Bab 4 Bodo Jangan Kebangetan
"Sayang, aku gak pengecut, aku cuma cari waktu yang tepat, makanya tadi aku bilang kalau yang terjadi antara kita hanya prang."
Mataku membulat mendengar penuturan Mas Raka barusan.
"Apa Mas! Jadi prang itu betulan, kalian betul- betul ada hubungan hah!" ujarku dengan emosi meledak- ledak, membuat dua orang kakak beradik pendusta itu menoleh ke arahku.
"Han- Hani, sejak kapan kamu di situ?" tanya Mas Raka. Dari suaranya terdengar gugup.
"Kamu tak perlu tahu sejak kapan aku di situ Mas, yang jelas aku sudah tahu semua tentang kalian. Pendusta, pembohong, penzina, menjijkkan kalian!" ujarku penuh emosi.
Napasku memburu, dadaku bergelombang, ada yang panas di dalam sini.
"Dasar kamu saja yang bod*h, mau saja di kebuli, makanya punya otak di pakai, jangan buat pajangan," ujar Widya ketus.
Bocah songong ini sepertinya mulutnya perlu di cabein biar kapok.
Ku remas tanganku lalu ku kepal erat melihatnya," dasar bocah songong, apa tanparanku tadi kurang keras hah!"
"Sudahlah! Ini sudah malam, gak enak di dengar tetangga," ujar Mas Raka dengan nada membujuk. Entah aku atau Widya yang di bujuk.
"Sekarang kesempatan kamu Mas, saatnya kamu jujur sama istrimu, katakan semuanya! Aku juga sudah capek seperti ini," kata Widya.
"Widya, ini sudah malam, kita bicarakan besok pagi saja ya," bujuk Mas Raka.
"Lebih cepat wanita tua ini tahu hubungan kita lebih baik Mas, gak perlu susah - susah kita jelaskan," ketus Widya.
"Kurang ajar kamu ya! Kamu tahu aku tahu tua harusnya ada sopan santunnya dikit, gak punya adab kamu! Dasar pelac*r," makiku yang membuat wajah Widya merah padam menahan emosi.
Napas Widya turun naik, tanganya mengepal, matanya membulat menatapku.
"Selamat anda- anda kena prank," ujarku sambil teriak kegirangan. Senang sekali rasanya bisa membalas prank mereka dan tak terkena prank kedua kalinya.
Aku lihat Mas Raka dan Widya saling berpandangan, mungkin kebingungan.
"Hebat kan aku, kalian gak bisa ngeprank aku untuk kedua kalinya," ujarku masih dengan nada girang.
"Sapa bilang ini prang, ini serius, aku dan Abangku memang ada hubungan."
Aku ngakak mendengarnya," sudahlah Widya, aku gak akan ketipu untuk kedua kali," ujarku sambil melibas tanganku.
"Aku pergi dulu ngantuk," ucap Widya lalu berlalu begitu saja hingga menyenggol pundakku. Sepertinya dia kesal karena gagal mengeprankku lagi.
"Mas, Mas!" panggilku saat melihat Mas Raka terdiam menatap Widya.
"Iya Sayang," jawabnya sambil tersenyum.
"Aku cerdikkan, gak bisa kamu bohongin kedua kalinya," ujarku sambil tersenyum bangga.
"Iya Sayang, kamu hebat," kata Mas Raka sambil mencolek hidungku.
"Tidur yok Mas! Masih ngantuk," kataku sambil bergelayut manja di lengan Mas Raka menuju ke peraduan kami untuk menyambung mimpi indah yang sempat terputus tadi.
***
"Gimana aku hebat kan?" kataku pada Tary sahabatku setelah menceritakan bagaimana cerdiknya aku ngeprank balik Mas Raka dan Widya sebelum aku kena prank kedua.
"Lo kenapa?" tanyaku saat Tary bukanya menjawab pertanyaanku malah menatapku tak berkedip.
"Hani, hani," kata Tary sambil menggeleng cepat lalu meminum jus buah pesanannya.
"Kenapa sih?" tanyaku tak mengerti dan merasa aneh dengan sikap Tary yang bukannya memuji kecerdikanku malah hanya geleng- geleng kepala.
