Satu Malam Bersama Ceo Duda

Satu Malam Bersama Ceo Duda

last updateLast Updated : 2023-12-15
By:  AufaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
7 ratings. 7 reviews
41Chapters
4.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Zia terkejut begitu menemukan seorang pria tak dikenal berbaring di ranjang hotel bersamanya. Terlebih, keluarganya juga tiba-tiba masuk ke kamar dan meminta mereka untuk segera menikah. Di sisi lain, Azka--CEO berstatus duda--yang baru terbangun, begitu terkejut dengan semua yang terjadi. Mendatangi pesta kolega bisnisnya, ternyata Azka malah dijebak dengan diberi obat tidur pada minumannya. Dia yakin tidak menyentuh Zia sama sekali! Namun, melihat perilaku pihak keluarga Zia yang ekstrem dan kejam dalam memperlakukan Zia, Azka menjadi iba. "Baiklah, saya akan menikahi Zia." Ucap Azka impulsif, hingga membuat Zia terkejut. Lantas, bagaimanakah kisah pernikahan Azka dan Zia? Apakah berakhir dengan bahagia atau justru ... sebaliknya?

View More

Chapter 1

Bab 1

"Huwaaa!" Seorang perempuan berumur 25 tahun berteriak setelah melihat ada seorang laki-laki yang tidur di sampingnya. Ia pun lantas duduk, dan memeriksa pakaiannya. Napas lega ia hembuskan saat melihat pakaian di tubuhnya masih utuh. Kemudian ia mengamati laki-laki itu yang kini mulai mengerjapkan matanya, karena terganggu dengan suara teriakan tadi.

Membuka mata, Azka pun sontak bangun dari posisinya berbaring saat melihat ada seorang perempuan yang tengah memperhatikannya. Sama dengan perempuan itu tadi, Azka pun lantas memeriksa tubuhnya, dan bersyukur pakaiannya masih membungkus tubuhnya. Artinya, di antara mereka tidak terjadi apa-apa.

"Siapa kamu?" tanya Azka dingin.

"Harusnya aku yang tanya siapa kamu," balas perempuan itu dengan ketus, tetapi matanya seperti menyiratkan kekaguman pada Azka.

Azka sontak mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan yang tampak asing. Ia bingung, kenapa bisa berada di sini, dan tiba-tiba bangun dengan mendengar teriakan seorang perempuan asing yang berada di ranjang yang sama dengannya.

"Bisakah kamu memberitahu saya, di mana ini?" ujar Azka.

Perempuan itu menghela napas, lalu menatap Azka. "Kalau aku ingat-ingat, sebelum aku kehilangan kesadaran, aku sempat menghadiri sebuah pesta rekan bisnis papaku di sebuah hotel mewah."

Pesta?

Azka pun sontak teringat, bahwa dirinya pun sempat menghadiri sebuah pesta.

Memejamkan mata, Azka mencoba mengingat apa yang telah terjadi, sebelum akhirnya ia berakhir di kamar ini.

Azka ingat sekarang. Tadi malam ia menghadiri pesta kolega bisnisnya. Berbincang dengan beberapa orang yang dikenalnya di acara itu, lalu bertemu dengan seorang teman lama. Temannya itu menyodorkan sebuah minuman. Tadinya Azka menolak, karena mengira jika minuman itu mengandung alkohol. Tapi setelah temannya mengatakan bahwa minuman itu tak beralkohol, Azka pun lantas menerima, dan meminumnya.

Setelah beberapa menit, kepala Azka terasa pusing, pun matanya yang terasa berat. Entah apa yang terjadi setelah itu, hingga akhirnya pagi ini Azka dikejutkan dengan adanya seorang perempuan di ranjang yang sama dengannya.

"Apakah ini di hotel tempat dilaksanakannya pesta pak Bram?" Azka bertanya dengan menyebutkan nama orang yang mengadakan pesta tadi malam. Perempuan yang sedari tadi memperhatikannya dengan tatapan kagum itu pun tersentak, dan salah tingkah.

