Bab26 Panki Sepanik-Paniknya"Iya Mas, tenang aja, uangku masih ada kok kalau cuma buat makan," ujar Hani sambil mengunyah martabaknya.Sungguh aku bingung dengan sikap tenang Hani, sebenarnya dia pura-pura begok atau kesurupan sih. Tadi pas ditelpon dia marah-marah gak karuan, lah giliran sekarang adem ayem aja."Mas, sudah dapat kabar Widya?" "Hah!" Aku setengah melongo mendengar pertanyaan Hani, kenapa tiba-tiba dia tanya Widya atau jangan-jangan ini jebakan?"Belum dan aku juga gak mau tahu kok dia dimana, mau hidup kek mau mat..," aku tak meneruskan ucapanku saat Hani membekap mulutku."Gak baik Mas bilang gitu, gimanapun dia kan adik kamu," kata Hani. Sungguh aku pusing dengan sikap Hani, apa ada dua Hani di dunia ini?"Sayang soal uang kamu itu," ujarku setelah sekian lama terdiam."Ouh, lupakan saja soal uang itu Mas, sudah ku transfer ke rekening baruku aku. Aku lupa waktu itu," ujar Hani.Hah jadi uang itu gak hilang? "Syukurlah," kataku dengan senyum lega."Iya Mas, ten
Bab 27 TerancamAku segera melihat video yang di katakan Pak Bos, mendadak kakiku gemetar, badanku panas dingin.Bukankah itu video aku dengan Widya sedang berlayar bagaimana bisa tersebar di dunia maya?Siapa yang menyebarnya?"Benar itu Pak Raka?" tanya Pak Bos dengan wajah serius membuat lututku kian gemetar.'Aduh bagaimana ini, masa iya aku harus ngaku, bisa habis riwayatku. Hilang dong uang 1.5 M yang aku incar itu,' batinku."Bagaimana Pak, benar itu Pak Raka?" ulang Pak Bosku. "Bukan Pak, ini pasti fitnah, ini bukan saya," ujar berusaha mengelak. Untunglah video itu di blur dan bagian wajah di kasih stiker love, jadi aku masih bisa mengelak kalau enggak memang harapan jadi kere aku ini."Anda yakin ini bukan Anda?" tanya Pak Bos lagi dengan menatap intens ke arahku."Benar Pak, ini bukan saya, ini pasti ulah orang yang ingin menjatuhkan saya Pak," ujarku berapi-api membuat Pak Bos mengangguk- anggukkan kepalanya."Ok, kalau memang ini bukan Anda, Anda harus buktikan kalau ora
Pov HaniBab 28 HancurPov HaniAku benar-benar kesal dan muak dengan sikap Mas Raka, tak kapok-kapoknya dia bermain gila dengan Widya. Ok, sepertinya santet burung layu yang terpaksa aku kirimkan tak berkesan sedikitpun. Tak sedikitpun dia berniat bertaubat dan memperbaiki segalanya, bahkan dia dengan serakahnya ingin menguasai hartaku.Jangan harap! "sayang aku bawakan martabak manis kesukaanmu loh," kata Mas Raka menunjukkan plastik berisi martabak bangka. Cih, dia pikir dengan martabak itu dia bisa merayuku, tak akan."Eh iya Mas, makasih ya," ujarku berusaha mengembangkan senyuman walau amarah sudah meledak-ledak di dalam sini.Aku bersikap biasa pada Mas Raka walau hati bergejolak tak menentu. Ikutkan hati aku ingin segera meninggalkan pria menjijikkan ini, aku masih sanggup hidup sendiri. Bahkan orang tuaku juga masih mau menerimaku."Kakak ngapain sih, mempertahankan rumah tangga kakak yang gak sehat itu, kakak pulanglah! kami masih mau menerima Kakak," kata Papaku yang bias
Bab 29 Hani GilaPov Raka"Apa buktinya?" "Aku memang gak punya bukti Sayang, tapi aku ini waras, mana mungkin aku selingkuh dengan Widya, adikku sendiri,"ujarku. Aku harus berusaha meyakinkan Hani agar dia mau menjadi saksi kalau enggak aku akan benar-benar jadi kere.Senyap, Hani tak menjawab ucapanku, sepertinya aku sudah berhasil mempengaruhinya."Ayolah Sayang, kamu kan tahu Mas ini dulu jadi manager itu gak butuh waktu lama, hanya beberapa bulan di angkat manager jadi banyak orang yang iri Sayang.""Hadiahnya apa kalau aku mau bersaksi?" tanya Hani. Asyik akhirnya Hani mau juga aku bujuk, Hani memang bodoh."Kamu boleh minta apa saja Sayang," jawabku sambil memeluknya."Janji," kata Hani yang kemudian perlahan melepaskan pelukanku.Wanita aneh, di peluk kok gak kamu, di mana-mana wanita dipeluk suka ini susahnya minta ampun, di mintain jatah juga susah beda banget dengan Widya yang malah minta di peluk. Membayangkan tubuh sexsi Widya membuatku uhuk pingin nganu lagi sama dia.