"Lo tu makanya kalau punya otak taruh di kepala jangan di dengkul biar gak bego," ujar Tary ketus.
Dasar sahabat gak ada aklak.
"Gak ada aklak ni teman," ujarku sewot. Entah apa dosaku punya teman seperti ini, bukannya bahagia temannya yang cantik ini jadi pinter malah di begok- begokin.
"Biarin Gue gak ada aklak tapi otak Gue masih di kepala bukan di dengkul kek Elo, kesel Gue," kata Tary.
Yah kok dia yang kesel sih, kan Gue yang di begok- begokin?
"Kok Elo yang kesel? Hai kutu kupret harusnya itu Gue yang kesel dari tadi lo begok- begokin," ujarku sedikit kesal. Kalau gak ingat dia temanku udah tak jitak ni manusia nyebelin satu ini.
"Emang lo begok gak ketulungan. Hai Hani kalau pas siang yang Lo bilang mereka ngeprank pas hari universari kalian, ok masuk akal tapi kalau malam- malam yang Lo tidur terus lo dengar pembicaraan mereka dan Lo bilang itu prank itu namanya Lo oon. Panteslah Papa Lo gak ngasih Lo warisan, Lo begoknya sampai langit ke tujuh," kata Tary dengan nada kesal.
Ku garu kepalaku tak mengerti," maksudmu?"
"Lo pikirlah sendiri! Malas Gue ngomong sama Lo, mending Gue ngomong sama tembok daripada ngomong sama Lo," ujar Tary.
Bukan kali ini saja Tary bilang soal Widya dan Mas Raka padaku.
"Lo gak curiga sama mereka?" tanya Tary saat tahu Mas Raka liburan kepuncak sama Widya dan gak mengajakku.
"Kenapa harus curiga?" tanyaku.
"Astaga Hani, hih.., gemes Gue sama lo," kata Tary dengan tangan seperti hendak mencengkramku. " Lo tu, ih! Pusing Gue sama Lo, Raka itu lekaki dan Widya perempuan, mereka sudah dewasa, berdua- duaan dan Lo gak curiga sama sekali. Haduh.., gak tahu deh Gue mesti ngomong apa," lanjut Tary.
"Ya kan mereka saudara, masa iya Mas Raka mau ngembat adiknya sendiri, lagian aku kenal Mas Raka gak mungkin dia akan melakukan hal sebejad itu," ujarku
"Haduh.., Eh Hani is bingung Gue mau ngomong apalagi sama Lo. Lo tu diapain sih sama Raka kok jadi lelet gini, jangan- jangan di mantrain lagi."
"Dih, apain sih," jawabku. Ni teman satu ini memang asal deh kalau ngomong.
"Eh zaman sekarang ya, saudara kandung saja ada yang berzina apalagi Raka sama Widya yang gak ada hubungan darah sama sekali. Tambah lagi si Widya juga sexsi gitu kalau berpakaian," ujar Tary.
"Hoi," kata Tary memukul pundakku membuat jantungku hampir saja lompat dari tempatnya.
"Malah melamun," kata Tary.
"Apaan sih Tar? Untung jantung Gue gak lepas," ujarku.
"Bodo amat, sapa suruh bengong. Apa Lo gak tahu, ayam kalau suka bengong bisa koit."
"Ya Gue kan bukan ayam!" ketusku.
"Lo mau sampai kapan di bodohi sama mereka?"
Kukernyitkan alisku," maksud Lo?"
" Ya mau sampai kapan Lo mau saja di kibulin sama mereka kalau mereka tak ada hubungan."
"Memang ada bukti kalau mereka itu lebih dari sekedar saudara?"
"Pernah gak Lo cek kalau tengah malam Raka masih tidur sama Lo atau gak?"
"Maksud Lo apa?" tanyaku tak mengerti karena jujur selama ini aku kalau tidur ngebo, mulai tidur jam 8 atau 9 malam dan tak kan bangun sebelum adzan subuh, kecuali malam itu.
"Makanya bego jangan kebangetan, maksud Gue gini..
