tas dan berniat untuk langsung meninggalkan rumah itu. Namun, Arya menahan pergerakannya dan menarik tubuh Risa menuju sebuah paviliun yang terletak tak jauh dari taman.

"Apa yang, Anda laku—" ucapan Risa terputus saat Arya lebih dahulu mengecup bibir tipis Risa.

"Maaf, sudah membuatmu tak nyaman berada di dekat, Nazwa," bisik Arya lembut.

Embusan napas Arya di telinganya serta aroma maskulin yang berasal dari tubuh pria itu membuat Risa mengigit bibirnya sendiri.

"Bolehkah aku saja yang mengigit bibir seksimu itu?" goda Arya saat ia melihat reaksi Risa.

Refleks Risa menengadahkan kepala, tatapan mata keduanya beradu. Iris sekelam malam itu pun mampu membuat Risa tenggelam dalam pesona seorang Arya. Perlahan, Risa memejamkan mata saat Arya semakin mendekatkan wajahnya. Sentuhan lembut di bibir se merah delima itu pun mampu membuat Risa melayang.

"Apa kamu menginginkan lebih?" bisik Arya saat ia melepaskan ciumannya dan mendengar desah halus lolos dari bibir seksi Risa.

Risa membuka mata pipi putih mulusnya seketika merona mendengar godaan itu.

"Andai saja ini di rumahku, maka aku kan meminta lebih. Aku sangat ...." Risa menghentikan kata-katanya dan diakhiri desahan.

Arya memejamkan mata sesaat, mencoba mengendalikan diri. "Kamu nakal, Risa! Nanti malam, aku akan membuatmu terjaga sampai pagi," ungkap Arya sambil menarik tubuh seksi Risa ke dalam dekapannya. 

"Baiklah, aku jadi tak sabar," balasnya sambil mengedipkan sebelah mata. Ia pun melepaskan diri dari dekapan Arya, lalu berjalan keluar paviliun. 

Sedangkan Arya masih berada di paviliun sambil terus menatap tubuh Risa yang berjalan dengan sangat anggun--membuat sesuatu di balik celananya menegang. 

