Share

Stuck In H2SO4
Stuck In H2SO4
Author: Alvydradirgantara

Prolog

last update Last Updated: 2021-09-24 16:38:22

Ku meminta rindu menyesali waktu

Mengapa dahulu tak ku ucapkan aku mencintaimu seribu kali sehari

Alunan musik yang tak sengaja lewat di telinga membuat air mata menitik dari matanya. Terngiang bau tanah pemakaman semakin menambah duka kesedihan yang telah bermuara. Gerimis yang turun turut mewarnai rasa kehilangan yang teramat dalam.

"Mengapa waktu punya banyak misteri? Kenapa tidak membiarkannya diam daripada menghancurkan detik demi detik yang berlalu,"ucapku begitu pundak ku digenggam pelan. Pilihan ku kali ini ngga salah hanya saja takdir justru jauh lebih menyiksa daripada takdir yang lalu.

"Rafsya. Kita pulang ya,"ucap laki-laki itu dengan sabar memeluk tubuhnya yang sudah basah kuyup karena hujan. Akan jauh lebih baik tidak mengenal siapapun daripada tersiksa dalam kenangan saat orang yang bersangkutan telah pergi.

"Aku mencintainya dan ya bodohnya kenapa aku ngga pernah berpikir kalimat itu akan kuucap setiap hari saat bisa ku lihat wujudnya?,"tanyaku menderu dalam gendongan seorang laki-laki sabar yang membawa ku menjauh dari TPU.

"Kenangan itu kapan bisa ku nyatakan dalam kalimat biar tak makin membuat ku tersiksa,"ucapku dalam hati sembari mengusap air mata yang keluar. Sementara angin bertiup pelan membuatnya semakin sesak saja.

"Rafsya apa menurutmu laki-laki yang berada di dekat mu ngga peduli? Jangan sampai kamu menyesal membuang waktu untuk mengurai duka tapi kamu malah membiarkan orang yang sudah bersama mu. Ikhlas setiap waktu Cuma biar melihat kamu baik-baik saja.

Okey memang dia laki-laki sempurna. Tapi apa maaf mu begitu sempit sampai kamu aja ngga mau menerima dia? Apa pernah dia tanya dulu sebelum memasak, mencuci, membersihkan rumah untuk mu setiap hari?,"tanya Andin tempo hari terngiang di telinga.

Setiap detailnya terlalu menyakitkan baginya, tidak bukan menyakitkan. Tapi membuatnya selalu jatuh dalam kesepian. "Rafsya,"panggil seorang laki-laki di pintu. "Humm kayaknya enak nih yang di masak.

Loh kamu kenapa Dek? Kamu sakit?,"tanya laki-laki di pintu mengecek suhu badan dan melihat seluruh wajahnya dengan seksama. "Ngga papa Cuma agak demam aja,"ucapku. "Why? Sini cerita dulu. Kamu habis dari luar atau gimana? Ada yang membuatmu lelah? Atau kamu belum makan

Sebentar ku masakin. Ehh kamu masak?,"ucapnya ku angguki sembari ku seka air mata di ujung mata ku. "Aku Cuma ngga sengaja denger lagu itu tapi ngga papa. Aku Cuma terngiang singkat. Btw kamu belum mandi ya. Sana mandi dulu biar bersih,"ucapku.

"Kamu kangen? Mau ketemu sekarang,"tanyanya sabar. "Ngga usah. Aku Cuma terngiang lagipula kemarin kan sudah kesana. Udah mandi sana gih biar hilang kuman dari luar,"ucapku tersenyum lebar.

"Rafsya kalo mau kesana juga ngga papa,"ucapnya mengusap kepala ku. "Ngga usah ngga papa. Paling aku Cuma terngiang dan ya I'm fine,"ucapku mendorongnya ke kamar mandi. Sudah lama tapi aku malah ngga bisa lupa.

Namun aku sudah kekeuh di dalam hati. Karena waktu ngga ada yang tau kapan habisnya. Maka biar aku saja yang menemani nya seumur hidup dan mengatakan semua yang ngga pernah ku lakukan pada masa lalu ku.

Bukan sebagai pelampiasan, tepatnya biarlah masa lalu tersemat di tempat tersendiri juga dengan apa yang ada bersama ku saat ini jauh lebih prioritas. "Dek?,"tanyanya dengan air yang masih mengguyur tubuhnya.

"Kamu masak sebanyak ini sedangkan darah mu rendah. Kamu ini Dek coba ngga usah masak terlalu repot belum lagi malam begadang. Jangan sampai jatuh sakit Dek. Ngga usah masak juga ngga papa.

Kan saya bilang anggap saya sebagai kakak kamu jadi ngga usah canggung,"ucapnya ku gelengkan. "Sebagai kakak berarti aku bisa memilih orang lain sebagai suami ku dong,"ucapku membuatnya terdiam sejenak.

