Home / Romansa / Stuck In H2SO4 / Bab 1 : Queen Of Disaster

Share

Bab 1 : Queen Of Disaster

last update Last Updated: 2021-09-24 16:39:19

Pranggg

"ALLAHUAKBAR,"ucap seorang gadis yang tengah berurai air mata menahan pedih dan sakitnya di saat setengah tubuh bagian atasnya terguyur larutan pekat asam sulfat.

"Rafsya. Ehh ayo bawa turun cepat weh,"ucap Hilda panik sendiri. "Panas Hil,"ucap Rafsya menutup erat matanya berusaha mencari pegangan. "Panggil Pak Lewis ehh,"ucap yang lain terdengar bersahutan makin menambah panik ku.

Terasa tubuhku melayang di udara sesaat hingga guyuran dingin membasahi kulit ku mencoba meredakan rasa panas dan pedih yang menjalar. Ku erat genggaman pada lengan yang tadi mengangkat ku ke bawah guyuran dingin air.

"Siapkan mobil segera,"ucap Pak Lewis terdengar begitu keras. "Pak jas lab nya lepas aja daripada semakin memperparah,"ucap Lewis mulai mengambang di udara. "Permisi ya Dek,"ucap suara asing tapi terasa familiar.

Jas lab yang setengah ku pakai di lepas tapi setelah itu bahkan aku kehilangan keseimbangan dan jatuh. Bersamaan dengan tangisan ku mereda begitu kesadaran ku mulai hilang begitu rasa sakit yang begitu menyayat di atas permukaan kulit.

---

Detak jam yang terus berputar berpadu dengan rasa ingin menusuk hidung dari oksigen. Otak ku mencerna kembali yang baru saja terjadi dengan perasaan sendu. Siapa yang ngga kenal nama asam sulfat dan pengaruhnya ke Novel Baswedan kala itu.

Kali ini asam sulfat mengguyur setengah bagian atas kiri tubuhku. Meskipun terlindung jas lab, dengan larutan pekat sebanyak 100 ml tentu bisa menembus ke kulit. Apalagi aku tadi dalam kondisi akan memakai jas lab setelah mencari es batu dan belum ku kancingkan. Btw ngomongin masalah baju ini baju ku juga ngga kayak yang tadi ku pakai. Lebih ke baju rumah sakit sih ini mah. 

"Sudah sadar?,"ucap Bu Nadia, dosen wali ku menatap lembut. "Terimakasih Bu,"ucapku membalas senyum nya yang merekah. "Selamat siang nona Rafsya. Setelah melakukan penanganan asam sulfat yang mengenai kulit Anda tidak begitu merusak kulit.

Hanya saja bekas luka bakar bekas guyuran dengan berat hati saya harus mengatakan itu permanen. Mohon ketabahan hati untuk itu,"ucap dokter yang baru masuk dengan kabar yang membuat ku ingin kembali tidur lagi saja.

Aku sudah tau kalo luka nya pasti akan begini ending nya. Hanya saja aku tak bisa menduga hal ini yang harus menimpa ku sendiri. "Dok apa tidak ada jalan lain untuk menyembuhkan luka nya,"tanya Nadia.

"Anda sendiri dari dunia kimia. Tentu dengan jelas mengenal nya dengan baik bukan,"ucap dokter tadi implisit. "Ngga papa Bu. Namanya juga musibah siapa yang tau,"ucapku mengurai air mata bersamaan dengan dokter yang pergi berlalu.

Nadia mengusap kepala ku menenangkan dalam situasi pelik yang tengah ku hadapi. Sontak membuat ku terngiang dengan kedua orang tua ku di rumah. Apa komentar mereka begitu tau anak gadis nya terluka parah begini?

"Saya yang akan bertanggung jawab,"ucap suara bariton yang terdengar asing tapi tidak dengan alam bawah sadar ku. Aku pernah mendengar suara nya di alam mimpi tapi sampai sekarang aku ngga pernah sekalipun bertemu dengan nya.

"Saya tau Anda yang memang bersalah di sini Pak. Biaya pengobatan tidak bisa dibandingkan dengan tekanan mental anak didik saya Pak,"ucap Nadia beringsut. "Bu Nadia tetap tenang Bu,"ucap beberapa dosen jurusan maupun rektorat yang ikut datang.

Perkara asam sulfat kenapa selalu bawa bencana gini sih. Nadia ini kalo ngajar mau ngga pun tetap aja tegas apalagi kalo marah. Hauh perang dunia gara-gara asam sulfat lagi kan ini.

"Sebentar. Rafsya baru sadar mending kita ngobrol nya diluar. Jadi ngga semakin menekan pikiran nya,"ucap Lewis menengahi perkara disetujui semua orang. saat ini aku bahkan jauh lebih suka menunduk daripada menatap orang yang menumpahkan air keras padaku.

Memang aku penasaran tapi kehidupan di masa mendatang jauh membuat ku berpikir kerasnya. Ku singkap lengan kiri baju rumah sakit, dimana di bawahnya perban menutup erat luka yang terbenam di sana. Bodo amat lah dengan luka nya, lagian selama aku pakai lengan panjang berhijab ngga akan terungkap juga.

