-
Tentang peran utama, peran pengganti, dan watak tokoh antagonis yang sama-sama bisa hadir dalam satu pribadi diri. Tentang karakter manusia yang terlahir baik dan sempurna, lama-lama jadi ternoda karena lingkungan tidak tepat yang tumbuh bersamanya.
Kisah klasik ini berisi tentang perjuangan peran pengganti untuk mencapai satu peran utama yang paling penting dalam seluruh kehidupan manusia. Mengajarkan betapa pentingnya hidup sesuai takdir dan jalan lurus masing-masing.
Gengsi bukanlah segalanya. Cinta juga bukan hal yang harus selalu dijunjung tinggi untuk menggeser keegoisan seseorang. Yang terpenting adalah hidup nyaman dan aman dengan orang-orang terkasih. Orang-orang baik atau jahat yang tanpa sadar sedikit banyak membantu dalam hal kecil sekalipun.
Membuat Albi melupakan trauma masa lalunya. Menghadapi dengan berani kenyataan yang sudah ada di depan matanya. Kemudian terus menyembuhkan dirinya sendiri untuk menjadi manusia yang normal.
Juga Pena yang perlahan bisa terbuka dengan seseorang. Punya banyak teman yang saling pengertian. Hingga kasih sayang dari orang yang spesial. Kejelasan masa lalu keluarga yang perlahan terungkap akan mendatangkan kebahagiaan untuknya di akhir pernderitaan dan di awal kehidupan normalnya, nanti.
-
Prolog
-
Anggap saja Pena terlalu obsesi dengan film-film action seperti itu. Sampai-sampai Pena pernah kepikiran untuk selalu menjadi stuntman dalam kehidupannya. Heroik dalam membantu orang dan tidak terkalahkan dalam segala kesempatan dan atau oleh keadaan. Hampir sih, untung Pena masih ingat alasan ia dilahirkan di dunia ini. Tuhan sudah susah-susah merencanakan kehadiran Pena untuk menjalani skenario takdir buatan-Nya tapi Pena malah mau menjadi stuntman seumur hidup? Namanya cari bencana.
Mungkin kalian akan berpendapat kalau pemeran utama yang sesungguhnya adalah Minerva Anjani, bunga sekolah yang didambakan para adam di SMA Nufa. Sudah cantik, pintar, baik pula. Siapa yang tidak terpesona? Tidak ada.
Ya, kecuali satu sih. Bos besar Nufa.
Albino Syahrian.
Perawakannya tegap dan gagah. Walau tidak begitu mempunyai otot yang kerap diperlihatkan, bukan berarti Albi ini orang yang lemah. Julukannya saja Bos Besar Nufa, sudah bisa ditebak kalau Albi ini yang bisa menskakmat hampir seluruh penghuni Nufa. Kecuali lagi, Pena.
Pevita Natalia mungkin gadis cuek sejagat raya yang sayangnya menjadi saingan terjenius Albi dan Minerva. Perawakannya ideal dengan tinggi badan sesuai porsi gadis seusianya. Wajahnya bulat dan baby face. Memiliki hidung mungil yang mancung dengan alis yang tebal dan bulu mata pendek.
Albi, Pena, dan Minerva berlomba-lomba di papan peringkat paralel sekolah yang dari dulu tidak pernah berubah. Selalu saja Albi nomor 1, Pena nomor 2, dan Minerva nomor 3.
Mungkin kalian juga kaget seorang Pevita Natalia yang notabenenya berasal dari kelas troublemaker 11 IPS 5 mampu menduduki peringkat paralel 2 dari kelas 10. Namun begitulah kenyataannya Pena. Selain rajinー oh ralat, terpaksa rajin belajar, Pena juga gadis misterius yang menyimpan banyak rahasia tentang kehidupannya yang jauh dari kata biasa saja.
Ketiga orang jenius itu suatu ketika dihadapkan dengan situasi buruk, di mana mereka harus saling mengalahkan untuk mendapat gengsi yang besar. Kemudian drama percintaan segitiga juga mewarnai kehidupan SMA mereka. Kasus kriminal yang berujung pada kekacauan tiga keluarga sekaligus menjadi drama kehidupan yang hampir bisa dijadikan series saking alaynya ーmenurut Pena.
Pada awalnya, memang Minerva yang paling banyak disorot sebagai pemeran utama. Sedangkan Pena fer-fer saja menjadi pemeran pinggiran. Namun seiring berjalannya waktu, Pena sadar kalau hidupnya gak melulu untuk jadi stuntman. Dan berita buruknya, orang yang menyadarkan Pena akan hal itu adalah musuh terbesarnya, Albi.