"Tentu. Siapa yang mau kamu nikahi,"tanyanya santai tapi sarat akan sendu. "Nanti saya kasih tau. Bener ya Mas ikhlas,"ucapku di angguki nya. Memangnya kapan dia pernah mengatakan tidak Rafsya dodol. Ada-ada aja sih lu.

"Berarti saya kembalikan ini juga ngga papa,"tanyaku melepas kalung pemberian nya sebagai salah satu mahar dan cincin di tangan kanan ku. "Apa kamu sudah yakin laki-laki yang akan kamu nikahi bertanggung jawab.

Maaf maksudnya bukan mempersulit tapi sebagai wali mu saat ini. Aku hanya ingin melihatnya jadi jangan salah paham,"ucapnya memandangi kalung dan cincin yang terukir namanya di sana. "Maafkan aku bukan aku ngga terima hanya saja aku ingin membuat perubahan dalam hidup penuh sendu.

Aku ingin bangkit dari kelamnya kehidupan masa muda ku. Mohon jangan mengehentikan ku kali ini. Besok di taman kota jam 5 sore atau sepulang kuliah. Aku yang akan mengenalkan nya pada mu,"ucapku mantap menutup perbincangan malam ini.

Sepanjang malam, tidak ada lagi percakapan yang cukup untuk dibahas seolah semua topik hilang. Berbeda dengan ku yang menatap rembulan yang bersinar manis, dirinya memilih membuang semua masalah nya dalam semua pekerjaan nya.

Ku nyalakan TV untuk mengurai suasana yang terlampau sepi sebelum tidur. Namun siapa sangka bukan acara atau channel yang ku putar melainkan video sholawat dengan latar acara pernikahan kami. Kayaknya aku lupa keluarkan dari pemutar video nya beberapa hari yang lalu.

"Saya terima nikah dan kawinnya Rafsya Anitya Sagara bin Mahardika Abiyasa Sagara dengan maskawin tersebut dibayar tunai,"

"Kamu menikahi putri ku satu-satunya. Dengan keberanian menikahi putriku jika suatu saat aku mendapati putriku menangis karena kasarnya akhlaq mu. Tak segan aku yang akan menampar mu atas namanya. Kamu masih berani menikahi putriku,"tanya Mahardika.

"Siap masih,"

"Saya pegang kata-kata mu juga kata-kata ku. Sakitnya Rafsya sakitnya satu keluarga. Masih berani menikahinya?,"tanya Mahardika.

"Siap Masih,"

"Bagaimana para saksi?,"tanya Mahardika sebelum kata sah mengumandang.

"فی حريضه قد حضرنا ۰۞۰ مجمع القوم الکرام," lantun ku mengikuti syair sholawat yang terpampang di TV. "Kamu sudah memilih desain pernikahan yang kamu suka,"tanyanya ku angguki. "Aku yang akan memilih seperti apa desain nya,"ucapku.

Bagiku semuanya sudah final dan rasanya undangan yang tadi siang ku edit tinggal dibawa ke percetakan. Air mataku ingin menetes rasanya melihat rangkaian demi rangkaian prosesi sakral di depan mata ku terpampang nyata.

"Apa kau merindukan momen itu?,"tanyanya ku gelengkan. "Terlalu menyesakkan,"ucapku sementara dirinya berpindah ke sebelahku. "Rafsya nanti kalo kamu jadi istri, siapapun orang nya apapun masalah mu kamu ceritakan padanya.

Jangan sampai kamu pendam masalahmu sendiri. Aku ngga menggurui hanya saja setiap orang berbeda dalam bersikap,"ucapnya membuatku menatapnya lekat. "Setelah aku menelusuri jalan yang ku mau bersama orang yang ku cinta. Harapan ku hanya satu.

Jika kita bertemu di jalan jangan paling kan wajahmu dengan begitu aku merasa kau tidak berusaha menghindari ku dan terus-terusan berpikir keras. Aku sudah lama merencanakan hidup bahagia dengan nya.

Makanya persiapan yang ku buat tak cukup sederhana dan sudah di ambang selesai,"ucapku. "Semoga kamu bahagia dengan apa yang kamu pilih. Saya hanya berharap yang terbaik saja,"ucapnya. "Terimakasih doanya,"ucapku.

"Sebelum menjadi milik orang lain sampai jam 3. Apa boleh saya menyentuh tangan mu?,"tanyanya membuatku menatap kedua telapak tangan ku dengan perasaan malu. Bukan anak kecil tapi telapak tangan ini aku menyaksikan sendiri betapa banyak dosa yang ku buat dengan mengabaikan saat dia pulang dan pergi.

"Ngga boleh juga ngga papa maaf saya hanya melantur,"ucapnya membuatku segera menggenggam kedua tangannya. "Saya milikmu malam ini,"ucapku tersenyum lembut sementara udara dingin apalagi saat hujan menambah suasana canggung.