Bab5 Mulai Curiga"Maksud Lo apa?" tanyaku tak mengerti karena jujur selama ini aku kalau tidur ngebo, mulai tidur jam 8 atau 9 malam dan tak kan bangun sebelum adzan subuh, kecuali malam itu."Makanya bego jangan kebangetan, maksud Gue gini, Gue curiga Raka naruh apa- apa di susu Lo sebelum tidur, makanya Lo kalau tidur pules banget kek orang koit," ujar Tary. Aku memang punya kebiasaan minum susu sebelum tidur dan Mas Raka selalu membuatkanku susu sebelum tidur."Maksudnya obat tidur?" "Tumben pinter," kata Tary tapi aku tak akan terlena dengan pujiannya, aku tahu habis ini mulutnya yang asal nyap- nyap itu pasti bilang bego lagi."Terus tujuannya apa?" "Tujuanya kalau Raka mau pindah ke kamar Widya terus ehm- ehm Lo gak tahu," sinis Tary."Masa sih Mas Raka begitu, gak ah," ujarku."Makanya Lo kalau bucin jangan kebangetan. Heran Gue sama Lo, diapain sih sama Raka sampai lola gini? Di kasih duit kagak, kenal juga baru beberapa bulan terus nikah, kok Lo bisa bertekuk lutut gini, s
Bab 6 Status Vulgar Adik IparMantra Penunduk IstriAku tidur dengan gelisah, berulang kali mata kupejamkan tapi tak dapat terlelap. Hingga aku merasakan gerakan halus Mas Raka, dia berhenti sejenak sebelum melangkah.Sempat ku intip dia mengendap- ngendap membuka pintu, mau kemana dia?Apa benar dia akan menuju kamar Widya?"Kamu mau kemana Mas?" tanyaku yang membuat Mas Raka sukses terkejut, pundaknya berjengkit, mulutnya melongo sesaat aat menatapku. Sesaat kemudian dia mengusap tengkuk dan menggaruk kepalanya.Entahlah mungkin kepalanya ada ketombenya."Eh, mm, kamu belum tidur Sayang?" tanya Mas Raka. Dari gelagatnya tampak salah tingkah."Belum Mas, kamu mau kemana kok keluar, mau ke kamar Widya ya?" Mas Raka tampak kaget dengan pertanyaanku."Eh, ya, ya enggak dong Sayang. Mau ngapain juga malam- malam ini ke kamar Widya, mm aku mau, mau ke toilet Sayang," ujar Mas Raka."Mas," ujarku yang membuat Mas Raka berhenti melangkah dan berbalik menatapku kembali."Ya Sayang." "Toile
Bab7 Status Vulgar Adik IparkuAku Tak Bodoh "Iya, jangan sampai. Mungkin kita cari saja dukun yang lebih sakti, yang memiliki mantra penunduk lebih ampuh dari Ki Joko." Apa ini, dukun, mantra penunduk, rencana?'huh, dasar kampungan! Main dukun ternyata, pantas aku jadi Oon se oonnya.' batinku.Emosiku mendadak naik ke ubun- ubun, kurang ajar sekali mereka. Apa mereka gak tahu kalau dukun itu jatuhnya ke sirik, seperti orang tak beriman.Aku melangkah cepat dengan emosi yang menggebu- gebu, napasku tersengal, tanganku mengepal erat. Namun, aku gak dapat apa- apa kalau hanya sekedar memaki saja.Ok, aku ikuti permainan kalian saja."Mas, Wid, kalian sudah pulang?" tanyaku. Sebisa mungkin menyembunyikan hati yang meluap-luap karena emosi, aku harus tenang."Eh, Sayang. Iya sudah, baru saja sampai," jawab Mas Raka yang kelihatan gugup melihatku.Sepertinya dia takut aku mendengar apa yang dia ucapkan tadi."Kalian sudah makan, aku masak enak lo," ujarku seperti biasa, seolah tak terja