"Ya, sepertinya sih," jawab gadis itu.

Kamar tempat Azka, dan perempuan itu berada terbilang cukup luas, dan mewah. Entah siapa yang membawanya ke mari tadi malam, apakah temannya atau bukan, Azka sungguh penasaran.

"Saya sepertinya pingsan setelah minum sesuatu saat pesta tadi malam," ujar Azka. "Bagaimana denganmu, Nona?"

Perempuan itu mulai mengingat apa yang terjadi semalam.

"Seingat aku, tadi malam aku meminum beberapa gelas anggur, hingga membuatku pusing. Lalu, adikku datang, memapah, dan sepertinya membawaku ke kamar ini," tutur perempuan itu.

Azka diam, sembari mengingat-ingat kembali apa yang terjadi sebelum ia pingsan, apakah ada yang terlewat atau tidak.

Jika ia pingsan setelah meminum minuman yang diberikan oleh temannya, Azka jadi bertanya-tanya, apa motif dari temannya itu. Sengaja menjebaknya kah? Atau temannya itu juga tidak tahu bahwa di minuman itu ada sesuatu?

Di saat Azka tengah berpikir, perempuan itu justru mengamati Azka. Wajah Azka yang rupawan khas orang Asia timur, dengan warna kulit yang putih bersih, membuat perempuan itu tidak bisa untuk tidak memujanya di dalam hati.

"Mmm ... ngomong-ngomong, namaku Zia, Tuan. Nama Anda siapa?"

Azka menoleh ke arah perempuan itu yang kini sudah mengulurkan tangan kepadanya.

Maksudnya mengajak berkenalan begitu? Azka tidak habis pikir, di situasi seperti ini, perempuan itu justru mengajaknya berkenalan.

Merasa malu karena uluran tangannya tak bersambut, perempuan yang mengaku bernama Zia pun akhirnya menurunkan tangannya. "Ah, tidak apa-apa kalau Tuan tidak mau menyebutkan nama Tuan. Oh ya, mungkin semalam Anda mabuk, Tuan, sama seperti aku yang kebanyakan minum anggur."

"Saya tidak mabuk, karena kata teman saya yang memberikan minuman, minuman itu tidak mengandung alkohol," kata Azka.

"Masa sih? Anda yakin?" Zia tampak tidak percaya. "Zaman sekarang, mana ada laki-laki yang nggak minum minuman beralkohol, apalagi di acara pesta."

Azka berdecak sebal. "Nyatanya memang ada, dan itu saya."

Tidak tahu, apakah yang membuatnya tadi malam pingsan itu alkohol atau sejenis obat yang ditaruh di minumannya, tapi Azka benar-benar tidak pernah meminum minuman beralkohol.

Dirinya memang bukan orang baik, Azka menyadari itu. Namun, sebrengsek-brengseknya Azka, ia tak pernah sekalipun mencicipi minuman haram itu.

Di masa lalu, Azka memang sempat jauh dari Tuhan. Sering meninggalkan sholat sebagai kewajibannya yang seorang muslim, sering tidak ikut puasa Ramadhan, dan sering mengabaikan kewajiban yang lainnya. Meski demikian, bukan berarti Azka suka mengkonsumsi barang haram.

"Terus, kenapa Anda bisa ada di sini, dan tidur di ranjang yang sama dengan saya, Tuan?"

"Sekarang bagaimana kalau pertanyaan itu dibalik, kenapa kamu bisa berada di sini?" Azka membalikkan pertanyaan kepada Zia.

"Ya kalau aku sih, mungkin aja adikku tadi malam mesenin kamar ini buatku yang udah mabuk berat, dan tidak mungkin dibawa pulang. Kalau Tuan gimana?" kata Zia.

"Sama saja. Mungkin teman saya tadi malam yang membawa saya ke sini."

"Tapi masa kita bisa berada di kamar yang sama sih? Kalau adikku atau temennya Anda mesenin kamar, tidak mungkin sengaja mesenin kamar yang sama kan, kecuali kalau mereka udah merencanakan sesuatu?"