Setelah puasa bicara selama beberapa hari, ketika kembali bicara aku malah takut saat bangun semua berubah. Sebelah tangan nya terulur untuk menarik kepala ku mendekat sebelum sesuatu yang hangat mendarat di kening ku.

Aku bisa merasakan ada air mata yang jatuh darinya apalagi setelah mendapati sesuatu menitik hingga pipi ku. Mungkin dia berpikir jika aku diam maka aku akan mengikuti jalan yang dia bentang bersama. Tapi aku juga tak bisa memaksakan kehendak atas apapun.

Sama seperti di TV, hanya bedanya yang di TV untuk memulai sebuah hubungan rumah tangga dan saat ini sebelum semuanya berakhir. Hingga tak tahan air mata keluar dari pelupuk mata ku. Sepanjang malam hanya diisi dengan diam saling menyimpan rasa tersendiri apalagi setelah dia dengan berat hati mengatakan talak satu.

---

Sementara menunggu waktu tiba, aku sudah mempersiapkan dengan matang. Kebaya yang ku pakai menjuntai indah bersama dengan hiasan kepala khas Jawa. Right aku sekarang mengenakan baju indah yang pernah ku fitting bersama tapi belum sempat ku pakai.

"Rafsya,"panggilnya membuatku menoleh dan tersenyum lembut. Aku melihatnya terkesima sebelum akhirnya mengalihkan pandangan matanya ke lain arah. Dengan kemeja batik dan celana hitam pun dirinya tampak lebih menawan.

"Saya lupa belum kasih undangan kemarin. Tapi saya ingin Anda yang duduk sebagai saksi selama prosesi berlangsung,"ucapku menyerahkan undangan yang sudah ku desain dengan manis. Perlahan dibuka pita yang menutupi undangan tanpa berusaha ingin tahu.

"Maksudnya ini namanya sama dengan saya?,"tanyanya membuat ku tersenyum. "Dimana mempelai laki-laki,"tanyanya melihat sekeliling hanya ada dekorasi jawa yang tertata rapi. "Arah jam 3,"ucapku berbalik menuju meja prosesi akad.

"Masya Allah apa mungkin,"ucapnya mengusap wajahnya kasar sembari menekuk kedua lututnya di depan ku. "Apa sekarang Anda tak bisa merestui kami,"tanyaku kecewa. "Saya berikan restu saya kalo kamu bersedia menggandeng tangannya menuju Jannah Nya,"ucapnya ku angguki.

Sontak bunga bertabur di udara bersamaan dengan deru perhelatan berbagai jenis kesenian Jawa terlebih para dayang-dayang yang memakaikan kalung bunga dilehernya sementara Mahardika datang memakaikan ageman serta keris.

"Saya selalu berharap putri saya baik-baik saja dengan orang lain selain mu. Karena aku tau dia masih muda dan aku hanya takut ketika ditinggal pergi untuk waktu yang lama hanya akan menyiksa nya. Aku tak bermasalah apa harta yang Anda punya.

Tapi yang saya pedulikan ketika senyum dan keyakinan putri saya sudah terlampau jatuh pada mu. Sekalipun sebelumnya ada laki-laki lain yang jauh lebih baik pernah mengikat tali pernikahan dengan nya tapi aku bersyukur mereka berpisah.

Karena perlakuan nya tak habisnya selalu membuat kami merasa was-was. Jika kamu kali ini berani melewati nama keluarga Sagara. Hanya satu pesan ku jika kamu ngga bisa membahagiakan nya jangan buat dirinya menangis.

Keris ini dulu pernah terpaksa ku berikan ke laki-laki lain karena alasan tak terduga. Kali ini aku yakin Anda yang pantas membawa nya. Jika dalam perjalanan jauh mu ada rintangan dan kesusahan berusahalah untuk tetap selamat.

Setidaknya untuk putri ku yang selalu mengharapkan kehadiran mu menemani hari-hari nya,"ucap Mahardika memakaikan blangkon di atas kepalanya. Prosesi sakral khas adat Jawa akhirnya di gelar dengan semarak di hotel yang berada di dekat taman kota.

"Saya mungkin belum bisa mengatakan cinta atau mungkin tidak bisa. Tapi bisakah aku yang berdiri di dekat mu sepanjang hidupku,"tanyaku saat pemasangan kembali cincin. "Boleh. Asal dengan satu syarat jangan pernah kamu lepas kalung dan cincin ini.

Juga ini,"ucapnya memakaikan gelang di pergelangan tangan ku. "Cium. Cium,"sorak kurang akhlaq Amayra merusak momen. Meskipun aku sempat tinggal dan dalam bingkai rumah tangga yang lain tetap saja momen ini menjatuhkan haru.

