Bab 41 Ancaman BaruPov Hani"Is itu laki lo ngapain sih, ganggu aja!" ujar Tary kesal. Bagaimana tidak, sejak pertama datang sampai sekarang Mas Raka tak henti-hentinya meneleponku.Aku tahu dia cemburu melihat Dave yang menggandengku di lif tadi, tambah lagi saat meeting tak henti-hentinya Dave menggoda dan melirikku. Entah bagaimana hati Mas Raka saat ini? Rasakan kau Mas, memang kamu saja yang bisa nyakitin."Entah nelepon, ngirim pesan melulu, aku rasa dia miikir aku sama Dave sekarang, makanya dia sibuk nanya aku kemana," jawabku.Saat ini aku dan Tary sedang berada di sebuah Cafe untuk menunggu Cecil, adik perempuanku. Sudah beberapa hari ini dia menelepon dan menghubungiku dan membuat Mas Raka cemburu dan menuduhku selingkuh. Cih dia pikir aku sampah macam dia apa, yang tak tahu dosa hingga melanggar norma-norma berumah tangga. Aku memang sudah tak cinta lagi sama Mas Raka, aku pertahanin rumah tangga juga hanya untuk balas dendam. Tapi, aku tak akan menjalin hubungan sebe
Status Vulgar Adik Iparku[Abangku perkasa guys, tahan beberapa ronde. Kalian tahan berapa ronde?]Mataku membulat menatap status adik iparku di aplikasi biru. Status yang hanya beberapa detik lalu di hapus itu sanggup membuat darahku naik seketika, jantungku berpacu lebih cepat, aliran darahku menjadi panas serta dadaku serasa sesak dan susah untuk bernapas. Kuremas telapak tanganku hingga tulang-tulang ruasnya memutih, dadaku bergelombang di Landa amarah sekaligus rasa penasaran..Apa maksud dari status adik iparku ini? Apakah hanya bercanda atau memang ada skandal terlarang antara suamiku dan adik iparku itu.Pertanyaan demi pertanyaan terus melintas di benakku.Dari awal Widya datang ke rumah ini, aku memang kurang suka dengan sikap remaja itu. Dia bukan saja kurang memiliki sopan santun tapi juga penampilanya vulgar dan suka memakai baju kurang bahan. "Dia biarpun adik tiri tapi sudah aku anggap adik kandungku sendiri, pada siapa lagi dia akan mencari perlindungan kalau bukan
Bab 2 Status Vulgar Adik IparkuMenjijikkan"Maksudnya, aku sama Abangku ini memang ada hubungan dan kami memang sudah ehm ehm sih, makanya aku bisa bilang kalau dia perkasa," ujar Widya yang membuat darahku semakin naik. Mataku membulat mendengar pengakuan Widya, benarkah Mas Raka yang aku kenal baik dan selalu bersikap lembut padaku itu memiliki sifat yang menjijikkan seperti itu?"Apa benar itu Mas?" tanyaku pada Mas Raka yang dari tadi hanya diam mematung."Mm anu," jawab Mas Raka sambil mengusap tengkuk. Tampaknya dia gugup dengan pertanyaanku. Rasanya aku ingin meremas -remas wajahnya dan memukul dadanya. "Jawab Mas! Jangan anu- anu saja, apa benar kamu ada hubungan dengan Widya." Suaraku melengking ke seluruh ruangan, bahkan pundak Mas Raka sampai berjengkit mendengarnya.Sekilas dia menatapku dengan mulut yang sedikit terbuka, sepertinya terkejut dengan ledakan amarahku. Baru kali ini aku melengkingkan suara keras dihadapannya."Ck, jadi orang kok bego banget sih kamu, sudah