Azka mengangguk-angguk, membenarkan perkataan Zia. Keduanya lantas tenggelam dalam pikiran masing-masing, dan belum ada yang beranjak dari ranjang itu.

Pintu kamar itu tiba-tiba terbuka dari luar, dan masuklah beberapa orang.

"Astaga! Zia! Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya seorang laki-laki paruh baya dengan raut terkejut. Di belakangnya ada seorang wanita paruh baya, dan seorang gadis yang umurnya tidak jauh dari Zia. "Dan siapa laki-laki bre***ek ini? Jangan bilang kalian telah melakukan tindakan asusila!"

Zia lantas melompat dari ranjang, lalu mendekati laki-laki paruh baya itu. "Pah, ini tidak seperti yang Papah lihat. Aku dijebak, Pah."

"Benar, Pak, kami dijebak," timpal Azka. Dirinya tentu tidak mau dituduh yang tidak-tidak.

"Halah, omong kosong! Udah ketauan sama-sama di kamar yang sama, di ranjang yang sama pula, masih berani-beraninya ngaku dijebak. Apa kalian tidak tahu malu?" Wanita paruh baya di belakang ayah Zia itu, seperti sengaja membuat suasana semakin tegang.

"Mah, kami memang dijebak. Tadi malam aku mabuk, terus Gea yang memapah aku, dan juga yang bawa aku ke sini," ucap Zia sambil menunjuk gadis di belakang wanita paruh baya itu.

Ayah Zia sontak menoleh ke arah gadis yang bernama Gea, seakan meminta penjelasan.

"Pah, emang bener, tadi malam aku yang bawa kak Zia ke kamar ini. Aku juga kan, yang tadi ngasih tau Papah sama Mamah kalau kak Gea nginep di sini? Tapi aku nggak tau kalau ternyata ada laki-laki di kamar inap kak Zia," kata Gea.

Ayah Zia kembali menatap Zia sebentar, lalu beralih menatap Azka dengan tajam. "Jelaskan pada saya, apa yang telah kamu lakukan pada anak saya!"