Bab8 Kita Balas Mereka"Maksud kamu?" tanya Mas Raka. Wajahnya tampak tegang dan matanya menatap tajam padaku."Masih kurang jelas, kok mendadak jadi telmi ya, anda," ujarku sambil tersenyum sinis."Halah Bang, palingan dia menggeretak, wanita sebodoh istrimu itu, otaknya mana sampai mau buat hal kek gitu," ujar Widya."Wow, Nona Widya yang terhormat namun sayang otaknya dangkal. Coba anda cek, sertifikat anda ada di rumah atau di tangan notaris, hah?" Sebenarnya di antara sadar atau gak, mungkin akibat pengaruh mantra penunduk yang katanya selalu di rapal Mas Raka atau memang otakku agak geser sejak jadi istri Mas Raka, aku diam- diam mengambil surat-surat penting milik Mas Raka dan aku alihkan atas namaku, aku juga meminta notaris untuk menyimpan benda berharga itu.Enak saja, dia minta haknya tiap hari sementara hakku dia kasihkan pada wanita lain.Tanganku sudahpun bersiap untuk membuka daun pintu. Namun, tidak, aku akan main cantik untuk memberi pelajaan pada mereka, sekalipun s
Bab 9 Pusaka ( Twiter) Menghilang Pov Raka"Wajahmu kenapa Bang?" tanya Widya saat kami berpapasan di dapur. Gadis kesayanganku itu membelai pipiku yang mungkin sudah lebam dan membiru akibat dipukuli secara brutal oleh Hani tadi malam, bahkan twiterkupun masih terasa sakit akibat kena tendangan si Hani, untung aku gak pingsan. "Shsh, haduh sakit," ujarku agak berteriak menahan nyeri."Eh maaf, sakit ya Bang?" ujar Widya. "memang itu kenapa sih Bang, kok wajahmu jadi hancur gitu.""Itu istri Abang yang gak cantik itu pakai ngelindur segala, Abang di sangka maling terus di gebukin, mana twiter Abang juga di tendangnya," ujar sedikit memelas."Aduh, sakit dong," ujar Widya sambil meringis. "Terus si twiter apa kabar Bang, masih sehat kan?" "Hiis, dasar mentel, bukannya Abang yang di tanyain kabar malah twiter," sewotku."Kan twiter juga penting sih Bang," jawab Widya. Aku sama Adik Tiriku ini sebenarnya sudah lama berhubungan, bahkan sejak pertama kali Widya di bawa Papa ke rumah
"Ceraikan saja istrimu Bang!" ujar Widya. Namun, selalu aku tolak karena aku merasa Hani menyembunyikan sesuatu dariku, dia sepertinya anak orang kaya, hanya saja tak mau ngaku. "Kita masih perlu dia untuk masak dan mengurus rumah ini," jawabku beralasan."Tapi gimana kalau dia tahu kita ada hubungan dan menyebar aib kita Bang, malu kan aku. Apalagi folower IG sekarang ini makin banyak." "Kamu tenang saja, Abang sudah dapat mantra penunduk istri biar si Hani itu nurut sama kita," ujarku.Widya tersenyum mendengar ucapanku."Loh, kalian di sini?" Aku hampir lompat saat tiba- tiba terdengar suara Hani, entah dari mana datangnya."Is, bisa gak sih jangan bikin jantungan orang, nylonong saja tanpa permisi," ketus Widya."Loh ini kan dapur, tempat umum, masa iya harus permisi dulu. Lagian aku mau masak kok," ujar Hani sambil meletakkan kresek besar di atas meja, mungkin berisi belanjaan."Mau masak apa Sayang?" tanyaku kemudian mendekat ke Hani."Mas mau aku masakin apa?" tanya Hani lemb
ab 10 Kapokmu Kapan Mas"Gak bisa ehem- ehem dong Lo," ujar Tary"Ya kali Gue masih mau di sentuh pria menjijikkan seperti itu, bagus aku di sentuh kambing dari pada dia!" ujarku penuh emosi membuat Hani melongo seketika menatap ke arahku."Yakin Lo mau di sentuh sama kambing?" ujar Tary."Is apaan sih Lo Tar, masa iya aku mau di sentuh sama kambing, bau lagi," ujarku begidik ngeri."La tadi kan Lo bilang." "Ya tadi kan cuma karena emosi aja, dodol," ku tekankan kata 'dodol' pada teman tak ada aklak itu. Kesel aku jadinya."Ouh kirain beneran mau, kalau aku mah baik gak sentuh dari pada di sentuh kambing, bau bandot, bulunya banyak lagi," ujar Tary.PokKu tabok pundak Tary karena kesal.________Sesampainya di rumah, aku lihat mobil Mas Raka terparkir di halaman dan juga motor Widya. Pikiranku sudah traveling, dua manusia terkut*k itu pasti sedang berduan sekarang ini."Mas," panggilku. Samar- samar aku dengar suara kasat- kusut di dapur dan benar saja dua manusia menjijikkan itu