Bab 3 panik gak?"Aku pamit Mas," ujarku sambil melangkah melewati Mas Raka yang berdiri mematung dan melangkah menuju pintu keluar.Tunggu!Suara Mas Raka melengking tinggi menghentikan langkahku membuat aku berhenti melangkah dan menoleh ke arahnya."Ada apa lagi Mas, urusan kita sudah selesai tak ingin melihat wajah kalian lagi, aku jijik!" ketusku."Sombong amat. Heh! Abangku menyuruh kamu berhenti itu untuk melihat isi tas kamu. Mau lihat jangan- jangan benda berharga kami kamu ambil." "Aku bukan maling," ketusku. "Ck, gak yakin Gue," ujar Widya. Tingkah anak ini semakin lama kian menyebalkan, entah bagaimana dulu orang tuanya mendidiknya."Hai! Aku memang miskin tapi aku gak punya jiwa maling seperti kamu!" "Gak ush bac*t, sini tas kamu!" Tanpa ada sopan santun sama sekali, Widya mendekat dan merebut tasku."Maling mana mau ngaku," ujar Widya sambil mengeluarkan semua barang- barangku.Sungguh ingin rasanya aku cakar- cakar wajah bocah tak ada aklak ini.Beberapa saat kemudi
Bab 4 Bodo Jangan Kebangetan"Sayang, aku gak pengecut, aku cuma cari waktu yang tepat, makanya tadi aku bilang kalau yang terjadi antara kita hanya prang." Mataku membulat mendengar penuturan Mas Raka barusan. "Apa Mas! Jadi prang itu betulan, kalian betul- betul ada hubungan hah!" ujarku dengan emosi meledak- ledak, membuat dua orang kakak beradik pendusta itu menoleh ke arahku."Han- Hani, sejak kapan kamu di situ?" tanya Mas Raka. Dari suaranya terdengar gugup."Kamu tak perlu tahu sejak kapan aku di situ Mas, yang jelas aku sudah tahu semua tentang kalian. Pendusta, pembohong, penzina, menjijkkan kalian!" ujarku penuh emosi. Napasku memburu, dadaku bergelombang, ada yang panas di dalam sini."Dasar kamu saja yang bod*h, mau saja di kebuli, makanya punya otak di pakai, jangan buat pajangan," ujar Widya ketus.Bocah songong ini sepertinya mulutnya perlu di cabein biar kapok.Ku remas tanganku lalu ku kepal erat melihatnya," dasar bocah songong, apa tanparanku tadi kurang keras h
Bab5 Mulai Curiga"Maksud Lo apa?" tanyaku tak mengerti karena jujur selama ini aku kalau tidur ngebo, mulai tidur jam 8 atau 9 malam dan tak kan bangun sebelum adzan subuh, kecuali malam itu."Makanya bego jangan kebangetan, maksud Gue gini, Gue curiga Raka naruh apa- apa di susu Lo sebelum tidur, makanya Lo kalau tidur pules banget kek orang koit," ujar Tary. Aku memang punya kebiasaan minum susu sebelum tidur dan Mas Raka selalu membuatkanku susu sebelum tidur."Maksudnya obat tidur?" "Tumben pinter," kata Tary tapi aku tak akan terlena dengan pujiannya, aku tahu habis ini mulutnya yang asal nyap- nyap itu pasti bilang bego lagi."Terus tujuannya apa?" "Tujuanya kalau Raka mau pindah ke kamar Widya terus ehm- ehm Lo gak tahu," sinis Tary."Masa sih Mas Raka begitu, gak ah," ujarku."Makanya Lo kalau bucin jangan kebangetan. Heran Gue sama Lo, diapain sih sama Raka sampai lola gini? Di kasih duit kagak, kenal juga baru beberapa bulan terus nikah, kok Lo bisa bertekuk lutut gini, s
Bab 6 Status Vulgar Adik IparMantra Penunduk IstriAku tidur dengan gelisah, berulang kali mata kupejamkan tapi tak dapat terlelap. Hingga aku merasakan gerakan halus Mas Raka, dia berhenti sejenak sebelum melangkah.Sempat ku intip dia mengendap- ngendap membuka pintu, mau kemana dia?Apa benar dia akan menuju kamar Widya?"Kamu mau kemana Mas?" tanyaku yang membuat Mas Raka sukses terkejut, pundaknya berjengkit, mulutnya melongo sesaat aat menatapku. Sesaat kemudian dia mengusap tengkuk dan menggaruk kepalanya.Entahlah mungkin kepalanya ada ketombenya."Eh, mm, kamu belum tidur Sayang?" tanya Mas Raka. Dari gelagatnya tampak salah tingkah."Belum Mas, kamu mau kemana kok keluar, mau ke kamar Widya ya?" Mas Raka tampak kaget dengan pertanyaanku."Eh, ya, ya enggak dong Sayang. Mau ngapain juga malam- malam ini ke kamar Widya, mm aku mau, mau ke toilet Sayang," ujar Mas Raka."Mas," ujarku yang membuat Mas Raka berhenti melangkah dan berbalik menatapku kembali."Ya Sayang." "Toile