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

default avatar
TRD Simulator Game
bagus jg critanya, simpel & gk bertele-tele
2024-03-24 11:22:44
0
default avatar
TRD Simulator Game
bagus jg critanya, simpel & bertele-tele.
2024-03-24 11:22:04
0
user avatar
Dian Ibrahim
selalu setia menanti kelanjutan ceritanya pak Azka semangat kak Aufa...
2023-06-03 15:40:03
0
user avatar
miss calla
Kelamaan up nya..
2023-05-19 14:14:01
0
user avatar
Dian Ibrahim
suka banget sama ceritanya karna dari awal ngikutin dan nyambung ke cerita di GN selalu ditunggu updatenya kelanjutan cerita pak Azka ...
2023-03-02 22:01:04
0
user avatar
Dian Ibrahim
akhirnya louncing juga cerita yg ditunggu2 munculin asya n pak Dave juga kak biar makin seruuu
2023-01-12 12:09:03
2
user avatar
ul ul
Good! Fighting!
2023-01-11 17:00:55
0
41 Chapters
Bab 1
"Huwaaa!" Seorang perempuan berumur 25 tahun berteriak setelah melihat ada seorang laki-laki yang tidur di sampingnya. Ia pun lantas duduk, dan memeriksa pakaiannya. Napas lega ia hembuskan saat melihat pakaian di tubuhnya masih utuh. Kemudian ia mengamati laki-laki itu yang kini mulai mengerjapkan matanya, karena terganggu dengan suara teriakan tadi. Membuka mata, Azka pun sontak bangun dari posisinya berbaring saat melihat ada seorang perempuan yang tengah memperhatikannya. Sama dengan perempuan itu tadi, Azka pun lantas memeriksa tubuhnya, dan bersyukur pakaiannya masih membungkus tubuhnya. Artinya, di antara mereka tidak terjadi apa-apa. "Siapa kamu?" tanya Azka dingin. "Harusnya aku yang tanya siapa kamu," balas perempuan itu dengan ketus, tetapi matanya seperti menyiratkan kekaguman pada Azka. Azka sontak mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan yang tampak asing. Ia bingung, kenapa bisa berada di sini, dan tiba-tiba bangun dengan mendengar teriakan seorang peremp
last updateLast Updated : 2022-12-04
Read more
Bab 2
Azka kini sudah duduk di sofa di kamar hotel tempatnya terbangun tadi, berhadapan dengan orang tua Zia. Sedangkan Zia berdiri di belakang orang tuanya berdampingan dengan Gea--adiknya. Tak pernah sekalipun terbayangkan di benak Azka, bahwa dirinya akan berada di posisi seperti ini, disidang oleh orang tua seorang gadis yang bahkan tidak Azka kenal. "Saya tidak tahu bagaimana bisa berakhir di kamar ini dengan putri Anda, Pak. Yang saya ingat, semalam saya menghadiri pesta pak Bram, dan meminum minuman yang diberikan oleh teman lama saya. Setelah itu, kepala saya menjadi pusing, dan mulai mengantuk. Entah setelah itu, saya tidak ingat apa-apa lagi. Mungkin teman saya yang membawa saya ke sini." Azka menjelaskan apa yang diingatnya. Zoni--ayah Zia, tampak mengamati ekspresi Azka. Dari tutur katanya yang lancar, dan raut wajahnya yang tampak tenang, Zoni merasa sepertinya Azka memang tidak berbohong. "Halah, alasan! Pemuda jaman sekarang mana ada yang mau ngaku kalau sudah hamilin ana
last updateLast Updated : 2022-12-05
Read more
Bab 3
"Azka, sepertinya sekarang juga kamu harus menikahi anak saya." Perkataan Zoni itu pun sontak membuat Azka melotot. Begitu pun dengan Zia yang tidak menyangka, sang ayah akan memutuskan suatu hal yang berkaitan dengannya, tanpa meminta pendapatnya lebih dulu. Entah apa yang dibisikkan oleh ibu Zia kepada suaminya tadi, hingga tiba-tiba tercetus perintah kepada Azka untuk menikahi Zia. Azka semakin geram saja pada ibu Zia itu. "Kenapa saya harus menikahi putri Anda, Pak? Saya sudah jelaskan berulang kali tadi, bahwa saya tidak melakukan apa-apa pada putri Anda, meskipun kami tidur di ranjang yang sama," ujar Azka. "Iya, Pah, Papah kok tiba-tiba malah nyuruh tuan Azka buatin nikahin aku sih? Kita beneran nggak ngapa-ngapain, ya ampuuun ... kenapa sih, Papah sama Mamah dari tadi nggak percaya," timpal Zia "Ini semua demi kebaikan kamu, Zia," ketus ibunya Zia, sambil melotot ke arah Zia, lalu beralih menatap Azka dengan tajam. "Dan kamu, Azka! Sekali pun kamu tidak macam-macam dengan