"Menikmati peran utama dalam hidup itu penting."
Begitulah kata Albi. Ironisnya, pemuda jenius berwatak antagonis dan menyebalkan itu berhasil menyeret Pena keluar dari zona nyamannya sebagai stuntman selama 17 tahun. Kemudian mulai bertualang bersama Albi dalam menikmati peran utama di dalam kehidupannya.
Hingga akhirnya, Albi dan Pena sama-sama terjerembab ke dasar jurang kehidupan yang membuat mereka saling bergandengan tangan untuk bangkit dan mengungkap satu persatu misteri yang berkaitan satu sama lain.
Drama percintaan remaja yang memorable dan manis pada akhirnya menemukan ujung yang bahagia jika dituangkan ke dalam cerita. Mereka saling mencairkan gunung es di hati masing-masing. Saling memahami tipikal diri. Saling menjaga dan menyayangi. Puncaknya, penemuan jati diri yang hangat dan penuh dengan cinta.
-
-bab 1-Suasana di pagi hari ini terasa ramai dan sumpek. Banyak siswa-siswi yang memadati area lorong kelas 10 yang berhadapan langsung dengan lapangan utama. Sedangkan di lapangan utama yang berukuran 26 meter x 14 meter itu sedang penuh karena adanya pertandingan dadakan dari kelas yang melakukan jadwal olahraga pagi ini.Pena melepas kedua sepatu fantovelnya, kemudian ia berlari menatap satu titik ーatau, tokoh yang membuat kemarahan seketika memancar di wajah putihnya itu. Teman satu kelasnya, Abdi, sedari pagi tadi sudah menggoda Pena hingga membuat kemarahan gadis itu meninggi.Puncaknya, Abdi yang berdiri beberapa meter jauh dari Pena di
-bab 2-Pena menatap bingung sebelah sepatu fantovel di tangannya, kemudian ia beralih menatap Albi yang berdiri di ambang pintu kelas 11 IPS 5 berhadapan dengannya. "Kok sebelah doang?" tanyanya heran."Sebelahnya lagi dibuang Minerva di tong sampah. Lo mau make sepatu bekas buangan?" balas Albi santai dengan jujur. Karena sejatinya pemuda jenius itu tidak suka berbohong.Mata Pena melebar, kemudian geraman samar keluar dari mulut mungilnya. "Gak tau aja tuh anak lagi berurusan sama siapa," gumamnya marah sambil membuang sebelah sepatu fantovelnya ke sembarang arah. Yang nahasnya malah mendarat tepat di wajah teman satu kelasnya, Jeno.
-bab 3-Albi mengetuk-ngetukkan bolpoinnya ke atas meja makan sebuah restoran ternama di kota mentropolintan Jakarta. Sedari tadi ia sudah bosan berada di antara manusia-manusia gila yang ingin menjadikan anaknya sebagai syarat kerja sama alias penyatuan dan penguatan relasi dua perusahaan agar tetap berjalan lancar. Gila saja. Di antara 6 orang yang ada di ruangan private itu, hanya Albi dan kakak perempuannya, Alzhea, yang diam menyimakー diam-diam geram dan ingin pulang.Sebenarnya Albi sudah pusing terlibat dalam hubungan tidak jelasnya dengan keluarga si gadis tunangannya itu, apalagi embel-embelnya pertunangan bisnis. Albi sangat muak karena me
-bab 4-Pemuda itu masih mengenakan seragam putih abu dan almamater berwarna biru tua dan putih dengan logo SMA Nufa di dada sebelah kirinya. Di dada sebelah kanannya, terpasang nametag dengan ukiran nama Albino Syahrian.Rambutnya berantakan karena diterbangkan oleh angin malam. Sebelah tali tas ransel berwarna hitam polos bertengger di atas bahu kirinya. Sepatu PDH nya sudah kotor karena gesekan sol sepatu dengan trotoar yang membuat sepatunya menjadi kusam tertimbun debu.Angin malam yang dingin menerpa wajah putih Albi hingga membuatnya terasa agak kaku. Untung saja Albi masih dilindungi almamater yang cukup membuat dinginnya angin malam tak sepenuh