Bab7 Status Vulgar Adik IparkuAku Tak Bodoh "Iya, jangan sampai. Mungkin kita cari saja dukun yang lebih sakti, yang memiliki mantra penunduk lebih ampuh dari Ki Joko." Apa ini, dukun, mantra penunduk, rencana?'huh, dasar kampungan! Main dukun ternyata, pantas aku jadi Oon se oonnya.' batinku.Emosiku mendadak naik ke ubun- ubun, kurang ajar sekali mereka. Apa mereka gak tahu kalau dukun itu jatuhnya ke sirik, seperti orang tak beriman.Aku melangkah cepat dengan emosi yang menggebu- gebu, napasku tersengal, tanganku mengepal erat. Namun, aku gak dapat apa- apa kalau hanya sekedar memaki saja.Ok, aku ikuti permainan kalian saja."Mas, Wid, kalian sudah pulang?" tanyaku. Sebisa mungkin menyembunyikan hati yang meluap-luap karena emosi, aku harus tenang."Eh, Sayang. Iya sudah, baru saja sampai," jawab Mas Raka yang kelihatan gugup melihatku.Sepertinya dia takut aku mendengar apa yang dia ucapkan tadi."Kalian sudah makan, aku masak enak lo," ujarku seperti biasa, seolah tak terja
Bab 41 Ancaman BaruPov Hani"Is itu laki lo ngapain sih, ganggu aja!" ujar Tary kesal. Bagaimana tidak, sejak pertama datang sampai sekarang Mas Raka tak henti-hentinya meneleponku.Aku tahu dia cemburu melihat Dave yang menggandengku di lif tadi, tambah lagi saat meeting tak henti-hentinya Dave menggoda dan melirikku. Entah bagaimana hati Mas Raka saat ini? Rasakan kau Mas, memang kamu saja yang bisa nyakitin."Entah nelepon, ngirim pesan melulu, aku rasa dia miikir aku sama Dave sekarang, makanya dia sibuk nanya aku kemana," jawabku.Saat ini aku dan Tary sedang berada di sebuah Cafe untuk menunggu Cecil, adik perempuanku. Sudah beberapa hari ini dia menelepon dan menghubungiku dan membuat Mas Raka cemburu dan menuduhku selingkuh. Cih dia pikir aku sampah macam dia apa, yang tak tahu dosa hingga melanggar norma-norma berumah tangga. Aku memang sudah tak cinta lagi sama Mas Raka, aku pertahanin rumah tangga juga hanya untuk balas dendam. Tapi, aku tak akan menjalin hubungan sebe
Bab 40 Diblokir[Buka video ini, biar Lo sadar!] Tanpa pikir panjang aku tekan tanda play pada video tersebut.Begitu video terputar, jantungku serasa berhenti berdetak, darahku membeku seketika.Di video itu aku melihat Widya sedang enak-enak dengan seorang pria yang wajahnya tak aku kenali karena tak begitu jelas bagian wajahnya."Bajin*an! Pelacur! Perek! Jadi ini kelakuannya di belakangku, anj *ng!" seruku penuh emosi. Kalau saja Widya, bocah edan itu sekarang ini ada di hapapanku, sudah tak cabik-cabik wajahnya, kutendang dan kuremas-remas mulutnya yang kalau berucap semanis gula itu.AwwAku berteriak sambil meremas rambutku karena emosi, begitu bodohnya aku terlalu percaya pada mulut manisnya hingga hidupku gini hancur.Istriku yang dulu penyayang dan penurut sekarang berubah, duit tabungan hsbis juga demi dia, sekarang seperti ini kelakuannya padaku."Awas kamu Widya!" Umpatku. Aku berjalan keluar dengan terburu-buru, dadaku seperti meledak-ledak, kepalaku panas dan mau pec