Bab30 Hampir "Saya sudah mengamati videonya Pak, memang dari lekuk tubuhnya itu suami dan adik ipar saya, mereka berselingkuh didepan Saya," ujar Hani yang membuat jantungku berhenti berdetak, aliran darahku seperti membeku. Kaki gemetar dan badan lemas, kenapa jadi begini, kenapa Hani jadi berbalik menyerangku begini?Sudah gilakah dia?"Saya ini sudah bersabar Pak, dengan harapan dia mau berubah dan memperbaikinya semuanya tapi kenyataanya," kata Hani sambil memegang dadanya dan sedikit menekannya, napasnya berat dan tampak satu-satu. "Saya capek Pak, capek pura-pura tak tahu dengan kelakuan suami Saya ini," lanjut Hani."Hani," bentakku. Tak ada otakkah dia ini bicara begitu."Kenapa Mas?! Bukankah ini maumu, kamu berharap semua orang tahu hubungan kamu dengan Widya kan agar kamu tak perlu repot lagi memplokamirkan hubungan kalian lalu kenapa kamu sekarang panik Mas?" tanya Hani yang entah kesurupan apa, di minta jadi saksi untuk membantuku malah menyerangku."Hani! Kamu ini apa
Bab31 Keceplosan"Arak Pak, telanjangi saja!" ujar salah seorang dari mereka yang di setujui para warga. "Bang..," ujar Widya wajahnya pucat, bibirnya gemetar."Sudah gak usah banyak omong, tangkap saja mereka!" teriak warga yang semakin membuat kami begidik ngeri."Pak, kami ini adik kakak, jadi gak mungkin kami macam-macam, kami ini tahu agama Pak,"ujarku membela diri walau tubuh sudah gemetar, keringat dingin membasahi tubuh."Apa buktinya kalau kalian saudara?" tanya Pak seorang yang sepertinya Rt setempat."Ada kok Pak," ujarku sambil menyikut badan Widya hingga dia tersadar.Untunglah kami punya bukti kalau kami saudara."Oo jadi kalian saudara tiri," ujar salah seorang dari mereka."Iya Pak, tapi kami cukup tau diri Pak, kami masih bisa membedakan yang mana daging dan yang mana bangkai," ujarku.Semogalah mereka semua segera enyah dari sini."Tadi siapa yang lapor soal tindakan mesum di sini?" tanya Pak Rt.Huh lega rasanya hatiku, plong seperti ribuan batu yang sempat menghim
Bab 32 Bodoh"Lagian Mas gak perlu kuatir, Dave itu cuma mantan aku kok." Cit..Bunyi ban yang bergesekan dengan aspal akibat dari rem yang aku injak secara mendadak."Mas! Apaan sih?" kata Hani karena jidatnya terantuk dasboar mobil."Jadi beneran Dave itu mantan kamu?" tanyaku. Ku tatap manik mata Hani.Hani diam tak menjawab sambil mengusap jidatnya yang sepertinya kesakitan." Jawab Hani!" "Is apaan sih kamu Mas, kamu kok ya percaya aja aku bilang Pak Dave itu mantanku. Ya gak mungkinlah Pak Dave yang ganteng kaya itu mau sama aku yang tua burik dan kusam akibat gak pernah kamu rawat ini," kata Hani._________Sesampainya di rumah"Buatin kopi dong Sayang," pintaku dengan mengulas senyum di bibirku.Tanpa bicara Hani masuk ke dapur dan tak lama kemudian keluar dengan secangkir kopi."Loh cemilannya mana? Aku mau nonton bola," kataku."Nanti aku buatin habis sholat isya," jawab Hani yang kemudian berjalan meninggalkan aku.Deart, deart Aku segera meraih ponselku saat mendengar
Bab 33 Kian Terlihat JelasAku gak main-main Bang, sekarang juga ku potong twitermu!"Aww, aku menjerit melengking dengan suara memilukan.'Tamatlah riwayatku kini' ________Aku mencoba membuka mataku yang sangat berat, entah apa yang terjadi tadi setelah Widya si wanita sinting itu mengayunkan pisaunya dan sepertinya telah membabat habis benda pusaka milikku.Dasar wanita sinting."Sudah sadar kamu Bang!" Aku menoleh ke arah sumber suara.Namun kemudian segera berpaling dari menatapnya.Ogah aku menatap wajah perempuan gila ini."Dasar lebay, belum juga aku sunat beneran sudah pingsan, lagak saja lebih!" cibir Widya.Apa jadi aku gak di sunat?Segera ku buka selimut yang menutupi bagian bawahku, benar saja, pusakaku masih utuh. Namun, sepertinya ada luka bagian selangkangan, terlihat dari balutan plester di selangkanganku.Rasanya seperti ribuan batu di angkat dari dadaku, plong, lega dan ah entahlah sulit didiskripsikan."Kali ini cuma peringatan kalau kamu beneran buat aku jengkel