-bab 5-Pukul 11 malam kos khusus putri di komplek Pinangsia itu sudah sepi. Karena peraturan dalam kos menuliskan kalau penghuni kos dilarang keras pulang malam atau keluar malam. Bila sangat penting seperti menyangkut tugas negara sih boleh, tapi harus ijin dulu ke pemilik kos.Alasan di atas yang membuat Pena jadi was-was sekarang. Walau seluruh lampu utama kos sudah dimatikan, masih ada satu-dua titik cahaya dari lampu dinding pojok pintu yang sengaja dibiarkan menyala.Pena memang gadis yang memiliki kebiasaan unik. Setidaknya setiap jam 10 malam ia akan keluar ke supermarket s
-bab 6-Berani sumpah, Albi bahkan sudah lupa bagaimana wangi masakan ibunya saking lamanya mereka berpisah rumah karena Albi yang hanya ingin tinggal bersama kakak perempuannya, Alzhea. Albi juga anti sekali memakan makanan kalau bukan Alzhea yang memasak. Tapi malam ini, lagi-lagi untuk yang pertama kalinya yang kesekian kali, Albi merasakan masakan lezat dari tangan musuh bebuyutannya.Awalnya Albi meragukan kemampuan memasak Pena, namun tanpa disangka, gadis cantik itu berhasil membuktikan dirinya. Walau galaknya dua kali lipat seperti anak lelaki, ternyata Pena masih punya sisi wanita di dalam dirinya. Tangan-tangan mungilnya itu ternyata s
-bab 7-Pena mengucek sebelah matanya. Menguap sekilas karena kantuknya sudah datang menyerang. Padahal di jam-jam segini Pena biasanya sudah duduk anteng di depan laptop untuk menulis artikel. Tapi karena aksi heroiknya memberi tumpangan penginapan untuk Albi malam ini, Pena jadi harus capek dua kali.Seumur-umur ngekos di sini, Pena tak pernah mau menerima tamu orang luar untuk menginap di kamar kos pribadinya. Bahkan teman-teman sekelasnya saja jarang main ke kos Pena. Palingan kalau kumpul Pena yang diajak keluar untuk ngegabut bareng di rumah Jena- itupun kalau Pena lagi mau banget.Malam ini, pertam
- bab 8 - Minerva keluar dari salah satu bilik toilet siswi. Tangannya merogoh ke saku rok, mengeluarkan sebuah lipstick merah muda mencolok dan mengoleskannya di bibir. Gadis itu memang sudah cantik dari dulunya. Tanya saja para buaya di luar, siapa yang tidak suka dengan Minerva? Jelas tidak ada. Kecuali satu. Albino Syahrian. Gadis berambut coklat gelombang itu mencebik, menatap pantulan dirinya di depan cermin wastafel. Helaan napas panjang keluar dari hidungnya. Agak kesal karena belum bisa menaklukkan hati tunangannya. Padahal semua sudah berjalan sesuai rencana, tapi tetap saja Albi kekeuhnya naudzubillah untuk membatalkan pertunangan mereka. Hati pemuda itu amat keras layaknya batu. Untung saja
-Bab 27-"NA?!"Suara pemuda lain membuat Pena terjingkat. Gadis itu agak memiringkan kepalanya, keningnya mengernyit melihat Albi berjalan tergesa menghampirinya. "Ngapain dia di sini?"Tatapan Pena berpindah ke Disti. "Lo yang manggil?""Dia kan tunangannya Minerva?" sahut Disti polos.Pena berdecak, "I know," katanya. "Tapi dari mana lo kenal berandal itu?"Netra Disti melebar, kemudian bergerak liar mencari peralihan. "Gueー""Minerva sebenernya kenapa?" tanya Albi langsung."Katanya tabrak lari." Pena mengangkat kedua bahunya acuh. "Kenapa dia bisa
-Bab 26-Pria berumur 31 tahun itu melangkah menyusuri rak buku di kantornya. Tangannya terulur mengambil satu buku yang bertajuk Niksen: Rahasia Hidup Bahagia Tanpa Melakukan Apa-Apa. Kemudian membawa buku itu ke meja kebesarannya sebagai Kepala Sekolah, duduk berhadapan dengan adik sepupu yang lebih sering dianggap sebagai anaknya. "Jadi yang buat obat baru itu Pena?" tanya pria itu kemudian, setelah mendengar keseluruhan cerita Albi."Gila gak sih? Gue ngerangkai listrik buat satu rumah gue aja masih acak-acakan. Eh si Pena udah buat obat aja. Itu pun dua tahun lalu, Bang!" Albi mengusap wajahnya frustasi.