Bab 39 Baru saja aku akan merebahkan tubuhku tiba-tiba ada pesan masuk dari nomor tak aku kemali.[Dasar bodoh! Kamu pikir anak yang dikandung Widya itu anakmu!] Hah! Apa-apaan ini benarkan anak di kandungan Widya bukan anakku, lalu anak siapa?[Kamu siapa?] balasku pada orang yang mengirimkan pesan padaku.[Salah satu pelanggan Widya]jawab orang itu yang hampir membuat dadaku sesak, jantung tak berhenti berdetak dan napasku sesak.Apa-apaan ini, pelanggan apa?[Lo kalau bacot jangan asal ya! Lo pikir adik Gue wanita apaan, perek, pelacur atau cewek yang suka open BO. Hah?!] ujarku penuh emosi dengan dada yang meledak-ledak dan napas yang tersengal seperti orang asma.[Dasar bodoh, pantaslah yang Lo dapat juga sampkah, otak Lo aja macam sampah, pantaslah Hani juga selingkuh, capek ngadepin pria begok ke Lo] Membaca ini benar-benar membuat tensi darahku naik sampai di atas 150. Kepalaku panas dadaku sesak membacanya dan dengan emosi meledak-ledak kutekan tanda calling."Hai, anjjin
"Abang pikirlah sendiri!" Percakapan berhenti sampai di sini karena aku harus buru-buru ke kantor, barusan Pak Hans memberi peringatan kalau aku tak ikut meeting, aku akan dipecat.Enggak, aku gak mau dipecat.________Aku berjalan cepat masuk ke lif, waktu meeting tinggal beberapa menit lagi. Namun, sesampainya di lif."Heh! Lepas! Enak aja main-main pegang, ini istri Saya," kataku emosi saat melihat Dave memegang tangan Hani.Dasar setan, kemana-mana selalu ada."Lah apa urusan kamu!" kata Dave datar membuatku kupingku panas mendengarnya. Butakah dia? Apa dia lupa aku ini siapa, suami mana yang rela tangan istrinya di pegang-pegang begitu."Kamu buta ya, apa kamu lupa aku ini siapa, dasar lelaki murahan. Pebinor,"cibirku.Bukanya menanggapiku, Dave malah tersenyum menatap Hani dan kesalnya Hanipun menanggapinya."Sini kamu!" ujarku menarik tangan Hani. Sakit sekali rasanya melihat mereka saling tatap dan saling melempar senyum begitu."Apaan sih, lepas!" seru Hani jutek sambil me
Bab 40 Diblokir[Buka video ini, biar Lo sadar!] Tanpa pikir panjang aku tekan tanda play pada video tersebut.Begitu video terputar, jantungku serasa berhenti berdetak, darahku membeku seketika.Di video itu aku melihat Widya sedang enak-enak dengan seorang pria yang wajahnya tak aku kenali karena tak begitu jelas bagian wajahnya."Bajin*an! Pelacur! Perek! Jadi ini kelakuannya di belakangku, anj *ng!" seruku penuh emosi. Kalau saja Widya, bocah edan itu sekarang ini ada di hapapanku, sudah tak cabik-cabik wajahnya, kutendang dan kuremas-remas mulutnya yang kalau berucap semanis gula itu.AwwAku berteriak sambil meremas rambutku karena emosi, begitu bodohnya aku terlalu percaya pada mulut manisnya hingga hidupku gini hancur.Istriku yang dulu penyayang dan penurut sekarang berubah, duit tabungan hsbis juga demi dia, sekarang seperti ini kelakuannya padaku."Awas kamu Widya!" Umpatku. Aku berjalan keluar dengan terburu-buru, dadaku seperti meledak-ledak, kepalaku panas dan mau pec
Bab 40 Diblokir[Buka video ini, biar Lo sadar!] Tanpa pikir panjang aku tekan tanda play pada video tersebut.Begitu video terputar, jantungku serasa berhenti berdetak, darahku membeku seketika.Di video itu aku melihat Widya sedang enak-enak dengan seorang pria yang wajahnya tak aku kenali karena tak begitu jelas bagian wajahnya."Bajin*an! Pelacur! Perek! Jadi ini kelakuannya di belakangku, anj *ng!" seruku penuh emosi. Kalau saja Widya, bocah edan itu sekarang ini ada di hapapanku, sudah tak cabik-cabik wajahnya, kutendang dan kuremas-remas mulutnya yang kalau berucap semanis gula itu.AwwAku berteriak sambil meremas rambutku karena emosi, begitu bodohnya aku terlalu percaya pada mulut manisnya hingga hidupku gini hancur.Istriku yang dulu penyayang dan penurut sekarang berubah, duit tabungan hsbis juga demi dia, sekarang seperti ini kelakuannya padaku."Awas kamu Widya!" Umpatku. Aku berjalan keluar dengan terburu-buru, dadaku seperti meledak-ledak, kepalaku panas dan mau pec