last updateLast Updated : 2022-12-06
Read more
Bab 4
Apa yang menimpa Azka, dan Zia adalah rencana yang sudah disusun jauh-jauh hari oleh Gea, dan Renata--ibunya Gea. Zia di rumah besar itu berstatus sebagai anak kesayangan, dan kebanggan sang ayah. Meski terkadang otak Zia sedikit lemot dalam memahami sesuatu yang terjadi, tapi sebenarnya Zia adalah gadis yang cukup pintar dalam bidang akademik.Prestasinya dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi selalu membuat bangga sang ayah. Tak jarang Zoni--ayahnya Zia, selalu membicarakan tentang Zia kepada seluruh anggota keluarga besarnya, dan para rekan bisnisnya. Selain pintar, Zia juga gadis yang cantik, dan cukup periang. Ia bisa berteman dengan siapa saja, baik dari golongan yang sama dengannya, maupun orang biasa. Zia tidak pernah membeda-bedakan orang dari status sosialnya. Sikapnya yang humble ditambah lagi kecantikan wajahnya itu, membuat keluarga besar Zia pun menyukai Zia, dan sering memuji, serta menyanjung Zia. Hal itu menimbulkan kecemburuan di hati Gea--adik Zia beda ibu.
last updateLast Updated : 2022-12-20
Read more
Bab 5
Gea menceritakan pada ibunya, tentang awal mula dirinya bisa menjebak Zia, hingga akhirnya sang ayah memergoki Zia bersama Azka di ranjang yang sama di sebuah kamar hotel. Tentunya Gea tidak menceritakan apa yang terjadi antara dirinya, dan Bobi semalam, karena itu pasti akan membuat sang ibu marah kepadanya. "Tapi aku agak kesel, Mah, kenapa yang mau nikahin kak Zia, cowok ganteng itu. Harusnya tadi malam aku nyuruh temen aku buat nyari cowok yang jelek aja," kata Gea. Sebenarnya, dalam hati, Gea juga mengagumi ketampanan Azka saat pertama kali melihatnya. Tadi malam ia ingin protes, kenapa Bobi malah mencarikan tumbal laki-laki tampan, yang akan diletakkan di ranjang yang sama dengan Zia. Namun, karena sudah terlanjur, Gea pun terima saja. "Halah, laki-laki yang ganteng seperti Azka itu banyak, Sayang. Temen-temen arisan mamah banyak yang punya anak laki-laki ganteng-ganteng. Lagian sepertinya Azka cuma menang gantengnya doang, tapi dompetnya kosong. Pasti setelah menikah, Zia a
last updateLast Updated : 2022-12-20
Read more
Bab 6
Zia terus mencoba meyakinkan Azka agar mau kabur dari rumah ayahnya ini. Bagi Zia, ini semua tidak adil, jika ia, dan Azka harus menikah sebagai konsekuensi untuk sesuatu yang bahkan tidak mereka lakukan. Meski pada akhirnya Azka mau menikahinya, tapi Zia yakin, itu karena keterpaksaan, dan tekanan dari ayahnya. Zia tidak ingin hidup dalam pernikahan bersama suami yang tidak mencintainya. Tidak bisa dibayangkan bagaimana menderitanya dirinya nanti, jika tidak ada cinta dalam pernikahan mereka, sedangkan sedari dulu Zia selalu memimpikan hidup bahagia dalam pernikahan bersama laki-laki yang dicintai, dan mencintainya. "Tuan, pokoknya kita harus pergi sekarang dari sini, sebelum ayahku keluar dari kamar, terus mencari kita," kata Zia, setengah mendesak pada Azka yang masih berpikir. "Kalau kita pergi dari sini, lalu kamu mau ke mana?" tanya Azka. "Kalau saya mungkin bisa pulang ke kota asal saya, sementara kamu? Ini rumah orang tua kamu bukan? Setelah kita kabur nanti, kamu akan kem
last updateLast Updated : 2023-01-09
Read more
Bab 7