"Wah jangan ngebet lah Ay,"ucap Hilda, salah satu teman yang ku undang. "Kamu pasti tau. Bibirku bukan pertama untukmu,"ucapku menyentuh bibir ku di angguki nya sebelum kalian tau sendiri ya ngga usah di jelasin tapi jangan terlalu dibayangin. Puasa ntar aja kalo buka yak.

Bersama dengan Mahardika, kami dibawa naik ke pelaminan dengan kain merah dan putih membentang. Ku rasakan tangannya menggenggam tangan ku sembari mengusap pelan. Apalagi semarak dari hadrah Ya Nabi Salam Alaika mengantarkan kami ke atas pelaminan.

Bunyi jepretan foto terdengar mengudara. "Hiyaa aku makin baper ehh kalo datang ke nikahan begini. Cuma ngga tau mau baper sama siapa,"ucap Airin juga teman yang ku undang bersama Rafael. "Ngga usah halu Rin. Ntar itu ada yang ngantri,"ucap Rafael di sebelahnya.

"Weh ributnya kalian ini. Aku hampir melting gagal kan. Bayangkan kalo aku yang digandeng di bawa ke pelaminan,"ucap Amayra. "Itulah Dok. Tapi mau bayangin sama siapa kalo aku,"ucap Airin. "Ngga ada yang mau lamar aku pakai cara anti maenstream nya Kak Rafsya kah?,"tanya Amayra.

"Dah ehh halu terus kita ini. Yang jelas aku seneng temen ku bisa bahagia dengan pilihan hidupnya,"ucap Hilda terdengar di telinga ku. Pasalnya mereka berdua mengobrol sampai barisan ku kedengeran.

Kalian kira hidupku ya gitu bagus kah? Langsung enak nya nikah? Jadi semua itu ada yang namanya perjuangan. Ada ujian yang bertubi tanpa habis hingga akhirnya aku bisa menggandeng tangan laki-laki pilihan ku.

Selama acara berlangsung tangan ku tak hentinya digenggamnya seolah aku akan pergi jauh cukup membuat ku melting. Aku tak akan mengira sebuah rentetan panjang hanya akan satu ujung yang manis seperti ini. Apalagi saat semua itu akan mulai.

Dimana semua itu bermula ketika...

Related chapters

  • Stuck In H2SO4    Bab 1 : Queen Of Disaster

    Pranggg "ALLAHUAKBAR,"ucap seorang gadis yang tengah berurai air mata menahan pedih dan sakitnya di saat setengah tubuh bagian atasnya terguyur larutan pekat asam sulfat."Rafsya. Ehh ayo bawa turun cepat weh,"ucap Hilda panik sendiri. "Panas Hil,"ucap Rafsya menutup erat matanya berusaha mencari pegangan. "Panggil Pak Lewis ehh,"ucap yang lain terdengar bersahutan makin menambah panik ku.Terasa tubuhku melayang di udara sesaat hingga guyuran dingin membasahi kulit ku mencoba meredakan rasa panas dan pedih yang menjalar. Ku erat genggaman pada lengan yang tadi mengangkat ku ke bawah guyuran dingin air."Siapkan mobil segera,"ucap Pak Lewis terdengar begitu keras. "Pak jas lab nya lepas aja daripada semakin memperparah,"ucap Lewis mulai mengambang di udara. "Permisi ya Dek,"ucap suara asing tapi terasa familiar.Jas lab yang setengah ku pak

    Last Updated : 2021-09-24
  • Stuck In H2SO4    Bab 2 : Tanggung Jawab

    "Kau nih kayaknya di suruh buang cairan kimia sisa Sya. Siapa suruh besok aja mikir nya,"ucap Airin mencibir ku. "Hust diam aja bisa ngga. Aku malah mikirnya di suruh bersihkan lab. Karena kalian berdua kan baik hati dan tidak sombong, jadi ngga pikir dua kali,"ucapku tersenyum lebar. "Ckckck. Dah lah ayo pulang Rin,"ucap Hilda. "Asem mau kemana lagi kalian ini he,"ucapku kesal. "Canda wak. Kita mau cari makan dulu, lapar kali habis praktikum. Nanti ku bungkuskan buat mu,"ucap Airin melambaikan tangan nya di udara. Menyisakan ku yang kayak orang gembel di depan lab. "Remember love you. I love you,"ucapku mengetuk kotak lab sembari memikirkan betapa gabutnya diri ku. "Rafsya Anitya,"panggil Fatih membuat ku segera bangkit. "Iya Pak,"ucapku berdiri tegap. "Ayo ikut saya,"ucap Fatih ku angguki. "Sudah shareloc Pak?,"tanya Lewis yang bertemu di pintu masuk. "Sudah saya kirim ke grup Pak,"ucap Fatih. "Oalah