"Kalo ceroboh itu nah ngga bisa dikurangi, padahal bukan anak-anak lagi,"ucap seseorang tengah mengomel membuat ku menatap ke arah pintu. Wanita paruh baya dengan hijab besar dan kacamata tebal membingkai wajahnya yang tampak kesal membuat ku malah ingin kabur saja.

'Aku kayak mau dimakan hidup-hidup ini,'ucapku dalam hati menggenggam erat selimut. "Nak. Siapa namanya,"tanya nya mendekati ku dengan wajah yang lemah lembut. Tapi tau lah kenapa pikiran ku malah di isi semua kehidupan yang pshyco.

"Maaf Bu saya ngga tau apa-apa,"ucapku takut-takut. "Bukan gitu. Saya Cuma mau tanya namanya siapa Nak,"ucapnya mengusap tangan kanan ku lembut. "Saya Rafsya,"ucapku deg-degan setengah mati.

"Jangan takut Nduk. Ibu Cuma mau ngobrol biasa aja. Rumahnya dimana sayang,"tanya nya lembut. "Jalan Antrasit no 7,"ucapku pelan. "Sekarang nge kost berarti,"tanyanya ku angguki. "Oalah gitu toh. Sudah makan?,"tanyanya ku gelengkan.

"Ibu tadi bawa sayur dari rumah. Ayo coba di cicipi dulu,"ucapnya menyodorkan sayur sop yang masih hangat. "Nak nanti kalo mau pulang, bilang ya. Biar ibu antar,"ucapnya. "Ngga perlu repot-repot Bu. Saya pulang sama temen aja,"ucapku menolak halus ajakan nya.

Lagian aku ngga tau dia ini sapa dan untuk apa masuk ke sini weh. "Ngga papa. Ibu sekalian mau kenal lebih jauh. Boleh kan,"tanya nya makin membuat ku takut sendiri. "Bo boleh Bu,"ucapku mengangguk dan melanjutkan makan.

-&-

"Terimakasih Pak Bu,"ucapku begitu sampai di depan kost ku. "Iya sama-sama Nak,"ucap mereka lembut sebelum berlalu. Di depan kost tampak wajah Hilda dan Airin yang menatap ku cemas.

"Sya yang sabar ya,"ucap Hilda merangkul ku membawa masuk. "Ehh apaan. Ngga papa kali. Lagian Cuma luka di dalam ngga kelihatan selagi aku berjilbab. Yang penting tuh muka ku yang comel ini nah,"ucapku terkekeh membuat Airin tak tahan untuk mencubit ku.

"Auh sakit coy. Kamu cubit di pinggang kiri nah luka ku di kiri,"ucapku. "Ya maaf. Bisanya juga kamu malah kambuh begitu gila nya,"ucap Airin sebal. "Btw aku tadi udah masak Sya. Cuma ya you know lah ngga sesuai dengan kesukaan mu,"ucap Hilda. "Heeh.

Maacih. Tapi aku tadi sudah makan dikasih sop nya ibu-ibu yang ngantar aku. Its okey aku harus makan banyak biar tambah bahagia. 2 hari di rumah sakit bikin aku kurus mendadak aja ehh,"ucapku.

"Sembarang kau Sya. Siapa ibu-ibu tadi tuh,"tanya Airin. "Kau tanya aku. Aku aja ngga tau. Tadi masih belibet di rumah sakit nah biar aku ngga ikut-ikut tertekan makanya di bawa pulang sama ibu tadi tuh,"ucapku di angguki mereka.

"Lagian kek mana juga itu asam sulfat bisa stalkerin kamu Sya,"tanya Airin. "Mana ku tau. Waktu habis ambil es batu tau-tau panas aja gitu. Dah lah tuh aku ngga liat apa-apa lagi gara-gara sudah kabur sama air mata,"ucapku.

"Nah itu ntar coba ku tanya sama yang lain. Ehh besok kamu pakai jas lab apa Sya,"ucap Hilda. "Haih perkara besok kenapa harus bingung sekarang sih. Aku aja belum ada belajar buat besok nah kamu sudah mikir ke sana aja,"ucapku.

"Ya ngga gitu Cuma ya you know lah. Kalo ngga ada jas lab kek mana kamu mau masuk?,"ucap Airin. "Iya juga ya. Ahh tau lah bodo amat. Aku mau pergi tidur aja jauh lebih baik,"ucapku membaca modul sambil berbaring di ranjang.

"Besok loh yang bimbing bapak dosen ganteng tau,"ucap Hilda membuat ku menaikkan sebelah alisku. "Biar ganteng kalo ngga bisa jawab paling kamu dikasih senyum manis ke arah pintu,"ucapku mencibir.

"Loh kau ngga pernah liat bapaknya kah coy,"tanya Airin. "Ngga dan ngga kepo. Ganteng kalo laporan nya ngga ribet dan pretest nya gampang,"ucapku fokus dengan yang ku baca.