Sekian menit kemudian makan matang. Segera ku sisihkan tiga piring yang sengaja aku beda- bedakan corak piringnya. Untuk piring Mas Raka, aku ambil piring itu lalu aku rapal mantra yang aku dapat dari nenek moyangku. Belum tahu mereka kalau moyangku adalah dukun kalimantan yang sakti. Sebab itulah mantra mereka sebenarnya tak berkesan sedikitpun padaku, cuma aku pura- pura oon biar ramai eh biar bisa ngatur strategi.Selesai dengan piring Mas Raka aku beralih ke piring Widya, untuk perempuan murah*n itu aku rapal mantra pembangkit nap*su bira*i. Gak terbayang nanti saat naluri wanita Widya memuncak ingin di belai malah pusaka alias twiter Mas Raka justru mengkeret, mengecil dan hampir hilang.Ku tutup mulutku menahan tawa, membayangkan kepanikan mereka nantinya._____Aku tersenyum saat melihat dua makluk itu makan dengan lahapnya, tanpa curiga sedikitpun kalau makanan itu sudah ku mantrain.Asyik nanti malam lihat video orang panik gratis.____"Sayang ini susunya," ujar Mas Raka sa
Bab 41 Ancaman BaruPov Hani"Is itu laki lo ngapain sih, ganggu aja!" ujar Tary kesal. Bagaimana tidak, sejak pertama datang sampai sekarang Mas Raka tak henti-hentinya meneleponku.Aku tahu dia cemburu melihat Dave yang menggandengku di lif tadi, tambah lagi saat meeting tak henti-hentinya Dave menggoda dan melirikku. Entah bagaimana hati Mas Raka saat ini? Rasakan kau Mas, memang kamu saja yang bisa nyakitin."Entah nelepon, ngirim pesan melulu, aku rasa dia miikir aku sama Dave sekarang, makanya dia sibuk nanya aku kemana," jawabku.Saat ini aku dan Tary sedang berada di sebuah Cafe untuk menunggu Cecil, adik perempuanku. Sudah beberapa hari ini dia menelepon dan menghubungiku dan membuat Mas Raka cemburu dan menuduhku selingkuh. Cih dia pikir aku sampah macam dia apa, yang tak tahu dosa hingga melanggar norma-norma berumah tangga. Aku memang sudah tak cinta lagi sama Mas Raka, aku pertahanin rumah tangga juga hanya untuk balas dendam. Tapi, aku tak akan menjalin hubungan sebe
Bab 40 Diblokir[Buka video ini, biar Lo sadar!] Tanpa pikir panjang aku tekan tanda play pada video tersebut.Begitu video terputar, jantungku serasa berhenti berdetak, darahku membeku seketika.Di video itu aku melihat Widya sedang enak-enak dengan seorang pria yang wajahnya tak aku kenali karena tak begitu jelas bagian wajahnya."Bajin*an! Pelacur! Perek! Jadi ini kelakuannya di belakangku, anj *ng!" seruku penuh emosi. Kalau saja Widya, bocah edan itu sekarang ini ada di hapapanku, sudah tak cabik-cabik wajahnya, kutendang dan kuremas-remas mulutnya yang kalau berucap semanis gula itu.AwwAku berteriak sambil meremas rambutku karena emosi, begitu bodohnya aku terlalu percaya pada mulut manisnya hingga hidupku gini hancur.Istriku yang dulu penyayang dan penurut sekarang berubah, duit tabungan hsbis juga demi dia, sekarang seperti ini kelakuannya padaku."Awas kamu Widya!" Umpatku. Aku berjalan keluar dengan terburu-buru, dadaku seperti meledak-ledak, kepalaku panas dan mau pec