"Ke mana para pembantu? Masa nggak ada yang keliatan satu pun? Niat kerja nggak sih mereka?" gerutu Gea. "Tadi mereka disuruh papah ke pasar, buat beli bahan makanan untuk acara walimahan nanti," sahut Renata. "Cih, pernikahan dadakan aja pake walimahan segala. Mana pengantin laki-lakinya orang nggak jelas dari kota antah berantah, lagi!" cibir Gea. "Yaa, bagaimana pun juga, Zia kan anak kesayangan papah kamu, Sayang, meskipun kita udah coba jebak dia. Anggap saja acara yang dibuat papah kamu hari ini, adalah acara yang terakhir kali sebagai bentuk perpisahan karena Zia akan ikut suaminya. Setelah itu, perhatian papah cuma buat kamu doang." Ibu, dan anak itu pun lantas tertawa, yang terdengar begitu menyakitkan di telinga Zia. Sadar dengan Zia yang tersakiti dengan ucapan dua wanita yang tak mempunyai hati itu, Azka pun lantas menggenggam tangan Zia, dan mengelusnya. Mencoba memberikan kekuatan, dan kesabaran. Dugaan Azka benar, bahwa ibu Zia itu memang tidak menyukai Zia, dan ju
last updateLast Updated : 2023-01-09
Read more
Bab 8
"Itu sepertinya suara salah satu anak buah papah aku, Tuan," kata Zia. "Ya sudah, kalau begitu, ayo segera pergi." Jika tadi Zia yang menarik tangan Azka, kini giliran Azka yang menarik tangan Zia, mengajaknya untuk berlari. "Hey! Mau ke mana?!" Seorang laki-laki berpakaian serba hitam berteriak setelah menyadari yang berada di pintu gerbang adalah Zia, dan Azka. "Ayo cepet lari, Tuan," ucap Zia dengan nada khawatir, lalu ia dan Azka benar-benar keluar dari halaman belakang rumah melalui pintu gerbang kecil itu. Sontak anak buah ayah Zia pun mengejar keduanya, seraya menghubungi yang lainnya melalui walkie talkie. Azka, dan Zia terus berlari hingga akhirnya melewati jalan beraspal. Beberapa anak buah ayah Zia pun mengejar di belakang keduanya. Tak mau tertangkap, Zia terus berlari mengikuti Azka, meski sebenarnya ia sudah merasa lelah. "Non Zia! Berhenti!" teriak salah seorang anak buah ayah Zia. "Jangan hiraukan mereka, Zia. Jika kamu benar-benar ingin bebas dari keluarga kam
last updateLast Updated : 2023-01-09
Read more
Bab 9
"Kamu masih bisa bersikap santai, dan tenang di saat Zia melarikan diri dengan laki-laki itu?!" cecar Zoni, sambil menatap tajam Renata. Istri Zoni itu pun memutar bola matanya. "Lalu mamah harus bagaimana, Pah? Mencari keberadaan Zia? Bukannya orang-orang Papah udah lagi pada nyariin?" Zoni mendengkus. Tidak habis pikir dengan istrinya itu. Memang Renata bukanlah ibu kandung Zia, tapi apakah tidak ada sedikit rasa khawatir pun di benak Renata untuk Zia? "Setidaknya kamu coba hubungi teman-teman Zia, mungkin saja dia kabur ke rumah salah satu temannya," kata Zoni. "Tidak ada teman-teman Zia yang mamah kenal, Pah," balas Renata. Dalam hati, Renata pun sebenarnya tidak sudi untuk berkenalan dengan teman-teman dari anak tirinya itu. "Ibu macam apa kamu, Renata!" hardik Zoni. "Kamu memang bukan ibu kandung Zia, tapi seharusnya kamu bisa memperlakukan Zia seperti anak kandung kamu sendiri, memberikannya perhatian, mencari tahu siapa saja teman-teman Zia." "Selama ini kan mamah selalu
last updateLast Updated : 2023-01-13
Read more
Bab 10
"Heh! Jangan kurang ajar kamu!" bentak anak buah Zoni yang sedang menyetir, yang sangat merasa terganggu dengan perbuatan Azka. Bagaimana tidak, karena ulah Azka yang menendang lengannya itu, membuatnya menjadi tidak konsentrasi menyetir, hingga mobil yang dikendarainya ini melaju tak beraturan, dan bisa membahayakan para penumpang. "Makanya, berhentikan mobil ini!" balas Azka. Merasa berbahaya jika mobil terus melaju, supir itu memilih berhenti, lalu menyuruh temannya yang duduk di samping kemudi untuk mengikat kaki Azka. Alhasil, sekarang kedua kaki Azka sudah tidak bebas lagi. Zia pun sudah berhenti menangis, tapi rasa sedih masih menggelayuti hatinya, meskipun ada sedikit rasa lega karena nyawanya selamat. Zia juga merasa kasihan dengan Azka.Mobil yang membawa Azka, dan Zia kini telah sampai di halaman rumah besar milik Zoni. Karena sudah diberitahu lebih dulu bahwa Azka, dan Zia berhasil ditemukan, dan sedang dalam perjalanan pulang, Zoni kini tengah berdiri di depan rumah,
last updateLast Updated : 2023-01-18
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status