"Teman mu Rin,"ucap Hilda. "Biar Hil. Nanti tau muka bapaknya langsung fall in love itu,"ucap Airin. "Gila mu. Ehh btw aku pernah bilang ngga sih mimpi buruk entah baik. Kena air keras baru ketemu sama cogan cuy,"ucapku.

"Hah kenapa lagi. Kau ketemu dengan nya kah? Sosok ganteng yang selalu membuat seorang Rafsya Anitya Sagara bahkan katanya deg-degan tiap liat namanya itu kah,"tanya Hilda membuat ku ingat sesuatu.

"Ehh siapa dosbing besok,"tanyaku cepat. "Katanya bodo amat. Tanya juga dosen nya siapa,"ucap Hilda. "Ehh seriusan,"ucapku. "Pak Fatih Abqary Hafla,"ucap Airin membuat ku mengingat ulang mimpi yang pernah ku alami beberapa bulan lalu.

Yang membuat ku seperti anak SMA jatuh cinta, deg-degan setiap namanya terbesit sampai mikir kayaknya aku disukai jin sampai akhirnya tobat dadakan. "Nah loh curiga aku jangan bilang kamu mimpiin Pak Fatih ya,"ucap Airin.

"Ketemu aja ngga pernah bisanya disebut mimpi,"ucapku. "Kan kamu sendiri yang bilang Cuma tau nama ngga pernah tatap muka. Apakah ini pertanda?,"ucap Airin mengedipkan matanya ke arah Hilda.

"Dah dah sana sudah. Ngga usah gila semua please,"ucapku. "Dih sok misterius, sampai kita dapat selesai kau Sya,"ucap Hilda keluar kamar bersama Airin membuat ku tergelak. "Cari dah sana kalo dapat,"ucapku santai tapi dalam hati berdegup kencang menanti hari esok.

-&-

"Persamaan reaksi nya wajib hafal kah,"

"Ngga tau. Aku belajar itu prosedur aja cuy,"

Pembahasan seputar materi yang diujikan berkeliaran di kanan kiri tapi fokus ku malah ke arah sosok misteri yang nyasar ke dalam mimpi ku saja. "Uyy diam-diam aja nih,"ucap Kieran, teman satu tim ku menyapa.

"Biarin Kie kayaknya lagi fall in love itu,"ucap Airin. "Ngga sembarangan cuy,"ucapku. "Wkwkwk bisanya. Ngomong-ngomong gimana luka mu?,"tanya Kieran. "Ya gitu sudah mulai kering Cuma ya you know lah asam sulfat itu kek mana,"ucapku.

"Sabar ya Sya,"ucap Kieran. "Santuy selagi aku masih menggila berarti aku baik-baik aja. Dah yok naik,"ucapku. "Heh ibu. Jas lab mu mana,"ucap Hilda. "Ehh iya cuy. Mana bisa aku praktikum kalo ngga punya jas lab.

Kek mana ini cuy,"ucapku bingung sendiri. "Katanya masih besok teross,"ucap Airin mengulangi ucapan ku semalam. "Ngga gitu juga. Trus kek mana kalo sudah begini,"ucapku panik sendiri sembari berjalan kesana kemari.

"Mending lapor sama Pak Fatih aja gin,"ucap Rafael. "Iya kali ya. Temeni nah ngga tau aku yang mana orang nya,"ucapku beranjak. "Haeh bisanya nah Sya. Btw Pak Fatih ngga ada bilang apa-apa ke kamu,"tanya Rafael mengantar ku.

"Ngapain juga bapaknya ngomong ke aku. Nah aku ngga pernah ada urusan dengan beliau,"ucapku. "Pak Fatih,"panggil Rafael begitu sampai di depan lab. "Rafael? Ada apa ya,"tanya Fatih membalik tubuhnya sontak makin membuat jantung ku menggila.

Innalilahi wa innailaihi rajiun

Ini kan cowok yang pernah singgah dalam mimpi ku sampai bikin gila. Ngga mungkin kan wajahnya bisa sama persis padahal ini baru pertama ketemu. 'Ngga mungkin Sya ngga mungkin,'ucapku menahan gelisah.

'Ingat Sya siapa tau Pak Fatih udah married ehh tapi Hilda sama Airin bilang masih lajang. Aih kenapa kepala ku makin buyar gini???,'ucapku menjerit dalam hati. Ingin rasanya kabur saja kemana yang jelas ngga disini.

Tau ngga momen kamu ketemu dengan orang yang kamu rindukan. Misalnya nih kamu sudah bertahun-tahun ngga ketemu dengan orang yang sangat dekat dengan mu. Nah gitu sudah sedangkan aku aja baru first time ketemu dengan beliau.

"Sya buruan,"bisik Rafael menyenggol lengan ku. "Pak saya ingin mengonfirmasi sepertinya tidak bisa mengikuti praktikum,"ucapku bertahan dengan posisi menunduk. Masalahnya aku nunduk gini deg-degan nya dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Kenapa?,"tanya Fatih membuat ku mau ngga mau harus dengan cepat menyelesaikan biar makin cepat juga aku pergi. "Pak kemarin lusa jas lab saya kena asam sulfat. Nah setelah itu saya kurang tau dimana sekarang,"ucapku.