    Last Updated : 2021-09-24
  • Stuck In H2SO4    Bab 3 : Little Wife

    Fatih POVKecelakaan kecil di lab membawa ku di dudukkan bersama gadis kecil mahasiswi ku. Liatlah dia tampak memang masih muda dari tingkahnya. Meskipun terlihat tertata mataku tak bisa beralih dari wajahnya yang imut."Ehem dimakan Le jangan liatin Rafsya terus,"tegur Asmita, mertuaku. Astaga dia juga bisa tersipu makin membuatku enggan mengalihkan pandangan. Ehh apaan sih Fat. Itu mahasiswi mu catat kalo lupa. "Mbak Rafsya liat nah Molly,"ucap sepupu nya menunjukkan kucing jenis Persia yang bergerak lucu membuat matanya berbinar."Molly. Eum tambah gemuk kamu,"ucap Rafsya menggendong Molly sembari mengusap lembut kepalanya. Kalo kucing aja digendong penuh sayang bagaimana dengan putra mu Fat. Ehh kenapa malah jadi ngelantur.Baru sejam yang lalu akad, otakku mulai ngga sehat. Efek nikah di usia yang seharusnya sudah berkeluarga. "Rafsya makan dulu Nak. Nanti aja Molly nya,"ucap Asmita. "Bent

    Last Updated : 2021-10-18
  • Stuck In H2SO4    Bab 4 : Ekspektasi Pagi Indah

    Suara rintik hujan membuat ku membuka mata perlahan. Ini sepertinya kediaman Hafla apalagi dengan berbagai dokumen di sana sini. Dan ya Fatih yang tidur di sofa. Ehh pelanggaran lu Sya. Bisanya suami tidur di sofa.Ku tarik selimut yang membalut tubuhku dan menyampirkan ke tubuhnya sebelum beranjak keluar. Masih jam 4, berarti harusnya aku sudah mulai masak. Masalahnya ngga ada kah yang bisa ganti baju ini heh.11 12 dengan rumahku hanya saja keluarga Hafla jauh lebih agamis berbeda dengan ku yang lebih javanes. Tapi di sini ngga ada ruang terbuka penghubung kayak di rumahku. Its okey kolam ikan cukup membuatku terpukau."Rafsya sudah bangun Nak?,"tanya Aina dengan senyum lembut nya menyapa ku. Bunda mertua ku memang sangat lemah lembut ges. Di pagi yang cerah senyumnya sudah mencerahkan dunia. "Sudah Bun. Oiya bun kalo sarapan biasanya masak apa,"tanyaku."Waduh kok kamu sibuk masak. Udah ngga usah

    Last Updated : 2021-10-19
  • Stuck In H2SO4    Bab 5 : Memahami

    Rumah sederhana dengan kolam ikan dan taman hijau di luar cukup membuat ku terpesona begitu pintu gerbang terbuka otomatis. Belum lagi gazebo yang teduh dengan rerumputan hijau menambah kesan cinta alam."Kak Rafsya suami tersayangmu kangen nih. Lagian kenapa juga ngga saling tuker nomer Whatsapp sih,"ucap Amayra menyodorkan HP nya. "Rafsya saya kemarin sudah nyusun semua baju dari rumah kamu di lemari.Nanti kalo ada kurang nya atur aja sendiri. Amayra ngajak kamu kemana tadi,"tanya Fatih. "Kemana? Cuma ke apotek beli salep karena yang kemarin habis,"ucapku. "Yee suudzon mulu sih,"celetuk Amayra."Ya sudah. Nanti jam setengah 5 saya pulang. Langsung bersihkan diri saja sesuaikan senyaman mu saja. Assalamualaikum,"ucap Fatih menutup panggilan. Dia meminta ku bersih-bersih atau akan membuat tugas yang akan datang. "Waalaikumussalam,"ucapku masuk ke dalam rumah yang membawa suasana sejuk dan penuh nuansa hijau.

    Last Updated : 2021-12-01
  • Stuck In H2SO4    Bab 6 : Ngampus bareng

    “Larutan NaCl 0.02M terlebih dahulu dilakukan standarisasi,”ucapku bolak-balik sepanjang kamar, sementara Fatih sibuk dengan laptop nya. “Bukan 0,02 Sya. 0,002 M. Tidurlah saya ngga menerima telat bangun,”ucap Fatih mengemasi bukunya. “Tapi kalo saya ngga bisa dikeluarkan. Gimana sih Pak,”ucapku berdecak mendapat tatapan aneh nya. “Sudah cukup. Cepat tidur,”ucap Fatih membuat ku ikut bergegas ke atas ranjang setelah tak lama kemudian lampu dimatikan.“Erlenmeyer, buret, corong pisah, labu ukur,”ucapku bergumam sembari menatap ke langit-langit kamar yang dihiasi temaram lampu. “Rafsya Anitya. Mau tidur sendiri atau saya tidurkan,”gumam Fatih menatapku lekat. “Rafsya tidur,”ucapku memundurkan diri malah ditarik mendekat. “Mau jatuh dari ranjang? Ayolah Rafsya kamu bukan anak kecil yang susah disuruh tidur kan. Sekali lagi kamu bergumam atau bertingkah lagi, saya pastika