"Maaf, Nazwa. Tapi, sahabatmu itu selalu membuatku penasaran!" Senyum tipis tersungging di wajah pria pemilik hati dua sahabat itu.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
54 Bab
Wanita Bayangan Pak Bos
"Mas, untuk malam ini saja bisakah kamu tinggal lebih lama?" Arya menghela napas dalam. Setelah memastikan pakaiannya rapi, dia berjalan dan menarik tubuh ramping Risa dalam dekapan hangat yang selalu membuat gadis itu candu. "Maaf, Risa. Untuk malam ini, aku harus kembali. Tapi, aku berjanji satu minggu lagi kita akan pergi ke Maldives dan menghabiskan waktu di sana. Hanya berdua! Kamu dan aku," bisik Arya lembut. "Janji?""Ya, aku berjanji," jawabnya sambil tersenyum. Arya pun pergi sedangkan Risa hanya mampu menatap lelaki itu menghilang dari balik pintu tanpa sanggup menahannya walau hanya sedetik saja. Kamar yang sempat hangat karena gelora asmara yang membara di antara mereka kini kembali dingin dan sunyi. "Ah, andai Mas Arya milikku seutuhnya," batin Risa penuh harap. Namun, akal pikirannya menolak. Mungkinkah bosnya itu dapat menjadi miliknya? Seketika, ia terbayang wajah istri bosnya dan juga sahabat baiknya."Nazwa, maafkan aku," lirih Risa.****[Risa, bisakah pagi i
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-09
Baca selengkapnya
Kesempatan
Akibat insiden teh yang tertumpah itu, Nazwa bersikeras meminta sang suami untuk membelikan baju untuk Risa. Setelah menyetujui permintaanya, pasangan gelap ini pun segera menuju butik langganan para artis, istri pengusaha, dan para istri pejabat. Dulu, sebelum Nazwa jatuh sakit dan lumpuh. Hampir setiap minggu ia mengajak Risa untuk shopping di butik itu. Tapi, kini? Nazwa bahkan membiarkan suaminya pergi dengan Risa ke butik walaupun bersama supir dan juga asisten pribadi Arya di depan. Suasana di mobil terasa begitu canggung, tidak ada percakapan antara Risa ataupun Arya. Mereka tampak sibuk dengan ponselnya, dan hanya sesekali saling mencuri pandang. "Ayo, Risa!" ajak Arya sambil berjalan mendahului setelah mobil mereka tiba di halaman butik."Haruskan kita, ke sini?" Risa berbisik dan sesekali melirik ke dua penggangu di mobil depan, takut jika mereka mendengar ucapannya."Tidak usah cemas, tidak akan ada yang curiga," jawabnya tanpa menoleh. Dengan langkah lesu, Risa mengiku
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-09
Baca selengkapnya
Part 3
"Geli, Mas Arya. Sudah cukup! Kita di kantor loh," tolak Risa saat Arya tiba-tiba memeluk dan menghujaninya dengan ciuman. Sekuat tenaga Risa mencoba untuk melepaskan diri dari dekapan Arya. Risa khawatir ada seseorang yang melihat mereka tengah bermesraan. "Sebentar saja, Risa. Aku mohon," ucapnya lirih dan terus memeluk dengan erat. Arya melepaskan pelukan, perlahan dia mengecup leher jenjang Risa hingga membuat desah lembut lolos dari bibir semerah delima itu. "Hanya kamu yang mampu menjadi peredam amarahku, Risa sayang," bisik Arya dengan napas yang menderu. Risa hampir terbuai dengan sentuhan demi sentuhan yang dirasakannya. "Mas, ah, kamu membuatku basah," desah Risa menggoda. Merasa keinginannya akan bersambut, dalam sekali ayun Arya mengangkat tubuh Risa dalam gendongannya. Dia menghempaskan tubuh sang kekasih ke sofa, dan membuat Risa berada dalam kungkungannya. Perlahan Arya membelai wajah cantik yang kini berada tepat di hadapannya, gairah Arya semakin tertantang sei
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-09
Baca selengkapnya
Part 4
Nazwa masih belum percaya dengan kenyataan yang baru saja ia ketahui. Selama ini, dokter pribadi yang merawatnya adalah seorang dokter perempuan. Maka, saat Nazwa melihat Dika yang akan menggantikan Dokter Sarah membuat ia sedikit merasa canggung. "Sayang, aku ingin bicara kepada, Ayah," ungkap Nazwa dengan sorot mata sendu. "Untuk apa? Sudah tidak apa-apa. Ayah pasti tahu apa yang terbaik untuk, Putrinya," ungkap Arya sambil merebahkan tubuh ringkih Nazwa di ranjang. Arya menempatkan dirinya tepat di sebelah Nazwa, meskipun saat ini amarah hampir membakar sebagian hatinya. Namun, dia berusaha tetap tenang di hadapan Nazwa, dan bertingkah seolah semuanya baik-baik saja. "Tapi, apa kamu yakin?" tanya Nazwa ragu. "Kamu tahu kan bagaimana sifat, Ayah?"Nazwa terdiam, tentu saja ia tahu bagaimana sifat sang ayah yang jika telah memutuskan satu hal pantang sekali untuk kembali menarik keputusannya. "Maaf, jika mulai besok kehadiran, Kak Dika membuatmu tak nyaman," ucap Nazwa parau.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-09
Baca selengkapnya
Part 5
Berulang kali Risa menatap pantulan dirinya pada cermin. Mengenakan baju tidur transparan dengan belahan dada rendah membuatnya tampak begitu seksi, dan menggoda. Namun, Risa menyadari ada satu hal yang mengganjal di dalam hatinya. Risa terdiam. Selama satu tahun berkencan dengan Arya ini adalah kali pertamanya menginap di rumah itu dengan status kekasih bayangan Arya. Risa bimbang di antara dua pilihan, menyenangkan kekasihnya atau menghargai Nazwa yang pernah menjadi sahabat terbaiknya. "Wah, kamu seksi, Sayang.""Mas Arya!" pekik Risa, ia buru-buru berlari ke arah pintu. Menarik lengan Arya lalu mengunci pintu. Risa menatapnya selintas, lalu berbalik tak mengacuhkan Arya yang tampak bagaikan singa yang siap menerkam mangsanya. "Hei, kemarilah."Namun, Risa tetap tak acuh terhadap Arya. Ia memilih untuk berjalan menuju jendela yang menghadap langsung ke arah taman. Arya tertawa melihat reaksi Risa yang tak seperti biasanya, "Kamu kelihatan kesal, ada apa?"Sesuatu yang lembut m