"Rafsya Anitya Sagara. Oiya saya lupa mengembalikan kemarin. Sebentar,"ucap Fatih berlalu kembali ke ruangan nya. "Hah maksudnya? Ga kayak mana pula maksud bapak nya,"tanyaku. "Loh kamu ngga tau kah?

Kemarin yang ngga sengaja tumpahkan asam sulfat di kamu itu bapak nya Sya. Bapaknya juga yang bawa kamu turun sampai ke rumah sakit. Karena waktu itu kami juga panik soalnya itu pecahan erlenmeyer nya jatuh ke bawah.

Otomatis bikin riweh, belum lagi asam sulfat yang jatuh. Semua dosen kemarin juga ikut panik soalnya kecelakaan lab kali ini agak beda dengan biasanya,"ucap Rafael cukup untuk membungkam ku. Gile kisah ku kok kayak halu nya wp amat sih. Masa iya mimpi bisa jadi kenyataan kayak gini.

"Rafsya ini jas lab kamu. Maafkan atas kecerobohan saya dan nanti setelah praktikum jangan pulang dulu,"ucap Fatih mengangsurkan jas lab. "Baik Pak,"ucapku mengangguk paham. Sementara kami diperbolehkan masuk terlebih dulu, ku usahakan pikiran ku tentang Fatih jauh ke udara.

"Pak Fatih agaknya kayak habis kena pukul ya Sya,"ucap Rafael. "Iya sih soalnya biru gitu pipi nya. Dah lah bodo amat yang penting jas lab ku comeback,"ucapku. "Iya lah tu. Kamu yakin bisa praktikum dengan tangan kiri masih diperban gitu?,"tanya Rafael.

"Yang diperban dari lengan sampai pergelangan. Bukan tangan ya mana ngaruh kecuali kamu mau ambil job kelompok kami,"ucapku. "Heleh bilang aja kamu masih pengen istirahat,"ucap Rafael. "Skip bercada aja aku bos,"ucapku memasukkan kedua tangan ku ke saku. 

Sementara yang lain berlalu ke bawah menyisakan ku di sendirian di dalam lab. "Rafsya Anitya Sagara gimana kondisi tangan nya,"tanya Fatih mendekati ku membuatku menjaga jarak. Terlebih aku lebih takut degup jantung ku yang kencang terdengar.

"Masih sama Pak,"ucapku tersenyum sembari menunduk ke bawah. "Kalo kamu merasa belum bisa sepenuhnya praktikum jangan memaksakan diri,"ucap Fatih ku angguki. Bisa ngga agak jauh Pak dah melting aku ini wehh.

Apalagi waktu tangan ku yang luka di angkat ke udara gara-gara ada sedikit bagian perban nya berantakan. Sumpah yang ku takutkan bukan rasa perihnya tapi takut ketahuan blushing sama Pak Fatih. Ya Allah semoga ngga ketahuan please.

"Itu sudah,"

Bunyi keramaian mengejutkan kami hingga tanpa sengaja Fatih menjatuhkan tangan kiri ku. "Aduh duh,"ucapku mengaduh. "Maaf maaf refleks. Saya permisi dulu,"ucap Fatih menjauh membuatku menghela nafas lega.

"Ihh ngapain hayo sama Pak Fatih sampai pipi mu ngga nahan,"ledek Airin. "Sembarangan. Perban ku rada terbuka tadi jadi dibenerin. Perih cuy makanya mau nangis aku,"ucapku berbohong di akhir kalimat. Karena ngga mungkin aku cerita fall in love sama Pak Fatih.

Related chapters

  • Stuck In H2SO4    Bab 2 : Tanggung Jawab

    "Kau nih kayaknya di suruh buang cairan kimia sisa Sya. Siapa suruh besok aja mikir nya,"ucap Airin mencibir ku. "Hust diam aja bisa ngga. Aku malah mikirnya di suruh bersihkan lab. Karena kalian berdua kan baik hati dan tidak sombong, jadi ngga pikir dua kali,"ucapku tersenyum lebar. "Ckckck. Dah lah ayo pulang Rin,"ucap Hilda. "Asem mau kemana lagi kalian ini he,"ucapku kesal. "Canda wak. Kita mau cari makan dulu, lapar kali habis praktikum. Nanti ku bungkuskan buat mu,"ucap Airin melambaikan tangan nya di udara. Menyisakan ku yang kayak orang gembel di depan lab. "Remember love you. I love you,"ucapku mengetuk kotak lab sembari memikirkan betapa gabutnya diri ku. "Rafsya Anitya,"panggil Fatih membuat ku segera bangkit. "Iya Pak,"ucapku berdiri tegap. "Ayo ikut saya,"ucap Fatih ku angguki. "Sudah shareloc Pak?,"tanya Lewis yang bertemu di pintu masuk. "Sudah saya kirim ke grup Pak,"ucap Fatih. "Oalah