Bab 39 Baru saja aku akan merebahkan tubuhku tiba-tiba ada pesan masuk dari nomor tak aku kemali.[Dasar bodoh! Kamu pikir anak yang dikandung Widya itu anakmu!] Hah! Apa-apaan ini benarkan anak di kandungan Widya bukan anakku, lalu anak siapa?[Kamu siapa?] balasku pada orang yang mengirimkan pesan padaku.[Salah satu pelanggan Widya]jawab orang itu yang hampir membuat dadaku sesak, jantung tak berhenti berdetak dan napasku sesak.Apa-apaan ini, pelanggan apa?[Lo kalau bacot jangan asal ya! Lo pikir adik Gue wanita apaan, perek, pelacur atau cewek yang suka open BO. Hah?!] ujarku penuh emosi dengan dada yang meledak-ledak dan napas yang tersengal seperti orang asma.[Dasar bodoh, pantaslah yang Lo dapat juga sampkah, otak Lo aja macam sampah, pantaslah Hani juga selingkuh, capek ngadepin pria begok ke Lo] Membaca ini benar-benar membuat tensi darahku naik sampai di atas 150. Kepalaku panas dadaku sesak membacanya dan dengan emosi meledak-ledak kutekan tanda calling."Hai, anjjin
"Abang pikirlah sendiri!" Percakapan berhenti sampai di sini karena aku harus buru-buru ke kantor, barusan Pak Hans memberi peringatan kalau aku tak ikut meeting, aku akan dipecat.Enggak, aku gak mau dipecat.________Aku berjalan cepat masuk ke lif, waktu meeting tinggal beberapa menit lagi. Namun, sesampainya di lif."Heh! Lepas! Enak aja main-main pegang, ini istri Saya," kataku emosi saat melihat Dave memegang tangan Hani.Dasar setan, kemana-mana selalu ada."Lah apa urusan kamu!" kata Dave datar membuatku kupingku panas mendengarnya. Butakah dia? Apa dia lupa aku ini siapa, suami mana yang rela tangan istrinya di pegang-pegang begitu."Kamu buta ya, apa kamu lupa aku ini siapa, dasar lelaki murahan. Pebinor,"cibirku.Bukanya menanggapiku, Dave malah tersenyum menatap Hani dan kesalnya Hanipun menanggapinya."Sini kamu!" ujarku menarik tangan Hani. Sakit sekali rasanya melihat mereka saling tatap dan saling melempar senyum begitu."Apaan sih, lepas!" seru Hani jutek sambil me
Bab 40 Diblokir[Buka video ini, biar Lo sadar!] Tanpa pikir panjang aku tekan tanda play pada video tersebut.Begitu video terputar, jantungku serasa berhenti berdetak, darahku membeku seketika.Di video itu aku melihat Widya sedang enak-enak dengan seorang pria yang wajahnya tak aku kenali karena tak begitu jelas bagian wajahnya."Bajin*an! Pelacur! Perek! Jadi ini kelakuannya di belakangku, anj *ng!" seruku penuh emosi. Kalau saja Widya, bocah edan itu sekarang ini ada di hapapanku, sudah tak cabik-cabik wajahnya, kutendang dan kuremas-remas mulutnya yang kalau berucap semanis gula itu.AwwAku berteriak sambil meremas rambutku karena emosi, begitu bodohnya aku terlalu percaya pada mulut manisnya hingga hidupku gini hancur.Istriku yang dulu penyayang dan penurut sekarang berubah, duit tabungan hsbis juga demi dia, sekarang seperti ini kelakuannya padaku."Awas kamu Widya!" Umpatku. Aku berjalan keluar dengan terburu-buru, dadaku seperti meledak-ledak, kepalaku panas dan mau pec
Bab 40 Diblokir[Buka video ini, biar Lo sadar!] Tanpa pikir panjang aku tekan tanda play pada video tersebut.Begitu video terputar, jantungku serasa berhenti berdetak, darahku membeku seketika.Di video itu aku melihat Widya sedang enak-enak dengan seorang pria yang wajahnya tak aku kenali karena tak begitu jelas bagian wajahnya."Bajin*an! Pelacur! Perek! Jadi ini kelakuannya di belakangku, anj *ng!" seruku penuh emosi. Kalau saja Widya, bocah edan itu sekarang ini ada di hapapanku, sudah tak cabik-cabik wajahnya, kutendang dan kuremas-remas mulutnya yang kalau berucap semanis gula itu.AwwAku berteriak sambil meremas rambutku karena emosi, begitu bodohnya aku terlalu percaya pada mulut manisnya hingga hidupku gini hancur.Istriku yang dulu penyayang dan penurut sekarang berubah, duit tabungan hsbis juga demi dia, sekarang seperti ini kelakuannya padaku."Awas kamu Widya!" Umpatku. Aku berjalan keluar dengan terburu-buru, dadaku seperti meledak-ledak, kepalaku panas dan mau pec