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-09
Baca selengkapnya
Part 6
Nazwa mengatupkan mulutnya saat mendapati pemandangan yang cukup mengejutkan. Dika bersama Nazwa dalam satu kamar yang sama, terlebih Risa hanya mengenakan handuk membuat sebuah prasangka tersendiri dalam benak Nazwa. "Ma-maaf aku sudah mengganggu. Lanjutkan saja, dan jangan lupa tutup pintu kamar," ucap Nazwa sambil mengulum senyum, lalu memberikan isyarat kepada pelayannya untuk segera mendorong kursi rodanya menjauh. Dika berdecak, dia beralih menatap Risa yang masih saja tak sadarkan diri. Dengan kesal dia membopong tubuh Risa, dan merebahkannya di ranjang. "Bangunlah jalang, dan katakan dengan siapa kamu bercinta!" "Hei, siapa yang kamu sebut jalang?!" pekik seseorang dari ambang pintu. Dika menegakkan tubuh lalu menghadap ke arah sumber suara, dua pria yang sama-sama berparas tampan itu pun saling beradu pandangan. "Apa masalah Anda, Tuan?" tanya Dika sambil menelengkan kepala. "Apa yang sudah kamu lakukan, kepadanya?"Masih dengan tatapan sinis, Arya melangkah mendekati
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-11
Baca selengkapnya
Part 7
Risa tersenyum sangat manis, tapi senyuman itu membuat Dika teramat sangat jijik. Dia terus mengumpat di dalam hati, terus merutuki kebodohannya yang dengan mudah masuk ke dalam drama yang diciptakan oleh Arya, dan Risa. "Wah, saya bahagia melihat pemandangan ini. Selamat untuk hubungan kalian," ucap Bramantyo sembari bangkit dari kursi lalu menepuk bahu Dika. Dika masih terdiam, dan saat Bramantyo sudah tak ada dalam jarak pandangannya dia langsung menghempaskan tangan Risa dari lengannya. "Nazwa, dengarkan saya, mereka telah bermain gila di belakangmu," ucap Dika sambil menggenggam tangan Nazwa. Nazwa terkesiap, ia menatap penuh tanya ke arah Arya. Melihat hal itu, Arya bergegas melepaskan genggaman tangan Dika. "Setelah menikmati malam panjang bersama, kamu tega fitnah kami? Apa kamu lupa bagaimana aku begitu kesakitan kamu paksa bercinta sepanjang malam?" ucap Risa lirih, bahkan ia pura-pura menangis. "Hei, jalang, apa yang kamu ucapkan!" pekik Dika, bahkan dia hampir menamp
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-11
Baca selengkapnya
Part 8
Risa sangat merindukan hadirnya Arya di setiap malam-malam panjang, yang acap kali membuatnya kesepian. Dan malam ini, harapannya akhirnya bersambut. Risa mencoba membayangkan apa saja yang akan terjadi malam nanti, dan hal itu membuatnya semakin tak sabar. "Aku akan membuatmu melayang, Mas," gumam Risa saat ia menatap dirinya dalam pantulan cermin. Seksi, cantik, dan menggoda. Kesan pertama yang akan selalu Risa tampilkan di hadapan Arya. Maka, saat Arya telah berada dalam dekapannya sudah dapat dipastikan lelaki itu akan terus terbuai dalam gelora yang tak berkesudahan. Risa bergegas ke arah pintu saat ia mendengar suara deru mesin mobil. Senyumannya merekah menatap sosok lelaki bertubuh tegap, dengan dagu terbelah yang membuat gelenyar-gelenyar rasanya semakin terpacu. Pintu terbuka. Tanpa malu-malu Risa berlari ke dalam dekapan Arya, "Kenapa lama sekali?" tanyanya manja. "Kamu sudah tak sabar, Sayang?" tanya Arya, sambil membalas dekapan Risa. Risa tersenyum dan mengangguk
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-11
Baca selengkapnya
Part 9
Gaun malam dengan belahan dada rendah, make-up bold, serta rambut yang dibiarkan terurai membuat Risa semakin memesona. Ia berjalan dengan anggunnya menuju tempat di mana pesta itu diadakan. "Selamat malam, Om," sapa Risa anggun kepada Bramantyo yang tengah menyapa tamu bersama Nazwa. Bramantyo terdiam, dia menatap penampilan Risa dengan dahi yang berkerut, begitupun dengan Nazwa yang menatapnya dengan tatapan aneh. "Sstt, Risa kemarilah," bisik Nazwa memberikan isyarat untuk mencondongkan tubuh. "Apa penampilanku aneh?" tanya Risa memastikan. Nazwa mengangguk, ia pun terkekeh saat melihat reaksi ayahnya yang tampak kesal melihat penampilan Risa. "Kamu, pergilah ke kamarku dan ganti pakaian dengan yang lebih tertutup," saran Nazwa berbisik. "Baiklah," ucap Risa mengiyakan, tanpa membuang waktu ia berjalan menjauh dari pesta. Namun, alih-alih mengganti pakaian Risa justru berniat membuat keributan. Ia berjalan menuju taman, merogoh petasan lalu hendak menyulutnya dengan korek a
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-11
Baca selengkapnya
Part 10
"Jangan harap bisa melarikan diri dari saya, bajingan!" "Ma-maafkan saya, Tuan."Namun, ungkapan maaf dari pelayan itu hanya membuat amarah Arya semakin memuncak. Arya mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, sadar jika posisi mereka tengah berada di tempat terbuka dia kembali menarik tubuh pelayan itu ke tempat yang dirasa aman. Gudang penyimpanan menjadi pilihan Arya, dibantingnya tubuh sang pelayan pada tumpukan kardus-kardus yang tersusun rapi. "Ampun, Tuan. Saya benar-benar tidak sengaja." Dia bersimpuh di hadapan Arya, memohon pengampunan. "Apa ada yang menyuruhmu untuk memata-matai kami?" selidik Arya, dan tak peduli dengan raut ketakutan pemuda di hadapannya. Pelayan itu mendongak, dia menatap Arya dengan sorot mata memelas. "Ti-tidak ada, Tuan. Saya hanya tidak sengaja lewat lalu merekam kalian," jawabnya tergagap. Arya menyeringai. Tiba-tiba dia telah berjongkok di hadapan pelayan itu sambil mencekiknya kuat. "Berikan ponselmu, jika kamu masih ingin hidup!""Po-ponsel
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-14
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status