-bab 25-Pena orang lokal.Atau tepatnya, ia dianggap sebagai orang lokal.Padahal dari wajahnya, pasti sudah jelas kalau gadis itu memiliki darah orang luar ーKorea.Mamanya adalah satu dari banyak keturunan keluarga Ryu. Lalu Papanya, adalah seorang jeniusawan sukses yang berhasil membeli satu Kincir Angin Panemone Persia untuk dipersembahkan kepada sang istri. Namun sayang, keduanya sudah berada di sisi Tuhan sekarang.Pena selalu menyesal mengapa ia tak belajar tentang kedokteran, teori alam semesta, atau belajar tentang listrik, dulu, saat keluarganya masih
-bab 24-Mimpi buruk.Hal yang setahun belakangan ini tak pernah Pena alami, malam ini terulang lagi. Entah apa penyebabnya, Pena rasa isinya hanya hitam. Gelap. Dan identik dengan sesuatu yang buruk. Pena tak pernah menyukai warna hitam. Karena hitam identik dengan kegelapan, kesedihan, dan keburukan. Entah apa maksud sebenarnya dari hitam di dalam mimpi Pena malam ini, ia berharap itu bukan sesuatu yang buruk.Walau nyatanya harapan itu sia-sia saja. Keesokan harinya, Pena semakin frustasi karena otaknya selalu memutar mimpi hitam itu. Mem
-bab 23-Cangkul itu diseret menyusuri jalan setapak di pemakaman yang cukup jauh dari Kelurahan Pinangsia, kelurahan tempat tinggal si bunga sekolah Nufa itu. Peluh menghiasi sekitar dahinya karena lelah sehabis melakukan aktifitas yang merupakan dosa besar seluruh umat Islamー yang bahkan ia sendiri tidak peduli lagi dengan dosa yang akan didapatnya nanti.Sungguh, otaknya benar-benar sudah berada di luar kendali. Ini hal tergila kedua yang gadis itu lakukan dalam minggu ini. Hal mengerikan yang bisa saja membuat nyawanya ikut terancam karena dijadikan tumbal. Namun ia sudah tidak peduli. Ia ingin melihat targetnya menderit
-bab 22-"By the way lo tau siapa yang menang vote dan bakal jadi pasangan gue?" Pena kembali berbalik memandang Minverva dengan senyuman misterius.Minerva mengernyit, ikut penasaran dengan siapa yang akan menjadi pasangan tari Pena nantinya."Albino Syahrian."Tangan Minerva terkepal kuat, siap meninju Pena kapan saja. Mendengar nama Albi yang keluar dari mulut gadis tomboy itu, rasanya Minerva benar-benar tak terima kalau yang menjadi pasangan Albi dalam tari nanti adalah sosok Pevita Natalia."Loー"
-bab 21-Seringaian kecil misterius muncul di wajah Pena setelah ia melihat papan pengumuman Nufa yang telah memuat dua berita baru. Di dua daftar berita itu, ada nama Pena yang tercantum di dalamnya. Dalam hati Pena senang, karena kemampuannya diakui. Juga muncul sedikit perasaan ingin menyombongkan diri di depan bunga sekolah."Minerva mana?" tanya Pena pada seorang gadis yang berasal dari kelas 11 IPA 8, Gisella."Tadi sih pergi ke atas, rooftop kayaknya," jawab Gisella singkat.Pena menatap sekilas tangga ujung koridor yang langsung menuju ke rooftop sekolahnya, kemudian ke
-bab 20-"Ada satu orang," kata Pena kemudian. "Ada satu orang yang pada hari final pembuatan obat ini, dia datang ke laboratorium pusat kota buat nemuin saya," lanjutnya.Albi tertarik, kemudian agak menarik dirinya untuk mendekat ke arah Pena. Ayah dan Ibunya pun turut mendekat karena berharap Pena bisa menuturkan titik terangnya. Agar mereka tidak salah sangka lagi."Jadi beginiー ih apa sih lo gak usah nempel-nempel!" sentak Pena mengusir Albi yang mendekat secara reflek ke arahnya. Apalagi ia bisa merasakan kalau dada bidang Albi menyentuh bahu kanannya membuat Pena risih dan agak deg-deg an.&nbs
-bab 19-Albi mengernyit, "Lo nyiptain beberapa obat baru buat penyakit langka yang baru-baru ini sering muncul, Na?" tanyanya tak percaya."Kenapa? Speechless lo? IQ gue 138 kalo lo lupa." Pena memutar bola matanya jengah."Oke, gue tau. But, gimana caranya lo buat obat-obatan itu?" tanya Albi masih penasaran dengan cara kerja otak Pena yang bisa langsung direalisasikan dengan nyata tanpa abal-abal belaka."Dari dulu Mama selalu buat catatan pribadi mengenai cara buat obat gunain tanaman langka yang ada di kebunnya. Mama juga nulis detail tutorialnya