    Last Updated : 2021-12-01
  • Stuck In H2SO4    Bab 7 : Cara Pikir Rafsya

    "Sya dari bapak kah itu?,"senggol Airin begitu usai praktikum melihat gelang di tanganku. "Hmm iyalah masa iya aku beli ginian,"ucapku. "Selera bapak bagus ya,"ucap Airin. "Banget, apalagi dia suamiku,"ucapku terkekeh geli. "Cie sudah mengakui,"ledek Airin membuatku tersenyum kecil. "Setelah praktikum kali ini silahkan laporan sementara dikumpulkan paling lambat besok jam 23.59 Wita,"ucap Fatih."Baik Pak,""Kerja kelompoknya gimana ini?,"tanyaku bersama teman satu kelompok. "Iya nah. Kamu ngga ngekost lagi kan. Atau kita bagi tugas aja,"ucap Kieran. "Iya gin. Aku dasar teori,"ucapku. "Nah sisanya tinggal kami yang kerjain. List aja di grup baru kumpul di wa semuanya paling lambat besok pagi jam 8,"ucap Rafael. "Oke oke. Ya udah duluan ya,"ucap Kieran pergi lebih dulu.Sementara diri ku tentu saja belok memutar balik sebelum masuk ruang dosen. "Weh mau kemana,"tanya Rafael melihat ku malah berbalik arah. "Biasalah,

    Last Updated : 2021-12-01
  • Stuck In H2SO4    Bab 8 : Dewasa

    "Rafsya,"panggil Fatih membuatku berbalik usai konsultasi dengan Lewis. Padahal sedari tadi sudah enggan mendekatinya malah dengan sengaja pria itu meminta ku berbincang. "Saya pak,"ucapku berdiri di depan nya. "Tunggu temanmu keluar dulu,"ucap Fatih membuat ku duduk dengan wajah bosan."Pak sudah keluar semua. Ngapain lagi saya disini,"ucapku. "Setelah ini ada pemeriksaan bulanan dari instansi. Kemarin sebelum nikah ngga sempet ngurus makanya kartunya baru jadi. Nanti ke sana jam setengah 2 an saja,"ucap Fatih menyerahkan sebuah kartu yang menampilkan wajahku sama seperti di kartu tanda mahasiswa. Nasib nikah masih mahasiswa."Pemeriksaan apa Pak? Saya tidak sedang sakit,"ucapku merasa sehat. "Seharusnya sebelum menikah kemarin perlu vaksin tetanus. Tapi lihat kebijakan dokternya seperti apa ya,"ucap Fatih membuat menatapnya tak percaya. Jarum suntik memang bagi semua orang rasanya tidak seberapa. Tapi bagi ku lebih baik terke

    Last Updated : 2021-12-03

Latest chapter

  • Stuck In H2SO4    Epilog

    Rafsya POV Nafasku masih naik turun setelah beberapa menit lalu bertaruh nyawa. Lihatlah lelaki di sampingku tak hentinya mencium kening ku penuh sayang. 2 jam sebelumnya dia tak henti memberi semangat dan terus setia menggenggam erat tangan ku. Lantunan rasa syukur dua buah hati terlahir normal ke dunia. Nyaris seperti operasi tumor otak beberapa bukan yang lalu. Diriku nyaris melahirkan seorang diri karena perutku tiba-tiba mulas sementara Fatih tengah pergi karena sebuah kegiatan. Bukan Fatih yang salah, memang seharusnya lahirnya itu 10 hari lagi. Tapi beginilah warna warni takdir. "Mas kamu bahagia?,"tanyaku di angguki nya membuat setetes air mata jatuh di ujung mata. "Dek pasti sakit sekali kan?,"tanya Fatih ku gelengkan. "Saya dari semalam mikir. Usia kita beda jauh otomatis kamu akan lebih dulu merasakan tua. Membayangkan melewati masa tua sendiri. Hanya ditemani dengan anak-anak. Rasa sakitnya itu terbayar sud