    Last Updated : 2021-09-24
  • Stuck In H2SO4    Bab 3 : Little Wife

    Fatih POVKecelakaan kecil di lab membawa ku di dudukkan bersama gadis kecil mahasiswi ku. Liatlah dia tampak memang masih muda dari tingkahnya. Meskipun terlihat tertata mataku tak bisa beralih dari wajahnya yang imut."Ehem dimakan Le jangan liatin Rafsya terus,"tegur Asmita, mertuaku. Astaga dia juga bisa tersipu makin membuatku enggan mengalihkan pandangan. Ehh apaan sih Fat. Itu mahasiswi mu catat kalo lupa. "Mbak Rafsya liat nah Molly,"ucap sepupu nya menunjukkan kucing jenis Persia yang bergerak lucu membuat matanya berbinar."Molly. Eum tambah gemuk kamu,"ucap Rafsya menggendong Molly sembari mengusap lembut kepalanya. Kalo kucing aja digendong penuh sayang bagaimana dengan putra mu Fat. Ehh kenapa malah jadi ngelantur.Baru sejam yang lalu akad, otakku mulai ngga sehat. Efek nikah di usia yang seharusnya sudah berkeluarga. "Rafsya makan dulu Nak. Nanti aja Molly nya,"ucap Asmita. "Bent

    Last Updated : 2021-10-18
  • Stuck In H2SO4    Bab 4 : Ekspektasi Pagi Indah

    Suara rintik hujan membuat ku membuka mata perlahan. Ini sepertinya kediaman Hafla apalagi dengan berbagai dokumen di sana sini. Dan ya Fatih yang tidur di sofa. Ehh pelanggaran lu Sya. Bisanya suami tidur di sofa.Ku tarik selimut yang membalut tubuhku dan menyampirkan ke tubuhnya sebelum beranjak keluar. Masih jam 4, berarti harusnya aku sudah mulai masak. Masalahnya ngga ada kah yang bisa ganti baju ini heh.11 12 dengan rumahku hanya saja keluarga Hafla jauh lebih agamis berbeda dengan ku yang lebih javanes. Tapi di sini ngga ada ruang terbuka penghubung kayak di rumahku. Its okey kolam ikan cukup membuatku terpukau."Rafsya sudah bangun Nak?,"tanya Aina dengan senyum lembut nya menyapa ku. Bunda mertua ku memang sangat lemah lembut ges. Di pagi yang cerah senyumnya sudah mencerahkan dunia. "Sudah Bun. Oiya bun kalo sarapan biasanya masak apa,"tanyaku."Waduh kok kamu sibuk masak. Udah ngga usah

    Last Updated : 2021-10-19
  • Stuck In H2SO4    Bab 5 : Memahami

    Rumah sederhana dengan kolam ikan dan taman hijau di luar cukup membuat ku terpesona begitu pintu gerbang terbuka otomatis. Belum lagi gazebo yang teduh dengan rerumputan hijau menambah kesan cinta alam."Kak Rafsya suami tersayangmu kangen nih. Lagian kenapa juga ngga saling tuker nomer Whatsapp sih,"ucap Amayra menyodorkan HP nya. "Rafsya saya kemarin sudah nyusun semua baju dari rumah kamu di lemari.Nanti kalo ada kurang nya atur aja sendiri. Amayra ngajak kamu kemana tadi,"tanya Fatih. "Kemana? Cuma ke apotek beli salep karena yang kemarin habis,"ucapku. "Yee suudzon mulu sih,"celetuk Amayra."Ya sudah. Nanti jam setengah 5 saya pulang. Langsung bersihkan diri saja sesuaikan senyaman mu saja. Assalamualaikum,"ucap Fatih menutup panggilan. Dia meminta ku bersih-bersih atau akan membuat tugas yang akan datang. "Waalaikumussalam,"ucapku masuk ke dalam rumah yang membawa suasana sejuk dan penuh nuansa hijau.

    Last Updated : 2021-12-01
  • Stuck In H2SO4    Bab 6 : Ngampus bareng

    “Larutan NaCl 0.02M terlebih dahulu dilakukan standarisasi,”ucapku bolak-balik sepanjang kamar, sementara Fatih sibuk dengan laptop nya. “Bukan 0,02 Sya. 0,002 M. Tidurlah saya ngga menerima telat bangun,”ucap Fatih mengemasi bukunya. “Tapi kalo saya ngga bisa dikeluarkan. Gimana sih Pak,”ucapku berdecak mendapat tatapan aneh nya. “Sudah cukup. Cepat tidur,”ucap Fatih membuat ku ikut bergegas ke atas ranjang setelah tak lama kemudian lampu dimatikan.“Erlenmeyer, buret, corong pisah, labu ukur,”ucapku bergumam sembari menatap ke langit-langit kamar yang dihiasi temaram lampu. “Rafsya Anitya. Mau tidur sendiri atau saya tidurkan,”gumam Fatih menatapku lekat. “Rafsya tidur,”ucapku memundurkan diri malah ditarik mendekat. “Mau jatuh dari ranjang? Ayolah Rafsya kamu bukan anak kecil yang susah disuruh tidur kan. Sekali lagi kamu bergumam atau bertingkah lagi, saya pastika