Bab 39 Baru saja aku akan merebahkan tubuhku tiba-tiba ada pesan masuk dari nomor tak aku kemali.[Dasar bodoh! Kamu pikir anak yang dikandung Widya itu anakmu!] Hah! Apa-apaan ini benarkan anak di kandungan Widya bukan anakku, lalu anak siapa?[Kamu siapa?] balasku pada orang yang mengirimkan pesan padaku.[Salah satu pelanggan Widya]jawab orang itu yang hampir membuat dadaku sesak, jantung tak berhenti berdetak dan napasku sesak.Apa-apaan ini, pelanggan apa?[Lo kalau bacot jangan asal ya! Lo pikir adik Gue wanita apaan, perek, pelacur atau cewek yang suka open BO. Hah?!] ujarku penuh emosi dengan dada yang meledak-ledak dan napas yang tersengal seperti orang asma.[Dasar bodoh, pantaslah yang Lo dapat juga sampkah, otak Lo aja macam sampah, pantaslah Hani juga selingkuh, capek ngadepin pria begok ke Lo] Membaca ini benar-benar membuat tensi darahku naik sampai di atas 150. Kepalaku panas dadaku sesak membacanya dan dengan emosi meledak-ledak kutekan tanda calling."Hai, anjjin
Bab 38 Pov Raka"Apa-apaan ini, jadi kamu sengkongkol ingin memerasku?! ujarku dengan nada penuh emosi dan menatap tajam pada Widya. Kalau tak salah dengar tadi aku dengar sayup -sayup dia menyebut nama Hari.Widya balik menatap tajam ke arahku."Abang waras?" "Dasar bocah sinting, ya waras lah," jawabku kesal."Ya kalau waras harusnya kan bisa mikir, mana mungkin aku mau menyebar bau busuk badanku sendiri, sama saja buat malu diri sendiri," ujar Widya jutek."Maksudnya?" tanyaku kurang paham dengan kata-kata Widya yang menurutku berbelit-belit. "Abang lama-lama ketularan Hani deh, oonnya," ketus Widya."Jangan bawa-bawa Hani deh, jawab saja!" Entah kenapa ada yang nyeri di dalam sini ketika Widya menghina Hani, rasanya aku tak terima istriku di hina seperti itu."Loh kok sekarang kok Abang belain nenek lampir itu, jangan bilang Abang cinta dengannya?" cerca Widya menatap tajam ke arahku.'Orang aneh masa iya, suka sama istri sendiri dilarang.'"Heh! Kenapa bengong!" Aku hanpir
Bab 37 Rasakan! Pov Widya"Gimana aktingku, bagus kan?" tanya Hari setelah Mas Raka pergi."Bagus apaan! Lembek gitu," ketusku."Yang penting kan kita berhasil mengeruk uang si Raka," ujar Mas Hari."Belum berhasil, duitnya aja belum balik kok. Aku mau duitku yang di tileb sama dia itu dia kembalikan. Enak saja, rumah milik Papaku, dia yang habiskan uangnya. Entah-entah dia kasihkan istrinya," ocehku."Tenang Sayang aku pasti bantu kok," kata Hari sambil menoel bokongku.Aku kenal dengan Hari sebenarnya cukup lama, Bang Raka yang memperkenalkan aku dengan Hari waktu itu saat aku di ajak ke pesta sahavatnya. Sejak saat itu hubungan kami cukup dekat.Hingga beberapa hari yang lalu.[Mas, kita ketemuan ya!] pintaku.[Tumben kamu ngajak aku ketemuan]jawab Hari. Sudah lama Hari mengejarku bahkan terang-terangan bilang suka padaku. Tapi, aku enggan menanggapinya. Wajah Hari yang jauh dibawah standartku dan juga sepertinya dari segi perekonomian dia juga gak jauh-jauh dari Abangku menjadi