  • Stuck In H2SO4    Bab 54 : Rumah

    Fatih POV Mataku memandang manis gadis yang bersandar tenang. Kalau saja Asmita tidak memintanya diam mungkin sekarang entah kemana dia akan beranjak. Hijab pasmina yang melingkari kepalanya tidak lagi meluncur seperti saat memakai jilbab segitiga. Namun tetap saja, seharian duduk manis di kediaman Mahardika yang memang tengah ada acara kumpul keluarga.Seharian ini jiwa indie nya kadang membuat ku terhanyut. Entah berapa lagu yang terlantun sementara melihat semua orang berlalu lalang kesana kemari. H2SO4 dan kenangan itu bagaimana bisa lupa. Awal jumpa dengan gadis ini. Karena selama ini aku hanya tau dari dosen lain tentang nya. Entah bagaimana bisa diriku yang masuk mimpi gadis belia itu.Hingga membuat dirinya jatuh hati lebih dulu padaku. Padahal dia saja tidak tau wajahku yang mana. Menurutku mimpi itu datang dari Allah sebagai jawaban. Karena saat ini memang diriku yang berdiri di sebelah

  • Stuck In H2SO4    Bab 53 : Hairstylist

    "Rafsya sudah sembuh yee,"ucapku bersorak bangga sembari berlalu mendekati jendela karena keringat mulai mengucur deras. Aku akan mengejutkan Fatih saat dia pulang dari menemani Amayra nanti. Menunggu dirinya tiba, kembali berpaku di depan meja rias sembari melepas penutup kepala. Bekas operasi yang tercetak jelas membuatku terlihat mirip Voldemort.Sisir yang biasanya ku gunakan untuk membuat berbagai jenis bentuk rambutku kini tidak lagi berguna. Tidak lagi merasa sedih, ku sampingkan rasa pilu yang menggerogoti benak sembari mengusapkan potongan lidah buaya ke seluruh bagian kepala ku. "Rafsya Dek saya pulang,"ucap Fatih terdengar memasuki rumah membuatku segera menutup kembali kepala.Dengan langkah pasti, bisa ku lihat wajah Fatih menarik senyum lebar tak ingin mendekat lebih jauh. Sengaja ingin melihat ku berjalan dengan lancar ke arahnya. "Kak ngap ya ya kembali ngontrak di bumi,"ucap Amayra menepi membiarkan ku melangkah lebih cepat hingga terhent

  • Stuck In H2SO4    Bab 52 : Wisata Masa Lalu

    Rafsya POVSuasana saat pemeriksaan pagi hari yang biasanya diisi dengan ketenangan menjadi penuh tawa. "Wah lagi pemeriksaan ya. Mbak Aini, ini kah orangnya?,"tanya Asmita membuatku ingin tenggelam ke Palung Mariana saja. Sementara sosok yang dimaksud hanya tersenyum lebar. "Dokter dulu temannya Amayra?,"tanya Aini memulai interogasi."Saya dulu hanya kenal Amayra adek tingkat saya,"ucap Kenan. "Adek tingkat atau apa tuh? Masa kakak tingkat sama adek tingkat bahas organisasi atau kuliah di bioskop,"ucap Fatih kian membuat wajah Kenan memerah. "Hanya teman saja Pak,"ucap Kenan mengganti status membuatku terkekeh pelan."Teman tapi mesra kah Dok?,"tanya Asmita sungguh membuat pria di depan ku kehabisan kata-kata. "Saya dulu rekannya Amayra saja Pak Bu. Tapi setelah itu kami lost contact karena saya harus menyelesaikan studi di luar negeri dan baru bertemu lagi karena tidak sengaja menangani kakak iparnya,"ucap Kenan akhirnya mengaku.

  • Stuck In H2SO4    Bab 51 : Only One

    "Rafsya saya pulang,"Kalimat itu sontak membuatku menarik senyum lebar. Bagaimana pergi ke rumah sakit disebut pulang? Sepertinya dia terlalu banyak tertular diriku. "Baru dari kampus Mas?,"tanya Arkan yang sedari tadi menemani ku bersama Amayra. "Nggak juga. Pulang mandi dulu Kan. Masa mau ketemu sama cewek cantik bau asem,"ucap Fatih membuatku terkekeh pelan."Cewek cantik yang mana Le?,"tanya Mahardika membuat Fatih menoleh melihat Mahardika sudah berdiri dengan penuh pertanyaan. "Yang itu Pak. Saya hanya punya cewek cantik. Eh empat Pak. Ibu, Bunda, Amayra dan yang paling cantik Rafsya,"ucap Fatih. "Ehm manisnya kelewatan gombalnya Mas,"ucap Arkan membuatku terkekeh pelan."Kamu sudah makan belum Le?,"tanya Mahardika. "Saya makan bareng sama Dek Rafsya aja,"ucap Fatih membuatku menggeleng heran. "Kan, Nduk Ay ayo pindah kamar. Orang kasmaran susah kalau dipisahkan,"ucap Mahardika berlalu pergi menyisakan ku dengan Fatih. "Sudah check up belum sama dok