    Last Updated : 2021-12-01
  • Stuck In H2SO4    Bab 7 : Cara Pikir Rafsya

    "Sya dari bapak kah itu?,"senggol Airin begitu usai praktikum melihat gelang di tanganku. "Hmm iyalah masa iya aku beli ginian,"ucapku. "Selera bapak bagus ya,"ucap Airin. "Banget, apalagi dia suamiku,"ucapku terkekeh geli. "Cie sudah mengakui,"ledek Airin membuatku tersenyum kecil. "Setelah praktikum kali ini silahkan laporan sementara dikumpulkan paling lambat besok jam 23.59 Wita,"ucap Fatih."Baik Pak,""Kerja kelompoknya gimana ini?,"tanyaku bersama teman satu kelompok. "Iya nah. Kamu ngga ngekost lagi kan. Atau kita bagi tugas aja,"ucap Kieran. "Iya gin. Aku dasar teori,"ucapku. "Nah sisanya tinggal kami yang kerjain. List aja di grup baru kumpul di wa semuanya paling lambat besok pagi jam 8,"ucap Rafael. "Oke oke. Ya udah duluan ya,"ucap Kieran pergi lebih dulu.Sementara diri ku tentu saja belok memutar balik sebelum masuk ruang dosen. "Weh mau kemana,"tanya Rafael melihat ku malah berbalik arah. "Biasalah,

    Last Updated : 2021-12-01
  • Stuck In H2SO4    Bab 8 : Dewasa

    "Rafsya,"panggil Fatih membuatku berbalik usai konsultasi dengan Lewis. Padahal sedari tadi sudah enggan mendekatinya malah dengan sengaja pria itu meminta ku berbincang. "Saya pak,"ucapku berdiri di depan nya. "Tunggu temanmu keluar dulu,"ucap Fatih membuat ku duduk dengan wajah bosan."Pak sudah keluar semua. Ngapain lagi saya disini,"ucapku. "Setelah ini ada pemeriksaan bulanan dari instansi. Kemarin sebelum nikah ngga sempet ngurus makanya kartunya baru jadi. Nanti ke sana jam setengah 2 an saja,"ucap Fatih menyerahkan sebuah kartu yang menampilkan wajahku sama seperti di kartu tanda mahasiswa. Nasib nikah masih mahasiswa."Pemeriksaan apa Pak? Saya tidak sedang sakit,"ucapku merasa sehat. "Seharusnya sebelum menikah kemarin perlu vaksin tetanus. Tapi lihat kebijakan dokternya seperti apa ya,"ucap Fatih membuat menatapnya tak percaya. Jarum suntik memang bagi semua orang rasanya tidak seberapa. Tapi bagi ku lebih baik terke

    Last Updated : 2021-12-03
  • Stuck In H2SO4    Bab 9 : Guncangan

    “Ada tamu kah?,”ucapku begitu melihat pintu rumah terbuka lebar. “Ya masuk kalo mau tau,”ucap Fatih memasuki rumah. Baru aja mengikuti langkah Fatih masuk, aku sudah dikagetkan dengan seorang wanita yang memeluk erat dirinya.“Ehh,”ucap Amayra terlonjak sedangkan aku hanya terpaku. Perasaan itu foto bukan pajangan loh ya. Bukan posesif hanya saja baru menyadari dia gadis yang semalam. “Syarifah saya baru pulang,”ucap Fatih membuatnya melepas pelukan nya.Tau kah kalian yang namanya Syarifah itu behh. Sungguh mempesona dan tampak cerdas seperti yang terlihat. “Ini sepupu?,”tanya Syarifah menunjukku. “Dia Rafsya istri ku. Rafsya ini Syarifah teman kuliah ku,”ucap Fatih datar duduk di sofa ruang tamu.“Istri? By kamu ngga salah kan. 7 tahun terus kamu tiba-tiba nikah gitu aja. Ouh pantes semalam kamu ngga mau aku datang ke rumah mu karena ini,&rdquo

    Last Updated : 2021-12-03

Latest chapter

  • Stuck In H2SO4    Epilog

    Rafsya POV Nafasku masih naik turun setelah beberapa menit lalu bertaruh nyawa. Lihatlah lelaki di sampingku tak hentinya mencium kening ku penuh sayang. 2 jam sebelumnya dia tak henti memberi semangat dan terus setia menggenggam erat tangan ku. Lantunan rasa syukur dua buah hati terlahir normal ke dunia. Nyaris seperti operasi tumor otak beberapa bukan yang lalu. Diriku nyaris melahirkan seorang diri karena perutku tiba-tiba mulas sementara Fatih tengah pergi karena sebuah kegiatan. Bukan Fatih yang salah, memang seharusnya lahirnya itu 10 hari lagi. Tapi beginilah warna warni takdir. "Mas kamu bahagia?,"tanyaku di angguki nya membuat setetes air mata jatuh di ujung mata. "Dek pasti sakit sekali kan?,"tanya Fatih ku gelengkan. "Saya dari semalam mikir. Usia kita beda jauh otomatis kamu akan lebih dulu merasakan tua. Membayangkan melewati masa tua sendiri. Hanya ditemani dengan anak-anak. Rasa sakitnya itu terbayar sud