Bab 39 Baru saja aku akan merebahkan tubuhku tiba-tiba ada pesan masuk dari nomor tak aku kemali.[Dasar bodoh! Kamu pikir anak yang dikandung Widya itu anakmu!] Hah! Apa-apaan ini benarkan anak di kandungan Widya bukan anakku, lalu anak siapa?[Kamu siapa?] balasku pada orang yang mengirimkan pesan padaku.[Salah satu pelanggan Widya]jawab orang itu yang hampir membuat dadaku sesak, jantung tak berhenti berdetak dan napasku sesak.Apa-apaan ini, pelanggan apa?[Lo kalau bacot jangan asal ya! Lo pikir adik Gue wanita apaan, perek, pelacur atau cewek yang suka open BO. Hah?!] ujarku penuh emosi dengan dada yang meledak-ledak dan napas yang tersengal seperti orang asma.[Dasar bodoh, pantaslah yang Lo dapat juga sampkah, otak Lo aja macam sampah, pantaslah Hani juga selingkuh, capek ngadepin pria begok ke Lo] Membaca ini benar-benar membuat tensi darahku naik sampai di atas 150. Kepalaku panas dadaku sesak membacanya dan dengan emosi meledak-ledak kutekan tanda calling."Hai, anjjin
Bab 38 Pov Raka"Apa-apaan ini, jadi kamu sengkongkol ingin memerasku?! ujarku dengan nada penuh emosi dan menatap tajam pada Widya. Kalau tak salah dengar tadi aku dengar sayup -sayup dia menyebut nama Hari.Widya balik menatap tajam ke arahku."Abang waras?" "Dasar bocah sinting, ya waras lah," jawabku kesal."Ya kalau waras harusnya kan bisa mikir, mana mungkin aku mau menyebar bau busuk badanku sendiri, sama saja buat malu diri sendiri," ujar Widya jutek."Maksudnya?" tanyaku kurang paham dengan kata-kata Widya yang menurutku berbelit-belit. "Abang lama-lama ketularan Hani deh, oonnya," ketus Widya."Jangan bawa-bawa Hani deh, jawab saja!" Entah kenapa ada yang nyeri di dalam sini ketika Widya menghina Hani, rasanya aku tak terima istriku di hina seperti itu."Loh kok sekarang kok Abang belain nenek lampir itu, jangan bilang Abang cinta dengannya?" cerca Widya menatap tajam ke arahku.'Orang aneh masa iya, suka sama istri sendiri dilarang.'"Heh! Kenapa bengong!" Aku hanpir
Bab 37 Rasakan! Pov Widya"Gimana aktingku, bagus kan?" tanya Hari setelah Mas Raka pergi."Bagus apaan! Lembek gitu," ketusku."Yang penting kan kita berhasil mengeruk uang si Raka," ujar Mas Hari."Belum berhasil, duitnya aja belum balik kok. Aku mau duitku yang di tileb sama dia itu dia kembalikan. Enak saja, rumah milik Papaku, dia yang habiskan uangnya. Entah-entah dia kasihkan istrinya," ocehku."Tenang Sayang aku pasti bantu kok," kata Hari sambil menoel bokongku.Aku kenal dengan Hari sebenarnya cukup lama, Bang Raka yang memperkenalkan aku dengan Hari waktu itu saat aku di ajak ke pesta sahavatnya. Sejak saat itu hubungan kami cukup dekat.Hingga beberapa hari yang lalu.[Mas, kita ketemuan ya!] pintaku.[Tumben kamu ngajak aku ketemuan]jawab Hari. Sudah lama Hari mengejarku bahkan terang-terangan bilang suka padaku. Tapi, aku enggan menanggapinya. Wajah Hari yang jauh dibawah standartku dan juga sepertinya dari segi perekonomian dia juga gak jauh-jauh dari Abangku menjadi