  • Stuck In H2SO4    Bab 50 : Jawaban

    Terjawab sudah semua alasan hal yang mengganjal dalam benakku selama ini. Alasan dirinya mengambil uang dengan nominal sebesar itu, rambutnya rontok, juga bercak darah yang ku temukan di bekas tisu di meja rias juga pasti miliknya. Ditemani dengan Kiran, Lewis, dan Liona diriku duduk terdiam sembari mendonorkan darah."Pak Fatih sebelumnya ngga tau Rafsya punya penyakit ini?,"tanya Lewis ku gelengkan pelan sembari tersenyum. "Saya memang tau Rafsya belakangan ini agak pucat, rambutnya rontok, belum lagi mertua saya bilang dia ada transaksi dengan nominal besar. Hanya saja saya ngga tau dia sengaja menyembunyikan penyakitnya dari saya,"ucapku gamang."Mungkin Rafsya punya alasan Pak. Lagipun ngga mungkin Rafsya akan bertindak sendiri kalau memang alasannya ngga kuat,"ucap Liona menenangkan. "Kakak,"ucap Amayra memelukku erat membuatku terbangun dari diam ku. "Maaf Kak,"ucap Amayra tersedu dalam tangis. "Kenapa kamu juga ikut ngga mau kasih

  • Stuck In H2SO4    Bab 49 : Shock

    Air mata ku hanya bisa terus luruh saat mendengar Fatih merapalkan doa meminta pada Allah untuk setiap detail kebahagiaan ku. Sementara diriku hanya duduk di atas ranjang menahan pedih karena tak bisa menunaikan sholat dan saling mendoakan di atas sajadah yang sama. Apalagi setelah itu dilanjutkan dengan merdunya ketika melantunkan ayat suci Al Quran.Aku tidak bisa membayangkan jika hari ini aku akan telat pulang karena masih dalam proses penyembuhan. Sudah 2 jam diri ku hanya dalam posisi yang sama melihat sosok pria yang selalu berharap semua yang terbaik untukku. Membayangkan wajahnya pucat pasi ketika tau aku akan memasuki ruang operasi pasti hanya membuatku makin hancur."Dek saya pergi ke masjid dulu ya,"ucap Fatih membuatku mengangguk paham sembari mengambil beberapa perlengkapan lain menyelipkan ke kamar Amayra. "Ay sudah bangun kah?,"tanyaku mengetik pintu sembari membawa tas berisi seluruh keperluan ku. "Sudah Kak. Sini biar ngga

  • Stuck In H2SO4    Bab 48 : Defect

    "Rafsya kamu masih di dalam,"Panggilan berulang itu membuatku terbangun dengan bekas mimisan mengalir melintasi wajahku. "Iya Mas sebentar lagi beneran keluar ini,"ucapku segera mencuci wajah. Bisa-bisanya malah tertidur di kamar mandi. Yang ada malah semakin memperburuk keadaan saja Rafsya. Sembari melihat wajahku tampak baik-baik saja segera ku putar knop pintu melihatnya cemas."Kamu baik-baik saja Rafsya?,"tanya Fatih ku angguki. "Selalu baik saya Mas,"ucapku membuatnya menghela nafas lega. "Ayo tidur,"ucap Fatih menarik tanganku menuju ranjang. "Loh kok Mas sudah ganti baju,"tanyaku. "Barusan pulang Pak Adimas sama Bu Andin nya,"ucap Fatih membuatku melirik ke arah jam dinding. Pantas saja. Sudah jam setengah dua belas malam.Selama itu aku tertidur di dalam kamar mandi dan sekarang di tempat yang seharusnya malah sulit ku jumpai kata nyaman untuk tidur? Astaga kebodohan apa ini Rafsya. Sembari melirik Fatih tampak d

  • Stuck In H2SO4    Bab 47 : Masuk Angin?

    Sungguh menyebalkan.Hanya satu kalimat itu saja yang ingin ku ungkapkan saat membuka mata. "Masih marah,"ucap Fatih menyenggol lengan ku. "Entah. Katanya iya Rafsya sayang nanti dibangunin,"ucapku sebal. "Iya kan tapi saya bangunin,"ucap Fatih masih terus terkekeh mencebik. "Kenapa toh ini? Masih sebel Nak,"tanya Aini bergabung dengan kami di ruang tengah."Itu Bun. Coba kalau begini kayak berat sekali,"ucapku mengomentari make up di wajahku yang terpasang begitu saja. Ya Anda tidak salah. Memang setelah kami pulang, di rumah sudah menyiapkan dengan sebaik mungkin. Hanya saja Amayra sengaja tidak diberi tahu dulu. "Cantik kok. Bunda yang suruh Mas Fatih biarkan aja. Karena Bunda kayaknya capek sekali,"ucap Aini membuatku mengedipkan kedua mata tak percaya."Iya kan Fat. Cantik mantu Bunda,"ucap Aini. "Cantik sekali dong Bun. Apalagi kalau lagi ngambek,"ucap Fatih tak tahan menaikkan sudut bibirku membuatnya tergelak. "Bun Amayra kata

DMCA.com Protection Status