  • Stuck In H2SO4    Bab 54 : Rumah

    Fatih POV Mataku memandang manis gadis yang bersandar tenang. Kalau saja Asmita tidak memintanya diam mungkin sekarang entah kemana dia akan beranjak. Hijab pasmina yang melingkari kepalanya tidak lagi meluncur seperti saat memakai jilbab segitiga. Namun tetap saja, seharian duduk manis di kediaman Mahardika yang memang tengah ada acara kumpul keluarga.Seharian ini jiwa indie nya kadang membuat ku terhanyut. Entah berapa lagu yang terlantun sementara melihat semua orang berlalu lalang kesana kemari. H2SO4 dan kenangan itu bagaimana bisa lupa. Awal jumpa dengan gadis ini. Karena selama ini aku hanya tau dari dosen lain tentang nya. Entah bagaimana bisa diriku yang masuk mimpi gadis belia itu.Hingga membuat dirinya jatuh hati lebih dulu padaku. Padahal dia saja tidak tau wajahku yang mana. Menurutku mimpi itu datang dari Allah sebagai jawaban. Karena saat ini memang diriku yang berdiri di sebelah

  • Stuck In H2SO4    Bab 53 : Hairstylist

    "Rafsya sudah sembuh yee,"ucapku bersorak bangga sembari berlalu mendekati jendela karena keringat mulai mengucur deras. Aku akan mengejutkan Fatih saat dia pulang dari menemani Amayra nanti. Menunggu dirinya tiba, kembali berpaku di depan meja rias sembari melepas penutup kepala. Bekas operasi yang tercetak jelas membuatku terlihat mirip Voldemort.Sisir yang biasanya ku gunakan untuk membuat berbagai jenis bentuk rambutku kini tidak lagi berguna. Tidak lagi merasa sedih, ku sampingkan rasa pilu yang menggerogoti benak sembari mengusapkan potongan lidah buaya ke seluruh bagian kepala ku. "Rafsya Dek saya pulang,"ucap Fatih terdengar memasuki rumah membuatku segera menutup kembali kepala.Dengan langkah pasti, bisa ku lihat wajah Fatih menarik senyum lebar tak ingin mendekat lebih jauh. Sengaja ingin melihat ku berjalan dengan lancar ke arahnya. "Kak ngap ya ya kembali ngontrak di bumi,"ucap Amayra menepi membiarkan ku melangkah lebih cepat hingga terhent

  • Stuck In H2SO4    Bab 52 : Wisata Masa Lalu

    Rafsya POVSuasana saat pemeriksaan pagi hari yang biasanya diisi dengan ketenangan menjadi penuh tawa. "Wah lagi pemeriksaan ya. Mbak Aini, ini kah orangnya?,"tanya Asmita membuatku ingin tenggelam ke Palung Mariana saja. Sementara sosok yang dimaksud hanya tersenyum lebar. "Dokter dulu temannya Amayra?,"tanya Aini memulai interogasi."Saya dulu hanya kenal Amayra adek tingkat saya,"ucap Kenan. "Adek tingkat atau apa tuh? Masa kakak tingkat sama adek tingkat bahas organisasi atau kuliah di bioskop,"ucap Fatih kian membuat wajah Kenan memerah. "Hanya teman saja Pak,"ucap Kenan mengganti status membuatku terkekeh pelan."Teman tapi mesra kah Dok?,"tanya Asmita sungguh membuat pria di depan ku kehabisan kata-kata. "Saya dulu rekannya Amayra saja Pak Bu. Tapi setelah itu kami lost contact karena saya harus menyelesaikan studi di luar negeri dan baru bertemu lagi karena tidak sengaja menangani kakak iparnya,"ucap Kenan akhirnya mengaku.

  • Stuck In H2SO4    Bab 51 : Only One

    "Rafsya saya pulang,"Kalimat itu sontak membuatku menarik senyum lebar. Bagaimana pergi ke rumah sakit disebut pulang? Sepertinya dia terlalu banyak tertular diriku. "Baru dari kampus Mas?,"tanya Arkan yang sedari tadi menemani ku bersama Amayra. "Nggak juga. Pulang mandi dulu Kan. Masa mau ketemu sama cewek cantik bau asem,"ucap Fatih membuatku terkekeh pelan."Cewek cantik yang mana Le?,"tanya Mahardika membuat Fatih menoleh melihat Mahardika sudah berdiri dengan penuh pertanyaan. "Yang itu Pak. Saya hanya punya cewek cantik. Eh empat Pak. Ibu, Bunda, Amayra dan yang paling cantik Rafsya,"ucap Fatih. "Ehm manisnya kelewatan gombalnya Mas,"ucap Arkan membuatku terkekeh pelan."Kamu sudah makan belum Le?,"tanya Mahardika. "Saya makan bareng sama Dek Rafsya aja,"ucap Fatih membuatku menggeleng heran. "Kan, Nduk Ay ayo pindah kamar. Orang kasmaran susah kalau dipisahkan,"ucap Mahardika berlalu pergi menyisakan ku dengan Fatih. "Sudah check up belum sama dok

  • Stuck In H2SO4    Bab 50 : Jawaban

    Terjawab sudah semua alasan hal yang mengganjal dalam benakku selama ini. Alasan dirinya mengambil uang dengan nominal sebesar itu, rambutnya rontok, juga bercak darah yang ku temukan di bekas tisu di meja rias juga pasti miliknya. Ditemani dengan Kiran, Lewis, dan Liona diriku duduk terdiam sembari mendonorkan darah."Pak Fatih sebelumnya ngga tau Rafsya punya penyakit ini?,"tanya Lewis ku gelengkan pelan sembari tersenyum. "Saya memang tau Rafsya belakangan ini agak pucat, rambutnya rontok, belum lagi mertua saya bilang dia ada transaksi dengan nominal besar. Hanya saja saya ngga tau dia sengaja menyembunyikan penyakitnya dari saya,"ucapku gamang."Mungkin Rafsya punya alasan Pak. Lagipun ngga mungkin Rafsya akan bertindak sendiri kalau memang alasannya ngga kuat,"ucap Liona menenangkan. "Kakak,"ucap Amayra memelukku erat membuatku terbangun dari diam ku. "Maaf Kak,"ucap Amayra tersedu dalam tangis. "Kenapa kamu juga ikut ngga mau kasih

  • Stuck In H2SO4    Bab 49 : Shock

    Air mata ku hanya bisa terus luruh saat mendengar Fatih merapalkan doa meminta pada Allah untuk setiap detail kebahagiaan ku. Sementara diriku hanya duduk di atas ranjang menahan pedih karena tak bisa menunaikan sholat dan saling mendoakan di atas sajadah yang sama. Apalagi setelah itu dilanjutkan dengan merdunya ketika melantunkan ayat suci Al Quran.Aku tidak bisa membayangkan jika hari ini aku akan telat pulang karena masih dalam proses penyembuhan. Sudah 2 jam diri ku hanya dalam posisi yang sama melihat sosok pria yang selalu berharap semua yang terbaik untukku. Membayangkan wajahnya pucat pasi ketika tau aku akan memasuki ruang operasi pasti hanya membuatku makin hancur."Dek saya pergi ke masjid dulu ya,"ucap Fatih membuatku mengangguk paham sembari mengambil beberapa perlengkapan lain menyelipkan ke kamar Amayra. "Ay sudah bangun kah?,"tanyaku mengetik pintu sembari membawa tas berisi seluruh keperluan ku. "Sudah Kak. Sini biar ngga

  • Stuck In H2SO4    Bab 48 : Defect

    "Rafsya kamu masih di dalam,"Panggilan berulang itu membuatku terbangun dengan bekas mimisan mengalir melintasi wajahku. "Iya Mas sebentar lagi beneran keluar ini,"ucapku segera mencuci wajah. Bisa-bisanya malah tertidur di kamar mandi. Yang ada malah semakin memperburuk keadaan saja Rafsya. Sembari melihat wajahku tampak baik-baik saja segera ku putar knop pintu melihatnya cemas."Kamu baik-baik saja Rafsya?,"tanya Fatih ku angguki. "Selalu baik saya Mas,"ucapku membuatnya menghela nafas lega. "Ayo tidur,"ucap Fatih menarik tanganku menuju ranjang. "Loh kok Mas sudah ganti baju,"tanyaku. "Barusan pulang Pak Adimas sama Bu Andin nya,"ucap Fatih membuatku melirik ke arah jam dinding. Pantas saja. Sudah jam setengah dua belas malam.Selama itu aku tertidur di dalam kamar mandi dan sekarang di tempat yang seharusnya malah sulit ku jumpai kata nyaman untuk tidur? Astaga kebodohan apa ini Rafsya. Sembari melirik Fatih tampak d

  • Stuck In H2SO4    Bab 47 : Masuk Angin?

    Sungguh menyebalkan.Hanya satu kalimat itu saja yang ingin ku ungkapkan saat membuka mata. "Masih marah,"ucap Fatih menyenggol lengan ku. "Entah. Katanya iya Rafsya sayang nanti dibangunin,"ucapku sebal. "Iya kan tapi saya bangunin,"ucap Fatih masih terus terkekeh mencebik. "Kenapa toh ini? Masih sebel Nak,"tanya Aini bergabung dengan kami di ruang tengah."Itu Bun. Coba kalau begini kayak berat sekali,"ucapku mengomentari make up di wajahku yang terpasang begitu saja. Ya Anda tidak salah. Memang setelah kami pulang, di rumah sudah menyiapkan dengan sebaik mungkin. Hanya saja Amayra sengaja tidak diberi tahu dulu. "Cantik kok. Bunda yang suruh Mas Fatih biarkan aja. Karena Bunda kayaknya capek sekali,"ucap Aini membuatku mengedipkan kedua mata tak percaya."Iya kan Fat. Cantik mantu Bunda,"ucap Aini. "Cantik sekali dong Bun. Apalagi kalau lagi ngambek,"ucap Fatih tak tahan menaikkan sudut bibirku membuatnya tergelak. "Bun Amayra kata

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status